Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATARBELAKANG

Dalam alam, mahluk hidup akan bersuksesi dalam ekosistimnya dan


berupaya mencapai kondisi yang stabil hingga klimaks. Kondisi stabil
dan klimaks terjadi bila hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan
lingkungannya berjalan dengan mulus, yaitu berarti semua kebutuhan
hidupnya terpenuhi. Manusia sebagai mahluk hidup juga merupakan
ekosistim yang bersuksesi dan ingin hidup stabil dan mencapai klimaks.
Populasi manusia meningkat dengan cepat disertai dengan kemanjuan
teknologi yang meningkat pesat, maka terjadilah pemanfaatan sumber
daya alam secara besar-besaran dengan teknologi yang paling
ekonomis, sehingga menimbulkan dampak yang tidak semuanya bisa
diterima oleh alam.

Kepadatan dan pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan pangan


dan lahan menjadi meningkat dan berakibat pada kerusakan alam dan
hutan. Di Indonesia, menurut data dari Green Peace, setiap 1 jam
kerusakan hutan mencapai seluas 300 lapangan bola, hal ini merupakan
faktor utama meningkatnya laju emisi gas rumah kaca ke atmosfer.
Padahal hutan merupakan paru-paru bumi dengan menyerap CO2 dan
diolah menjadi O2. Menyusutnya luas hutan membuat konsentrasi CO2
merupakan salah satu pemicu suhu bumi meningkat. Disamping itu,
rusaknya hutan berarti semua siklus ekosistim yang tergantung pada
hutan dan yang terkandung didalam tanah juga terganggu.

Kepadatan penduduk dibumi juga meningkatkan industri dan


transportasi yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari sumber
daya alam tak terperbarui dalam jumlah besar, yaitu energi. Industri
dan transportasi mengeluarkan emisi atau gas buang dari hasil proses
pembakaran energi. Emisi dalam jumlah terbesar adalah CO2 mencapai
80% dari total gas emisi pembakaran bahan bakar.

Dari parahnya kerusakan hutan dan melambungnya emisi dari gas


buang dari industri dan transportasi membuat konsentrasi CO2
menggantung diudara dan menebalkan lapisan atmosfer, sehingga
panas matahari terperangkap dan mengganggu pelepasan panas bumi
keluar atmosfer. Kondisi ini juga berakibat pada turunnya hujan yang
mengandung asam yang disebut sebagai hujan asam yang
membahayakan kelangsungan mahluk hidup.

Dari semua kondisi di bumi tersebut suhu permukaan bumi meningkat


dan menimbulkan efek yang signifikan yaitu perubahan iklim yang
drastis, dan pemanasan global. Menurut Al-Gore, semenjak revolusi
industri dalam kurun waktu 20 tahun, suhu bumi meningkat 2 derajat,
pada tahun 2100 diperkirakam naik sampai 58 derajat. Pemanasan
global yang terjadi diperkirakan dapat mencairkan es di kutub dan
naiknya permukaan air laut. Menurut Green Peace, akibat pemanasan
global akan mencairkan es di kutub, yang diperkirakan pada tahun
2030, sekitar 72 hektar daerah di Jakarta akan digenangi air. Tahun
2050, kemungkinan 2000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Semua
kondisi ini diawali oleh kerusakan ekosistim di alam yang sangat parah,
mulai habisnya sumber daya alam yang tak terperbarui, dan rusaknya
sumber daya alam lainnya. Kondisi ini merupakan suatu bencana
ekologis yang akan mengancam kualitas hidup manusia karena
merupakan penunjang kehidupan manusia.

Pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini tidak dapat hanya


dikurangi dengan upaya penggunaan energi yang efisien saja, tetapi
harus ada upaya lain yang berpihak pada penggunaan sumber daya
alam secara keseluruhan dengan menjaga keberlangsungan sumber
daya alam. Kerusakan alam yang secara ekologis sudah demikian parah,
kini sudah saatnya dipikirkan dengan pendekatan dengan pengertian
kearah ekologi. Manusia diharapkan menjaga dan memelihara
kelestarian alam, pada setiap kegiatannya terutama yang berkaitan
sumber daya alam. Upaya tersebut harus dilakukan oleh setiap manusia
disegala kegiatannya untuk menyelamatkan kualitas alam yang akan
menjamin kualitas hidup manusia Pada setiap rancangan kegiatan
manusia termasuk rancangan bangunan diharapkan juga berpihak pada
keselarasan dengan alam, melalui pemahaman terhadap alam.
Pemahaman terhadap alam dengan menggunakan pendekatan ekologis
diharapkan mampu menjaga keseimbangan alam. Demikian pula pada
rancangan bangunan secara arsitektur sangat perlu keselarasan dengan
alam karena secara global bangunan diperkirakan menggunakan 50%
sumber daya alam, 40% energi dan 16% air, mengeluarkan emisi CO2
sebanyak 45% dari emisi yang ada. Rancangan arsitektur juga
mengubah tatanan alam menjadi tatanan buatan manusia dengan
sistimsistim dan siklus-siklis rancangan manusia yang tidak akan pernah
identik dengn sistimsistim dan siklus-siklus alam

Oleh karena itu pendekatan rancangan bangunan yang ekologis, yaitu


memahami dan selaras dengan perilaku alam diharapkan dapat
memberi kontribusi yang berarti bagi perlindungan alam dan sumber
daya didalamnya sehingga mampu membantu mengurangi dampak
pemanasan global.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.3. TUJUAN

BAB II

STUDI LITERATUR

2.1 PENGERTIAN LINGKUNGAN

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup


keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral,
serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam
lautan, dengan kelembagaan yang meliputi cipaan manusia seperti
keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

Arsitektur yang sadar lingkungan adalah bidang keilmuan yang


mempengaruhi usaha terhadap kelanjutan keselarasan ekologi dan
kegiatan manusia yaitu yang menyangkut masalah:
Pemeliharaan dan perawatan biosfer
Menaur ulang sumber bahan baku alam
Pentranfermasikan energi secukupnya secara ekonomis

Saat ini hampir semua gedung modern merupakan sistem tertutup yang
menggunakan ahan sintetis yang canggih seperti kaca atau aluminium
(yang bersifat padat, tidak berpori yang menghambat sirkulasi).
Sehingga menggunakan penghawaan teknik ( AC, menggunakan bahan
pelapis dinding dan langit langit yang tipis dengan permukaan licin
dan keras sehingga tidak dapat meredam suara dan panas. Menyadari
hal tersebut, hal hal yang perlu di perhatikan adalah:
Perencanaan arsitektur
Penentuan struktur dan konstruksi
Pemilihan material
Pengetahuan ekologi

2.2 PENGERTIAN EKOLOGI

2.2.1 Pengertian Ekologi Menurut Ernest Haeckel (1834 1914)

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme


dengan lingkungaanya danlainnya. Berasal dari kata yunani oikos
(habitat) logos (ilmu). Ekologi di artikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi
antara makhluk hidup dan lingkungannya.

2.2.2 Pengertian Ekologi Menurut Frank Loyd Wright

Perkembangan arsitektur berwawasan lingkungan (eko arsitektur)


berawal pada tahun 1960an. Arsitektur berwawasan lingkungan
merupakan arsitektur modern yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar. Eko arsitektur merupakan pencerminan kembali arsitektur
Frank Llyod Wright yang terkenal dengan arsitektur yang
berhubungan dengan alam dan lingkungan. Oscar niemeyer
dengan falsafah arsitekturnya yaitu, penyesuaian terhadap
eadaan alam dan lingkungan, penguasaaan secara fungsional, dan
kematangan dalam pengolahan secara pemilihan bentuk, bahan,
dan arsitektur.

Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik anatar


makhluk hidup dan kondisis alam sekitar. Eko arsitektur adalah
suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapakan
penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antar
benuk arsitektur dengan lingkungannya.

2.3 PENGERTIAN EKOLOGI ARSITEKTUR

Ekologi arsitektur merupakan pembangunan secara holistis


(berhubungan dengan sistem keseluruhan), yang memanfaatkan
pengalamana manusia (tradisis dalam pembangunan) sebagai proses
dan kerja sama antara manusia dan alam sekitarnya atau pembangunan
rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan manusia
dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya.

Ekologi arsitektur dapat dijelaskan dengan beberapa poin:

a) Holistis
Berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan
yang lebih penting dari pada sekedar perkumpulan bagian.
b) Memanfaatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan)
c) Pembangunan sebagai proses, dan bukan sebagai pernyataan
tertentu yang status.
d) Kerja sama antara manusia dan alam sekitarnya demi keselamatan
kedua belah pihak.

2.4 PRINSIP-PRINSIP EKOLOGI ARSITEKTUR

a) Flutuation
Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan
dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan
proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan
proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu
membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan
sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam
menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi
tersebut.

b) Stratification
Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan
seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian
dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan
kompleksitas untuk diatur secara terpadu.

c) Interdependence (saling ketergantungan)


Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya
adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai)
seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan,
saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya
berkelanjutan sepanjang umur bangunan.

2.5 PENGERTIAN EKO-MEDIKAL


Eko-medikal adalah mengetengahkan retorika medis, untuk
memfokuskan perhatian pada dampak merugikan dari lingkungan
binaan (built environment) dan penyebab-penyebab stress yang
menimbulkan baik fisik maupun psikis.

Eko-medikal menekankan kesehatan individu memiliki peranan penting


dalam kesehatan lingkungan. Pendekatan ini melihat bahwa
penggunaan teknologi pada bangunan, pemisahan manusia dari
lingkungan alam dan hilangnya kontrol manusia aas lingkungan
sekitarnya merupakan akar permasalahan dalam prinsip ini, kesehatan
dapat membantu menciptakan lingkungan kehidupan yang lebih baik.
BAB III

STUDI KASUS

3.1 PENERAPAN LOGIKA EKO-MEDICAL

3.1.1 Perpustakaan Pusat Unversitas Indonesia

Perpustakaan ini merupakan pengembangan dari perpustakaan


pusat yang dibangun pada tahun 1986-1987, yang dibangun di
area seluas 3 hektare dengan 8 lantai yang didanai oleh
Pemerintah dan Industri dengan anggaran Rp 100 Miliar yang
dirancang bediri di atas bukit buatan yang terletak di pinggir
danau. Perpustakaan ini menganut konsep (Eco Building) mulai
dibangun semenjak Juni 2009.Bahwa kebutuhan eergi
menggunakan sumber energy terbarukan yaitu energy matahari
(solar energy. Dengan konsep semua kebutuhan didalam gedung
tidak diperbolehkan mengunakan plastic dalam bentuk apapun
dan bangunan ini didesain bebas asap rokok, hemat istrik, air dan
kertas. Selain itu, Perpustakaan ini memiliki 3-5 juta judul buku,
dilengkapi ruang baca, 100 silent room bagi dosen dan
mahasiswa, taman, restoran, bank, serta toko buku. Perpustakaan
ini diperkirakan mampu menampung 10.000 pengunjung dalam
waktu bersamaan atau 20.000 pengunjung per hari.Sebagian
kebutuhan energi perpustakaan ini dipasok dari pembangkit listrik
tenaga surya.

Komponen Eko-Arsitektur yang diterapkan pada bangunan


Perpustakaan Pusat UI :
a) Penggunaan Bukit Buatan pada Atap bangunan yang berfungsi
sebagai pendingin suhu di dalam ruangan, sehingga dapat
mereduksi fungsi alat pendingin.
b) Pencahayaan Alami yang dilakukan melalui Jendela-jendela
besar diseluruh ruangan sehingga penerangan pada siang dan
sore hari memanfaatkan sinar matahari melalui solar cell

c) Penggunaan sirkulasi yang maksimal melalui sistem void yang


menghubungkan antar ruang satu dengan yang lainnya
seingga ruang terkesan saling menyambung.

d) Untuk memenuhi standar ramah lingkungan, bangunan


dilengkapi oleh Sewage Treatmen Plant yang berfungsi
mengolah air kotor menjadi air bersih sehingga air dapat
dialirkan ke tanaman-tanaman yang berada dibukit/atap
bangunan.

e) Interior dan Eksterior bangunan terbuat dari bahan alami yaitu


bebatuan yaitu paliman palemo dan batu alam andesit karena
Curah hujan yang sedang sehingga pemilihan bahan eksterior
batu paling cocok karena selain tahan air juga tidak mudah
mengalami pelapukan selain itu penggunakan batu ini tidak
perlu pengecatan ulang.

3.1.2 Bank of America Tower, New York

Bangunan ramah lingkungan dengan 54 lantai ini menggunakan


energi matahari yang dikumpulkan sendiri memanfaatkan kembali
limbah dan air hujan, menggunakan bahan baku untuk kontruksi
dari sumber daya yang dapat terbarukan dan dari bahan daur
ulang.
Ciri khas dari gedung pencakar langit tersebut adalah pembangkit
listrik rumahan yang menghasilkan sekitar 70% dari energi yang
digunakan. Pembangkit listrik bertenaga 4.6-megawatt ini
menyediakan baik energy panas dan tegangan listrik untuk sistem
pemanas air sebaik sistem pendingin. Selain itu, pembangkit
listrik yang ada dalam Bank of America Tower ini juga
mengumpulkan energy dengan membakar gas alami dan sumber
limbah panas. Dari lantai sampai pelapis langit-langitnya
menggunakan kaca isolasi tembus yang membawa cahaya alami
ke dalam bangunan.

Walau tidak terlihat pada fasade-nya. Namun dalam segi utilitas


dan konstruksi, bangunan ini sangat ramah lingkungan. Sebanyak
apapun energy (listrik) yang digunakan, akan tetap kembali
sebanyak 70%, membuat bangunan ini menjadi salah satu yang
pertama dan paling hemat energi diantara gedung pencakar langit
lainnya. Karena lapisan kaca isolasi yang mendominasi pula,
gedung ini tak perlu menggunakan lampu saat siang hari

Sebagian besar bahan yang digunakan dalam membangun Bank


of America Tower adalah bahan daur ulang dan material yang juga
mudah di daur ulang. Contohnya, dalam pengkonstruksiannya,
gedung ini menggunakan beton yang diproduksi dari 55% semen
dan 45% slag. Penggunaan semen dan slag ini dapat mengurangi
dampak buruk pada lingkungan dengan mengurangi jumlah
semen yang banyak yang bisa menimbulkan karbon dioksida
(CO2) pada saat proses produksinya. Kaca yang terisolasi
mengurangi kehilangan panas, menurunkan konsumsi energi, dan
meningkatkan transparansi.

3.1.3 National Hospital


National Hospital merupakan salah satu bangunan di Indonesia
yang menggunakan konsep Green Building.National Hospital
dibangun di lokasi yang strategis yakni di kawasan komersial
perumahan Graha Famili, Surabaya Barat. Rumah sakit ini
dibangun dengan lahan seluas 8.532 m2 dengan bangunan utama
10 lantai termasuk 2 lantai untuk basement serta Annex building
setinggi 5 lantai. Sehingga rumah sakit ini memiliki luas bangunan
sekurang kurangnya mencapai 32.000 m2.

Rumah sakit ini merupakan bagian dari pengembangan


Megaproyek Festival Walk, sebuah kawasan komersial terpadu di
kawasan Graha Famili. Selain itu, rumah sakit ini juga memiliki
fasilitas pelayanan kesehatan yang terintegrasi yaitu emergency
room dengan 8 tempat tidur, 30 kamar klinik spesialis, dan 123
kamar rawat inap. Saat ini tersedia 250 tempat tidur yang terdiri
dari kelas 3 hingga Suite room, Super VIP, VIP, Executive, serta
kamar isolasi.

National Hospital dibangun dengan gaya desain arsitektur dan


menerapkan standart Green Building yang ramah lingkungan serta
hemat energi yang menjadi dasar acuan. Konsep green building
pada rumah sakit ini diwujudkan pada 3 Konsep Green yaitu Green
Design, Green Material, dan Green Technology.Masih sedikit
perusahaan dan pengembang properti yang menerapkan konsep
green building dikarenakan lebih besarnya biaya awal yang
diperlukan dalam penerapan konsep green bulding dibandingkan
dengan bangunan yang tidak menerapkan konsep
tersebut.Padahal konsep green building dapat meminimalisasi
berbagai pengaruh yang membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan akibat pemanasan global.Oleh karena itu perlu adanya
analisa terhadap konsep green building pada National Hospital.

Green building atau gedung hemat energi adalah ruang untuk


hidup dan kerja yang sehat dan nyaman sekaligus merupakan
bangunan yang hemat energi dari sudut perancangan,
pembangunan dan penggunaan yang dampak terhadap
lingkungannya sangat minim.

Dengan konsep green building diharapkan bisa mengurangi


penggunaan energi serta dampak polusi sekaligus juga desain
bangunan menjadi ramah lingkungan. Dalam Bulan Mutu Nasional
dan Hari Standar Dunia, 2008 dijelaskan bahwa green building
dirancang secara keseluruhan untuk mengurangi dampak
lingkungan pada kesehatan manusia dengan cara:

a) Efisien terhadap menggunakan energi, air, dan sumber daya


lainnya
b) Memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan jangka
panjang
c) Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan
produktivitas karyawan
d) Produk dari tindakan manusia dengan mempertimbangkan
kualitas lingkungan baik fisik maupun social
e) Mengurangi limbah, polusi, dan degradasi lingkungan.

Dalam hal mengefisiensi energi, National Hospital menerapkannya


pada ruangan Suite, Super VIP dan VIP yang menggunakan
ambience lighting. Penggunaan teknologi ini akan membuat
pencahayaan kamar secara otomatis mengikuti circadian rhythm
sesuai waktu biologis manusia. Seluruh lampu pemeriksaan di
maker rawat inap didesain sedemikian rupa sehingga tidak
membuat pasien menjadi silau.
Selain itu, dalam memperhatikan ekosistem pada bangunan
rumah sakit ini menggunakan kaca yang dibuat membujur dari
timur ke barat, sehingga cahaya yang masuk ke gedung dari arah
utara dan selatan tidak menatap matahari langsung. Walaupun
pemakaian kaca sangat kurang sesuai dengan konsep green
building, tetapi pada kenyataannya bangunan ini
mengiimplementasikan melalui pemilihan kaca Sunergy yang
mampu mereduksi 35 persen panas dan ultraviolet, dan vacuum
cleaner terpusat yang mampu menjaga tingkat kebersihan pada
level tertinggi. Sehingga dengan penggunaan kaca Sunergy dibuat
untuk perencanaan bangunan jangka panjang.

Lalu untuk melindungi kesehatan dan meningkatkan produktivitas


National Hospital menerapkan dalam penggunaan pendingin
ruangan dengan sistem AC VRV (Variable Refrigerent
Volume).Sistem ini memiliki kemampuan untuk mencegah
pendinginan yang berlebihan pada suatu ruangan, sehingga dapat
melindungin kesehatan pasien dan menghemat konsumsi listrik.
Di samping itu, sistem AC VRV juga memiliki tingkat kebisingan
rendah dan hemat tempat karena dapat menggunakan satu unit
outdoor untuk menyuplai beberapa unit indoor, serta dapat
mengatur jadwal dan temperatur AC yang didinginkan secara
terkomputerisasi. Di negara kita sendiri, penggunaan AC VRV
masih terbilang jarang karena harganya yang mahal.

Selanjutnya ditunjang dari penggunaan produk yang berkualitas


juga diterapkan pada rumah sakit ini.Sistem teknologi yang lebih
modern dengan penggunaan kabel serat optic untuk komunikasi
data, suara, dan gambar dengan kualitas high definition.National
hospital juga dilengkapi fasilitas kesehatan terpadu yaitu dengan
menyediakan berbagai jenis ruang perawatan itensif.Ruangan
tersebut antara lain Unit Perawatan Intersif atau Intensive Care
Unit (ICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU) untuk perawatan
khusus anak-anak, neonatal intensive care unit (NICU) untuk
peratan bayi baru lahir, hingga high care unit (HCU). National
Hospital dilengkapi pula dengan 4 kamar bedah dengan standar
tertinggi yang dilengkapi dengan central Sterile Supply
Department (CSSD) dan ditambah lagi dengan 2 buah kamar
bedah untuk One Day Care dan Endoskopi.
Selain itu National Hospital memiliki laboratorium klinik yang
komprehensif, fasilitas radiologi lengkap dengan MRI tesla tinggi,
maupun CT Scan Multi 128 Slices, Fluoroskopi, Mammografi.
Tersedia pula angiografi untuk kateterisasi jantung dan radiologi
intervensi serta Hemodialisa dan Fisioterapi.Serta peralatan
penunjang medis dan diagnostik modern lainnya.

Dari sisi teori green building terhadap bangunan National Hospital


yang sudah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa rumah
sakit ini masih belum maksimal dalam penerapan konsep green
building.Terutama masih kurang dalam hal yang berkaitan dengan
alam karena National Hospital lebih mengedepankan konsep green
building dengan penggunaan teknologi yang lebih canggih dan
modern. Walaupun teknologi yang digunakan berdampak positif
terhadap lingkungan manusia dan sekitarnya

3.1.4 Gedung Energetic Material Centre

Konsep green building atau bangunan hijau merupakan salah satu


bentuk respon masyarakat dunia akan perubahan iklim. Hal ini
berkaitan dengan perbaikan perilaku dan teknologi terhadap
sebuah bangunan dapat berkontribusi bagi pengurangan
pemanasan global. Penggunaan energy dalam bangunan
bangunan secara berlebihan menjadi salah satu factor dominan
penyumbang emisi. Sejak terjadinya krisis energy 1970, sebagai
akibat konflik politik Israel-Timur Tengah, konsep bangunan hijau
semakin diterima masyarakat. Ini sebuah cara untuk mendorong
adanya efisiensi energy, bahkan memangkas emisi.

Bangunan yang rampung dibangun pada tahun 2011 tersebut


telah disertifikasi oleh Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia,
biasa juga disebut sebagai Green Building Consulting Indonesia,
dengan nilai tertinggi atau platinum untuk kategorinya. Bangunan
hijau didesain untuk mengurangi dampak pembangunan gedung
tersebut terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alam.
Keakraban terhadap lingkungan itu tercipta melalui pemakaian air,
energi, dan sumber daya lain yang efisien; melindungi kesehatan
penghuni serta memperbaiki produktifitas karyawan; mengurangi
sampah, polusi, dan kerusakan lingkungan. Dahana secara
bertahap merelokasi fasilitas produksi dan perkantoran dari
Tasikmalaya ke Subang, Jawa Barat. Hal ini juga disebabkan
karena jarak keselamatan untuk pabrik bahan peledak semakin
sempit, seiring dengan pertumbuhan permukiman di sekitar
pabrik. Luas lahannya hampir 600 hektare, milik sendiri, dan lebih
strategis.

Di kawasan EMC ini berdiri perkantoran, pabrik, gudang,


workshop, zona kebun bibit, laboratorium bahan peledak dan
pengembangannya yang terintegrasi, serta Area Uji Coba (bunker)
dimana jarak keberadaannya de-ngan pemukiman maupun kantor
manajemen dalam ra-dius aman.
Fitur-fitur Green yang diterapkan di Dahana antara lain:
Konsumsi energi yang sangat rendah, yaitu 131 kWh/m2 per tahun.
Sumber air menggunakan air sungai dengan pengolahan mandiri, air hujan, dan air
kondensasi AC.
Pada siang hari tidak menggunakan lampu, dengan fitur lux sensor dan ditambah sensor gerak
untuk mendeteksi keberadaan manusia.
Penggunaan dual flush yang menggunakan air daur ulang.
Penggunaan keran air sistem tekan yang dapat menutup sendiri.
Penyiraman tanaman dengan air daur ulang, dengan penyiraman sprinkler yang memiliki
sensor kelembaban tanah agar pada saat hujan tidak perlu disiram
Fasiltas pedestrian yang teduh dari tanaman rambat hingga ke jalan utama
Zero run off, dengan mengalirkan air hujan ke kolam ikan di sekeliling bangunan, sisanya
mengalir ke lansekap.
Sumber tanaman adalah tanaman hasil budidaya di sekitar proyek
60% dari luas area bangunan adalah area hijau (termasuk Green roof).
Menggunakan AC dengan refrigeran HFC yang ramah ozon
Penggunaan material ramah lingkungan, termasuk kayu yang bersertifikat legal,
menggunakan prefab material.
Dilarang merokok di seluruh area gedung, termasuk pengawasan lebih dari satpam gedung.
Ventilasi yang cukup, dengan sistem deteksi kadar CO2.
Perencanaan manajemen perawatan untuk menjaga kualitas Green Building agar tetap
berkelanjutan.
Pemisahan sampah organik dan non-organik, diteruskan dengan pengomposan mandiri,
kerjasama dengan pengepul setempat untuk sampah non-organik yang dapat didaur ulang,
dan kerjasama dengan perusahaan pengolahan limbah B3.
Kenyamanan adalah yang utama, dengan dilakukannya survey berkala kepada penghuni
terkait kenyamanan gedung, serta sistem tindak lanjutnya.
Adanya fasilitas parkir sepeda yang digunakan untuk transportasi pekerja dari rumah (mess)
ke gedung, atau ke laboratorium lain.
Gedung dibangun tahan gempa, sistem penanganan kebakaran yang ketat, dan memfasilitasi
akses untuk penyandang cacat.
80% material bangunan berasal dari dalam negeri, ditambah dengan adanya sertifikat ISO
14001 pada pabrik material bangunan tersebut dari 32% seluruh material bangunan.

3.1.5 The Crystal Island


Gedung yang menyerupai kubah gunung berapi yang mengerucut ke atas ini akan
dibangun setinggi 1.500 kaki atau 458 meter dan luas lantai mencapai 26,9 juta
kaki2 atau 2,5 juta m2. Karena luasnya, Crystal Island bisa menampung sekitar 30
ribu orang. Biaya pembangunannya diperkirakan mencapai US$ 4 miliar dengan
waktu penyelesaian lima tahun.

Bagian dalamnya dibangun lebih dari 1 juta m2 untuk menjadikannya seolah-olah


sebuah bangunan yang melayang dengan dilapisi oleh mega baja berbentuk
segitiga. Bentuk terasering ini menciptakan serangkaian taman musim dingin, yang
membentuk suatu lapisan kedua untuk bernapas dan penyangga bangunan utama,
melindungi ruang interior dari cuaca ekstrem. Gedung juga dilengkapi sebuah fasad
internal dengan gaya museum untuk privasi penghuninya.

Kelebihan lainnya, proyek kota mandiri ini akan memiliki manajemen energi hijau
sebagai basisnya. Crystal Island akan menghasilkan energi karbon rendah, karena
energi disupai dari listrik tenaga matahari (panel surya) dan turbin angin.
Sedangkan bagian tengahnya dibuat atrium yang luas untuk mengatur suhu udara di
dalamnya agar tetap nyaman selama cuaca ekstrim, seperti saat musim panas dan
musim dingin di Rusia.
Panel surya pada geometri yang dinamis di bingkai struktur bagian luar bangunan
memungkinkan cahaya matahari menembus jauh ke dalam untuk memodifikasi
panas lingkungan internal. Panel surya akan tertutup di musim dingin untuk
kehangatan ekstra dan dibuka di musim panas untuk memungkinkan ventilasi alami
masuk. Pengelolaan energi adalah inti dari desain Crystal Island, dengan tambahan
lahan terbarukan dan generasi energi karbon beremisi rendah.

Menurut Foster + Partners, bangunan tersebut akan dilengkapi berbagai fasilitas


untuk seni dan budaya, pameran dan pertunjukkan yang dirancang dengan dinamis
dan fasilitas publik bisa digunakan nyaman sepanjang hari. Lebih 3 ribu kamar
hotel dan 900 apartemen dengan layanan lengkap, kantor, dan toko juga disediakan.

Penghuninya dapat bekerja dan tinggal di dalam kawasan tersebut, serta memiliki
akses ke berbagai sudut bangunan sangat mudah dengan berjalan kaki, termasuk
sekolah internasional untuk 500 siswa. Bangunan mixed use ini memberikan
sebuah contoh bangunan dengan keseimbangan energi, sementara luasnya
memperkuat aspek ekonomi dan kegiatan sosial penghuninya, ungkap Foster +
Partners, seperti dikutip ruanghati.com dari metaefficient.com.

Bangunan anggun berbentuk spiral tersebut juga memberikan pemandangan


langsung ke sebuah taman yang indah. Skema bangunan tampak berintegrasi
dengan landscape taman bermain, yang menyediakan berbagai aktivitas sepanjang
tahun, termasuk cross country dan ice skating ski di musim dingin.

3.1.6 Council House 2 (CH2)

CH2 adalah gedung pemerintahan Melbourne yang diresmikan pada tahun 2006.
Gedung ini dirancang dengan kolaborasi bersama Design Incorporated Melbourne
dan melibatkan beberapa ahli lingkungan.

Saat ini CH2 disebut-sebut sebagai bangunan yang paling sustainable di dunia
karena dinilai mampu mengurangi penggunaan listrik sebesar 85 persen,
penggunaan air sebesar 72 persen, penggunaan gas sebagai penghangat ruangan
sebesar 87 persen dan hanya menghasilkan emisi sebesar 13 persen. CH2 dirancang
tidak hanya untuk meningkatkan penghematan energi dan air, tetapi juga untuk
meningkatkan kenyamanan penghuninya melalui kualitas internal lingkungan
gedung yang baik.

CH2 memberikan pendekatan baru dalam mendesain perkantoran, menciptakan


model bagi orang lain untuk belajar dan meniru. Pada tahun 2010, CH2 berhasil
mendapatkan predikat 6 Green Star dan sejumlah penghargaan lainnya di bidang
arsitektur (sustainable architecture, green building dan best commercial
architecture) dan lingkungan.
CH2 memiliki sistem pendingin internal yang terintegrasi. Saat malam hari jendela
gedung akan terbuka sehingga udara dingin dari luar gedung akan masuk dan
mendinginkan udara di dalam ruangan serta panel-panel pendingin yang menempel
pada langit-langit dan pondasi ruangan. Panel yang telah didinginkan berfungsi
untuk membuat ruangan di pagi hingga siang hari tetap sejuk.

Air juga memiliki peran yang sangat penting pada sistem ini. Ketika siang hari,
beberapa menara setinggi 15 meter akan mengalirkan air dingin (shower). Beberapa
bagian di antaranya akan menguap sehingga mendinginkan ruangan di tiap-tiap
lantai gedung. Sebagian lainnya akan berfungsi untuk mendinginkan panel-panel
pendingin ruangan.

Penggunaan air pada sistem ini bersifat reusable (berulang). Uap air yang telah
digunakan akan mengalami peningkatan suhu dari 22 derajat celcius menjadi 25
derajat celcius, sehingga dengan sendirinya ia akan naik ke atas.Turbin angin yang
berada pada atap gedung juga membantu proses tersebut. Kemudian uap air
ditampung dalam sebuah kolam yang berada pada atap gedung untuk kemudian
digunakan kembali.
Ornamen kayu yang menempel di bagian timur dinding CH2 dibentuk sedemikian
rupa sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan ketika jam kerja
sedang berlangsung. Dengan demikian, penggunaan cahaya lampu dapat dikurangi.
CH2 sendiri menggunakan sistem cahaya buatan untuk penerangan lampu. Dengan
menggunakan sistem tersebut, intensitas cahaya lampu secara otomatis akan
menyesuaikan terhadap tingkat aktivitas dalam suatu ruangan.

Pada atap gedung juga dipasang panel surya seluas 25 meter persegi yang berfungsi
sebagai sumber energi listrik CH2. Listrik yang dihasilkan dari panel tersebut
sebesar 3,5 kW. Namun, panel tersebut belum cukup untuk memenuhi seluruh
kebutuhan listrik gedung. Oleh karena itu, 30% kebutuhan listrik dari CH2 berasal
dari pembangkit mini berbahan bakar gas. Selain listrik, pembangkit yang terletak
di atap gedung ini berfungsi menghasilkan panas sehingga CH2 mengurangi
ketergantungannya pada jaringan listrik umum. Pembangkit listrik ini menghasilkan
emisi karbon dioksida jauh lebih rendah dari pembangkit listrik batu bara.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

http://rizucchitect.blogspot.co.id/2016/10/artikel-arsitektur-dan-lingkungan-13.html
http://ruanghati.com/2009/10/08/inilah-crystal-island-gedung-terbesar-di-dunia-yang-
ramah-lingkungan-dari-moskow-fotovideo/
http://majalah1000guru.net/2015/11/konsep-ecocity/

Anda mungkin juga menyukai