Anda di halaman 1dari 27

KLASIFIKASI TEORI SOSIOLOGI

A. Johnson (Teori Sosiologi Klasik dan Modern)

LEVEL ANALISIS TEORI KLASIK TEORI MODERN


Auguste Comte
Struktural Fungsional
Budaya Pitirim Sosokin
Konflik
William F. Ogburn
Emile Durkheim Struktural Fungsional
Struktur
Karl Marx Konflik
Individu Max Weber Struktural Fungsional
Interaksional Simbolik
Pertukaran
Interaksi Georg Simmel
Struktural Fungsional
Konflik

B. George Ritzer (Sosiologi: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda)


Tiga paradigma teori sosiologi menurut Ritzer adalah sebagai berikut:
1. Paradigma Fakta Sosial
a. Teori Struktural Fungsional
b. Teori Konflik
c. Teori Sistem
d. Teori Sosiologi Makro
2. Paradigma Definisi Sosial
a. Teori Tindakan
b. Teori Interaksional Simbolik
c. Teori Fenomenologi
3. Paradigma Perilaku Sosial
a. Teori Sosiologi Perilaku
b. Teori Pertukaran
AUGUSTE COMTE
(1798 1857)

Auguste Comte adalah tokoh yang merumuskan sosiologi sebagai ilmu empirik.
Comte adalah positivist, yaitu tokoh yang memahami masyarakat dengan pendekatan
sains.
Comte mengembangkan strategi perubahan masyarakat, meskipun ia seorang konservatif
yang mempertahankan tertib sosial (social order).
Menurut Comte, masyarakat dipandang sebagai organisme dengan ciri-ciri berikut:
o Totalitas lebih besar daripada jumlah individu.
o Masyarakat merupakan sistem.
o Masyarakat lebih penting daripada individu.
Metode kerja sosiologi menurut Comte sama dengan metode sains yang meliputi:
observasi, perbandingan, dan eksperimen.
Kebudayaan berpengaruh terhadap struktur masyarakat. Berpikir merupakan komponen
budaya terpenting dan mengalami perkembangan dari teologi, metafisik, dan positif.
Sementara itu, hubungan berpikir dengan struktur masyarakat dapat digambarkan sebagai
berikut:
o Teologi dikaitkan dengan masyarakat militer.
o Metafisik dikaitkan dengan organisasi masayrakat lokal, serta adanya dominasi ahli
hukum.
o Positif dikaitkan dengan masyarakat industri.
Pertumbuhan ilmu berdasarkan kompleksitas adalah sebagai berikut: matematika,
astronomi, fisika, kimia, biologi, dan sosiologi.
Comte menaruh perhatian akan pembagian kerja dan kemajuan. Kemajuan mengganggu
tertib sosial. Untuk kembali ke tertib sosial diperlukan pembaharuan agama yang disebut
sebagai agama humanitas.
Sosiologi berperan sebagai penjaga tertib sosial, yaitu sebagai penjaga moral intelektual
dalam masyarakat dan pemerintah.
PITIRIM SOROKIN
(1889 1968)

Pitirim Sorokin mengembangkan teori siklus yang menerangkan bahwa proses perubahan
kebudayaan sebagai berikut:

Budaya Budaya
Campuran Rohani

Budaya Budaya
Inderawi Campuran

Budaya Rohani (Ideational)


Asketis (mengurangi kebutuhan fisik sejauh mungkin).
Aktif (mengurangi kebutuhan fisik dan mengubah dunia aktual agar sesuai dengan dunia
transendental).
Budaya Inderawi (Sensasional)
Pasif (mengejar kenikmatan).
Sinis (mengejar kenikmatan yang diterima dunia rohani).
Aktif (mengubah dunia fisik untuk kesenangan).
Budaya Campuran
Idealistis (terintegrasi).
Tiruan (tidak terintegrasi).

WILLIAM FIELDING OGBURN


(1886 1959)

W. F. Ogburn mengembangkan teori disekuilibrium (teori guncangan) akibat ketimpangan


penerimaan budaya materi dan non-materi. Teori ini diperkuat oleh perbedaan penerimaan
antarbudaya non-materi itu sendiri.
Konsep kunci: cultural lag
Persoalan hidup merupakan perwujudan dari cultural lag.
Catatan:
W. F. Ogburn tidak menerangkan pengaruh perbedaan individu seperti halnya Rogers.
EMILE DURKHEIM
(1858 1917)

Menurut Durkheim, sosiologi harus terpisah dari psikologi dan filsafat karena berlainan
objek studi dan metode kerja yang digunakan.
Adapun objek studi sosiologi menurut Durkheim adalah fakta sosial, yaitu:
o Benda atau sebagai benda.
o Berada di luar dan di atas individu.
o Memunyai daya paksa terhadap individu.
o Tersebar/dimiliki oleh masyarakat.

Menurut Durkheim, masyarakat itu rill, sedangkan individu dibentuk oleh masyarakat.
Konsep ini dikenal dengan istilah realisme sosial.
Pendekatan sosiologi yang digunakan menurut Durkheim adalah: pendekatan sains,
positivistik, empirik, objektif, kuantitatif, dan statistika. Sementara itu konsep utama
sosiologi menurut Durkheim adalah: integritas sosial dan solidaritas sosial.
Solidaritas sosial adalah suatu keadaan hubungan antarindividu atau kelompok yang
didasari moral, perasaan, dan kepercayaan bersama, serta diperkuat dengan pengalaman
emosional bersama. Solidaritas sosial terdiri dari dua kategori, yaitu:
o Solidaritas mekanik adalah bentuk solidaritas yang didasari oleh ikatan emosional
atas kebersamaan.
o Solidaritas organik adalah bentuk solidaritas yang berkaitan dengan saling
bergantung atas dasar pembagian kerja (division of labour).
Dalam konsep ini, masyarakat akan berevolusi dari solidaritas mekanik menuju
solidaritas organik. Berikut ini akan ditampilkan tabel perbandingan tipe solidaritas:

SOLIDARITAS MEKANIK SOLIDARITAS ORGANIK


Pembagian kerja tinggi.
Pembagian kerja rendah.
Kesadaran kolektif rendah.
Kesadaran kolektif tinggi.
Didominasi hukum restitutif.
Didominasi hukum represif.
Tingkat individualitas tinggi.
Tingkat individualitas rendah.
Konsensus akan nilai abstrak dan hukum
Konsensus akan pola normatif dianggap
dianggap penting.
penting.
Penyimpangan dihukum oleh badan
Penyimpangan dihukum oleh masyarakat.
kontrol sosial.
Kesalingtergantungan rendah.
Kesalingtergantungan tinggi.
Bersifat tradisional pedesaan.
Bersifat industrial perkotaan.

Dalam masyarakat terjadi pembagian kerja yang semakin khusus (spesialisasi) yang
bersumber pada pertumbuhan penduduk.
Durkheim menemukan terdapat hubungan agama dengan solidaritas sosial yang tertuang
dalam studinya tentang masyarakat Arunta di Australia.
Studi Durkheim tentang bunuh diri (suicide) memperkuat teori solidaritas sosial.
Durkheim membagi kategori bunuh diri menjadi empat bagian, yaitu:
o Bunuh diri egoistik
o Bunuh diri fatalistik
o Bunuh diri anomik
o Bunuh diri altruistik
Ancaman-ancaman terhadap solidaritas sosial di antaranya:
o Konflik
o Penyimpangan
o Individualisme
o Anomi
Akibat perubahan sosial di antaranya:
o Disintegrasi sosial
o Disorganisasi sosial
o Profanisasi atau desakralisasi
o Anomi
KARL MARX
(1815 1883)

Pola berpikir Karl Marx aadalah determinisme ekonomi.


Menurut Marx, ekonomi dipandang sebagai infrastruktur. Sementara itu, sosial, politik,
budaya, dan agama dipandang sebagai suprastruktur.
Karl Marx menolak pendekatan positif, tetapi menggunakan pendekatan historis.
Pemikiran Marx dipengaruhi oleh Hegel, tetapi Marx mengganti pemikiran Hegel berikut:
o Idealisme dengan materialisme.
o Konservatisme dengan perubahan sosial radikal.
o Dialektika tetap tidak berubah.
Kebutuhan manusia tidak pernah tuntas, selalu muncul bentuk produksi baru.
Manusia berbeda dengan hewan dalam kemampuan bersama menciptakan kondisi
material yang diperlukan.
Perubahan cara produksi menimbulkan perubahan sosial.
Sejarah perkembangan masyarakat menurut Marx meliputi:
o Primitif.
o Komunal purba.
o Feodal.
o Kapitalis.
o Komunis.
Struktur kelas atas dasar kepemilikan alat produksi menurut Marx terbagi atas dua
golongan sebagai berikut:
o Borjuis sebagai pemilik alat produksi (tanah, mesin, modal) dan berusaha
mempertahankan status quo.
o Proletar yang hanya memiliki tenaga dan keterampilan dan mengusahakan perubahan
secara revolusioner.
Di antara kedua kelas tersebut terjadi konflik yang tidak pernah selesai.
Struktur kelas menurut Marx bersifat objektif, sedangkan kesadaran kelas bersifat
subjektif.
Kesadaran palsu merupakan ideologi budaya berupa ilusi untuk mengimbangi
ketimpangan dan kekurangan materi yang berakibat tidak sadar akan kepentingan
sebenarnya. Kesadaran palsu merupakan dasar bagi sikap Karl Marx terhadap agama
karena di dalam agama terdapat banyak kesadaran palsu.
Alienasi adalah suatu kondisi di mana suatu produk terlepas dari pembuatnya. Alienasi
yang paling ekstrem terjadi dalam kapitalisme yang ditandai dengan adanya mekanisme
pasar yang impersonal.
Alienasi politik adalah bentuk perlindungan pemerintah terhadap kelas yang dominan.
Menurut Marx, untuk menghilangkan alienasi harus menghilangkan hak milik dan
kapitalisme.
Hal yang dikritik Marx tentang kapitalisme adalah: nilai surplus jatuh ke tangan kapitalis.

Sementara itu jawaban kaum kapitalis terhadap kritik Marx adalah sebagai berikut:
o Upah buruh naik.
o Pertumbuhan kelas menengah.
o Tersebarnya pemilikan saham.
o Fiskal yang berimbang.
o Tanggung jawab terhadap kesejahteraan dasar.
MAX WEBER
(1864 1920)

Menurut Weber, sosiologi mengkaji individu dan tindakan sosialnya.


o Individu berkaitan dengan motivasi dan rasionalitasnya.
o Tindakan sosial berkaitan dengan perilaku penuh makna subjektif yang diarahkan
kepada orang lain.
Perbandingan pemikiran antara Emile Durkheim dan Max Weber:
o Pemikiran Durkheim berkaitan dengan realitas sosial.
o Pemikiran Weber berkaitan dengan nominalis.

Metode kerja menurut Weber terdiri dari: metode kuantitatif, subjektif, dan verstehen.
Sementara itu, untuk mengatasi subjektivitas menggunakan tipe ideal (ideal type).
Terdapat permasalahan ilmu yang value free dan value laden.

Tipe-tipe tindakan sosial menurut Weber meliputi:


o Tindakan sosial rasional (meliputi: zweckrational dan wertational).
o Tindakan sosial non-rasional (meliputi: afektif dan tradisional).

Power adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak. Sementara otoritas adalah


bentuk pengakuan pihak lain. Macam-macam otoritas menurut Weber meliputi:
tradisional, kharismatik, rasional-legal, dan campuran.
Konflik ada di mana-mana, termasuk pada individu yang meliputi: konflik status dan
konflik peran.
Stratifikasi sosial menurut Weber didasarkan pada aspek berikut:
o Kekayaan (wealth).
o Kekuasaan (power).
o Kedudukan (status).

Dalam bidang agama, Weber juga mempelajari pengaruh agama terhadap perkembangan
ekonomi di kalangan Calvinis Eropa (The Protestant Ethic and The Spitir of Capitalism).
o Asumsinya adalah orang baik akan masuk surga.
o Ciri-ciri orang baik di antaranya:
Suka bekerja keras.
Biasa hidup hemat.
Rasional dan berjiwa investasi.
Disiplin serta mandiri.
o Sifat-sifat tersebut mendukung pembentukan kapital.
GEORG SIMMEL
(1858 1918)

Objek studi sosiologi menurut Simmel adalah interaksi sosial (pola-pola interaksi).

Simmel berusaha menjembatani pemikiran tokoh-tokoh berikut:


o Realisme dan nominalisme (Durkheim dan Weber).
o Konflik dan solidaritas (Marx dan Durkheim).

Pola berpikir Simmel dipengaruhi oleh tokoh-tokoh berikut:


o Herbert Spencer (pemikiran tentang evolusi [diferensiasi dan heterogenesi
masyarakat]).
o Immanuel Kant (pemikiran tentang empirisme dan rasionalisme).
o Hegel (pemikiran tentang dialektika).

Proses pembentukan dalam masyarakat disebut sebagai sosiasi atau vergesellschafthung.

Menurut Simmel, sosiologi mempelajari pola-pola interaksi yang meliputi:


o Bentuk yang meliputi: solidaritas, kompetensi, superordinasi-subordinasi, pembagian
kerja, dll. (dalam negara, partai politik, dan industri).
o Isi yang meliputi: kepentingan poleksos, dll.

Hubungan bentuk dan isi bersifat dinamis. Kadang-kadang bentuk terpisah dari isi
(sosiabilita).
Pokok-pokok pembahasan Simmel adalah sebagai berikut:
o Proses Sosial
Meliputi: pembagian kerja, pembentukan partai, oposisi terhadap penguasa, konflik,
dan perundingan.
o Tipe-tipe Sosial
Meliputi: wasit, atasan, orang asing, dan makelar.
o Pola-pola Perkembangan Sosial
Meliputi: diferensiasi sosial, otonomi, dan perubahan fungsi organisasi.
Konflik menurut Simmel merupakan bagian (bukan lawan) dari interaksi. Konflik bisa
memperkuat interaksi. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meredam konflik di
antaranya sebagai berikut:
o Menghilangkan dasar konflik.
o Memenangkan salah satu pihak.
o Melakukan kompromi/damai.
o Adanya ketidakmungkinan damai.

Peran pihak ketiga dalam konflik adalah sebagai berikut:


o Sebagai wasit.
o Sebagai penengah.
o Pencari keuntungan dalam konflik.
o Menciptakan konflik.

Pokok pembahasan Simmel lainnya, di antaranya sebagai berikut:


o Pengaruh jumlah terhadap konflik.
o Interaksi dan pembentukan kelompok dan birokrasi.
o Uang sebagai media interaksi.

Simmel juga membahas tentang kreativitas individu dan budaya mapan. Kebudayaan
merupakan produk kreativitas, tetapi jika sudah mapan bisa menjadi penghalang untuk
perkembangan kreativitas lebih lanjut. Sementara itu, alienasi budaya merupakan suatu
bentuk akibat dari adanya inovasi budaya itu sendiri.
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK

LANDASAN TEORI
Pragmatisme
o Realitas diciptakan saat bertindak dalam dunia nyata.
o Pengetahuan dan ingatan tentang dunia nyata didasari kegunaannya.
o Definisi tentang objek sosial dan fisik didasari kegunaannya.
Behaviorisme Sosial
Behaviorisme sosial (berbeda dengan behaviorisme radikal Watson) menyatakan bahwa
tindakan bukan respons terhadap stimulus, melainkan terhadap maknanya bagi pelaku.

TOKOH TEORI INTERAKSI SIMBOLIK


George Herbert Mead (1863 1931)
o Masyarakat lebih penting daripada individu.
o Tindakan manusia muncul melalui proses berikut: impuls (perangsang), persepsi
(pemahaman), manipulasi (antisipasi dampak), dan konsumasi (pelaksanaan).
Sementara itu, tindakan hewan muncul melalui trial and error.
o Dalam interaksi, konsep diri memegang peran penting. Orang dapat membuat dirinya
menjadi subjek dan objek (I dan me), sehingga dapat melihat dirinya sendiri.
o Dalam interaksi diperlukan empati, yaitu kemampuan menempatkan diri sebagai
orang lain.
o Perkembangan konsep diri dimulai pada masa kanak-kanak sebagai berikut:
Tahap bermain, yaitu tahap memainkan peran orang lain.
Tahap permainan (games), yaitu tahap mengerti peran orang-orang lain dalam
kelompok.
Tahap generalized other, yaitu tahap pembentukan sikap kelompok sehingga anak
memunyai sikap yang sama dengan komunitasnya, meski dapat muncul keunikan-
keunikan.
o Masyarakat merupakan proses sosial yang berlangsung terus-menerus, didukung oleh
kedua aspek berikut:
Pranata sosial, yaitu kebiasaan hidup bersama.
Pendidikan, yaitu bentuk internalisasi pranata sosial yang memberi ruang untuk
berkembangnya individualitas.
o Prinsip-prinsip dasar interaksi simbolik adalah sebagai berikut:
Manusia memunyai kemampuan berpikir yang dibentuk melalui interaksi sosial
atau sosialisasi yang tidak searah.
Objek berpikir manusia meliputi: objek fisik, sosial, dan moral. Sementara itu,
yang abstrak menurut relativisme adalah objek moral yang memunyai arti yang
berbeda bagi orang yang berbeda.
Interaksi simbolik adalah interaksi yang menggunakan simbol, yang kemudian
menggunakan objek sosial yang disetujui orang untuk menggantikan atau
merepresentasikan sesuatu.
Simbol dapat berupa benda, gerak atau isyarat, atau kata-kata. Bahasa adalah
simbol yang paling penting.
Manusia mempelajari simbol dan maknanya melalui interaksi.
Simbol harus dimaknai sama oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Pemakaian simbol bisa tampak atau terselubung. Berpikir merupakan bentuk
interaksi dengan diri sendiri yang terselubung.
Perhatian interaksi simbolik terfokus pada dampak makna dan simbol terhadap
tindakan manusia.
Tindakan manusia tampil dan tersembunyi (berpikir). Adapun tindakan yang
tersembunyi lebih penting.
Charles Horton Cooley (1864 1929)
o Individu dan masyarakat saling memerlukan.
o Looking glass self bertujuan untuk menilai penerimaan atau penolakan orang lain
yang menghasilkan:
Gambaran tentang diri sendiri.
Gambaran tentang pandangan orang lain.
Harga diri (rasa bangga atau malu).
o Primary group merupakan tempat pertama kali manusia memasuki dunia sosial yang
pokok. Di sini akan menjadi tempat watak dasar secara universal dibentuk.
o Secondary group merupakan kelompok kepentingan yang potensial untuk menjadi
primary group.

William I. Thomas (1863 1947)


o Perilaku tergantung pada definisi situasi yang diberikan (relativis melihat bahwa
situasi yang sama memunyai makna berbeda bagi orang yang berbeda).
o Definisi situasi itu bersifat subjektif dan berubah.
o Dalil Thomas: apabila seseorang mendefinisikan situasi sebagai rill, maka rill pula
konsekuensinya.
Manford Kuhn
Interaksi simbolik merupakan payung bagi teori-teori lainnya. Konsep diri dapat
dikorelasikan secara kuantitatif dengan variabel-variabel sosial lain melalui res twenty
statement.
George Herbert Blumer
o Manusia memunyai macam-macam status dan peran. Di antaranya ada yang
menonjol.
o Menolak dominasi struktur sosial berskala besar terhadap tindakan sosial aktor.
o Konsep diri dipengaruhi status dan peran.
o Keberhasilan dalam pelaksanaan peran dipengaruhi faktor berikut: komitmen yang
bersangkutan, dukungan pihak lain, situasi, dan kesempatan.
Erving Goffman (1922 1982) Teori Dramaturgi
Hidup adalah sandiwara untuk mempertahankan kesan. Ada back stage dan front stage
yang menjadi setting dan front personal (penampilan dan gaya).

Teori interaksi simbolik merupakan teori utama yang digunakan dalam psikologi sosial,
komunikasi, dan pendidikan.
Keunggulan teori interaksi simbolik:
Perhatian pada level analisis mikro maupun makro.
Terintegrasi dan bersintesis dengan teori-teori lain (teori pertukaran, etnometodologi, dan
fenomenologi).
Mencakup pembahasan berbagai fenomena sosial dan menjembatani aliran-aliran ilmu
sosial masa kini.
Kritik terhadap teori interaksi simbolik:
Meninggalkan teknik-teknik ilmiah konvensional.
Konsep-konsepnya kurang tegas (self, pikiran, konsep I and me).
Mengabaikan peran struktur berskala luas.
Mengabaikan peran emosi, motif, kebutuhan, tujuan, dan aspirasi para aktor.
Masa depan teori interaksi simbolik cukup cerah karena faktor berikut:
Banyak karya berbagai ilmu bertemakan interaksi simbolik.
Analisisnya meliputi level mikro maupun makro.
Menggabungkan berbagai perspektif teori lain.
Terlibat dalam menjelaskan masalah besar yang dihadapi teori-teori sosiologi.
TEORI PERTUKARAN
(EXCHANGE THEORY)

PENGANTAR
Fokus perhatian sosiologi adalah perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur pada level
individu mapun kolektif.
Konsep-konsep yang tidak dapat diukur harus diberi definisi operasional sehingga dapat
diukur dan dibandingkan. Contoh: kegiatan, keakraban hubungan, perasaan.
Tujuan akhirnya adalah terbentuknya hukum.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif objektif.

TOKOH TEORI PERTUKARAN


George Homans
o Fokus perhatian Homans adalah pertukaran pada kelompok kecil.
o Teori pertukaran didasari oleh faktor berikut:
Ekonomi dasar (cost benefit).
Psikologi perilaku (reward punishment).
o Bentuk-bentuk pertukaran dan ilustrasinya:
Pertukaran langsung yang menekankan keseimbangan dan keterlibatan emosi.
Pertukaran tidak langsung yang mendukung integrasi dan solidaritas kelompok.
o Kelebihan seseorang merupakan investasi yang diperhitungkan dalam interaksi (usia,
keturunan, pendidikan, pengalaman, keahlian, dll.).

Pertukaran Langsung Pertukaran Tidak Langsung

A B

A B

C D
John Thibaut dan Harold W. Kelly
o Memperluas analisis pertukaran ke kelompok yang lebih besar.
o Interaksi dimulai dengan penjajakan untuk dilanjukan atau diputuskan.
o Mutu interaksi dipengaruhi faktor endogen (lelah, rasa puas, dll.) dan faktor eksogen
(lingkungan, latar belakang, dll.).
o Terdapat alternatif interaksi untuk dipilih.
o Perhitungan cost benefit kadang-kadang tidak disadari.
o Terdapat kemungkinan koalisi antara pihak-pihak yang terlibat.
o Jika kelompok bertambah besar, interaksi akan semakin kompleks, tidak langsung,
dan impersonal.
Peter Blau
o Pertukaran terjadi pada level mikro dan makro. Peter Blau mengesahkan struktur
kekuasaan yang meliputi: substruktur dan superstruktur.
o Pertukaran tidak seimbang merupakan sumber utama struktur kekuasaan (yang lemah
subordinasi kepada yang kuat, untuk kemudian diakui sebagai otoritas).
o Subordinasi dapat dihindari dengan cara berikut: penolakan pemberian, pembalasan
yang seimbang, penggunaan sumber lain, dan penggunaan kekerasan.
o Perbandingan cost benefit yang tidak seimbang dapat berdampak pada munculnya
oposisi.

CONTOH PROPOSISI PERTUKARAN


Jika pada masa lalu suatu stimulus menimbulkan tindakan yang mendatangkan ganjaran,
maka semakin mirip stimulus yang ada, semakin mungkin orang yang bersangkutan
melakukan tindakan yang sama atau hampir sama.
Semakin sering suatu tidakan mendapat ganjaran, semakin sering orang melakukannya.
Semakin tinggi nilai suatu tindakan, semakin senang orang melakukannya.
Semakin sering seseorang mendapat ganjaran, semakin kurang bernilai baginya untuk
meningkatkannya.
Jika seseorang tidak menerima ganjaran seperti yang diharapkan, atau menerima
hukuman di luar dugaannya, maka ia akan berkecil hati.
TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
INTEGRASI DAN KETERATURAN SOSIAL

Fokus perhatian:
Apa yang membuat masyarakat bersatu?
Bagaimana landasan sosial itu dipertahankan?
Bagaimana tindakan individu yang berkontribusi kepada masyarakat diarahkan pada
kesejahteraan masyarakat?
Analisis fungsional terdapat pada karya-karya Auguste Comte, Emile Durkheim, Max Weber,
Karl Marx, Georg Simmel, dan di abad ke-20 pada karya Talcott Parsons dan Robert K.
Merton.

TALCOTT PARSONS (1902 1979)


Talcott Parsons mengembangkan Grand Theory of Sociology yang mendapat sambutan
luas, tetapi kemudian terdesak oleh teori sosiologi radikal dan interaksi simbolik.
Parsons mengembangkan konsep tindakan sosial voluntaristik melalui analisis karya-karya
berikut:
Marshall (terlalu rasional, kurang normatif).
Pareto (tindakan manusia kebanyakan non-logis).
Emile Durkheim (didominasi masyarakat).
Max Weber (tindakan individu dilandasi idealisme, nilai dan norma, tetapi mengabaikan
kondisi dan faktor biologis seperti alat dan kelelahan).
Adapun yang dimaksud tindakan sosial voluntaristik adalah manusia bebas memilih tujuan
dan alat, tetapi terikat pada lingkungan dan nilai/norma bersama.
Tindakan sosial individu dilandasi dua elemen dasar, yaitu:
Orientasi motivasional, yaitu meningkatkan kepuasan dan menekan kekecewaan.
Orientasi nilai, yaitu standar norma yang mengendalikan pilihan.
Orientasi motivasional meliputi tiga dimensi berikut:
Dalam kognitif berupa pengetahuan pelaku tentang situasi.
Dalam katektif berupa reaksi afektif atau emosional terhadap situasi.
Dalam evaluatif berupa dasar-dasar untuk menentukan pilihan.
Orientasi nilai meliputi tiga dimensi berikut:
Dalam kognitif berupa pengetahuan tentang standar untuk penerimaan atau penolakan
interpretasi kognitif.
Dalam apresiatif berupa standar dalam pengungkapan perasaan.
Dalam moral berupa standar untuk menilai tipe-tipe tindakan.
Komitmen terhadap nilai dan norma merupakan faktor pemersatu masyarakat. Nilai dan
norma sebagai faktor pemersatu haruslah:
Dilembagakan pada level budaya.
Disosialisasikan pada level sosial.
Diinternalisasikan pada level individu.
Dikontrol pada level perilaku.
Selain itu juga harus terpenuhi kebutuhan akan ketahanan teritorial, karena masyarakat saling
berhubungan satu sama lain.
Terdapat tiga kategori tindakan sosial, yaitu:
Tindakan intelektual (kognisi).
Tindakan afeksi (afeksi).
Tindakan moral (evaluasi).
Empat tahapan sistem yang fungsional dalam pelembagaan dan pembudayaan nilai atau
norma meliputi: budaya, sosial, individu, dan organisme perilaku.
Ada arus informasi dan kontrol dari level budaya, seperti dengan organisme perilaku, dan
arus energi dengan arah sebaliknya. Gabungan kedua arus tersebut menghasilkan sibernatik
(mekanisme umpan balik).
Tindakan sosial dirumuskan dalam variabel pola (pattern variable) yang terdiri dari:
Afektif netral afeksi.
Kolektivitas orientasi diri.
Partikularisme universalisme.
Orientasi askripsi orientasi prestasi.
Kekaburan spesifitas.
Catatan:
Konsep variabel pola dapat dibandingkan dengan konsep gemeinschaft dan gesellschaft dari
Ferdinand Tonnies.
Sistem sosial memunyai empat fungsi berikut (AGIL):
Adaptation (ekonomi).
Goal Attainment (politik).
Integration (hukum).
Latency (keluarga, agama, pendidikan).
Parsons dan teori sistem umum:
Sistem terbuka.
Setiap subsistem pada gilirannya dapat dilihat sebagai sistem.
Dalam setiap subsistem, betapa pun kecilnya terdapat empat fungsi sistem sosial tersebut
(AGIL).
Media pertukaran dalam AGIL adalah sebagai berikut:
Adaptation (uang).
Goal Attainment (kekuasaan).
Integration (hukum).
Latency (komitmen nilai).

Kritik terhadap Parsons:


Grand Theory of Sociology tidak berorientasi penelitian.
Tidak memperhatikan perubahan sosial dan konflik.
Sebenarnya, Talcott Parsons tidak anti terhadap perubahan sosial, karena dalam AGIL
terdapat peningkatan sebagai berikut:
Adaptation (pembagian kerja dan efisiensi).
Goal Attainment (diferensiasi struktural).
Integration (peningkatan inklusi atau keterlibatan).
Latency (generalisasi nilai).
Menurut Parsons, perubahan sosial berjalan sistemik, seimbang, tanpa guncangan. Berbeda
dengan teori disekuilibrium yang diungkapkan oleh W. F. Ogburn. Oleh karena itu, teori
Parsons disebut teori keseimbangan atau integrasi.

ROBERT K. MERTON
Merton berusaha menjawab kritik terhadap Parsons dengan:
Mengembangkan middle range theory untuk acuan penelitian.
Perhatian akan konflik.
Analisis dampak (fungsional disfungsional) dan perlunya antisipasi.
KONFLIK DAN PERUBAHAN SOSIAL

Teori konflik merupakan reaksi terhadap teori struktural fungsional yang terlalu menekankan
pada integrasi, solidaritas, stabilitas, dan keseimbangan, mengabaikan konflik dan perubahan
sosial.
Akar teori konflik dan perubahan sosial:
Karl Marx, Max Weber, dan Georg Simmel.
Psikoanalisis dan fenomenologi.

HISTORIS
Mulai berkembang di Frankfurt (1930-an). Kemudian dibubarkan oleh Nazi. Di Amerika
Serikat bertemu dengan sosial radikal dengan memfokuskan pada masalah-masalah sosial
(industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi berlebihan, dan situasi politik).
Aliran Frankfurt mengkritik beberapa hal berikut:
Marxisme yang determinisme ek dan mekanistik.
Positivisme dengan metode sains untuk semua disiplin.
Sosiologi yang tidak serius membela orang tertindas.
Masyarakat modern yang menekankan rasionalitas berpihak pada kaum dominan.
Industri kultur yang memberi harapan palsu.

TUJUAN: sosiologi kritis mendorong emansipasi dan perbaikan nasib kaum tertindas.

TOKOH TEORI KONFLIK DAN PERUBAHAN SOSIAL


Wright Mills
Masyarakat didominasi oleh kaum elite (politik, ekonomi, militer). Elite di suatu bidang
mudah menjadi elite di bidang lain. Terdapat kerja sama antarelite dalam
mempertahankan dominasi.
Robert Mitchels
Organisasi didominasi oleh kaum elite. Terdapat hukum besi oligarki. Kaum elite bisa
jauh, tetapi penggantinya akan sama.
Ralph Dahrendorf
o Dasar konflik menurut Dahrendorf adalah kontrol terhadap alat produksi (manajer),
buka pemilikan faktor produksi. Konflik terjadi antara pemilik otoritas (status quo)
dan kelas bawah (penentang otoritas).
o Konflik dapat dibedakan berdasarkan:
Intensitas (berkaitan dengan jumlah energi).
Kekerasan (berkaitan dengan alat yang digunakan).
o Konflik menimbulkan tiga tipe perubahan struktur sosial (struktur otoritas):
Seluruh personel kaum dominan.
Sebagian personel.
Penggabungan kepentingan subordinat.
o Perubahan struktur otoritas berbeda keradikalan dan kecepatannya. Ada korelasi
antara intensitas dan kekerasan dengan keradikalan dan kecepatan.
o Perbandingan antara struktural fungsional dan konflik:
Struktural Fungsional
Struktur sosial mantap.
Elemen-elemen struktur terintegrasi.
Setiap elemen kehidupan berkontribusi terhadap sistem.
Dasar integrasi adalah konsensus akan nilai.
Konflik
Perubahan terdapat di mana-mana.
Konflik terdapat di mana-mana.
Elemen-elemen masyarakat berkontribusi terhadap disintegrasi dan perubahan.
Selalu ada pemaksaan kaum dominan terhadap yang lemah.
Lewis Coser
o Menurut Coser, konflik dapat bersifat fungsional atau disfungsional.
o Dalam dalilnya, Coser menyatakan bahwa konflik dengan luar memperkuat solidaritas
ke dalam. Memperkuat solidaritas ke dalam berakibat konflik dengan luar.
o Ketiadaan konflik tidak berarti ada integrasi yang kuat.
o Sumber konflik menurut Coser terletak pada pemenuhan kebutuhan yang tidak
memadai dan adanya ketidakadilan.
o Pemecahan konflik dapat dilakukan dengan cara berikut:
Musyawarah terbuka.
Wasit yang adil.
Katup pengaman (upacara, lelucon, pertandingan, dll.).
Penciptaan musuh/lawan bersama (rill atau imajiner).
o Dua kategori konflik menurut Coser adalah sebagai berikut:
Konflik realistik yang bertujuan untuk mencapai tujuan, mendorong perubahan
sosial yang menguntungkan sistem.
Konflik non-realistik yang mengarah pada kebencian.
o Kekerasan sering digunakan sebagai strategi yang bisa memperkuat, tetapi
mengandung risiko.
Randal Collins
o Sumber konflik pada level makro adalah perbedaan kontrol terhadap sumber
(ekonomi, politik, organisasi, dan militer) oleh pihak yang terlibat.
o Sumber konflik pada level mikro adalah usaha memengaruhi definisi subjektif orang
lain untuk menambah keuntungan.
o Dalam organsasi, konflik dapat terjadi antarjenjang otoriats karena perbedaan
wewenang, jaringan komunikasi, dana, sifat kerja fisik, dll. yang dapat mempribadi.
o Orang yang berstatus relatif sama cenderung membuat kelompok, tetapi yang
menonjolkan diri dalam kelompok dapat menyulut konflik antarkelompok atau
antarindividu dalam kelompok.
TEORI SISTEM TERBUKA

Menguatnya kesadaran bahwa dunia penuh dengan kehidupan yang saling tergantung dan
saling memengaruhi antarindividu, kelompok, stratum, organisasi, komponen/segi kehidupan,
wilayah (geografi, politik, kota dan desa), dll., serta antara kehidupan dan lingkungan.
Analisis kesalingtergantungan sistemik tersebut terdapat pada berbagai teori:
Struktural fungsional menyatakan bahwa masyaarkat stabil karena konsensus nilai.
Konflik menyatakan bahwa sumber dikuasai kaum dominan.
Interaksi simbolik menyatakan bahwa ada pemilikan simbol bersama.
Pertukaran menyatakan bahwa ada imbalan dan penghargaan.
Tujuan sistem terbuka atau umum adalah untuk membentuk model perspektif teori yang lebih
komprehensif.
Karakteristik teori sistem terbuka:
Konsep intinya adalah organisasi dengan komponen-komponen yang saling tergantung
memungkinkan integrasi berbagai ilmu.
Dunia dan kehidupan merupakan sebuah sistem yang amat besar.
Sistem terdiri dari komponen fisik dan tindakan.
Keseluruhan lebih besar daripada jumlah semua bagiannya.
Perubahan sebuah subsistem berpengaruh pada subsistem lainnya.
Sistem berinteraksi dengan lingkungan sehingga perubahan lingkungan berpengaruh
terhadap sistem.
Batas sistem dengan lingkungan tidak selalu jelas.
Hubungan sistemik dapat bersifat konflik atau koperatif.
Sifat hubungan merupakan kontinum (kuat longgar).
Terdapat transaksi antarsistem (ada input dan output).
Sistem sosial budaya berlainan dengan sistem fisik biologis.
Hubungan antarindividu dan lingkungan merupakan hubungan informasi.
Sistem memunyai batas-batas, kekuatan menembus batas berbeda, bahkan ada yang
terisolasi.
Menurut Walter Buckley, terdapat tiga model sistem sosial budaya, yaitu:
Model Mekanis
Hubungan amat stabil dan bertahan terhadap perubahan. Adapun konsep dasarnya berupa
ekuilibrium dan inersia.
Model Organis
Terdapat penyesuaian terhadap lingkungan tetapi tanpa perubahan struktur internal.
Adapun konsep dasarnya berupa homeostatis pada level individu dan kompetisi pada
level spesies.
Model Proses
Tidak mempertahankan struktur, tetapi berusaha memecah atau mengubah strukturl
internal.
Perbedaan pandangan antara darwinisme sosial, teori sosial, teori sosio-biologis, dan sistem
terbuka tentang perilaku adalah sebagai berikut:
Darwinisme Sosial
Perbedaan kemampuan survival adalah sifat bawaan.
Teori Sosial
Perbedaan kemampuan survival disebabkan perbedaan pemilikan kesempatan.
Teori Sosio-Biologis
Sifat dan perilaku manusia sebagai warisan biologis dan budaya dengan bobot kurang
lebih sama.
Teori Sistem Terbuka
Perilaku dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal dan eksternal pada teori sistem terbuka memengaruhi perilaku individu dalam
mekanisme sebagai berikut:
Individu atau kelompok bertindak.
Tindakan menimbulkan dampak/konsekuensi.
Dampak dapat bersifat fungsional atau disfungsional.
Dampak dapat bersifat kasat mata atau harus melalui penelitian (kualitatif, kuantitatif,
atau gabungan).
Pengetahuan tentang dampak menghasilkan umpan balik berikut:
o Morfostatis (perlu dipertahankan).
o Morfogenesis (perlu diubah).
Pelaku meninjau ulang tindakan yang lalu.
Perubahan bersifat dialektif, artinya kebutuhan dan kemampuan saling meningkatkan,
menuju perbaikan taraf hidup.
Bagan arus umpan balik digambarkan sebagai berikut:

Tindakan I
Dampak pada sistem
Tindakan
individu/
kelompok Tindakan II

Tujuan:
Penilaian
dampak
Informasi tentang dampak

Teori sistem terbuka berkaitan dengan integrasi teori-teori sosiologi.


FENOMENOLOGI

AKAR INTELEKTUAL
Edmund Husserl (1859 1938)
Fenomenologi adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh
melalui alat indera (yang lain berupa spekulasi). Sosiologi fenomenologi menerangkan
dunia tepat seperti yang tampak sehari-hari (phenomenon artinya kejadian).
Alfred Schutz (1899 1959)
Alfred Schutz adalah seorang filsuf sosial Jerman yang menerapkan ide Husserl di
Amerika Serikat. Schutz masuk ke negara Amerika Serikat tahun 1939 untuk menghindari
tekanan Nazi pada saat itu.
PENGANUT UTAMA FENOMENOLOGI DI AMERIKA SERIKAT
Harold Garfinkel (Etnometodologi)
o Etnometodologi didefinisikan sebagai members methods of making sense of their
social world.
o Fokus perhatiannya adalah bagaimana manusia memaknai kegiatan hidupnya sehari-
hari yang taken for granted (diterima begitu saja). Bukan apa dan bagaimana norma
yang harus diikuti, tetapi bagaimana cara warga mengikuti norma dan nilai tertentu.
o Metode yang digunakan adalah kualitatif dan melibatkan individu dalam kehidupan
sehari-hari.
o Dua jenis kajian awal:
Studi setting institusional (seperti kehidupan sehari-hari di poliklinik, sidang
pengadilan, kantor polisi, dll.).
Analisis percakapan.
o Kritik kaum fenomenologi terhadap teori tradisional:
Terlalu memfokuskan pada konsep-konsep, karenanya terasing dari realita
kehidupan sosial sehari-hari.
Metodologisnya kurang memahami objek studi.
o Sebaliknya, fenomenologi dipandang mengkaji hal-hal yang sepele.
Peter L. Berger (Sosiologi Pengetahuan)
o Peter L. Berger bersama Luckman menulis The Social Construction of Reality
(Sosiologi Pengetahuan) dengan fokus pada proses bahwa pengetahuan harus diterima
sebagai kenyaatan objektif dan bermakna subjektif.
o Sosiologi pengetahuan diciptakan oleh Max Scheler (di Jerman tahun 1920-an),
kemudian dirumuskan dan dikembangkan di Amerika Serikat oleh Karl Mannheim.
o Tugas pokok sosiologi pengetahuan adalah sebagai berikut:
Menerangkan bagaimana pengetahuan dibentuk, dikembangkan, dan
didistribusikan.
Menjelaskan dialektika antara diri dengan dunia sosial budaya dalam satu proses
dengan tiga momen stimulan, yaitu: eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
o Pengetahuan bersumber pada ide dan pengalaman subjektif dalam kehidupan sehari-
hari yang diperoleh secara kualitatif, kemudian mengalami proses eksternalisasi dan
objektivasi.
o Kenyataan hidup sehari-hari sudah diobjektivasi, dibentuk oleh suatu tatanan objek,
diberi nama, dikelompokkan, dan diterima begitu saja. Bahasa merupakan faktor
objektivasi paling penting dan digunakan secara intersubjektif (bersama-sama).
o Sosiologi pengetahuan melihat masyarakat sebagai kenyataan objektif maupun
subjektif.
Sebagai kenyataan objektif, masyarakat telah ada sebelum manusia lahir,
mengalami pelembagaan dan legitimasi, dipertahankan, dan disebarkan dalam
bentuk tradisi-tradisi, diperkaya, dan dimodifikasikan.
Sebagai kenyataan subjektif, terdapat proses internalisasi.
o Dua tahap sosialisasi:
Primer (masa kanak-kanak dalam keluarga).
Sekunder (perolehan pengetahuan/peran-peran khusus sesuai dengan pembagian
kerja).
o Hasil sosialisasi sekunder tidak lengkap. Ini menghasilkan cadangan pengetahuan.
Sosialisasi bisa berhasil atau gagal (cacat fisik, sosial, pertentangan sosialisasi primer
dan sekunder, dll.), tidak cocok dengan perkembangan, sehingga perlu pengalihan.
PERKEMBANGAN INTEGRATIF TEORI-TEORI SOSIOLOGI

INTEGRASI TEORI MIKRO MAKRO (AMERIKA SERIKAT)


Menurut Ritzer, perkembangan teori sosiologi di Amerika Serika sampai dengan akhir abad
ke-20 adalah sebagai berikut:
Sampai dengan tahun 1970 (ekstrimisme sosiologi makro dan mikro).
Dekade 1970-an (proses awal menuju konsensus teori sosiologi makro dan mikro).
Dekade 1980-an sampai 1990-an (pemusatan perhatian pada integrasi teori sosiologi
makro dan mikro).
Contoh-contoh integrasi mikro dan makro:
George Ritzer
Hubungan teori mikro dan makro harus dikaitkan dengan kontinum objekif dan subjektif.
Ritzer menerapkan model ini dalam analisis fenomena kehidupan, seperti: manfaat dan
mudarat kartu kredit, tindak kekerasan dalam keluarga, dll.

Makroskopik

Makro Objektif Makro Subjektif


Masyarakat, hukum, Budaya, norma, dan nilai
birokrasi, bahasa,
teknologi, dll.
Objektif Subjektif
Mikro Objektif Mikro Subjektif
Pola perilaku, tindakan, Perspektif, keyakinan, buah
interaksi, dll. pikiran, dll.

Mikroskopik

Jeffrey Alexander (Sosiologi Multidimensional)

Perintah Kolektif

Struktur Material Norma

Instrumental Normatif
Tindakan
(Materialis) (Idealis)

Tindakan Rasional Agensi Sukarela

Individu
Keterangan:
o Garis vertikal menggambarkan kontinum sumber keteraturan yang berasal dari
kekuatan eksternal (kolektif) dan internal (individu).
o Garis horizontal menggambarkan kontinum tindakan dari materialis ke idealis
(rasional normatif).
Perbedaan pola pikir antara Ritzer dan Alexander:
o Ritzer memusatkan perhatian pada hubungan dialektis antara keempat tingkat.
o Alexander memberi prioritas pada salah satu tingkat (teori kolektif normatif) dengan
perhatian utama pada norma dalam kehidupan sosial.
James S. Coleman (Mikro ke Makro)
James S. Coleman mengikuti pola pikir etika Protestan menurut Max Weber. Kekurangan
model ini adalah tidak adanya feedback (garis searah).

Tingkat Makro

Doktrin agama (Protestan) Sistem ekonomi (kapitalis)

2 3

Nilai individual Orientasi perilaku ekonomi


1
Tingkat Mikro

Keterangan:
2 = hubungan makro mikro
1 = hubungan mikro mikro
3 = hubungan mikro makro
Allen Liska (Makro ke Mikro dan Mikro ke Makro)
Allen Liska berusaha memperbaiki model integrasi mikro makro yang diungkapkan
oleh Coleman.

Tingkat Makro Protestanisme Kapitalisme


(Sistem religius) (Sistem ekonomi)

Tingkat Mikro Nilai individual Perilaku ekonomi


Randal Collins, Karin Knorr-Centina, dan Aaron Ciquirel (Landasan Mikro
Sosiologi Makro)
Menurut ketiga tokoh ini, struktur mikro dan makro tidak dapat dianalisis secara terpisah,
bahkan struktur sosial (makro) dapat ditafsirkans ecara empirik menjadi pola interaksi
mikro yang berulang, atau interaksi mikro yang berulang menjadi landasan pembentukan
struktur mikro.
Norbert Elias (Sosiologi Figurasional)
o Figurasi adalah proses sosial yang menyebabkan terbentuknya jalinan hubungan
sosial individu, baik pada kelompok kecil maupun besar (sekali).
o Fokus perhatian Elias terletak pada perkembangan (sosiogenesis) peradaban Barat
(civilizing process) yang meliputi berbagai hal, seperti perilaku di meja makan,
hubungan seksual, membuang ingus, dll.
o Di antara simpulannya, kaum bangsawan memunyai peranan penting dalam civilizing,
karena apa yang mereka lakukan menyebar ke mana-mana seperti masyarakat/bangsa
lain.

INTEGRASI AGEN STRUKTUR/KULTUR (EROPA)


Agen bisa individual (mikro) atau kolektivitas (makro), dan struktur pun bisa makro atau
mikro (misalnya: interaksi antarindividu).
Struktur adalah bidang fenomena material dan kepentingan. Kultur meliputi fenomena
non-material dan gagasan.
Oleh karena itu, integrasi agen dan struktur bisa terjadi antara agen mikro, makro, atau
keduanya, dan meliputi kehidupan materi dan non-materi.
Tujuan integrasi agen dan struktur/kultur adalah untuk menerangkan hubungan dialektis
dan saling pengaruh antara agen dan struktur/kultur, antara kebiasaan dengan lingkungan
sosial budaya.

Dalam perkembangannya, kedua model integrasi teori yang berbeda itu (Amerika Serikat dan
Eropa) bersifat saling melengkapi satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai