Auguste Comte adalah tokoh yang merumuskan sosiologi sebagai ilmu empirik.
Comte adalah positivist, yaitu tokoh yang memahami masyarakat dengan pendekatan
sains.
Comte mengembangkan strategi perubahan masyarakat, meskipun ia seorang konservatif
yang mempertahankan tertib sosial (social order).
Menurut Comte, masyarakat dipandang sebagai organisme dengan ciri-ciri berikut:
o Totalitas lebih besar daripada jumlah individu.
o Masyarakat merupakan sistem.
o Masyarakat lebih penting daripada individu.
Metode kerja sosiologi menurut Comte sama dengan metode sains yang meliputi:
observasi, perbandingan, dan eksperimen.
Kebudayaan berpengaruh terhadap struktur masyarakat. Berpikir merupakan komponen
budaya terpenting dan mengalami perkembangan dari teologi, metafisik, dan positif.
Sementara itu, hubungan berpikir dengan struktur masyarakat dapat digambarkan sebagai
berikut:
o Teologi dikaitkan dengan masyarakat militer.
o Metafisik dikaitkan dengan organisasi masayrakat lokal, serta adanya dominasi ahli
hukum.
o Positif dikaitkan dengan masyarakat industri.
Pertumbuhan ilmu berdasarkan kompleksitas adalah sebagai berikut: matematika,
astronomi, fisika, kimia, biologi, dan sosiologi.
Comte menaruh perhatian akan pembagian kerja dan kemajuan. Kemajuan mengganggu
tertib sosial. Untuk kembali ke tertib sosial diperlukan pembaharuan agama yang disebut
sebagai agama humanitas.
Sosiologi berperan sebagai penjaga tertib sosial, yaitu sebagai penjaga moral intelektual
dalam masyarakat dan pemerintah.
PITIRIM SOROKIN
(1889 1968)
Pitirim Sorokin mengembangkan teori siklus yang menerangkan bahwa proses perubahan
kebudayaan sebagai berikut:
Budaya Budaya
Campuran Rohani
Budaya Budaya
Inderawi Campuran
Menurut Durkheim, sosiologi harus terpisah dari psikologi dan filsafat karena berlainan
objek studi dan metode kerja yang digunakan.
Adapun objek studi sosiologi menurut Durkheim adalah fakta sosial, yaitu:
o Benda atau sebagai benda.
o Berada di luar dan di atas individu.
o Memunyai daya paksa terhadap individu.
o Tersebar/dimiliki oleh masyarakat.
Menurut Durkheim, masyarakat itu rill, sedangkan individu dibentuk oleh masyarakat.
Konsep ini dikenal dengan istilah realisme sosial.
Pendekatan sosiologi yang digunakan menurut Durkheim adalah: pendekatan sains,
positivistik, empirik, objektif, kuantitatif, dan statistika. Sementara itu konsep utama
sosiologi menurut Durkheim adalah: integritas sosial dan solidaritas sosial.
Solidaritas sosial adalah suatu keadaan hubungan antarindividu atau kelompok yang
didasari moral, perasaan, dan kepercayaan bersama, serta diperkuat dengan pengalaman
emosional bersama. Solidaritas sosial terdiri dari dua kategori, yaitu:
o Solidaritas mekanik adalah bentuk solidaritas yang didasari oleh ikatan emosional
atas kebersamaan.
o Solidaritas organik adalah bentuk solidaritas yang berkaitan dengan saling
bergantung atas dasar pembagian kerja (division of labour).
Dalam konsep ini, masyarakat akan berevolusi dari solidaritas mekanik menuju
solidaritas organik. Berikut ini akan ditampilkan tabel perbandingan tipe solidaritas:
Dalam masyarakat terjadi pembagian kerja yang semakin khusus (spesialisasi) yang
bersumber pada pertumbuhan penduduk.
Durkheim menemukan terdapat hubungan agama dengan solidaritas sosial yang tertuang
dalam studinya tentang masyarakat Arunta di Australia.
Studi Durkheim tentang bunuh diri (suicide) memperkuat teori solidaritas sosial.
Durkheim membagi kategori bunuh diri menjadi empat bagian, yaitu:
o Bunuh diri egoistik
o Bunuh diri fatalistik
o Bunuh diri anomik
o Bunuh diri altruistik
Ancaman-ancaman terhadap solidaritas sosial di antaranya:
o Konflik
o Penyimpangan
o Individualisme
o Anomi
Akibat perubahan sosial di antaranya:
o Disintegrasi sosial
o Disorganisasi sosial
o Profanisasi atau desakralisasi
o Anomi
KARL MARX
(1815 1883)
Sementara itu jawaban kaum kapitalis terhadap kritik Marx adalah sebagai berikut:
o Upah buruh naik.
o Pertumbuhan kelas menengah.
o Tersebarnya pemilikan saham.
o Fiskal yang berimbang.
o Tanggung jawab terhadap kesejahteraan dasar.
MAX WEBER
(1864 1920)
Metode kerja menurut Weber terdiri dari: metode kuantitatif, subjektif, dan verstehen.
Sementara itu, untuk mengatasi subjektivitas menggunakan tipe ideal (ideal type).
Terdapat permasalahan ilmu yang value free dan value laden.
Dalam bidang agama, Weber juga mempelajari pengaruh agama terhadap perkembangan
ekonomi di kalangan Calvinis Eropa (The Protestant Ethic and The Spitir of Capitalism).
o Asumsinya adalah orang baik akan masuk surga.
o Ciri-ciri orang baik di antaranya:
Suka bekerja keras.
Biasa hidup hemat.
Rasional dan berjiwa investasi.
Disiplin serta mandiri.
o Sifat-sifat tersebut mendukung pembentukan kapital.
GEORG SIMMEL
(1858 1918)
Objek studi sosiologi menurut Simmel adalah interaksi sosial (pola-pola interaksi).
Hubungan bentuk dan isi bersifat dinamis. Kadang-kadang bentuk terpisah dari isi
(sosiabilita).
Pokok-pokok pembahasan Simmel adalah sebagai berikut:
o Proses Sosial
Meliputi: pembagian kerja, pembentukan partai, oposisi terhadap penguasa, konflik,
dan perundingan.
o Tipe-tipe Sosial
Meliputi: wasit, atasan, orang asing, dan makelar.
o Pola-pola Perkembangan Sosial
Meliputi: diferensiasi sosial, otonomi, dan perubahan fungsi organisasi.
Konflik menurut Simmel merupakan bagian (bukan lawan) dari interaksi. Konflik bisa
memperkuat interaksi. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meredam konflik di
antaranya sebagai berikut:
o Menghilangkan dasar konflik.
o Memenangkan salah satu pihak.
o Melakukan kompromi/damai.
o Adanya ketidakmungkinan damai.
Simmel juga membahas tentang kreativitas individu dan budaya mapan. Kebudayaan
merupakan produk kreativitas, tetapi jika sudah mapan bisa menjadi penghalang untuk
perkembangan kreativitas lebih lanjut. Sementara itu, alienasi budaya merupakan suatu
bentuk akibat dari adanya inovasi budaya itu sendiri.
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
LANDASAN TEORI
Pragmatisme
o Realitas diciptakan saat bertindak dalam dunia nyata.
o Pengetahuan dan ingatan tentang dunia nyata didasari kegunaannya.
o Definisi tentang objek sosial dan fisik didasari kegunaannya.
Behaviorisme Sosial
Behaviorisme sosial (berbeda dengan behaviorisme radikal Watson) menyatakan bahwa
tindakan bukan respons terhadap stimulus, melainkan terhadap maknanya bagi pelaku.
Teori interaksi simbolik merupakan teori utama yang digunakan dalam psikologi sosial,
komunikasi, dan pendidikan.
Keunggulan teori interaksi simbolik:
Perhatian pada level analisis mikro maupun makro.
Terintegrasi dan bersintesis dengan teori-teori lain (teori pertukaran, etnometodologi, dan
fenomenologi).
Mencakup pembahasan berbagai fenomena sosial dan menjembatani aliran-aliran ilmu
sosial masa kini.
Kritik terhadap teori interaksi simbolik:
Meninggalkan teknik-teknik ilmiah konvensional.
Konsep-konsepnya kurang tegas (self, pikiran, konsep I and me).
Mengabaikan peran struktur berskala luas.
Mengabaikan peran emosi, motif, kebutuhan, tujuan, dan aspirasi para aktor.
Masa depan teori interaksi simbolik cukup cerah karena faktor berikut:
Banyak karya berbagai ilmu bertemakan interaksi simbolik.
Analisisnya meliputi level mikro maupun makro.
Menggabungkan berbagai perspektif teori lain.
Terlibat dalam menjelaskan masalah besar yang dihadapi teori-teori sosiologi.
TEORI PERTUKARAN
(EXCHANGE THEORY)
PENGANTAR
Fokus perhatian sosiologi adalah perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur pada level
individu mapun kolektif.
Konsep-konsep yang tidak dapat diukur harus diberi definisi operasional sehingga dapat
diukur dan dibandingkan. Contoh: kegiatan, keakraban hubungan, perasaan.
Tujuan akhirnya adalah terbentuknya hukum.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif objektif.
A B
A B
C D
John Thibaut dan Harold W. Kelly
o Memperluas analisis pertukaran ke kelompok yang lebih besar.
o Interaksi dimulai dengan penjajakan untuk dilanjukan atau diputuskan.
o Mutu interaksi dipengaruhi faktor endogen (lelah, rasa puas, dll.) dan faktor eksogen
(lingkungan, latar belakang, dll.).
o Terdapat alternatif interaksi untuk dipilih.
o Perhitungan cost benefit kadang-kadang tidak disadari.
o Terdapat kemungkinan koalisi antara pihak-pihak yang terlibat.
o Jika kelompok bertambah besar, interaksi akan semakin kompleks, tidak langsung,
dan impersonal.
Peter Blau
o Pertukaran terjadi pada level mikro dan makro. Peter Blau mengesahkan struktur
kekuasaan yang meliputi: substruktur dan superstruktur.
o Pertukaran tidak seimbang merupakan sumber utama struktur kekuasaan (yang lemah
subordinasi kepada yang kuat, untuk kemudian diakui sebagai otoritas).
o Subordinasi dapat dihindari dengan cara berikut: penolakan pemberian, pembalasan
yang seimbang, penggunaan sumber lain, dan penggunaan kekerasan.
o Perbandingan cost benefit yang tidak seimbang dapat berdampak pada munculnya
oposisi.
Fokus perhatian:
Apa yang membuat masyarakat bersatu?
Bagaimana landasan sosial itu dipertahankan?
Bagaimana tindakan individu yang berkontribusi kepada masyarakat diarahkan pada
kesejahteraan masyarakat?
Analisis fungsional terdapat pada karya-karya Auguste Comte, Emile Durkheim, Max Weber,
Karl Marx, Georg Simmel, dan di abad ke-20 pada karya Talcott Parsons dan Robert K.
Merton.
ROBERT K. MERTON
Merton berusaha menjawab kritik terhadap Parsons dengan:
Mengembangkan middle range theory untuk acuan penelitian.
Perhatian akan konflik.
Analisis dampak (fungsional disfungsional) dan perlunya antisipasi.
KONFLIK DAN PERUBAHAN SOSIAL
Teori konflik merupakan reaksi terhadap teori struktural fungsional yang terlalu menekankan
pada integrasi, solidaritas, stabilitas, dan keseimbangan, mengabaikan konflik dan perubahan
sosial.
Akar teori konflik dan perubahan sosial:
Karl Marx, Max Weber, dan Georg Simmel.
Psikoanalisis dan fenomenologi.
HISTORIS
Mulai berkembang di Frankfurt (1930-an). Kemudian dibubarkan oleh Nazi. Di Amerika
Serikat bertemu dengan sosial radikal dengan memfokuskan pada masalah-masalah sosial
(industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi berlebihan, dan situasi politik).
Aliran Frankfurt mengkritik beberapa hal berikut:
Marxisme yang determinisme ek dan mekanistik.
Positivisme dengan metode sains untuk semua disiplin.
Sosiologi yang tidak serius membela orang tertindas.
Masyarakat modern yang menekankan rasionalitas berpihak pada kaum dominan.
Industri kultur yang memberi harapan palsu.
TUJUAN: sosiologi kritis mendorong emansipasi dan perbaikan nasib kaum tertindas.
Menguatnya kesadaran bahwa dunia penuh dengan kehidupan yang saling tergantung dan
saling memengaruhi antarindividu, kelompok, stratum, organisasi, komponen/segi kehidupan,
wilayah (geografi, politik, kota dan desa), dll., serta antara kehidupan dan lingkungan.
Analisis kesalingtergantungan sistemik tersebut terdapat pada berbagai teori:
Struktural fungsional menyatakan bahwa masyaarkat stabil karena konsensus nilai.
Konflik menyatakan bahwa sumber dikuasai kaum dominan.
Interaksi simbolik menyatakan bahwa ada pemilikan simbol bersama.
Pertukaran menyatakan bahwa ada imbalan dan penghargaan.
Tujuan sistem terbuka atau umum adalah untuk membentuk model perspektif teori yang lebih
komprehensif.
Karakteristik teori sistem terbuka:
Konsep intinya adalah organisasi dengan komponen-komponen yang saling tergantung
memungkinkan integrasi berbagai ilmu.
Dunia dan kehidupan merupakan sebuah sistem yang amat besar.
Sistem terdiri dari komponen fisik dan tindakan.
Keseluruhan lebih besar daripada jumlah semua bagiannya.
Perubahan sebuah subsistem berpengaruh pada subsistem lainnya.
Sistem berinteraksi dengan lingkungan sehingga perubahan lingkungan berpengaruh
terhadap sistem.
Batas sistem dengan lingkungan tidak selalu jelas.
Hubungan sistemik dapat bersifat konflik atau koperatif.
Sifat hubungan merupakan kontinum (kuat longgar).
Terdapat transaksi antarsistem (ada input dan output).
Sistem sosial budaya berlainan dengan sistem fisik biologis.
Hubungan antarindividu dan lingkungan merupakan hubungan informasi.
Sistem memunyai batas-batas, kekuatan menembus batas berbeda, bahkan ada yang
terisolasi.
Menurut Walter Buckley, terdapat tiga model sistem sosial budaya, yaitu:
Model Mekanis
Hubungan amat stabil dan bertahan terhadap perubahan. Adapun konsep dasarnya berupa
ekuilibrium dan inersia.
Model Organis
Terdapat penyesuaian terhadap lingkungan tetapi tanpa perubahan struktur internal.
Adapun konsep dasarnya berupa homeostatis pada level individu dan kompetisi pada
level spesies.
Model Proses
Tidak mempertahankan struktur, tetapi berusaha memecah atau mengubah strukturl
internal.
Perbedaan pandangan antara darwinisme sosial, teori sosial, teori sosio-biologis, dan sistem
terbuka tentang perilaku adalah sebagai berikut:
Darwinisme Sosial
Perbedaan kemampuan survival adalah sifat bawaan.
Teori Sosial
Perbedaan kemampuan survival disebabkan perbedaan pemilikan kesempatan.
Teori Sosio-Biologis
Sifat dan perilaku manusia sebagai warisan biologis dan budaya dengan bobot kurang
lebih sama.
Teori Sistem Terbuka
Perilaku dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal dan eksternal pada teori sistem terbuka memengaruhi perilaku individu dalam
mekanisme sebagai berikut:
Individu atau kelompok bertindak.
Tindakan menimbulkan dampak/konsekuensi.
Dampak dapat bersifat fungsional atau disfungsional.
Dampak dapat bersifat kasat mata atau harus melalui penelitian (kualitatif, kuantitatif,
atau gabungan).
Pengetahuan tentang dampak menghasilkan umpan balik berikut:
o Morfostatis (perlu dipertahankan).
o Morfogenesis (perlu diubah).
Pelaku meninjau ulang tindakan yang lalu.
Perubahan bersifat dialektif, artinya kebutuhan dan kemampuan saling meningkatkan,
menuju perbaikan taraf hidup.
Bagan arus umpan balik digambarkan sebagai berikut:
Tindakan I
Dampak pada sistem
Tindakan
individu/
kelompok Tindakan II
Tujuan:
Penilaian
dampak
Informasi tentang dampak
AKAR INTELEKTUAL
Edmund Husserl (1859 1938)
Fenomenologi adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh
melalui alat indera (yang lain berupa spekulasi). Sosiologi fenomenologi menerangkan
dunia tepat seperti yang tampak sehari-hari (phenomenon artinya kejadian).
Alfred Schutz (1899 1959)
Alfred Schutz adalah seorang filsuf sosial Jerman yang menerapkan ide Husserl di
Amerika Serikat. Schutz masuk ke negara Amerika Serikat tahun 1939 untuk menghindari
tekanan Nazi pada saat itu.
PENGANUT UTAMA FENOMENOLOGI DI AMERIKA SERIKAT
Harold Garfinkel (Etnometodologi)
o Etnometodologi didefinisikan sebagai members methods of making sense of their
social world.
o Fokus perhatiannya adalah bagaimana manusia memaknai kegiatan hidupnya sehari-
hari yang taken for granted (diterima begitu saja). Bukan apa dan bagaimana norma
yang harus diikuti, tetapi bagaimana cara warga mengikuti norma dan nilai tertentu.
o Metode yang digunakan adalah kualitatif dan melibatkan individu dalam kehidupan
sehari-hari.
o Dua jenis kajian awal:
Studi setting institusional (seperti kehidupan sehari-hari di poliklinik, sidang
pengadilan, kantor polisi, dll.).
Analisis percakapan.
o Kritik kaum fenomenologi terhadap teori tradisional:
Terlalu memfokuskan pada konsep-konsep, karenanya terasing dari realita
kehidupan sosial sehari-hari.
Metodologisnya kurang memahami objek studi.
o Sebaliknya, fenomenologi dipandang mengkaji hal-hal yang sepele.
Peter L. Berger (Sosiologi Pengetahuan)
o Peter L. Berger bersama Luckman menulis The Social Construction of Reality
(Sosiologi Pengetahuan) dengan fokus pada proses bahwa pengetahuan harus diterima
sebagai kenyaatan objektif dan bermakna subjektif.
o Sosiologi pengetahuan diciptakan oleh Max Scheler (di Jerman tahun 1920-an),
kemudian dirumuskan dan dikembangkan di Amerika Serikat oleh Karl Mannheim.
o Tugas pokok sosiologi pengetahuan adalah sebagai berikut:
Menerangkan bagaimana pengetahuan dibentuk, dikembangkan, dan
didistribusikan.
Menjelaskan dialektika antara diri dengan dunia sosial budaya dalam satu proses
dengan tiga momen stimulan, yaitu: eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
o Pengetahuan bersumber pada ide dan pengalaman subjektif dalam kehidupan sehari-
hari yang diperoleh secara kualitatif, kemudian mengalami proses eksternalisasi dan
objektivasi.
o Kenyataan hidup sehari-hari sudah diobjektivasi, dibentuk oleh suatu tatanan objek,
diberi nama, dikelompokkan, dan diterima begitu saja. Bahasa merupakan faktor
objektivasi paling penting dan digunakan secara intersubjektif (bersama-sama).
o Sosiologi pengetahuan melihat masyarakat sebagai kenyataan objektif maupun
subjektif.
Sebagai kenyataan objektif, masyarakat telah ada sebelum manusia lahir,
mengalami pelembagaan dan legitimasi, dipertahankan, dan disebarkan dalam
bentuk tradisi-tradisi, diperkaya, dan dimodifikasikan.
Sebagai kenyataan subjektif, terdapat proses internalisasi.
o Dua tahap sosialisasi:
Primer (masa kanak-kanak dalam keluarga).
Sekunder (perolehan pengetahuan/peran-peran khusus sesuai dengan pembagian
kerja).
o Hasil sosialisasi sekunder tidak lengkap. Ini menghasilkan cadangan pengetahuan.
Sosialisasi bisa berhasil atau gagal (cacat fisik, sosial, pertentangan sosialisasi primer
dan sekunder, dll.), tidak cocok dengan perkembangan, sehingga perlu pengalihan.
PERKEMBANGAN INTEGRATIF TEORI-TEORI SOSIOLOGI
Makroskopik
Mikroskopik
Perintah Kolektif
Instrumental Normatif
Tindakan
(Materialis) (Idealis)
Individu
Keterangan:
o Garis vertikal menggambarkan kontinum sumber keteraturan yang berasal dari
kekuatan eksternal (kolektif) dan internal (individu).
o Garis horizontal menggambarkan kontinum tindakan dari materialis ke idealis
(rasional normatif).
Perbedaan pola pikir antara Ritzer dan Alexander:
o Ritzer memusatkan perhatian pada hubungan dialektis antara keempat tingkat.
o Alexander memberi prioritas pada salah satu tingkat (teori kolektif normatif) dengan
perhatian utama pada norma dalam kehidupan sosial.
James S. Coleman (Mikro ke Makro)
James S. Coleman mengikuti pola pikir etika Protestan menurut Max Weber. Kekurangan
model ini adalah tidak adanya feedback (garis searah).
Tingkat Makro
2 3
Keterangan:
2 = hubungan makro mikro
1 = hubungan mikro mikro
3 = hubungan mikro makro
Allen Liska (Makro ke Mikro dan Mikro ke Makro)
Allen Liska berusaha memperbaiki model integrasi mikro makro yang diungkapkan
oleh Coleman.
Dalam perkembangannya, kedua model integrasi teori yang berbeda itu (Amerika Serikat dan
Eropa) bersifat saling melengkapi satu sama lain.