muatan dan energi dalam suatu rangkaian listrik. Hukum ini dikemukakan oleh
ilmuwan Jerman bernama Gustav Kirchhoff tahun 1845. Kedua hukum sirkuit ini
diturunkan dari persamaan Maxwell dan menggunakan rumus perhitungan dari
Georg Ohm untuk menghasilkan hukumnya.
Hukum kirchhoff tegangan disebut juga sebagai Hukum kedua Kirchhoff Hukum loop
(putaran) Kirchoff, dan KVL (Kirchhoff's Voltage Law). Hukum Kirchhoff-tegangan
menyatakan bahwa dalam rangkaian loop tertutup, jumlah aljabar tegangan dalam
cabang tertutup hasilnya nol.
Istilah lain jumlah drop tegangan sama dengan tegangan sumber tegangan. Tanda
sumber tegangan berlawanan dengan tanda drop tegangan disetiap Resistor.
Keterangan :
V = Tegangan sumber
V1 = Drop tegangan R1
V2 = Drop tegangan R2
Contoh Soal :
1. Suatu rangkaian dengan sumber tegangan DC 10V, dirangkai dengan empat
buah Resistor 10 , 47 , 100 , dan X . Berapakah nilai resistor X dengan
menggunakan hukum kirchhoff tegangan jika arus yang mengalir 20 mA ?
Diketahui : Vs = 10 V
R1 = 10
R2 = 47
R3 = 100
I = 20 mA = 0,02 A
Ditanya : R4 = ?
Jawab :
Langkah pertama menghitung tegangan masing-masing resistor yang diketahui :
Hukum kirchhoff tegangan dapat digunakan sebagai cara untuk membagi tegangan
(voltage devider).
Gambar rangkaian pembagi tegangan
Contoh soal:
Diketahui : R1 = 100
R2 = 47
Vs = 10 V
Ditanya :VR2 = ?
Jawab :
Gustav_Robert_Kirchhoff
Hukum ini juga disebut Hukum I Kirchhoff, Hukum titik Kirchhoff, Hukum
percabangan Kirchhoff, atau KCL (Kirchhoff's Current Law).
Prinsip dari kekekalan muatan listrik mengatakan bahwa:
Pada setiap titik percabangan dalam sirkuit listrik, jumlah dari arus yang masuk
kedalam titik itu sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.
atau
Mengingat bahwa arus adalah besaran bertanda (positif atau negatif) yang
menunjukan arah arus tersebut menuju atau keluar dari titik, maka prinsip ini bisa
dirumuskan menjadi :
k=1nIk=0
n adalah jumlah cabang dengan arus yang masuk atau keluar terhadap titik
tersebut.
Persamaan ini juga bisa digunakan untuk arus kompleks:
k=1nI~k=0
Hukum ini berdasar pada kekekalan muatan, dengan muatan (dalam satuan
coulomb) adalah hasil kali dari arus (ampere) dan waktu (detik).
ID=ddt
Jika arus perpindahan digunakan, maka hukum pertama kirchhoff dapat berlaku
kembali. Arus perpindahan bukanlah arus sebenarnya karena bukan berupa muatan
yang bergerak, arus perpindahan hanyalah faktor koreksi untuk membuat hukum
pertama Kirchhoff berlaku. Dalam kasus lempeng kapasitor, arus sebenarnya yang
masuk ke dalam lempeng tersebut dihilangkan dengan jumlah yang sama oleh arus
perpindahan yang meninggalkan lempeng tersebut dan menuju lempeng satunya.
Hal ini juga bisa dituliskan dengan menggunakan besaran medan vektor dengan
menggunakan divergensi dari Hukum Ampre dan koreksi yang diberikan Maxwell,
serta menggabungkan dengan hukum Gauss, menghasilkan:
J=Dt=t
Persamaan ini adalah persamaan kekekalan muatan (dalam bentuk integral,
persamaan ini menyatakan bahwa jumlah arus yang keluar dari satu permukaan
tertutup sama dengan kecepatan berkurangnya muatan dalam ruang yang ditutupi
oleh permukaan tersebut (teorema divergensi).
Penggunaan
Hukum Kirchhoff dapat digunakan dengan matrix dan merupakan dasar dari hampir
semua program simulasi sirkuit, seperti SPICE.
Hukum kirchoff tentang arus biasa disebut KCL (Kirchoff Current Law) berikut bunyi
hukum arus kirchoff redaksi penulis
Hukum kirchoff tentang tegangan biasa disebut KVL (Kirchoff Voltage Law) berikut
bunyi hukum tegangan kirchoff redaksi penulis
Jumlah tegangan tiap komponen pada sebuah loop sama dengan nol
Hambatan seri
Dua hambatan atau lebih yang disusun secara berurutan disebut hambatan seri.
Hambatan yang disusun seri akan membentuk rangkaian listrik tak bercabang. Kuat
arus yang mengalir di setiap titik besarnya sama. Tujuan rangkaian hambatan seri
untuk memperbesar nilai hambatan listrik dan membagi beda potensial dari sumber
tegangan. Rangkaian hambatan seri dapat diganti dengan sebuah hambatan yang
disebut hambatan pengganti seri (Rs).
Tiga buah lampu masing-masing hambatannya R1, R2, dan R3 disusun seri
dihubungkan dengan baterai yang tegangannya V menyebabkan arus listrik yang
mengalir I. Tegangan sebesar V dibagikan ke tiga hambatan masing-masing V1, V2,
dan V3, sehingga berlaku:
V = V1 + V2 + V3
I = I1 = I2 = I3
Hambatan Paralel
Dua hambatan atau lebih yang disusun secara berdampingan disebut hambatan
paralel. Hambatan yang disusun paralel akan membentuk rangkaian listrik
bercabang dan memiliki lebih dari satu jalur arus listrik. Susunan hambatan paralel
dapat diganti dengan sebuah hambatan yang disebut hambatan pengganti paralel
(Rp).
Rangkaian hambatan paralel berfungsi untuk membagi arus listrik. Tiga buah lampu
masing masing hambatannya R1, R2, dan R3 disusun paralel dihubungkan dengan
baterai yang tegangannya V menyebabkan arus listrik yang mengalir I. Besar kuat
arus I1, I2, dan I3 yang mengalir pada masingmasing lampu yang hambatannya
masing-masing R1, R2, dan R3. sesuai Hukum Ohm dirumuskan:
Ujung-ujung hambatan R1, R2, R3 dan baterai masing masing bertemu pada satu
titik percabangan. Besar beda potensial (tegangan) seluruhnya sama, sehingga
berlaku:
V = V1 = V2 = V3
I = V/Rp
Top of Form
Bottom of Form
Top of Form
Bottom of Form
Dalam sembarang rangkaian tertutup jumlah ggl dan beda tegangan adalah nol,
atau dengan kata lain jumlah aljabar tegangan listrik pada suatu rangkaian sama
dengan jumlah perkalian arus dan tahanan
E = (I x R)
Prosedur yang ditempuh dalam menentukan persamaan rangkaian adalah sebagai
berikut:
Tarik panah potensial yang menunjuk dari kutub negatif (-) ke kutub positif (+) dari
sumber tegangan, di sebelah setiap baterai atau generator
Tentukan arah aliran arus, dan tunjukkan arah tersebut pada rangkaian dengan
gambar panah. Jika arah yang ditentukan salah, maka perhitungan nilai arusnya
menjadi negatif, hal ini menandakan bahwa arus tersebut mengalir ke arah yang
berlawanan
Disamping setiap tahanan gambarkan panah beda potensial yang menunjuk kearah
yang berlawanan dari aliran arus yang mengalir melalui tahanan
Kelilingi putaran tertutup atau rangkaian mulai dari sembarang titik dan berakhir
pada titik itu pula
Untuk arah panah beda potensial dan panah potensial yang searah dengan putaran
jarum jam, diberi tanda positif (+) dan yang berlawanan diberi tanda negatif (-)
Contoh soal 1:
Diketahui rangkaian seperti gambar dibawah ini, dimana nilai E2 > E1, tentukan
persamaan yang diberikan pada rangkaian tersebut
Penyelesaian:
Berdasarkan prosedur KVL, gambar rangkaiannya menjadi
Persamaan rangkaiannya ditulis dengan
I R1 E1 I R2 I R3 + E2 = 0
E2 E1 = I R1 + I R2 + I R3
Contoh soal 2:
Menggunakan gambar contoh soal 1, apabila diketahui nilai E 2 = 6 V, E1 = 4 V, R1 =
10 , R2 = 8 , dan R3 = 12 , berapakah arus yang mengalir pada rangkaian?
Penyelesaian:
Dari persamaan yang diperoleh, kita tulis
E 2 E 1 = I R1 + I R 2 + I R3
E2 E1 = I (R1 + R2 + R3)
I = (E2 E1) / (R1 + R2 + R3)
I = (6 4) V / (10 + 8 + 12)
I = 2 / 30 A
I = 0,067 A
I = 67 mA
Sehingga kita dapatkan arus yang mengalir pada rangkaian sebesar
Hukum kirchhoff merupakan salah satu teori elektronika untuk menganalisa lebih
lanjut tentang rangkaian elektronika. Dengan hukum kirchhoff kita dapat
menganalisa lebih lanjut tentang arus yang mengalir dalam rangkaian dan
tegangan yang terdapat pada titik-titik rangkaian elektronika. Hukum kirchhoff ini
berlaku untuk analisis rangkaian loop tertutup seperti pada contoh rangkaian
berikut. hukum kirchhoff.hukum kirchhoff arus,hukum kirchhoff tegangan,hukum
kirchhoff 1,hukum kirchhoff 2,persamaan hukum kirchhoff,rumus uum kirchhoff,arus
dalam hukum kirchhoff,tegangan dalam hukum kirchhoff,rangkaian loop tertutup
kirchhoff,rangkaian DC Dalam hukum kirchhoff dikenal 2 teori yang dapat digunakan
untuk analisis rangkaian elektronika yaitu Hukum Kirchhoff Arus (KCL, Kirchhoff
Current Law) dan Hukum Kirchhoff Tegangan (KVL, Kirchhoff Voltage Law). Hukum
Kirchhoff Arus (KCL, Kirchhoff Current Law) Hukum kirchhoff arus merupakan hukum
kirchhof pertama (1) yang menyatakan bahwa Arus total yang masuk pada suatu
titik sambungan atau percabangan adalah nol. Hukum kirchhoff arus ini dapat
dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut. \sum i_{n}=0 Arah
setiap arus ditunjukkan dengan anak panah, jika arus berharga positif maka arus
mengalir searah dengan anak panah, demikian sebaliknya. Dengan demikian untuk
rangkaian seperti pada gambar diatas dapat dituliskan persamaan matematik
berdasarkan hukum kirchhoff arus sebagai berikut: -I_{1}+I_{2}+I_{3}=0 Tanda
negatif pada I1 menunjukkan bahwa arus keluar dari titik cabang dan jika arus
masuk titik cabang diberi tanda positif Hukum Kirchhoff Tegangan (KVL, Kirchhoff
Voltage Law) Pada hukum kirchhoff tegangan atau yang sering disebut hukum
kirchhoff ke II ini menyatakan Pada setiap rangkaian tertutup (loop), jumlah
penurunan tegangan adalah nol . Hukum kirchhoff tegangan ini dapat juga
dinyatakan dengan persamaan matematika sebagai berikut. \sum V_{n}=0 Dari
contoh rangkaian pada gambar diatas dengan hukum kirchhoff dapat dituliskan
beberapa persamaan matematis untuk menyatakan hukum kirchhoff tegangan
sesuai loop sebagai berikut. Loop kiri -E1+R_{3}I_{3}+R_{1}I_{1}=0 Loop kanan
-E2+R_{2}I_{2}+R_{1}I_{1}=0 Loop luar -E1+R_{3}I_{3}-R_{2}I_{2}+E_{2}=0
Semua komponen pada contoh gambar rangkaian diatas dilewati arus sehingga
sesuai hukum kirchhoff tegangan berlaku persamaan sebagai berikut. \sum
V_{n}=0 -E+Ir+IR=0 Dengan r adalah resistansi internal baterai maka besarnya
arus yang mengalir dapat dituliskan sebagai berikut. I=\frac{E}{R+r} V=E-Ir
Persamaan diatas memperlihatkan bahwa tegangan V merupakan hasil penurunan
tegangan akibat adanya beban yang dialiri arus. Terlihat dalam hukum kirchhoff
tegangan bahwa V merupakan bagian dari E.
HUKUM KIRCHOFF I
Hukum Kirchoff I lebih dikenal dengan Hukum Kirchoff Arus atau Kirchof Current
Law (KCL) yang berbunyi :
Jumlah arus yang masuk menuju node (titik) percabangan dalam suatu rangkaian
listrik adalah sama dengan jumlah arus yang keluari dari node (titik) percabangan
tersebut
Contoh :
Pada gambar diatas
diketahui bahwa terdapat 4 arus percabangan. Dimana 3 diantaranya menuju node
x dan sisanya keluar dari node x.
Diketahui :
I1 = 4 A
I2 = 2 A
I3 = 1.5 A
Ditanyakan :
I4 = ?
Penyelesaian :
I1 + I2 + I3 = I4 atau I4 = I1 + I2 + I3
maka
I4 = 4 + 2 + 1.5 = 7.5 A
HUKUM KIRCHOFF II
Hukum Kirchoff I lebih dikenal dengan Hukum Kirchoff Tegangan atau Kirchof
Voltage Law (KVL) yang berbunyi :
Jumlah tegangan pada suatu rangkaian listrik tertutup adalah sama dengan nol.
Asumsikan arah loop pada rangkaian, referensi arah loop dapat dilihat berdasarkan
arus pada rangkaian yang pada umumnya mengalir dari kutub positif (+) menuju
kutub negatif (-). Arah loop juga dapat diasumsikan berlawanan dengan arah arus
sebenarnya. Ketika arah loop berlawanan dengan arah arus sebenarnya, maka arus
pada perhitungan akan bernilai negatif (-).
Setelah menentukan asumsi arah loop, maka dapat ditentukan bernilai positif
atau negatif. Ketika loop pada awalnya bertemu dengan kutub postif (+) maka
akan bernilai negatif, dan sebaliknya apabila loop pada awalnya bertemu dengan
kutub negatif (-) maka akan bernilai positif.
Diketahui :
1 = 12 V
R1 = 4
R2 = 3
R3 = 5
r1 = 0.5
Ditanyakan :
Berapakah nilai arus yang mengalir pada rangkaian tersebut (I) ?
Penyelesaian :
Pertama kita harus menentukan / mengasumsikan arah loop pada rangkaian. Kita
misalkan arah loop seperti berikut :
Sehingga berdasarkan arah loop seperti gambar diatas, dapat dibuat persamaan.
-1 + I (R1 + R2 + R3 + r1) = 0
-12 + I (4 + 3 + 5 + 0.5) = 0
-12 + 12.5 I = 0
12.5 I = 12
I = 12 / 12.5
I = 0.96 A
1 = 24
1 = 18
R1 = 2
R2 = 3
R3 = 6
Ditanyakan :
I1 = ?
I2 = ?
I3 = ?
Penyelesaian :
Pertama kita harus menentukan / mengasumsikan arah loop pada rangkaian. Kita
misalkan arah loop seperti berikut :
Dari gambar diatas, kita dapat membuat dua persamaan loop dan menyelesaikan
perhitungan dengan menggunakan Hukum Kirchoff I dan II.
Loop A
-1 + I1R1 + I2R2 = 0
2I1 + 3I2 = 24 + 18
2I1 + 3I2 = 42 .. persamaan I
Loop B
2 I2R2 + I3R3 = 0
-I2R2 + I3R3 = -2
-3I2 + 6I3 = -18
I1 = I 2 + I 3
atau
I3 = I 1 I 2
4I1 = 36
I1 = 36 / 4
I1 = 9 A
2I1 + 3I2 = 42
2 x 9 + 3I2 = 42
18 + 3I2 = 42
3I2 = 42 18
3I2 =24
I2 = 24 / 3
I2 = 8 A
I3 = I1 I2
I3 = 9 8
I3 = 1 A
I1 = 9 A
I2 = 8 A
I3 = 1 A
Bagikan Artikel