Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Tujuan........................................................................................................2

C. Manfaat......................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Digesti.....................................................................................6

B. Prinsip........................................................................................................6

C. Cara Kerja..................................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN

A. Nama Tanaman (Caesalpinia sappan L.)..................................................8

B. Morfologi Secang......................................................................................8

C. Sifat dan Khasiat Secang...........................................................................9

BAB IV METODE

A. Penelitian.................................................................................................11

B. Hasil.........................................................................................................13

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................15

B. Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati
terbesar yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi.
Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya
namun kurang dari 300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku
industri farmasi secara reguler. WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68%
penduduk dunia masih menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang
mayoritas melibatkan tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih
dari 80% penduduk dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung
kesehatan mereka (Saifuddin, dkk., 2011).
Untuk mendukung hal tersebut maka dilakukan pengembangan obat
tradisional melalui penelitian-penelitian ilmiah terbaru dan diproduksi
secara modern agar bisa dimanfaatkan sebagai obat untuk kepentingan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Proses saintifikasi tersebut sangat
penting agar penggunaan obat tradisional tidak berdasarkan pengalaman
saja tetapi memiliki bukti ilmiah sehingga bisa digunakan dalam sistem
pelayanan kesehatan formal yang modern.
Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat tradisional
adalah metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat
bahan dan senyawa yang akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode,
target ekstraksi perlu ditentukan terlebih dahulu. Ada beberapa target
ekstraksi, diantaranya (Sarker SD, dkk., 2006):
1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui.
2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme.
3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara
struktural.
Semua senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu
sumber tetapi tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang
berbeda, misalnya dua jenis dalam marga yang sama atau jenis yang sama
tetapi berada dalam kondisi yang berbeda. Identifikasi seluruh metabolit
sekunder yang ada pada suatu organisme untuk studi sidik jari kimiawi dan
studi metabolomik.
Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan
adalah sebagai berikut:
1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan dan
penggilingan bagian tumbuhan.
2. Pemilihan pelarut.
a. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.
b. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.
c. Pelarut nonpolar: n-heksan, petroleum eter, kloroform, dan
sebagainya.
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontiniu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar. Secara umum dilakukan pada
suhu 40-50C. Keuntungan dari pemanasan:
a. Kekentalan pelarut berkurang, sehingga dapat mengakibatkan
berkurangnya lapisan-lapisan batas.
b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat.
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding
terbalik dengan kekentalan.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang digesti.
2. Untuk mengetahui apa saja manfaat bagi pengobatan pada tumbuhan
Secang ?
3. Untuk menetahui apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi AUC ?
C. Manfaat
1. Menambah informasi bagi ilmu pengetahuan tentang eksraksi cara dingin,
yaitu maserasi khususnya digesti.
2. Menambah informasi tentang tumbuhan Secang serta manfaatnya bagi
pengobatan.

D.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut


sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa
aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).
Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah
menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak
larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan
terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di
luar bahan (Sudjadi, 1988).
Ekstraksi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Ekstraksi secara dingin
1) Maserasi
Merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988).
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel
cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat
digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti
benzoin, tiraks dan lilin.

Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya (Adrian, 2000):


Digesti
Maserasi dengan mesin pengaduk
Remaserasi
Maserasi melingkar
Maserasi melingkar bertingkat
2) Soxhletasi
Merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat
setelah melewati pipa sifon (Sudjadi, 1988).
3) Perkolasi
Cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah
tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak.
Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama
proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.

b. Ekstraksi secara panas


1) Metode Refluks
Merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk mengektraksi bahan-
bahan yang tahan terhadap pemanasan.
2) Metode Destilasi Uap
Merupakan metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap
(esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan
untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau
mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada
tekanan udara normal.
A. Pengertian Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu
pada suhu 40 50C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan
akan diperoleh keuntungan antara lain:
1. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
2. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
3. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding
terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikkan.
4. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka
perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap
kembali ke dalam bejana.
Kelemahannya:
1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu
terekstraksi sebesar 50% saja
2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

B. Prinsip
Pada dasarnya prinsip dan cara kerja dari maserasi modifikasi
dengan cara digesti hampir sama dengan maserasi biasa, yaitu
mengekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya,pelarut akan masuk ke dalam sel dari tanaman
melewati dinding sel.
Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15 - 20 C, tetapi pada
maserasi modifikasi dengan cara digesti, yaitu merendam serbuk dalam
maserator pada temperatur 40 - 50C dalam wakttu beberapa jam sampai
bahan-bahan yang larut, melarut.

C. Cara Kerja
1. Serbuk simplisia ditimbang sebanyak yang diperlukan.
2. Kemudian direndam dalam cairan penyari yang cocok seperti etanol
96%.
3. Lalu saring cairan tersebut, dan residu dari cairan direndam lagi dengan
etanol 96% (remaserasi).
4. Remaserasi dilakukan sebanyak 3 kali agar senyawa yang ditarik akan
lebih banyak.

D.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Nama Tanaman (Caesalpinia sappan L.)


Beberapa daerah di Indonesia menyebut Secang dengan nama yang berbeda-
beda, yaitu:
1. Sumatra
Peupeung (Aceh), Sepang (Gayo), Sopang (Batak), Cacang
(Minangkabau).
2. Jawa
Secang (Sunda), Kayu secang, Soga jawa (Jawa), Kaju secang (Madura).
3. Nusa Tenggara
Cang (Bali), Sepang (Sasak), Supa, supang (Bima), Sepel (Timor), Hape
(Sawu), Hong (Alor), Sepe (Roti).
4. Sulawesi
Kayu sema (Manado), Dolo (Bare), Sapang (Makasar), Sepang (Bugis).
5. Maluku
Sefen (Halmahera selatan), Sawala; Hinianga; Sinyiaga; Singiang
(Halmahera Utara), Sunyiha (Temate), Roro (Tidore).
Serta terdapat pula beberapa nama Secang di Negara lain, seperti: Sapan
(Pilipina) dan Su mu (Cina).

B. Morfologi Secang
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledoneae
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Caesalpinia
Jenis : Caesalpinia sappan L.
Gambar III. 1 Pohon
Secang
Semak atau pohon kecil, tinggi sampai 10
m. Ranting-ranting berlantisel dan berduri, bentuk
duri bengkok, tersebar. Daun majemuk, panjang 25 cm sampai 40 cm,
bersirip, panjang sirip 9 cm sampai 15 cm, setiap sirip mempunyai 10
sampai 20 pasang anak daun yang berhadapan. Anak daun tidak bertangkai,
bentuk lonjong, pangkal hampir rompang, ujung bundar serta sisinya agak
sejajar, panjang anak daun 10 mm sampai 25 mm, lebar 3 mm sampai 11
mm (BPOM, 2008)
Perbungaan berupa malai, terdapat di ujung, panjang malai 10 cm
sampai 40 cm, panjang gagang bunga 15 cm sampai 20 cm, pinggir kelopak
berambut, panjang daun kelopak yang terbawah lebih kurang 7 mm, lebar
lebih kurang 4 mm, tajuk memencar berwarna kuning, helaian bendera
memundar bergaris tengah 4 mm sampai 6 mm, empat helai daun tajuk
lainnya juga membundar dan bergaris tengah lebih kurang 10 mm, panjang
benagsari lebih kurang 15 mm,panjang putik lebih kurang 18 mm.
Polong berwarna hitam, panjang 8 cm sampai 10 cm, lebar 3 cm
sampai 4 cm, berisi 3 sampai 4 biji, panjang biji 15 mm sampai 18 mm,
lebar 8 mm sampai 11 mm, tebal 5 mm sampai 7 mm (BPOM, 2008).

C. Sifat dan Khasiat Secang


Kayu secang mempunyai berbagai macam khasiat antara lain:
sebagai pewarna pada bahan anyaman, kue, minuman atau sebagai tinta.
Karena Kayu secang apabila direbus akan memberikan warna merah gading
muda.
Selain khasiat seperti di atas, kayu secang juga berkhasiat untuk obat
berbagai macam penyakit. Beberapa penyakit yang dapat diobati adalah :
Diare, disentri, TBC, luka dalam, sifilis, darah kotor, berak darah, memar
berdarah, malaria, tetanus, tumor, radang selaput lender mata.
1. Bagian yang digunakan
Kayu. Kulitnya dibuang, dipotong-potong lalu dikeringkan.
2. Cara Pemakaian
a. Untuk Minum : 3 sampai 9 gram, direbus.
b. Untuk Pemakaian Luar :
Kayu direbus, airnya untuk mencuci luka, luka berdarah atau dipakai
untuk merambang mata yang meradang.
3. Contoh Pemakaian
a. Diare / Mencret
5 gr kayu dipotong kecil-kecil lalu direbus dengan 2 gelas air bersih
selama 15 menit. Setelah dingin disaring, dibagi menjadi 2 bagian.
Minum pagi dan sore hari.
b. Radang Selaput Lendir Mata
2 jari kayu secang dicuci dan dipotong-potong seperlunya, rebus
dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin
disaring, airnya dipakai untuk merambang mata yang sakit.
c. Berak Darah
1 jari kayu secang dicuci dan dipotong-potong seperlunya, rebus
dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring
lalu diminum dengan madu seperlunya. Sehari 2 x gelas.

BAB IV
METODE

A. Penelitian
Secang (Caesalpinia sappan L.) mengandung senyawa pewarna
alami antara lain brazilin, brazilein, dan 3-O-metilbrazilin dan disebut
sebagi komposit brazilin serta merupakan senyawa subtype struktur brazilin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama digesti,
konsentrasi cairan penyari, dan interaksinya terhadap AUC (Area Under
Curve) komposit brazilin serta memperoleh titik optimum pada proses
digesti. AUC adalah ukuran berapa banyak obat mencapai aliran darah orang
dalam waktu yang diberikan waktu setelah dosis yang diberikan. Informasi
ini berguna untuk menentukan dosis dan untuk mengidentifikasi interaksi
obat yang potensial.
Kayu Secang diekstraksi dengan menggunakan metode digesti
dengan berprinsip pada perendaman bahan simplisia pada cairan penyari
dan dengan pemanasan rendah yaitu pada suhu 45 - 50 C. digesti
dilakukan 3 kali dengan airan peyari berturut-turut sebanyak 75, 50, dan 25
ml. Dilakukan sebanyak 3 kali penyarian dengan volume cairan penyari
yang menurun dengan mempertimbangkan terjadinya titik jenuh pada proses
digesti.
Pada penyarian pertama masih terdapat banyak komposit brazilin
yang dapat diekstraksi sehingga titik jenuh pada volume yang sama lebih
mudah dicapai daripada penyarian kedua dan ketiga. Pada penyarian ketiga
telah banyak komposit yang terekstraksi sehingga hanya diperlukan
sejumlah kecil cairan penyari untuk mengekstraksi komposit brazilin
sebelum titik jenuh tercapai.
Setelah proses digesti selesai, sari diserkai dan ampas diperas.
Pendiaman selama 1 hari dilakukan untuk mengendapkan serbuk yang ikut
saat sari diserkai dan membentuk koloid yang mengakibatkan pemisahan
ekstrak dari simplisia yang ikut diserkai sulit dipisahkan dengan metode
pemidsahan sederhana seperti menggunakan kertas saring. Pendiaman akan
mengakibatakan pengendapan partikel simplisia sehingga dapat dipisahkan
dengan mudah hanya dengan diserkai kembali dan disaring.
Faktor yangdioptimasi dalam proses digesti kayu secang dalah lama
digesti dan konsentrsincairan penyari. Dipilih 3 level untuk lama digesti (90
menit untuk level rendah, 180 menit untuk level tengah, dan 270 menit
untuk level tinggi.
Dipilih 3 level pula untuk konsentrasi cairan penyari. Konsentrasi
ciran penyari yang dimaksud adalah konsentrasi aquadest dalam etanol
untuk memudahkan perhitugan menggunakan desain faktorial.
Pertimbangan pemilihan penyari yaitu karena brazilin memiliki kelarutan
yang baik pada air dan etanol.
Dalam Ekstraksi secara digesti, waktu ekstraksi menentukan
banyaknya zat aktif yang dapat berdifusi keluar simplisia menuju cairan
penyari. Semakin lama proses ekstraksi maka semakin banyak pula zat aktif
yang dapat diekstraksi. Pada maserasi dapat terjadi titik jenuh proses difusi,
sehingga peningkatan lama ekstraksi tidak dapat meningkatkan jumlah zat
aktif yang dapat diekstraksi. Titik kejenuhan ini dapat diatasi dengan
melakukan ekstraksi berulang.
Setelah ekstrak diperoleh kemudian penyari diuapkan dengan
waterbath pada suhu 80C sampai mendapatkan ekstrak kering. Suhu
pemanasan ini tidak mempengaruhi kestabilan komposit brazilin dimana
brazilin dapat terdegradasi yaitu pada suhu 130C. Berat ekstrak kering yang
diperoleh dari tiap percobaan dicatat dan dipakai sebagai perhitungan
rendemen dan dapat dilihat pada tabel IV.1 berikut.

Tabel IV. 1 Rendemen Ekstrak Kayu Secang secara Digesti

Pada penelitian ini memakai rancangan desain faktorial 2 faktor,


yaitu lama digesti dan konsentrasi cairan penyari. Serta 3 level yaitu pada
faktor lama digesti: level rendah 90 menit, level tengah 180 menit, dan level
tinggi 270 menit. Serta pada faktor konsentrasi cairan penyari: level rendah
4%, level tengah 50%, dan level tinggi 100%.
Metode eksraksi yang digunakan adalah digesti. Data hasil penelitian
dianalisis secara statistic dengan yates treatment menggunakan tingkat
kepercayaan 95% dan titik optimum diperoleh dari counter plot.

B. Hasil
Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa lama digesti, konsentrasi
cairan penyari, dan interaksinya berpengaruh secara sigifikan terhadap AUC
komposit brazilin. Faktor konsentrasi cairan penyari dominan dalam
menetukan respon AUC komposit brazilin. Dari counter plot dapat dilihat
titik optimum proses digesti yaitu dengan lama 102,72 menit dan
konsentrasi penyari 63,8%.
Semakin lama proses digesti yang dilakukan pada semua level
konsentrasi cairan peyari, respon AUC semakin meningkat, tetapi
peningkaan respon AUC semakin menurun akibat pada level tengah digesti
telah banyak komposit brazilin telah terekstraksi ke dalam cairan penyari,
sehingga dengan penambahan waktu digesti tidak banyak komposit brazilin
yang dapat disari. Pada semua level lama proses digesti, semakin meningkat
konsentrasi cairan penyari dari 4% menuju 50% terjadi peningkatan respon
AUC, dan pada konsentrasi 100% terjadi penurunan respon AUC. Akibat
hubungan antara konsentrasi cairan penyari dan respon AUC yang tidak
linear maka persamaan matematis optimasi desain faktorial menjadi
berbentuk kuadratik, seperti pada gambar berikut:
Gambar IV. 1 (a). Grafik hubungan antara lama Digesti dengan AUC komposit brazilin,
(b). Grafik hubungan antara konsentrasi penyari dengan AUC komposit brazilin.

Optimasi proses digesti dimaksudkan untuk memperoleh proses


digesti yang optimum yang merupakan perpaduan antara lama digesti dan
konsentrasi cairan penyari tertentu, dan juga merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi AUC. Oleh karena itu, kedua faktor tersebut harus
diperhatikan dan dikendalikan dalam proses digesti kayu secang.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,
yaitu pada suhu 40 50C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan
untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
2. Beberapa penyakit yang dapat diobati oleh tumbuhan secang adalah :
Diare, disentri, TBC, luka dalam, sifilis, darah kotor, berak darah, memar,
malaria, tetanus, tumor, radang selaput lender mata.
3. Lama digesti dan konsentrasi cairan penyari (optimasi) merupakan faktor
yang sangat berpengaruh pada AUC.

B. Saran
Berdasarkan jurnal penelitian diatas, masih diperlukannya pembuktian lebih
lanjut tentang AUC sebenarnya pada kondisi optimum yang telah
didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin A, Rahayu, Yuda Hilwan. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Sarker SD, Latif Z, & Gray AI. 2006. Natural products isolation. In: Sarker SD,
Latif Z, & Gray AI, editors. Natural Products Isolation. 2nd ed. Totowa
(New Jersey). Humana Press Inc. hal. 6-10, 18.
Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Fakultas Farmasi. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta : Kanisius
Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat.
Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.
Dijen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetkan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Arnianty. 2012. Ekstraksi Digesti. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Badan POM RI, 2008:
perpustakaan.pom.go.id/ebook/Taksonomi%20Koleksi%20Tanaman
%20Obat%20Kebun%20Tanaman%20Obat%20Citeureup/Caesalpinia
%20sappan%20L..pdf

Anda mungkin juga menyukai