Anda di halaman 1dari 9

Volume V, Nomor 1, Mei 2011

ISSN : 1978-3618

Terbit dua kali setahun, pada bulan Mei


dan Desember, berisi tulisan yang
diangkat dari hasil-hasil penelitian ilmiah
di bidang ilmu ekonomi dalam berbagai
aspek kajian

Pemimpin Redaksi:
Erly Leiwakabessy

Wakil Pemimpin Redaksi:


Andre Saptu
M. Ratmaserang

Redaktur Pelaksana:
Djufri R. Pattilouw

Wakil Redaktur Pelaksana:


Ali Tutupoho
Hendry D. Hahury

Tim Editor:
Maria K. Tupamahu
Taufik Tjio Alamat Redaksi
Maryam Sangadji Lt.2 Kampus Fak. Ekonomi Unpatti
Jln. Ir. M. Putuhena, Poka-Ambon
Penyunting Ahli: K.P. 97233, Telp 0911-322579
Stellamaris Metekohy e-mail: redc1tek@gmail.com
Latif Kharie
Fachruddin Ramly
La Ode Abdul Rasjid
Asmaria Latuconsina
Izaac T. Matitaputty

Redaksi menerima sumbangan artikel yang belum pernah diterbitkan dalam media lain.
Format artikel harus sesuai dengan petunjuk penulisan yang tercantum di halaman
belakang jurnal ini. Naskah yang masuk akan dievaluasi, ditelaah dan disunting untuk
menyeragamkan format penulisan, gaya selingkung serta demi menjaga kualitas isi jurnal
DAFTAR ISI

Analisis Pengaruh Biaya Pemasaran Jeruk Kisar


Terhadap Pendapatan Petani di Kecamatan Kisar
Kabupaten Maluku Barat Daya
Selvenco F. Tuasuun
hal. 1-10

Analisis Perbandingan Potensi Ekonomi


Kota dan Kabupaten Pekalongan, 2001-2008
Agus Arifin
hal. 11-24

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Produk Abc


Di Kota Ambon
R. Wilda Payapo
hal. 25-44

Analisis Pengelolaan Potensi Kekayaan Alam Sebagai Tambahan


Pendapatan Negeri Kulur
Fauzia Tutupoho
hal. 45-59

Service Dominant Logic Dan E-Commerce Dalam Pemasaran


Jupiter Dakael
hal. 60-71

Isu Gender Dalam Praktek Manajemen Sumber Daya Manusia


Fransiska N Ralahallo
hal. 72-83

Analisis Program Pendeteksian Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia


Trisna Sary Lewaru
hal. 84-90
Vol III/No.1/Mei 2009 ISSN: 1978-3612

ANALISIS PROGRAM PENDETEKSIAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI


INDONESIA

Trisna Sary Lewaru


Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura
Jln. Ir. M. Putuhena, Kode Pos : 97233 Ambon
e-mail: t_sary_l@yahoo.com)

Abstract

This research is aimed for construct a corruption detection program that appropriate to the society
expectation. The data collecting are done by spreading questioners to 10 provinces in Indonesia. About
600 questioners are spread and 473 returned are used as the data. The hypothesis employs one t test
sample and Pearson correlation test. The result of the analysis show that there are needed to internal
control, data mining and hotlines.

Keywords: Corruption, Internal Control, Data Mining, Hotlines.

I. PENDAHULUAN kebijakan untuk memberantas korupsi


Istilah korupsi dipergunakan sebagai memiliki beberapa unsur yang sama yakni :
suatu acuan singkat untuk serangkaian penyusunan program-program yang tepat;
tindakan - tindakan terlarang atau melawan perubahan struktur dan metode
hukum yang luas. Praktik-praktik seperti pemerintahan agar ada tanggung gugat;
penyalahgunaan wewenang, penyuapan, perubahan sikap moral dan etika; dan
pemberian uang pelicin, pungutan liar, barangkali yang terpenting, keterlibatan dan
pemberian imbalan atas dasar kolusi dan dukungan pemerintah, sektor dunia usaha,
nepotisme serta penggunaan uang negara dan masyarakat sipil (Pope, 2000).
untuk kepentingan pribadi, oleh masyarakat Penelitian Deck (1985), yang
diartikan sebagai suatu perbuatan korupsi memfokuskan pada dua strategi utama
dan dianggap sebagai hal yang lazim terjadi. yang dapat digunakan oleh manajer dan
Ironisnya, walaupun usaha-usaha auditor dalam menangani masalah korupsi
pemberantasan korupsi telah dilakukan yaitu metode prevention dan detection.
lebih dari empat dekade, praktik-praktik Penelitian ini menyimpulkan bahwa
korupsi tersebut tetap berlangsung, bahkan pendekatan yang lebih efektif untuk
ada kecenderungan modus operandinya pencegahan fraud bagi manajemen adalah
lebih canggih dan terorganisir, sehingga mendirikan sistem yang kuat dari internal
makin mempersulit penanggulangannya. kontrol. Sedangkan, agar efektif dalam
Usaha memberantas korupsi ini sudah mendeteksi korupsi, auditor harus
menjadi masalah global, bukan lagi nasional membangun sebuah attitude of professional
atau regional. Pada beberapa negara skepticism yang mencakup mechanical

Cita Ekonomika, Jurnal Ekonomi 85


Vol III/No.1/Mei 2009 ISSN: 1978-3612

performance dari prosedur pengauditan dan aparat penegak hukum, masyarakat)


secara kontinyu siap siaga untuk bersatu. Selanjutnya untuk dapat
kemungkinan fraud dalam semua pekerjaan mengungkap terjadinya penyimpangan
audit. secara jelas perlu dilakukan investigasi
Sedangkan berdasarkan laporan dari terhadap penyimpangan tersebut melalui
Kutz (2006), menyatakan bahwa salah satu audit investigasi.
elemen penting yang seharusnya terdapat Berdasarkan uraian diatas maka tujuan
dalam sistem pencegahan korupsi meliputi dari penelitian ini adalah untuk
detection. Dalam mendeteksi tindak pidana menghasilkan program pendeteksian tindak
korupsi sangat diperlukan kemampuan pidana korupsi di Indonesia yang sesuai
untuk mengenal dan mengidentifikasikan dengan harapan masyarakat.
secara cepat tentang potensi terjadinya
korupsi. Untuk itu, yang menjadi petunjuk II. PROGRAM PENDETEKSIAN
awal sebagai sumber keterangan tentang KORUPSI
terjadinya tindak pidana korupsi biasanya Dalam mendeteksi penyimpangan
dari : sangat diperlukan kemampuan untuk
1. Whistleblower: orang yang mau mengenal dan mengidentifikasikan secara
membocorkan informasi. Biasanya cepat tentang potensi terjadinya
berasal dari konflik manajemen antara kecurangan / korupsi. Sebuah penelitian
lain : serikat pekerja, aparat yang dilakukan oleh Douglas E. Ziegenfuss
pengawasan pemerintahan (BPK, (1995) menyatakan bahwa fraud is a
BPKP, Itjen, Itwil, SPI), kontraktor/ significant problem for governments today and one
supplier yang kalah dalam tender, that can be reasonably expected to grow.
lawan politik, dll. Menurutnya untuk mendeteksi korupsi
2. Mempelajari kelemahan sistem dan metode yang efektif meliputi :
internal control suatu objek proyek Internal audit review;
dengan dana besar, pengadaan barang Specific investigation by management;
dan jasa, workflow, dll. Employee notification;
Dari penjabaran tersebut dapat dilihat
Internal controls; and
bahwa dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi, Accidential discovery
masyarakat dapat ikut berpartisipasi sebagai Secara relative penelitian Douglas ini
whistleblower. Hal ini diwujudkan dalam memandang bahwa korupsi dapat dideteksi
bentuk antara lain mencari, memperoleh, dengan kelompok eksternal untuk entitas
memberikan data atau informasi tentang government (customers, suppliers, external
tindak pidana korupsi dan hak auditors, etc.). hal ini didukung penelitian
menyampaikan saran dan pendapat secara oleh Hunt, at all (1989), yang menyatakan
bertanggung jawab terhadap pencegahan bahwa Corporate values influence organizations'
dan pemberantasan tindak pidana korupsi. product and service quality, advertising content,
Keikut sertaan masyarakat ini sejalan pricing policies, treatment of employees, and
dengan pendapat Zamrony (2008), bahwa relationships with customers, suppliers,
pemberantasan korupsi akan lebih efektif communities, and the environment.
jika semua elemen bangsa (pemerintah,

Cita Ekonomika, Jurnal Ekonomi 86


Vol III/No.1/Mei 2009 ISSN: 1978-3612

Sedangkan berdasarkan pengalaman Untuk menguji kualitas data maka


Amerika dalam mencegah terjadinya dilakukan uji realibilitas dan uji validitas.
kecurangan / korupsi pada program Dalam penelitian ini validitas diuji dengan
bantuan bencana alam badai Katrina dan menggunakan analisis korelasi pearson
Rita, bahwa untuk mengatasi terjadi product moment (PPM) dan hasilnya
kecurangan, ada tiga program diketahui bahwa semua pernyataan dalam
pemberantasan korupsi yang dirancang kuesioner telah valid. Sedangkan uji
oleh Kutz (2006). Salah satu programnya reliabilitas menggunakan teknik cronbachs
adalah program detection yang meliputi : alpha, yang mana hasilnya menunjukan
Data mining bahwa semua konstruk pertanyaan adalah
Faud Hotlines reliabel.
Berdasarkan uraian diatas maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah: C. Metode Analisis Data
H1 : Pengendalian Internal perlu Untuk mengetahui apakah suatu
dipertimbangkan dalam program variabel perlu dipertimbangkan dalam
pendeteksian tindak pidana korupsi program pendeteksian tindak pidana
H2 : Data Mining perlu korupsi maka analisis data dilakukan
dipertimbangkan dalam program dengan menggunakan one sample t-test.
pendeteksian tindak pidana korupsi Dimana peneliti menetapkan skor per item
H3 : Hotlines perlu dipertimbangkan pernyataan dalam kuesioner harus 4
dalam program pendeteksian tindak sebagai skor minimum yang bisa
pidana korupsi mencerminkan kesetujuan responden
terhadap perlunya variabel-variabel dalam
III. METODE PENELITIAN penelitian ini.
A. Populasi dan Sampel Sedangkan untuk menguji hubungan
Populasi dan sampel dalam penelitian antar variabel yang perlu dipertimbangkan
ini adalah masyarakat dari 10 propinsi. dalam pelaksanaan program pendeteksian
Keterlibatan masyarakat dalam penelitian tindak pidana korupsi, menggunakan
ini sesuai dengan pendapat Pope (2000), analisis bivariat dengan teknik korelasi
bahwa upaya apapun yang dilakukan untuk pearson yang dilakukan dengan bantuan
mengembangkan strategi tetapi tanpa program SPSS versi 15.0.
melibatkan masyarakat sipil, akan sia-sia
karena tidak memanfaatkan salah satu alat IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang paling berpotensi dan ampuh. Dalam penelitian ini kuesioner
diedarkan secara merata di sepuluh
B. Metode Pengumpulan Data propinsi di Indonesia meliputi Jawa Barat,
Penelitian ini menggunakan data Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur,
primer (primary data yang langsung Riau, Bali, NTB, Kalimantan Barat,
diperoleh dari jawaban kuisioner yang Maluku, Maluku Utara. Jumlah kuesioner
diterima. Jawaban yang disediakan adalah; yang disebarkan sebanyak 600 dan yang
sangat setuju (skor 5), setuju (skor 4), netral kembali sebanyak 473. Berikut hasil analisis
(skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak deskriptif karakteristik responden :
setuju (skor 1).

Cita Ekonomika, Jurnal Ekonomi 87


Vol III/No.1/Mei 2009 ISSN: 1978-3612

Tabel 4.1
Hasil Deskriptif Karakteritik Responden
No Keterangan %
Pendidikan:
SMU 142 30,0%
Diploma 15 3,2%
1 259 54,8%
Sarjana
57 12,1%
Pasca Sarjana
- -
Lainnya
Pekerjaan: 11
PNS 242 51,2%
2 Pekerja Swasta 60 12,7%
Wiraswasta 9 1,9%
222 34,2%
Lainnya
Sumber : Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif Untuk menguji variabel-variabel yang


karakteristik responden pada tabel diatas, perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan
dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan program pendeteksian tindak pidana
responden didominasi oleh sarjana yaitu korupsi maka dilakukan uji one sample t-test.
sebesar 54,8%. Dan untuk pekerjaan Berikut adalah tabel yang menyajikan
responden didominasi oleh PNS sebesar ringkasan hasil pengujian tersebut.
51,2%.

Tabel 4.2
Hasil Pengujian One Sample t-test

No Hipotesis Ho H1 t hitung t table Kesimpulan

1 Hipotesis 1 4 8 4 > 8 17,133 1,645 Tolak Ho

2 Hipotesis 2 2 12 2 > 12 6,785 1,645 Tolak Ho

3 Hipotesis 3 1 12 1 > 12 14,497 1,645 Tolak Ho

Sumber: Hasil Perhitungan

Cita Ekonomika, Jurnal Ekonomi 88


Vol III/No.1/Mei 2009 ISSN: 1978-3612

Dari hasil pengujian one sample t-tets diatas, 3. Berdasarkan tabel diatas diketahui
dapat dilihat bahwa hipotesis null ditolak bahwa hotlines dipertimbangkan dalam
untuk keseluruhan variabel, karena nilai t melaksanakan program pendeteksian
hitung lebih besar daripada nilai t tabel. tindak pidana korupsi.
Berikut interpretasi dari hasil pengujian Dengan demikian maka dapat
tersebut : disimpulkan bahwa dalam melaksanakan
1. Berdasarkan tabel diatas diketahui program pendeteksian tindak pidana
bahwa pengendalian internal perlu korupsi perlu untuk mempertimbangkan
dipertimbangkan dalam melaksanakan pengendalian internal, data mining, hotlines.
program pendeteksian tindak pidana Tabel berikut akan menyajikan hasil
korupsi. pengujian korelasi antar seluruh variabel
2. Berdasarkan tabel diatas diketahui dalam penelitian ini.
bahwa data mining perlu
dipertimbangkan dalam melaksanakan
program pendeteksian tindak pidana
korupsi.
Tabel 4.3
Hasil Korelasi Antar Variabel Dalam Program Pendeteksian
Tindak Pidana Korupsi
Var Keterangan DM H Ket
Pearson Correlation .496(**) .525(**)
PI Tolak Ho
Sig. (2-tailed) .000 .000

Pearson Correlation .646(**)


DM Tolak Ho
Sig. (2-tailed) .000
Sumber: Hasil Perhitungan
Keterangan:
PI : Pengendalian internal
DM : Data mining
H : Hotlines

Dari hasil uji korelasi diatas, dapat hubungan antara pengendalian internal
diketahui bahwa seluruh angka signifikansi dengan hotlines sebesar 52,5%; hubungan
yang diperoleh kurang dari 0,05. Hal ini antara data mining dengan hotlines sebesar
berarti semua variabel signifikan, dengan 64,6%.
kata lain ada hubungan korelasional antara Berdasarkan pada patokan angka kuat
variabel data mining, hotlines, pengendalian lemahnya hubungan kedua variabel, maka
internal. hubungan antara pengendalian internal
Adapun skor masing-masing dengan data mining merupakan hubungan
hubungan adalah sebagai berikut: yang kuat; hubungan antara pengendalian
hubungan antara pengendalian internal internal dengan hotlines merupakan
dengan data mining sebesar 49,6%; hubungan yang kuat; hubungan antara data

Cita Ekonomika, Jurnal Ekonomi 89


Vol III/No.1/Mei 2009 ISSN: 1978-3612

mining dengan hotlines merupakan hubungan dipertimbangkan masyarakat dalam


yang kuat. melaksanakan program pendeteksian tindak
Dari hasil analisis tersebut, maka pidana korupsi. Berikut adalah tabel yang
penulis akan mengambil korelasi antar menyajikan korelasi antar variabel yang
variabel yang masuk kategori kuat, yang masuk dalam kategori tersebut.
dinilai sebagai variabel dominan

Tabel 4.4
Korelasi Kuat Antar Variabel
Variabel
Variabel
Data Mining Hotlines
Pengendalian

Internal

Data Mining

Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa dijalankan saat ini, maka dapat disimpulkan
variabel yang dominan dipertimbangkan bahwa program pendeteksian tindak pidana
dalam melaksanakan program pendeteksian korupsi yang diinginkan masyarakat lebih
tindak pidana korupsi yaitu: ketat dibandingkan dengan pelaksanaan
1. Pengendalian internal berkorelasi kuat program pendeteksian tindak pidana
dengan data mining, hotlines. korupsi saat ini. Untuk itu disarankan agar
2. Data mining berkorelasi kuat dengan pembuatan hotline (layanan yang beroperasi
hotlines. 24 jam) perlu diefektifkan karena akan
Berdasarkan korelasi yang masuk mendukung dalam proses investigasi dan
kategori kuat maka dapat disarikan bahwa dapat membantu mengidentifikasi dan
pelaksanaan program pendeteksian tindak mendeteksi berbagai kecurangan yang tidak
pidana korupsi yang diharapka oleh dapat dikontrol.
masyarakat adalah Pengendalian internal,
Data mining, Hotlines. REFERENSI

V. PENUTUP Deck, Glenn E., 1985, Controlling Employee


Berdasarkan hasil analisis dan Fraud: Strategies For Managers And
pembahasan, maka dapat diketahui bahwa Auditors, Public Budgeting &
menurut masyarakat dalam merancang Finance/Summer.
program pendeteksian tindak pidana Hamzah, J. A., 2005, Perbandingan
korupsi perlu untuk mempertimbangkan Pemberantasan Korupsi Di Berbagai
pengendalian internal, data mining, dan Negara, Sinar Grafia, Jakarta
hotlines. Jika dibandingkan dengan program
pendeteksian tindak pidana korupsi yang

Cita Ekonomika, Jurnal Ekonomi 90


Vol III/No.1/Mei 2009 ISSN: 1978-3612

Kutz, Gregory.D., 2006, Framework For Zamrony, 2008, Pemberantasan Korupsi:


Fraud Prevention, Detection, And Topik Out Of Date Yang Selalu Up
Prosecution, GAO To Date, Bahan Kuliah Umum,
Pope, J. (Masri Maris), 2000, Strategi www.google.com
Memberantas Korupsi, Yayasan Ziegenfuss, Douglas E., 1995, State And
Obor Indonesia, Jakarta. Local Government Fraud Survey For 1995,
Managerial Auditing Journal

Cita Ekonomika, Jurnal Ekonomi 91

Anda mungkin juga menyukai