Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap kegiatan yang termasuk kegiatan ilmiah, maupun kegiatan sehari-hari manusia

menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi. Secara umum sudah diketahui bahwa

bahasa berfungsi sebagai alat berkomunikasi, alat mengidentifikasi, ataupun sebagai alat

berinteraksi dalam masyarakat. Disamping itu bahasa juga digunakan untuk alat bernalar. Hal

ini berlaku juga dalam bahasa Indonesia (Nazar, 2006:1). Kegiatan ini mempunyai sarana

atau media agar ide, gagasan, atau perasaaan dapat disampaikan dengan sebaik-baiknya

kepada komunikan.

Chaer (1994:1) mengungkapkan bahwa bahasa itu sendiri adalah suatu sistem lambang

yang dibentuk berdasarkan aturan, kaidah atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata

bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia

adalah bahasa lisan. Bahasa yang merupakan rekaman visual dari bahasa lisan baik berupa

rangkaian huruf, kata ataupun rangkaian kalimat dan tata baca disebut bahasa tulis.

Sehubungan dengan pemakaian bahasa dalam komunikasi ini, dikenal empat kategori

keterampilan berbahasa yaitu (1) menyimak; (2) berbicara; (3) membaca; (4) menulis.

Menulis sebagai bagian dari keterampilan berbahasa memiliki lingkup ciri, dan proses

perwujudannya sendiri, yang bersedia dengan keterampilan berbahasa yang lain. Menulis

dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengekspresikan ide, pikiran,

pengetahuan, ilmu dan pengalaman hidup dalam bahasa tulis yang jelas, enak dibaca, dan

dipahami orang lain. Bahasa atau pedoman pengajaran menulis meliputi beberapa aspek yaitu

menulis cerpen, novel, karangan, puisi, dan sebagainya.


Ditinjau dari istilah menulis, mengarang dalam perwujudannya akan menghasilkan teks

karangan yang merupakan satuan kode kebahasaan terbesar. Teks karangan itu dibangun oleh

sejumlah unsur kebahasaan yang berupa kata, frase, klausa, kalimat dan paragraf. Sebuah

karangan yang baik harus memperhatikan unsur kesatuan dan kepaduan paragrafnya.

Demikian pula untuk menulis karangan juga dituntut adanya kualitas kepaduan dan

keselarasan hubungan antar unsur pendukungnya. Salah satu unsur yang mendukung dalam

keselarasan dalam kalimat adalah unsur kata depan (preposisi).

Kata depan atau preposisi itu sendiri adalah kata-kata yang biasanya menjadi penghubung

antara predikat dengan objek atau keterangan (Chaer, 2007:154). Misalnya pada kalimat saya

baru datang dari sekolah. Kelompok kata dari sekolah adalah frase eksosentris yang

menduduki fungsi keterangan pada kalimat tersebut adalah sebuah preposisi. Apabila

preposisi dari dihilangkan maka kalimat tersebut tidak efektif.

Preposisi jika ditinjau dari perilakunya ada dua fungsi yaitu semantik dan sintaktik.

Fungsi semantik dalam preposisi digunakan untuk menandai hubungan makna antara kata

atau frase yang ada di depan atau di belakangnya. Dalam frasa pergi ke Jember, misalnya,

kata depan ke menyatakan hubungan makna arah antara pergi dan Jember. Sedangkan fungsi

sintaktik preposisi berada di depan nomina, adjektiva, adverbia sehingga terbentuk frase yang

dinamakan frase preposisional.

Kata depan selalu digunakan untuk membuat karangan. Dalam karangan siswa masih

terdapat kesalahan dalam menulis kata depan, karena siswa sulit membedakan kata depan

dengan awalan, maka dari itu perlu belajar tentang preposisi agar penulisan karangan

menjadi lebih baik dan benar menurut aturan ejaan bahasa Indonesia. Hasil observasi dan
konsultasi dengan guru, masih ditemukan kesalahan dalam penulisan kata depan pada

karangan siswa.

Preposisi selalu di gunakan dalam menulis paragraf atau karangan narasi. Siswa kelas

VIII C kemampuan menggunakan preposisi pada karangan masih banyak mengalami

kesalahan, oleh karena itu peneliti memilih kelas VIII C yang berjumlah 37 siswa untuk

dijadikan penelitian sebagai sumbangsih kepada guru bidang studi bahasa Indonesia agar

lebih memperhatikan karangan siswa dalam penulisan kata depan. Ketika mengarang siswa

hanya terfokus pada penuangan ide, gagasan atau alur cerita yang akan dituliskan, tetapi

penulisan preposisi atau kata depan kurang diperhatikan. Hal itu dapat diketahui dari tugas

mengarang yang pernah diberikan oleh guru bidang studi bahasa Indonesia. Adapun jenis

karangan yang ditentukan adalah bentuk narasi karena karangan narasi lebih mudah dalam

penuangan ide dan gagasan untuk menceritakan peristiwa yang telah terjadi pada tokoh

cerita, termasuk pengalaman siswa itu sendiri dan karangan narasi lebih banyak terdapat

preposisi dari pada karangan lain, karena dalam karangan narasi terdapat preposisi yang

menyatakan kata atau frase benda tempat, waktu, sifat, dan karangan narasi berisi tentang

gambaran peristiwa yang terjadi dalam satu urutan waktu yang bertemakan penglaman

pribadi yang paling menarik atau mengesankan.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diketahui preposisi apa saja yang

digunakan dalam karangan narasi siswa dan bagaimana penggunaan yang tepat. Peneliti juga

ingin mengetahui ketepatan siswa dalam menggunakan kata depan pada karangan narasi.

Penggunaan preposisi yang kurang tepat dapat menyebabkan kalimat tidak efektif dan dapat

mengubah maksud karangan. Preposisi tidak dapat berdiri sendiri sebagai subjek, predikat,

dan fungsi-fungsi klausa yang lain dan preposisi dapat dikatakan tidak pernah mengalami
perubahan bentuk. Jadi penggunaan preposisi dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat

penting. Pada penelitin ini peneliti berupaya menitikberatkan pada ketepatan penggunaan

kata depan pada karangan narasi siswa. Sehingga dapat bermanfaat untuk pengajaran bahasa

Indonesia, dan guru akan memperoleh gambaran lebih jelas tentang penggunaan kata depan

sehingga dapat mengurangi kesalahan yang dilakukan siswa dalam menulis karangan.

Dengan demikian peneliti mengambil judul penelitian yaitu Ketepatan Penggunaan Kata

Depan (Preposisi) pada Karangan Narasi Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 1 Pakusari

Tahun Pelajaran 2010/2011.

Anda mungkin juga menyukai