(Kelompok Taufik) Manajemen Persediaan
(Kelompok Taufik) Manajemen Persediaan
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Disusun oleh :
Kelompok 2
UNIVERSITAS JEMBER
2016
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan
adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan secara fisik
akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada
pelanggan di sisi lain. Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis
( operation, marketing, dan finance). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik
kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang
rendah, sedangkan Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar
kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi. Berkaitan dengan kondisi di
atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun
produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan pelanggan dapat
dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu
mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam
spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak
terganggu).
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi,
yaitu jangan sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik persediaan yang terlalu
banyak, maupun terlalu sedikit akan minimbulkan membengkaknya biaya persediaan. Jika
persediaan terlalu banyak, maka akan timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost, yaitu
biaya-biaya yang terjadi karena perusahaan memiliki persediaan yang banyak, seperti : biaya
yang tertanam dalam persediaan, biaya modal (termasuk biaya kesempatan pendapatan atas
dana yang tertanam dalam persediaan), sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji
pegawai pergudangan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan persediaan, biaya
kerusakan/kehilangan. Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya
akibat kekurangan persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti : mahalnya harga
karena membeli dalam partai kecil, terganggunya proses produksi, tidak tersedianya produk
jadi untuk pelanggan.
2
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
3. Anticipation Stock
Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman dalam satu tahun, dan
untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.
Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang
a. Persediaan bahan baku
b. Persediaan bagian produk/komponen yang dibeli
c. Persediaan bahan-bahan pembantu/penolong
d. Persediaan barang-barang setengah jadi/barang dalam proses
e. Persediaan barang jadi
Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Persediaan Pengaman (Safety Stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out).
Biaya dalam Persediaan
Unsur biaya yang terdapat dalam persediaan digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1) Biaya pemesanan (ordering cost/set-up cost)
Biaya pemesanan (ordering cost/set-up cost) adalah biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan/barang, sejak dari penempatan
pemesanan sampai tersedianya barang di gudang. Biaya ini mencakup biaya
administrasi dan penempatan order, biaya pemilihan vendor/pemasok, biaya
pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan barang. Biaya
pemesanan tidak bergantung dari berapa kali pesanan dilakukan.
2) Biaya penyimpanan (carrying cost)
Biaya penyimpanan (carrying cost) adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan
dengan diadakannya persediaan barang. Termasuk dalam biaya ini yaitu biaya sewa
gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pelaksana pergudangan, biaya listrik,
biaya modal yang tertanam dalam persediaan, biaya asuransi/biaya kerusakan, dan
kehilalangan/penyusutan barang selama dalam penyimpanan.
3) Biaya Kekurangan Persediaan (stock-out cost)
Biaya Kekurangan Persediaan (stock-out cost) adalah biaya yang timbul sebagai
akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Termasuk dalam biaya
adalah semua biaya kesempatan yang timbul karena terhentinya proses produksi
sebagai akibat tidak adanya bahan yang diproses, biaya administrasi, biaya
tertundanya penerimaan keuntungan, dan biaya kehilangan pelanggan.
Model-model Persediaan
Dalam pengelolaan persediaan terdapat dua keputusan penting yang harus dilakukan
oleh manajemen, yaitu :
Berapa banyak jumlah bahan/barang yang harus dipesan untuk setiap kali pengadaan
persediaan
5
Kapan pemesanan barang harus dilakukan
Setiap keputusan ada pengaruh terhadap besarnya biaya persediaan, yaitu :
Semakin banyak barang yang disimpan, akibatnya semakin besar biaya
penyimpanannya
Semakin sedikit barang yang disimpan dapat menurunkan biaya penyimpanan, tetapi
menyebabkan frekuensi pembelian semakin besar yang berarti biaya pemesanan
semakin besar
Model Persediaan EOQ
EOQ adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan
pada setiap kali pembelian.
Persoalan persediaan terdiri dari dua pertanyaan yaitu berapa jumlah yang harus
Tingkat persediaan
(unit)dipesan dan kapan pemesanan barang harus dilakukan.
Contoh perhitungan persediaan EOQ :
Tingkat persediaan
(unit)
Q
Jumlah persediaan
q (unit)
Persediaan rata rata
(unit)
C waktu
Garis Gambar
AQ 1: menunjukkan jumlah yang
: Pola Umum Persediaan dipesan (quantity)
Bahan
Garis
A QC : menunjukkan tingkat penggunaan persediaan yang konstan selama
waktu (time)
Garis AC : menunjukkan interval waktu antara pesanan pertama dengan
berikutnya
6
Contoh : Data tentang persediaan bahan baku PT Jaya Makmur adalah sebagai berikut:
Unit (00)
12
Rata-rata
0 dari persediaan12 Waktu
yang ada dalam (bulan) = setengah dari jumlah bahan
perusahaan
baku yang dibeli.
Beban biaya penyimpanan yang harus ditanggung oleh perusahaan adalah sama dengan
setengah kali jumlah unit yang dibeli dikalikan biaya penyimpanan per unit per tahun.
Dilaksanakan 1 (satu) kali pembelian
Unit (00)
12
6
0 Persediaan rata rata
Kuantitas pembelian (unit) 1.200 unit
Biaya pemesanan (1) (1500) Rp 1.500
Biaya penyimpanan (0,5) x (1.200) x (10) Rp 6.000
Biaya Persediaan Rp 7.500
+
12 Waktu (bulan)
Dilaksanakan 2 (dua) kali pembelian
Unit (00)
6
0 Waktu (bulan)
Kuantitas pembelian 12 600 unit
Biaya pemesanan (2) (1500) Rp 3.000
Biaya penyimpanan (0,5) x (600) x (10) Rp 3.000
Biaya Persediaan Rp 6.000
+
Dilaksanakan 3 (tiga) kali pembelian
Unit (00)
4 8 12
Waktu (bulan)
Kuantitas
0 pembelian 400 unit
Biaya pemesanan (2) (1500) Rp 4.500
Biaya penyimpanan (0,5) x (600) x (10) Rp 2.000
Biaya Persediaan Rp 6.500
+
Biaya Persediaan dalam Berbagai Alternatif Pembelian
EOQ =
8
D = penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S = biaya pemesanan
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
Asumsi :
Contoh : Data tentang persediaan bahan baku PT Jaya Makmur adalah sebagai
berikut:
Kebutuhan bahan baku yang akan dibeli 1200 unit
Biaya pemesanan setiap kali order Rp.1.500,00-
Biaya penyimpanan per unit per tahun Rp.10,00-
=
Frekuensi pesanan adalah permintaan per tahun dibagi jumlah pesanan
dalam satu tahun
F = D/Q = 1.200 / 600 = 2 kali pesanan / tahun
Jangka waktu antar tiap pesanan :
Tingkat persediaan
(unit)
Q
9
b
waktu
Q Q - =b jumlah setiap pemesanan
Gambar 2 : Grafik persediaan model Back Order
b = jumlah persediaan pada setiap awal siklus persediaan, yaitu jumlah
persediaan yang tersisa setelah dikurangi back order
Q-b = menunjukkan Back-order, yaitu jumlah barang yang dipesan oleh pembeli
tetapi belum dapat dipenuhi
Apabila :
Q1 > Q0 maka order pembelian berdasar EOQ tersebut dengan memperoleh
potongan harga.
Q1 < Q0 maka langsung ikuti tahap tiga.
10
3. Hitung EOQ dengan harga yang mendapatkan potongan, yang akan menghasilkan
Q2.
4. Bandingkan Q2 dengan Q0 tersebut, apabila :
Q2 > Q0 maka order pembelian berdasar Q2
Q2 < Q0 maka langsung ikuti tahap lima.
5. Hitung total biaya persediaan serta kebutuhan dana untuk pembelian bahan baku
tersebut masing-masing untuk harga asli dengan kuantitas pembelian optimal dan
harga dengan potongan pada kuantitas yang mendapatkan potongan harga
tersebut selama satu periode.
Asumsi :
a) Bila investasi yang tertanam pada persediaan bahan baku akan kembali pada
periode berikutnya sehingga dana yang digunakan untuk pembelian bahan baku
akan diperhitungkan untuk kebutuhan selama satu tahun.
Rumus :
Harga Asli RU1 + (Q1 C/2) + (PR)/Q1
Harga Potongan RU0 + (Q0 C0/2) + (PR)/Q0
b) Bila dana yang ditanamkan pada persediaan bahan baku akan kembali setelah
bahan baku yang digunakan habiis maka kebutuhan dana yang diperbandingkan
dilaksanakan atas kebutuhan dana untuk satu siklus pembelian saja.
Rumus :
Harga Asli
Harga Potongan
Dimana :
P = biaya pemesanan
R = kebutuhan bahan baku untuk satu periode
C = biaya penyimpanan
U1= harga beli asli
U0= harga beli potongan
Contoh Soal :
PT Adriana Sari mempunyai data kebutuhan bahan baku sebagai berikut :
Kebutuhan bahan baku untuk satu periode 2.000 unit, biaya pemesenan per order
Rp.100,00-; biaya penyimpanan per unit per tahun 10% dari harga beli asli Rp.100,00- per
unit. Harga beli dengan potongan Rp.80,00-; Jumlah pembelian dapat potongan 250 unit.
11
Dari data tersebut apakah perusahaan tersebut akan mengadakan pembelian bahan baku
atas dasar harga asli atau atas dasar harga dengan potongan pembelian. Investasi di dalam
bahan baku tersebut baru akan dapat kembali pada satu periode sesudahnya.
Jawab :
a)
=
b) Q1 = 200 unit ; sedang Q0 = 250 unit
Maka Q1 < Q0 ; berarti langsung pada tahap ke 3
c)
=
d) Q2 = 223,6 unit ; sedang Q0 = 250 unit
Maka Q2 < Q0 ; berarti langsung pada tahap ke 5
e) Kebutuhan Dana per tahun
Harga Asli
12
Harga dengan potongan
13
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
14