PENDAHULUAN
1
Perikanan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang industri makanan, hasil laut, dan perikanan. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat lndustri
Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan program, evaluasi dan pelaporan di bidang
industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
b. Penyiapan perumusan kebijakan termasuk penyusunan peta
panduan pengembangan klaster industri pengolahan kakao,
industri pengolahan kelapa, industri gula, industri pengolahan
ikan, dan pengembangan klaster industri makanan, hasil laut,
dan perikanan lainnya;
c. Penyiapan pelaksanaan kebijakan termasuk pengembangan
klaster industri pengolahan kakao, industri pengolahan kelapa,
industri gula, industri pengolahan ikan, dan pengembangan
klaster industri makanan, hasil laut, dan perikanan lainnya;
d. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
e. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang industri
makanan, hasil laut, dan perikanan; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan manajemen kinerja
Direktorat
2
1. Industri pengolahan hasil perikanan yaitu :
- Industri pengolahan ikan dan udang beku
- Industri ikan dalam kaleng
- Industri kerupuk udang
- Industri olahan rumput laut (agar-agar)
- Industri tepung ikan
5. Industri Lainnya
- Industri pakan ternak/ikan
3
Subdirektorat Program, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai
tugas melaksanakan penyusunan program, evaluasi, dan
pelaporan di bidang industri makanan, hasil laut, dan
perikanan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,
Subdirektorat Program, Evaluasi, dan Pelaporan
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan program di bidang industri
makanan, hasil laut, dan perikanan;
2. Pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang
industri makanan, hasil laut, dan perikanan; dan
3. Pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi di bidang industri makanan, hasil laut, dan
perikanan.
Subdirektorat Program, Evaluasi, dan Pelaporan terdiri dari 2
(dua) seksi yaitu:
1. Seksi Program yang mempunyai tugas melakukan
penyiapan penyusunan program di bidang industri
makanan, hasil laut, dan perikanan.
2. Seksi Evaluasi dan Pelaporan yang mempunyai tugas
melakukan pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan,
pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi di bidang industri makanan, hasil laut, dan
perikanan.
b. Subdirektorat lndustri Hasil Tanaman Pangan;
4
2. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta bimbingan teknis mengenai standardisasi dan
teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau di
bidang industri pengolahan hasil tanaman pangan.
Subdirektorat lndustri Hasil Tanaman Pangan terdiri dari 2
(dua) seksi yaitu :
1. Seksi lklim Usaha dan Kerja Sama mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha serta
pelaksanaan kerja sama dan promosi industri di bidang
industri pengolahan hasil tanaman pangan.
2. Seksi Standardisasi dan Teknologi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai standardisasi dan
teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau di
bidang industri pengolahan hasil tanaman pangan.
c. Subdirektorat lndustri Hasil Perkebunan;
5
Subdirektorat lndustri Hasil Perkebunan terdiri dari 2 (dua)
seksi yaitu :
1. Seksi lklim Usaha dan Kerja Sama mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha serta
pelaksanaan kerja sama dan promosi industri di bidang
industri pengolahan hasil perkebunan.
2. Seksi Standardisasi dan Teknologi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai standardisasi dan
teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau di
bidang industri pengolahan hasil perkebunan.
d. Subdirektorat lndustri Hasil Laut, Perikanan, dan Peternakan;
Subdirektorat lndustri Hasil Laut, Perikanan, dan Peternakan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim
usaha, standardisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual,
dan industri hijau serta pelaksanaan kerja sama dan promosi
industri di bidang industri pengolahan hasil laut, perikanan,
dan peternakan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,
Subdirektorat lndustri Pengolahan Hasil Laut, Perikanan, dan
Peternakan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha serta
pelaksanaan kerja sama dan promosi industri di bidang
industri pengolahan hasil laut, perikanan, dan peternakan;
dan
2. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta bimbingan teknis mengenai standardisasi dan
teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau di
bidang industri pengolahan hasil laut, perikanan, dan
peternakan.
Subdirektorat lndustri Hasil Laut, Perikanan, dan Peternakan
terdiri dari 2 (dua) seksi yaitu :
6
1. Seksi lklim Usaha dan Kerja Sama mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha serta
pelaksanaan kerja sama dan promosi industri di bidang
industri pengolahan hasil laut, perikanan, dan peternakan
2. Seksi Standardisasi dan Teknologi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai standardisasi dan
teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau di
bidang industri pengolahan hasil laut, perikanan, dan
peternakan
7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
8
KBLI KELOMPOK INDUSTRI
INDUSTRI PENGUPASAN DAN PEMBERSIHAN UMBI-
10616
UMBIAN (TERMASUK RIZOMA)
10617 INDUSTRI TEPUNG TERIGU
INDUSTRI BERBAGAI MACAM TEPUNG DARI PADI-
10618 PADIAN, BIJI-BIJIAN, KACANG-KACANGAN, UMBI-UMBIAN
DAN SEJENISNYA
10621 INDUSTRI PATI UBI KAYU
10622 INDUSTRI BERBAGAI MACAM PATI PALMA
10623 INDUSTRI GLUKOSA DAN SEJENISNYA
10629 INDUSTRI PATI LAINNYA
10632 INDUSTRI PENGGILINGAN DAN PEMBERSIHAN JAGUNG
10633 INDUSTRI TEPUNG BERAS DAN TEPUNG JAGUNG
10634 INDUSTRI PATI BERAS DAN JAGUNG
10710 INDUSTRI PRODUK ROTI DAN KUE
10721 INDUSTRI GULA PASIR (GULA KRISTAL RAFINASI)
10729 INDUSTRI PENGOLAHAN GULA LAINNYA SELAIN SIROP
10731 INDUSTRI KAKAO
10732 INDUSTRI MAKANAN DARI COKLAT DAN KEMBANG GULA
10739 INDUSTRI KEMBANG GULA LAINNYA
10740 INDUSTRI MAKARONI, MIE DAN PRODUK SEJENISNYA
10750 INDUSTRI MAKANAN DAN MASAKAN OLAHAN
10771 INDUSTRI KECAP
INDUSTRI BUMBU MASAK DAN PENYEDAP MASAKAN
10772
(TERMASUK VETSIN/MSG)
10773 INDUSTRI PRODUK MASAK DARI KELAPA
10779 INDUSTRI PRODUK MASAK LAINNYA
INDUSTRI MAKANAN DARI KEDELE DAN KACANG-
10793
KACANGAN LAINNYA BUKAN KECAP, TEMPE DAN TAHU
10799 INDUSTRI PRODUK MAKANAN LAINNYA
10801 INDUSTRI RANSUM MAKANAN HEWAN
10802 INDUSTRI KONSENTRAT MAKANAN HEWAN
71209 JASA ANALISIS DAN UJI TEKNIS LAINNYA
74100 JASA PERANCANGAN KHUSUS
82920 JASA PENGEPAKAN
9
tugas pokok danfungsi Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan.
1. Visi
2. Misi
3. Tujuan
4. Sasaran
10
- Meningkatnya produksi gula melalui program Revitalisasi
Industri Gula
- Meningkatnya struktur dan daya saing industri makanan,
hasil laut dan perikanan berdasarkan pendekatan klaster
industri (klaster industri gula, klaster industri kakao,
klaster industri kelapa danklaster industri pengolahan
hasil laut)
- Meningkatnya penguasaan pasar dalam negeri dan
ekspor produk industri makanan, hasil laut dan
perikanan
- Berkembangnya keanekaragaman produk makanan,
hasil laut dan perikanan
- Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di industri
makanan, hasil laut dan perikanan
- Meningkatnya ketahanan pangan nasional
- Meningkatkan pemanfaatan bahan baku yang berasal
dari sumber daya alam
5. Kebijakan
6. Strategi
- Prioritas pengembangan 4 (empat) komoditi yang
tertuang dalam industrial policy, yang akan
11
dikembangkan berdasarkan pendekatan klaster yaitu
klaster industri gula, klaster industri pengolahan kakao,
klaster industri pengolahan kelapa dan klaster industri
pengolahan hasil laut
- Meningkatkan utilitas kapasitas melalui pengembangan
pasar baik di dalam dan luar negeri
- Meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan
pasokan bahan baku, penerapan teknis
pengolahan/proses yang lebih maju
- Meningkatkan jaminan dan kelancaran pasokan bahan
baku melalui kemitraan industri primer, kerjasama
instansi dan pengaturan ekspor/impor bahan baku
- Meningkatkan iklim usaha yang kondusif melalui regulasi
dan deregulasi, memberikan instensif dan dukungan
pembiayaan
- Peningkatan sarana dan prasarana dan promosi investasi
di dalam/luar negeri.
- Meningkatkan penelitian dan pengembangan produk,
proses bahan baku dan meningkatkan pemasaran dalam
negeri dan mengamankan/perlindungan produksi dalam
negeri dari produk impor.
- Promosi ekspor melalui pameran dan misi dagang dan
peningkatan kerjasama internasional dan kelembagaan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No. 151/M-IND/PER/12/2010 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perindustrian No. 10/M-IND/PER/1/2010 Tentang
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010 - 2014,
maka target pembangunan Direktorat Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan pada tahun 2010 - 2014 adalah :
12
Target
Program/Kegia
Outcome/Output Indikator 201 201 201
tan 2010 2012
1 3 4
Revitalisasi Terlaksananya Jumlah 2 5 6 6 6
Industri Gula kegiatan rencana kegiatan
aksi revitalisasi pelaksanaan
industri gula untuk rencana aksi
mencapai mendukung
swasembada gula revitalisasi
industri gula
Non Prioritas
Standarisasi Terwujudnya Rumusan SNI 4 4 4 4 4
Industri standarisasi dan Revisi SNI
Makanan, produk industri industri
Hasil Laut dan makanan, hasil makanan,
Perikanan laut dan perikanan hasil laut dan
perikanan
13
Target
Program/Kegia
Outcome/Output Indikator 201 201 201
tan 2010 2012
1 3 4
perikanan
1. Kekuatan
- Indonesia merupakan negara agraris penghasil produk
primer hasil tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan
peternakan
- Beberapa produk memiliki keunggulan komperatif seperti
Crude Palm Oil (CPO), ikan, rumput laut, kakao, kelapa bulat
dan lain-lain
- Teknologi pengolahan pangan telah dikuasai
- Tenaga ahli dan tenaga kerja yang terlibat dalam
industri pengolahan makanan, hasil laut dan perikanan
cukup tersedia
- Produk makanan olahan dalam negeri telah mampu bersaing
dengan produk impor sejenis
2. Kelemahan
- Produk primer hasil pertanian banyak yang diekspor dalam
bentuk mentah seperti Crude Palm Oil (CPO), biji kakao dan
kelapa bulat
- Industri olahan dalam negeri kekurangan bahan baku
sehingga pemanfaatan utilisasinya belum optimal (rata-rata
50%)
- Pengolahan produk pasca panen masih dilakukan secara
tradisional sehingga mempengaruhi mutu produk industri
makanan, hasil laut dan perikanan
- Kurangnya dukungan permodalan dan tingginya suku bunga
perbankan untuk pengembangan industri makanan, hasil
laut dan perikanan
- Terbatasnya industri pendukung terutama mesin, peralatan,
dan kemasan
- Belum berkembangnya kesamaan persepsi mengenai
mengenai otonomi daerah sehingga iklim usaha
cenderung kurang kondosif dan kebijakan di daerah menjadi
beragam
14
- Kenaikan harga BBM Industri
Adapun peluang dan ancaman industri makanan, hasil laut
dan perikanan adalah sebagai berikut :
1. Peluang
- Meningkatnya permintaan produk makanan, hasil laut dan
perikanan dengan mutu tinggi dari berbagai negara
- Berkembangnya produk makanan, hasil laut dan perikanan
siap saji yang diminati konsumen eksekutif di negara-negara
maju dan bekembang
- Produk makanan, hasil laut dan perikanan olahan Indonesia
makin diminati negara maju dan berkembang
2. Ancaman
- Munculnya negara-negara pesaing kuat yang menghasilkan
produk makanan, hasil laut dan perikanan seperti China,
Taiwan, Thailand, Vietnam dan Malaysia
- Tuntutan pasar dunia terhadap produk-produk yang aman
dikonsumsi dan akrab lingkungan semakin besar
- Meningkatnya penolakan produk makanan, hasil laut dan
perikanan yang di ekspor ke beberapa negara karena
kontaminasi fisik, biologi/mikrobiologi, kimia dan lingkungan
- Banyaknya produk makanan, hasil laut dan perikanan impor
yang tidak terdaftar
2.2 Rencana Kinerja Tahun 2014
15
- Diversifikasi Produk Dalam Mendukung Ketahanan Pangan
2. Indikator Rencana Kinerja Direktorat Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan
Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan
didukung pembiayaan dan mendapatkan persetujuan dalam
bentuk DIPA, maka ditetapkan sasaran strategis dan Indikator
Kinerja Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
yang akan dicapai pada tahun 2014 seperti yang tercantum
pada Penetapan Kinerja (Tapkin) sebagai berikut :
16
N
o. Sasaran Strategis Indikator Kinerja
3 Meningkatkan budaya Terbangunnya Sistem Pengendalian
pengawasan pada Intern di unit kerja
unsur pimpinan dan
staf
4 Memfasilitasi Rancangan SNI 1 dan SNI 2 yang
penerapan diusulkan
standardisasi
5 Memfasilitasi promosi Perusahaan mengikuti
industri seminar/konferensi, pameran, misi
dagang/investasi, promosi
produk/jasa dan investasi industri
6 Mengusulkan insentif Perusahaan industri yang
yang mendukung memperoleh insentif
pengembangan
industri
7 Mengembangkan R & Kerjasama R&D instansi dengan
D di instansi dan industri
industri
8 Memfasilitasi akses Perusahaan yang mendapat akses ke
pembiayaan dan sumber bahan baku
bahan baku untuk Perusahaan yang mendapat akses ke
meningkatkan sumber pembiayaan
kapasitas produksi
Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan (L)
1 Meningkatkan sistem Tingkat penyerapan anggaran
tata kelola keuangan
dan BMN yang
profesional
2 Meningkatkan kualitas Tingkat persetujuan rencana kegiatan
perencanaan dan (zero stars)
Pelaporan Tingkat ketepatan waktu
pelaksanaan kegiatan
Kesesuaian Program dengan KIN
Tingkat ketepatan waktu
penyampaian laporan
3 Membangun Penerapan sistem manajemen mutu
organisasi yang Tingkat utilisasi kapasitas produksi
profesional dan pro
bisnis
3. Kegiatan
17
Dalam rangka untuk mencapai indikator tersebut di atas, serta
mendukung keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan
industri, Rencana Kerja Direktorat Industri Minuman dan
Tembakau tahun 2014, meliputi :
18
rangka membangun daya saing yang berkelanjutan. Pada
tahun 2013, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan memperoleh dana sebesar Rp. 4.471.771.000,-
untuk pengembangan empat klaster sebagai berikut :
19
Industri pengolahan kelapa khususnya industri yang
mengolah produk dengan bahan baku buah kelapa di
Indonesia sudah tumbuh bermacam-macam jenis industri
baik yang diusahakan dalam industri skala kecil maupun
industri yang berskala menengah besar. Tiap bagian
tanaman dapat dimanfaatkan seperti sabut, untuk coir
fiber, keset, sapu, matras, bahan pembuat spring bed.
Tempurung untuk charcoal, carbon aktif dan kerajinan
tangan. Daging buah untuk kopra, minyak kelapa, coconut
cream, santan, kelapa parutan kering (desiccated
coconut). Air kelapa untuk cuka, nata de coco, nira untuk
kelapa dan gula merah. CCO untuk pembuatan
oleochemical. Hasil olahan kelapa yang sudah diekspor
selain minyak kelapa adalah kopra, bungkil kopra, kelapa
parut, Virgin Coconut Oil dan nata de coco. Di Indonesia
produk terbesar dari minyak kelapa dikonsumsi sebagai
minyak goreng, sedangkan diluar negeri minyak kelapa
masih harus bersaing dengan berbagai minyak nabati,
terutama minyak sawit dan minyak kedelai yang
mempunyai harga yang lebih murah.
20
- Penerapan dan Pembinaan Keamanan Pangan Melalui
CPPOB Pada Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan;
- Fasilitasi dan Koordinasi Iklim Usaha Sektor industri
Tanaman Pangan
- Pembangunan Pabrik Pakan Ternak di Kabupaten
Manokwari - Papua Barat Dalam Rangka Percepatan
Pembangunan Papua dan Papua Barat (P4B). Namun
karena pelaksanaan lelang untuk Pembangunan fisik
Gedung yang sudah dilakukan 3 kali mengalami
kegagalan, maka kegiatan tidak dilaksanakan, dan
anggaran dilakukan penghematan, yang masih tersisa
adalah anggaran untuk fasilitasi dan koordinasi.
- Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Pada
Industri Pakan Ternak.
21
- Penyusunan Peraturan Penerapan SNI Wajib Produk
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan.
22
oleh industri makanan, hasil laut dan perikanan, dan
program kegiatan yang telah dicapai dalam menunjang
perkembangan industri makanan, hasil laut dan perikanan
selama periode satu tahun, maka perlu dilakukankegiatan
Rumusan Perencanaan, Evaluasi Dan Laporan dengan
anggaran sebesar Rp. 1.991.363.000,- dengan kegiatan
meliputi :
N Sasaran
Indikator Kinerja Target
o. Strategis
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
1 Tingginya nilai Laju pertumbuhan industri agro 4 persen
tambah industri Kontribusi industri agro terhadap 3, 93
PDB nasional persen
2 Tingginya Kontribusi ekspor produk industri 4 persen
23
N Sasaran
Indikator Kinerja Target
o. Strategis
penguasaan agro terhadap ekspor nasional
pasar dalam dan
luar negeri Pangsa pasar produk industri agro 7 persen
nasional terhadap total
permintaan di pasar dalam negeri
3 Meningkatnya Tingkat produktivitas dan 250.000
Produktivitas kemampuan SDM industri rupiah
SDM Industri per
tenaga
kerja
4 Kuat, lengkap Pertumbuhan investasi di industri 40 jumlah
dan dalamnya agro hulu dan antara
struktur industri Tingkat kandungan lokal 0 produk
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok (T)
1 Tersusunnya Rekomendasi usulan insentif 0 Jenis
insentif yang Perusahaan industri yang 11
mendukung memperoleh insentif perusaha
pengembangan an
industri
2 Berkembangnya Kerjasama R&D instansi dengan 0
R & D di instansi industri kerjasam
dan industri a
3 Meningkatnya Tingkat utilisasi kapasitas 80 persen
akses produksi
pembiayaan dan
bahan baku
untuk Perusahaan yang mendapat 5
meningkatkan akses ke sumber pembiayaan perusaha
kapasitas an
produksi Perusahaan yang mendapat 2
akses ke sumber bahan baku perusaha
an
4 Meningkatnya Perusahaan mengikuti 50
promosi industri seminar/konferensi, pameran, perusaha
misi dagang/investasi, promosi an
produk/jasa dan investasi industri
24
N Sasaran
Indikator Kinerja Target
o. Strategis
5 Meningkatnya SNI yang diberlakukan secara 0 SNI
usulan wajib
penerapan SNI
6 Meningkatnya Sertifikasi Asessor 1 Orang
kualitas Jumlah Standar Kompetensi Kerja 0 SKKNI
lembaga Nasional Indonesia (SKKNI) di per tahun
pendidikan dan Sektor Industri Agro
pelatihan serta
kewirausahaan
7 Meningkatnya Terbangunnya Sistem 1 satker
budaya Pengendalian Intern di unit kerja
pengawasan
pada unsur
pimpinan dan
staf
Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan (L)
1 Terbangunnya Penerapan sistem manajemen 1 Satker
organisasi yang mutu
profesional dan
pro bisnis
2 Meningkatnya Tingkat kesesuaian pelaksanaan 90 persen
kualitas kegiatan dengan dokumen
perencanaan perencanaan
dan Pelaporan Tingkat ketepatan waktu 85 persen
pelaksanaan kegiatan
Nilai SAKIP Ditjen Industri Agro 70 nilai
3 Meningkatnya Tingkat penyerapan anggaran 90 persen
sistem tata
kelola keuangan
dan BMN yang
profesional
25
pada Direktorat Industri makanan, Hasil laut dan Perikanan seperti
Tabel di bawah ini :
26
KODE OUTPUT/KOMPONEN PAGU
Pengolahan Industri Kelapa
1835.002 520.000.00
.004 Klaster Industri pengolahan Hasil laut 0
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Klaster 520.000.000
014
Industri Pengolahan Hasil Laut
Bantuan Unit Pendingin (cold storage) Ikan (Dana
015
Optimalisasi) -
1835.002 Pengembangan Industri Makanan, Hasil 2.171.036.
.005 Laut dan Perikanan lainnya 000
Penerapan dan Pembinaan Keamanan Pangan 659.996.000
016 Melalui CPPOB Pada Industri Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan
Fasilitasi dan Koordinasi Iklim Usaha Sektor 534.152.000
017
industri Tanaman Pangan
Pembangunan Pabrik Pakan Ternak Unggas 58.058.000
018
dalam rangka P4B di Manokwari - Papua Barat
Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia 400.000.000
019
Pada Industri Pakan Ternak
Monitoring dan Evaluasi Bantuan Mesin dan 518.830.000
020
Peralatan Dilingkungan Direktorat IMHLP
3.828.154.
1835.003
Standar Nasional Indonesia (SNI) 000
1835.003 3.828.154.
.001 PEDOMAN RUMUSAN RSNI DAN REVISI SNI 000
Perumusan dan Revisi SNI Industri Makanan Hasil 1.800.000.0
011
Laut dan Perikanan 00
Pelaksanaan Pengawasan SNI Wajib Industri 1.078.154.0
012
Makanan Hasil Laut dan Perikanan 00
Penyusunan Peraturan Penerapan SNI Wajib 950.000.000
013
Produk Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Partisipasi Dit. IMHLP dalam Sidang dan 2.718.055.
1835.004 Pameran di Dalam Negeri (DN) maupun 000
Luar Negeri (LN)
1835.004 2.718.055.
.001 PAMERAN DAN KERJASAMA INTERNASIONAL 000
Partisipasi dan Fasilitasi serta Penyelenggaraan 689.535.000
011 Kegiatan Pameran Industri Makanan Hasil laut
dan Perikanan di Dalam dan Luar Negeri
Partisipasi Industri Makanan Hasil Laut dan 700.000.000
012 Perikanan Dalam Rangka Fora Kerjasama dan
Organisasi Internasional Lainnya
013 Partisipasi Pada Sidang Standarisasi Internasional 515.720.000
Peningkatan Konsumsi Cokelat Dalam Negeri dan 812.800.000
014
Partisipasi Sidang ICCO/ACC
27
KODE OUTPUT/KOMPONEN PAGU
Rumusan Perencanaan, Evaluasi dan 1.991.363.
1835.005
Laporan 000
1835.005 KAJI TINDAK, PROGRAM PENGEMBANGAN 1.991.363.
.001 DAN EVALUASI KINERJA 000
Kaji Tindak Pelaksanaan Kegiatan Industri 800.000.000
011
Makanan Hasil Laut dan Perikanan
Sinkronisasi Program Pengembangan Industri 649.862.000
012
Makanan Hasil Laut dan Perikanan
Penyusunan Laporan, Pendataan dan Evaluasi 541.501.000
013 Kinerja Industri Makanan Hasil Laut dan
Perikanan
Diversifikasi Produk dalam Mendukung 1.595.706.
1835.006
Ketahanan Pangan 000
Fasilitasi Pengembangan Industri Makanan 784.401.000
011
Berbasis Crude Palm Oil (CPO)
Kajian Tekno Ekonomi Pembuatan Vitamin A 811.305.000
012
Rethinol Palmitat
28
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
29
N Sasaran Realisasi
Indikator Kinerja Target
o. Strategis 2014
luar negeri nasional
Pangsa pasar produk 7 persen 7,6 persen
industri agro nasional
terhadap total
permintaan di pasar
dalam negeri
3 Meningkatnya Tingkat produktivitas 250.000 2.713.514
Produktivitas dan kemampuan SDM rupiah rupiah per
SDM Industri industri per tenaga kerja
tenaga
kerja
5 Kuat, lengkap Pertumbuhan investasi 40 jumlah 295 PMDN
dan dalamnya di industri agro hulu dan 666 PMA
struktur industriantara
Tingkat kandungan lokal 0 produk
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok (T)
1 Tersusunnya Rekomendasi usulan 0 Jenis
insentif yang insentif
mendukung Perusahaan industri 11 22
pengembangan yang memperoleh perusaha perusahaan
industri insentif an
2 Berkembangnya Kerjasama R&D instansi 0
R & D di instansi dengan industri kerjasam
dan industri a
3 Meningkatnya Tingkat utilisasi 80 persen 70,62
akses kapasitas produksi persen
pembiayaan dan Perusahaan yang 5 22
bahan baku mendapat akses ke perusaha perusahaan
untuk sumber pembiayaan an
meningkatkan Perusahaan yang 2 27
kapasitas mendapat akses ke perusaha perusahaan
produksi sumber bahan baku an
4 Meningkatnya Perusahaan mengikuti 50 74
promosi industri seminar/konferensi, perusaha perusahaan
pameran, misi an
dagang/investasi,
promosi produk/jasa
dan investasi industri
5 Meningkatnya SNI yang diberlakukan 0 SNI
usulan secara wajib
penerapan SNI
6 Meningkatnya Sertifikasi Asessor 1 Orang 1 Orang
30
N Sasaran Realisasi
Indikator Kinerja Target
o. Strategis 2014
kualitas lembaga Jumlah Standar 0 SKKNI 1 RSKKNI
pendidikan dan Kompetensi Kerja per tahun
pelatihan serta Nasional Indonesia
kewirausahaan (SKKNI) di Sektor
Industri Agro
7 Meningkatnya Terbangunnya Sistem
1 satker 1 satker
budaya Pengendalian Intern di
pengawasan unit kerja
pada unsur
pimpinan dan
staf
Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan (L)
1 Terbangunnya Penerapan sistem 1 Satker 11
organisasi yang manajemen mutu perusahaan
profesional dan
pro bisnis
2 Meningkatnya Tingkat kesesuaian 90 persen 93,55
kualitas pelaksanaan kegiatan persen
perencanaan dengan dokumen
dan Pelaporan perencanaan
Tingkat ketepatan 85 persen 100 persen
waktu pelaksanaan
kegiatan
Nilai SAKIP Ditjen 70 nilai Nilai 100
Industri Agro
3 Meningkatnya Tingkat penyerapan 90 persen 82,89
sistem tata anggaran persen
kelola keuangan
dan BMN yang
profesional
31
2013 2014
Sasaran Satu
IKU Realisa Targ Realis Capaian
Strategis an
si et asi (%)
Laju Pertumbuhan
Industri Makanan, Perse
3,45 4 8,8 220
Hasil Laut dan n
Tingginya
Perikanan
nilai
Kontribusi Industri
tambah
Makanan, Hasil Laut
industri perse
dan Perikanan 7,29 3,93 7,61 193
n
terhadap PDB
Nasional
32
- Pangsa pasar produk industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan terhadap total permintaan di pasar dalam
negeri
33
3. Meningkatnya Produktivitas SDM Industri
Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri
34
Tabel 3.7 Capaian IKU dari Kuat, lengkap dan dalamnya
struktur industri
2013 2014
Sasaran
IKU Realisa Targ Realis Capaian Satuan
Strategis
si et asi (%)
Pertumbuhan
Kuat,
investasi di
lengkap
industri
dan perusaha
makanan, hasil 873 40 961 2402
dalamnya an
laut dan
struktur
perikanan hulu
industri
dan antara
35
Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Tingkat utilisasi kapasitas produksi
- Perusahaan yang mendapat akses ke sumber
pembiayaan
- Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan
baku
36
Masuk Ditanggung Pemerintah) berikut daftar perusahaan
penerima BMDTP :
Tabel 3.10 Daftar Perusahaan Penerima BMDTP
No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan
PT. Charoen Pokphand 1
1 PT. Citra Ina Feedmill
Indonesia 5
1
2 PT. Metro Inti Sejahtera PT Malindo feedmill
6
PT. Wonokoyo Jaya 1
3 PT Feedmill Indonesia
Corporindo 7
1 PT Japfa Comfeed
4 PT. Wonokoyo Jaya Kusuma
8 Indonesia
1
5 PT. Sinta Prima Feedmill PT Cheil Jedang Superfeed
9
2 PT Cheil Jedang Feed
6 PT. Cargill Indonesia
0 Lampung
2
7 PT. Kerta Mulya Saripakan PT CJ Feed Medan
1
PT. Bintang Jaya Proteina 2
8 PT CJ Feed Jombang
Feedmill 2
2
9 PT. Matahari Sakti PT. Suri Tani Pemuka
3
1 2
PT. Sierad Produce PT. Indojaya Agrinusa
0 4
1 2 PT Welgro Feedmill
PT. Sinar Indochem
1 5 Indonesia
1 2 PT. Central Proteina Prima
PT. Mabar Feed Indonesia
2 6 Group
1 2
PT. Sabas Indonesia PT. Wirifa Sakti
3 7
1
PT. Gold Coin Indonesia
4
37
asi et asi (%)
Perusahaan yang
mengikuti
seminar/konfere
Meningkatnya
nsi, pameran,
promosi
misi dagang/ 56 50 74 148 Persen
industri
investasi,
produksi
promosi
produk/jasa dan
investasi industri
Agrinex
PT Focus Tropical dan PT. Maya Muncar
38
Sirena Indo Pangan Industri, PT. Sinjaya (Sinar Multi
Pratama), Focus Distribution Indonesia, Sekawan Karsa
Mulya, PT. Wadah Pangan Makmur, PT. Anugerah Citra
Boga, PT. Bonicom Servistama Compindo (BOSCO)
39
pelatihan serta
kewirausahaan
40
Tabel 3.14. Capaian IKU dari Terbangunnya organisasi
yang profesional dan pro bisnis
2013 2014
Sasaran
IKU Realis Targ Realis Capaian Satuan
Strategis
asi et asi (%)
Terbangunnya Penerapan
organisasi yang sistem Perusaha
- 1 11 1100
profesional dan manajemen an
pro bisnis mutu
2013 2014
Sasaran Satua
IKU Realis Targ Realis Capaian
Strategis n
asi et asi (%)
Tingkat
kesesuaian
pelaksanaan Perse
100 90 93,55 93,55
kegiatan dengan n
Meningkatkan dokumen
kualitas perencanaan
perencanaan Tingkat ketepatan
dan pelaporan waktu
85 85 100 117 Persen
pelaksanaan
kegiatan
Nilai SAKIP Ditjen
- 70 100 142 nilai
Industri Agro
Pada tahun 2014, pelaksanaan kegiatan yang sesuai
dengan dokumen perencanaan sebanyak 29 kegiatan dari
31 kegiatan (93,55 %). Dua kegiatan yang dimaksud
dilakukan penghematan yaitu bantuan unit pendingan
41
(cold storage) ikan dan pembangunan pabrik pakan ternak
unggas dalam rangka P4B di Manokwari Papua Barat.
Tingkat waktu pelaksanaan kegiatan pada tahun 2014
sebesar 100%, hal ini menunjukkan bahwa semua kegiatan
dilaksanakan tepat waktu sebagaimana yang
direncanakan.
Pada tahun anggaran 2014, Direktorat Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan sudah melaksanakan program-
program berbasis klaster yaitu Fasilitasi Dan Koordinasi
Pengembangan Klaster Industri Gula, Fasilitasi Dan
Koordinasi Pengembangan Klaster Industri Kakao, Fasilitasi
Dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri Kelapa dan
Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri
Pengolahan Hasil Laut. Selain itu dilaksanakan juga
beberapa bantuan mesin dan peralatan dalam rangka
mendukung pengembangan klaster yang sudah
dicanangkan. Dengan demikian, target kesesuaian program
dengan KIN sudah mencapai target yaitu nilai 100.
3. Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang
profesional
Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Tingkat penyerapan anggaran
2013 2014
Satua
Sasaran Strategis IKU Realis Targ Realis Capaian
n
asi et asi (%)
Meningkatkan sistem Tingkat
tata kelola keuangan penyerapa Perse
100 90 93,55 93,55
dan BMN yang n n
profesional anggaran
42
kantor, sehingga penyerapan anggaran tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal
Capaian (%)
No Perspektif
2013 2014
Perspektif Pemangku Kepentingan
1 85,16 97,42
(Stakeholders)
2 Perspektif Proses Pelaksanaan Tupoksi 98 96,04
Perspektif Peningkatan Kapasitas
3 92,32 98,32
Kelembagaan
Rata-rata 92,95 97,31
43
Realisas
Target
Program/Kegia Outcome/Outpu i
Indikator
tan t 201 201 201 2014
2010 2012
1 3 4
Perikanan nilai tambah sebagaimana
industri sebelum krisis
berbasis hasil
perikanan
Prioritas Nasional
Revitalisasi Terlaksananya Jumlah 2 5 6 6 6 9
Industri Gula kegiatan kegiatan
rencana aksi pelaksanaan
revitalisasi rencana aksi
industri gula mendukung
untuk mencapai revitalisasi
swasembada industri gula
gula
Prioritas Bidang Perekonomian
Pengembanga Meningkatnya Lokus 4 4 4 4 4 6
n klaster peran dan Pengembanga
industri fungsi n Klaster
kelapa, kakao, kelembagaan
gula, rumput klaster
laut dan
perikanan
Non Prioritas
Standarisasi Terwujudnya Rumusan SNI 4 4 4 4 4 8
Industri standarisasi dan Revisi SNI
Makanan, produk industri industri
Hasil Laut dan makanan, hasil makanan,
Perikanan laut dan hasil laut dan
perikanan perikanan
44
Realisas
Target
Program/Kegia Outcome/Outpu i
Indikator
tan t 201 201 201 2014
2010 2012
1 3 4
kinerja, dan jumlah
pelatihan ISO rapat dan
22000, sosialisasi
Partisipasi
Sidang ACCSQ
pada industri
makanan, hasil
laut dan
perikanan
A. Prioritas Nasional :
1. Revitalisasi Industri Gula
45
B. Prioritas Bidang Perekonomian:
1. Pengembangan Klaster Industri Kelapa, Kakao, Gula, Rumput
Laut dan Perikanan
C. Non Prioritas:
1. Standarisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
2. Ketahanan Pangan
46
Pada tahun 2014 Direktorat industri makanan, hasil laut dan
perikanan tidak memberikan bantuan mesin dan peralatan
pengolahan makanan, hasil laut dan perikanan yang
mendukung ketahanan pangan, hal ini dikarenakan kegiatan
pembangunan pabrik pakan ternak di Papua Barat
dihentikan, kerena gagal lelang, sehingga kegiatan tersebut
dilakukan penghematan.
3. Kegiatan Penunjang
47
- Pameran Asian Food Market (SIAL) Expo tanggal 12 - 16
Mei 2014 di Shanghai China
- Pameran Saudi Arabia Food Hotel and Hospitality 2014 di
Jeddah, Arab Saudi
- Pameran Industri Peternakan Internasional VIV Europedi
Utrecht, Belanda
- Pameran Agrinex 2014 di Jakarta
- Pameran Makanan dan Minuman Kementerian
Perindustrian 2014 di Jakarta
- Pameran Produksi Indonesia 2014 di Bandung
- Pameran Agrowisata Indonesia 2014 di Bali
- Pameran Hari Kakao Indonesia 2014 di Makassar
- Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2014 di Jakarta
- Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) di Makassar
48
produksi dibawah target, seperti: industri kakao, industri
pengolahan daging dan industri gula rafinasi.
Rasio terhadap
Capaian
No Uraian penyerapan
(%)
anggaran (%)
1 Penetapan Kinerja 97,31 100,6
Rencana Strategis 2010-
2 82,36 85,2
2014
3 Realisasi Fisik 95,98 86,3
Rata-rata 90,7
49
pelaksanaannya terdapat beberapa kendala eksternal. Seperti
halnya kegiatan Pembangunan Pabrik Pakan Ternak Di Kabupaten
Manokwari - Papua Barat yang dihentikan karena proses lelang
Kegiatan jasa konstruksi sudah dilaksanakan sebanyak 3 kali,
namun mengalami gagal lelang dikarenakan seluruh peserta
lelang tidak memenuhi klasifikasi teknis yang ditetapkan,
sehingga kegiatan tidak dapat dilaksanakan.
50
KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU REALISASI % SISA
Fasilitasi Dan Koordinasi
11 451.428.000 260.557.400 57,72 190.870.600
Pengembangan Klaster Industri Gula
2 Klaster Industri Kakao 700.000.000 474.210.200 67,74 225.789.800
Fasilitasi Dan Koordinasi
12 700.000.000 474.210.200 67,74 225.789.800
Pengembangan Klaster Industri Kakao
3 Klaster Industri Kelapa 629.307.000 540.052.150 85,82 89.254.850
Fasilitasi Dan Koordinasi
13 Pengembangan Klaster Industri 629.307.000 540.052.150 85,82 89.254.850
Pengolahan Kelapa
4 Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut 520.000.000 428.940.400 82,49 91.059.600
Fasilitasi Dan Koordinasi
14 Pengembangan Klaster Industri 520.000.000 428.940.400 82,49 91.059.600
Pengolahan Hasil Laut
Pengembangan Industri Makanan, Hasil
5 2.171.036.000 1.570.608.500 72,34 600.427.500
Laut Dan Perikanan Lainnya
Penerapan Dan Pembinaan Keamanan
16 Pangan Melalui Cppob Pada Industri 659.996.000 525.809.100 79,67 134.186.900
Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan
Fasilitasi Dan Koordinasi Iklim Usaha
17 534.152.000 312.818.500 58,56 221.333.500
Sektor Industri Tanaman Pangan
Pembangunan Pabrik Pakan Ternak
18 Unggas Dalam Rangka P4b Di 58.058.000 57.857.200 99,65 200.8
Manokwari - Papua Barat
Peningkatan Kemampuan Sumber Daya
19 400.000.000 303.927.000 75,98 96.073.000
Manusia Pada Industri Pakan Ternak
Monitoring Dan Evaluasi Bantuan Mesin
20 Dan Peralatan Dilingkungan Direktorat 518.830.000 370.196.700 71,35 148.633.300
Imhlp
1.835.003 Standar Nasional Indonesia (sni) 3.828.154.000 2.947.319.850 76,99 880.834.150
1 Pedoman Rumusan Rsni Dan Revisi Sni 3.828.154.000 2.947.319.850 76,99 880.834.150
Perumusan Dan Revisi Sni Industri
11 1.800.000.000 1.509.735.950 83,87 290.264.050
Makanan Hasil Laut Dan Perikanan
Pelaksanaan Pengawasan Sni Wajib
12 Industri Makanan Hasil Laut Dan 1.078.154.000 695.458.800 64,50 382.695.200
Perikanan
Penyusunan Peraturan Penerapan Sni
13 Wajib Produk Makanan, Hasil Laut Dan 950.000.000 742.125.100 78,12 207.874.900
Perikanan
Partisipasi Dit. Imhlp Dalam Sidang Dan
1.835.004 Pameran Di Dalam Negeri (dn) Maupun 2.718.055.000 2.018.430.970 74,26 699.624.030
Luar Negeri (ln)
1 Pameran Dan Kerjasama Internasional 2.718.055.000 2.018.430.970 74,26 699.624.030
Partisipasi Dan Fasilitasi Serta
Penyelenggaraan Kegiatan Pameran
11 689.535.000 569.284.200 82,56 120.250.800
Industri Makanan Hasil Laut Dan
Perikanan Di Dalam Dan Luar Negeri
Partisipasi Industri Makanan Hasil Laut
Dan Perikanan Dalam Rangka Fora
12 700.000.000 547.351.670 78,19 152.648.330
Kerjasama Dan Organisasi Internasional
Lainnya
Partisipasi Pada Sidang Standarisasi
13 515.720.000 292.595.600 56,74 223.124.400
Internasional
Peningkatan Konsumsi Cokelat Dalam
14 812.800.000 609.199.500 74,95 203.600.500
Negeri Dan Partisipasi Sidang Icco/acc
Rumusan Perencanaan, Evaluasi Dan
1.835.005 1.991.363.000 1.546.562.233 77,66 444.800.767
Laporan
51
KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU REALISASI % SISA
Kaji Tindak, Program Pengembangan
1 1.991.363.000 1.546.562.233 77,66 444.800.767
Dan Evaluasi Kinerja
Kaji Tindak Pelaksanaan Kegiatan
11 Industri Makanan Hasil Laut Dan 800.000.000 685.158.133 85,64 114.841.867
Perikanan
Sinkronisasi Program Pengembangan
12 Industri Makanan Hasil Laut Dan 649.862.000 455.886.900 70,15 193.975.100
Perikanan
Penyusunan Laporan, Pendataan Dan
13 Evaluasi Kinerja Industri Makanan Hasil 541.501.000 405.517.200 74,89 135.983.800
Laut Dan Perikanan
Diversifikasi Produk Dalam Mendukung
1.835.006 1.595.706.000 1.366.378.500 85,63 229.327.500
Ketahanan Pangan
Fasilitasi Pengembangan Industri
11 784.401.000 555.073.500 70,76 229.327.500
Makanan Berbasis Crude Palm Oil (cpo)
Kajian Tekno Ekonomi Pembuatan 100,0
12 811.305.000 811.305.000 0
Vitamin A Rethinol Palmitat 0
Produksi Gula Kristal Putih (GKP) tahun 2009 sebesar 2,7 juta
ton dan dengan program revitalisasi industri gula diproyeksikan
akan meningkat menjadi 3,54 juta ton pada tahun 2014.
Produksi GKP tahun 2014 diproyeksikan akan surplus 580 ribu
ton dari kebutuhan konsumsi langsung yang bisa dialihkan
menjadi bahan baku untuk pabrik gula rafinasi atau dapat dijual
52
langsung ke industri khususnya industri kecil. Namun demikian
di tahun 2014 masih diperlukan impor gula sebesar 2,16 juta
ton atau setara dengan raw sugar 2,30 juta ton, yang tentunya
akan berkurang sejalan dengan dibangunnya PG baru.
Program Revitalisasi Industri Gula untuk periode 2014 memiliki
indikator pencapaian kegiatan :
a) Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin/peralatan Pabrik
Gula Dalam Rangka Revitalisasi Industri Gula
Kegiatan ini diperlukan dalam rangka pelaksanaan
Revitalisasi Industri Gula khususnya PG Existing yang
memerlukan dukungan mesin dan peralatan yang memadai
sehingga dicapai efisiensi dan efektivitas produksi. Program
bantuan keringanan telah dilaksanakan sejak tahun 2009,
dengan besaran bantuan 10% dari nilai investasi yang
diikuti oleh 48 PG BUMN dan swasta, dengan anggaran +
sebesar Rp. 24,43 Milyar. Pada tahun 2010 anggaran yang
dialokasikan sebesar Rp. 24,45 milyar dengan realisasi 78%
atau sebesar Rp. 19,01 milyar yang dikuti oleh 46 PG BUMN.
Pada tahun 2011, besarnya bantuan dinaikkan menjadi 22,5
% (untuk mendorong peningkatan investasi PG), dengan
perincian 15% (subsidi bunga) dan 7,5% apabila memenuhi
ketentuan TKDN (untuk mendorong penggunaan produk-
produk dalam negeri), dengan anggaran terserap 47,01
Milyar (74%), yang diikuti oleh 45 PG BUMN. Pada tahun
2012, besarnya bantuan 22,5% dengan rincian 12,5%
subsidi bunga ditambah 10% apabila memenuhi TKDN
dengan serapan anggaran sebesar Rp. 47,92 Milyar (81%)
yang diikuti oleh 46 PG BUMN dan pada tahun 2013 masih
diikuti oleh 46 PG BUMN, namun anggaran yang terserap
hanya sebesar Rp. 53,75 Milyar (55%). Pada tahun 2014
anggaran yang tersedia untuk bantuan keringanan
pembelian mesin/peralatan pabrik gula sebesar Rp. 65,9
milyar.
Pada tahun 2014, telah direalisasikan bantuan keringanan
pembelian mesin/peralatan pabrik gula sebesar Rp. 54,717
milyar atau 83,03% dari anggaran yang tersedia kepada 22
pabrik gula yaitu : 14 PG PTPN X, 5 PG dari PT RNI I dan 3 PG
dari PT RNI II.
53
Program Restrukturisasi Permesinan Industri merupakan
program yang berkelanjutan yang telah berlangsung sejak
tahun 2009. Program kegiatan ini memberikan manfaat
yang signifikan dalam mendorong investasi, peningkatan
produktifitas dan efesiensi pemanfaatan bahan baku, bahan
penolong dan energi. Program ini cukup berhasil dalam
meningkatkan daya saing industri nasional.
Pada saat ini, terdapat 61 PG yang terdiri dari 50 PG BUMN
dan 11 PG BUMS yang sebagian besar memiliki kapasitas
kurang dari 3.000 TCD. Hal ini, disebabkan mesin yang
digunakan merupakan mesin-mesin lama (sudah tua) yang
masih menggunakan teknologi proses sulfitasi sehingga
rendemen yang dicapai rata-rata hanya 7%.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan Pabrik Gula untuk
antara lain:
- Modernisasi mesin/peralatan PG melalui penggantian
mesin/peralatan PG yang sudah tua (efisiensinya rendah)
- Peningkatan daya saing melalui peningkatan kapasitas
produksi gula
- Menghadapi penerapan SNI wajib GKP yang dilaksanakan
pada tahun 2013 melalui penerapan sistem manajemen
mutu.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, Kementerian
Perindustrian sejak tahun 2009 sampai saat ini telah
memberikan bantuan keringanan pembiayaan
mesin/peralatan PG yang sangat membantu PG dalam
meringankan biaya pembelian mesin/peralatan.
Untuk melaksanakan program keringanan pembiayaan
mesin/peralatan PG ini perlu adanya lembaga yang
membantu pengelolaan secara opearasional agar kegiatan
ini memenuhi kaidah tertib administrasi, akuntabilitas dan
transparansi. Konsultasi Manajemen dan Monitoring (KMM)
ini bertugas melaksanakan verifikasi administrasi
mesin/peralatan yang akan diberikan keringanan
pembiayaan.
Pada tahun 2014, kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah
penyampaian laporan pendahuluan konsultasi manajemen
dan monitoring industri gula, laporan antara konsultasi
manajemen dan monitoring industri gula dan laporan akhir
konsultasi manajemen dan monitoring industri gula.
54
c) Lembaga Penilai Independen Industri Gula (LPI - Industri
Gula)
Program Restrukturisasi Pabrik Gula merupakan salah satu
kegiatan prioritas Tahun Anggaran 2009 (Surat Edaran
Menteri Keuangan) dalam rangka pencapaian swasembada
gula. Untuk itu direncanakan penambahan produksi gula
sebesar 1 juta ton pada tahun 2009 dari 2,3 juta ton
menjadi 3,3 juta ton dan pada tahun 2010 diharapkan
menjadi 4,4 juta ton pada tahun 2014.
55
itu masalah ketersediaan lahan di Jawa yang tergeser oleh
komoditi lain dan alih fungsi lahan. Sementara di luar Jawa
dengan adanya otonomi daerah ketersediaan areal untuk
pengembangan pabrik-pabrik baru terkendala oleh sulitnya
proses penguasaan lahan. Disisi off-farm telah dilaksanakan
program rehabilitasi PG dari 2007-2009 namun
pelaksanaannya belum sesuai dengan yang diharapkan.
56
dapat meningkatkan kinerja perusahaan, meningkatkan
efisiensi kegiatan, memperbaiki manajamen organisasi, dan
meningkatkan kepercayaan dari konsumen.
Untuk mendapatkan bimbingan penerapan sistem
manajemen mutu dibutuhkan kesiapan dan
kemauan/komitmen yang tinggi dari para pimpinan atau
direksi PTPN dan RNI. Hal ini terlihat dari masih banyaknya
pabrik gula BUMN yang belum menerapkan sistem
menajemen mutu sehingga dalam pelaksanaan proses
produksi tiap tahapnya belum memiliki SOP (Standard
Operating Procedure) yang tepat dan sesuai dengan kondisi
masing-masing PG. Disamping itu penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan sertifikasi produk SNI Gula Kristal
Putih yang akan diberlakukan wajib pada tahun 2015 sesuai
Permentan No. 68/Permentan/OT.140/6/2013 tangal 17 Juni
2013.
Pada tahun 2014, kegiatan yang dilaksanakan antara lain
Rapat Persiapan Pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan
awareness dan FGD di Jawa Tengah, pelaksanaan bimbingan
sistem manajemen mutu ke pada sebagian PG, rapat
konsultasi bimbingan system manajemen mutu di Bogor
serta pembuatan laporan akhir.
57
rafinasi dalam negeri hanya dapat dipasarkan kepada
makanan, minuman dan farmasi. Walaupun setiap pabrik
mempunyai angka yang di klaim/dinyatakan sebagai
kapasitas produksi, namun kemampuan produksi riil untuk
menghasilkan gula yang memenuhi persyaratan SNI wajib
GKR mungkin berbeda. Padahal kapasitas riil produksi ini
akan sangat terkait dengan izin impor raw sugar yang
diberikan kepada pabrik gula rafinasi secara berkala untuk
jumlah tonase dalam jangka waktu tertentu.
Pada tahun 2014, telah dilaksanakan Laporan awal, laporan
antara dan laporan akhir Kegiatan Pelaksanaan Audit Kinerja
Industri Gula Rafinasi tahun 2014.
58
11 Industri Gula Rafinasi, dan pada tahap I pelaksanaan
evaluasi raw sugar sudah dilakukan di beberapa
perusahaan, rapat evaluasi raw sugar di Banten, rapat
pergulaan nasional di Jakarta, evaluasi raw sugar ke 8 pabrik
gula rafinasi serta rapat koordinasi di Jakarta.
59
pengolahan hasil laut. Industri-industri tersebut merupakan
industri yang sangat potensial untuk dikembangkan dimasa
yang akan datang. Dalam Kebijakan Pembangunan Industri
Nasional sesuai dengan Perpres RI No.28/2008 pasal 2 industri
tersebut diatas telah ditetapkan pengembangannya melalui
pendekatan klaster dalam upaya membangun daya saing yang
berkelanjutan. Untuk pengembangan tersebut diperlukan
jejaring yang saling mendukung dan menguntungkan antara
industri pengguna dan industri pendukung dan industri terkait
lainnya melalui kerjasama dan dukungan seluruh pemangku
kepentingan antara pemerintah pusat, daerah, swasta maupun
lembaga lainnya, termasuk perguruan tinggi dan litbang.
60
c) Terlaksananya Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan
Klaster Industri Kelapa
Program ini dilakukan untuk mensinkronkran program dan
kebijakan industri kelapa antara pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dengan stakeholder.
Pada tahun 2014 telah dilaksanakan kegiatan Rapat
Persiapan pelaksanaan kegiatan dan Focus Group Discussion
(FGD) klaster industri pengolahan kelapa di Manado, rapat
dalam rangka Fasilitasi dan Koordinasi Industri, telah
dilaksanakan FGD di hotel Ibis Pekanbaru, rapat koordinasi
di hotel maharani serta penyusunan handout perkembangan
industry pengolahan kelapa.
61
meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang rantai nilai
pengolahan dari sumberdaya laut melalui diversifikasi
produk lain. Dengan pengembangan industri pengolahan
hasil laut, akan mengurangi ekspor bahan baku dan
menggantikannya dengan komoditi olahan hasil laut yang
nilai tambahnya lebih tinggi.
Permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan
industri pengolahan hasil laut di dalam negeri antara lain
yaitu kekurangan pasokan bahan baku, kondisi infrastruktur
yang belum memadai, masih kurangnya lembaga dan
penelitian mutu, pasokan dari pada industri pendukung
seperti tinplate, es balok dan kapal penangkap ikan masih
sangat lemah dan teknologi serta R& D dalam
pengembangan industri hasil laut masih kurang dapat
dihandalkan. Mutu bahan baku rumput laut kering masih
belum konsisten dan belum sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Selain itu peraturan tata niaga rumput laut di
beberapa negara yang memberatkan industri olahan rumput
laut serta masih banyaknya eksportir sebagai pembeli
bahan baku rumput laut, sehingga pasokan bahan baku di
dalam negeri menjadi berkurang.
Dalam rangka pelaksanaan SKB (Surat Keputusan Bersama)
5 Menteri dan 1 Lembaga tentang sinergitas kegiatan
pengembangan rumput laut tanggal 24 Februari 2011
khususnya untuk pengembangan di Indonesia bagian timur,
maka kegiatan Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan
Klaster Industri Hasil Laut perlu dilaksanakan dalam
rangka untuk mensinkronisasikan program pengembangan
industri pengolahan hasil laut nasional baik pusat dan
daerah melalui pendekatan klaster.
Pada tahun 2014 sudah dilaksanakan kegiatan Rapat
persiapan dan Rapat Koordinasi di Nusa Tenggara Barat,
Rapat teknis bersama Asosiasi Industri Rumput Laut
Indonesia (ASTRULI), Rapat koordinasi dalam rangka
penyusunan road map rumput laut, Rapat koordinasi industri
pengolahan rumput laut, Rapat teknis klaster hasil laut,
Pengujian sampel minyak ikan di BBIA serta penyusunan
laporan akhir kegiatan.
62
yang diharapkan dapat mendorong percepatan peningkatan
nilai tambah produksi dari hasil laut lainnya melalui
dukungan sarana dan prasarana berupa unit pendingin (cold
storage).
Pada tahun 2014 kegiatan Bantuan Unit Pendingin (cold
Storage) Ikan merupakan dana optimalisasi dan masih di
blokir. Dengan adanya Inpres No. 4 Tahun 2014, maka
anggaran dilakukan penghematan.
63
Kondisi saat ini, banyak industri di Indonesia tidak
berproduksi lagi dan melakukan penutupan kegiatan
berusahanya selanjutnya melakukan penanaman
modal/relokasi di luar negeri.Hal ini dikarenakan iklim usaha
dan iklim investasi di Indonesia kurang kondusif. Oleh
karena itu untuk menciptakan kembali kegiatan berusaha di
Indonesia, diperlukan beberapa kebijakan-kebijakan yang
dapat menarik investor baik dalam maupun luar negeri
melalui fasilitas-fasilitas yang diperlukan maupun aturan
untuk mempermudah kegiatan berusaha di Indonesia oleh
karena itu pemerintah telah mengeluarkan beberapa
peraturan mengenai fasilitas perpajakan yaitu:
Peraturan Menteri Keuangan no. 130/PMK.011/2011
tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau
pengurangan pajak penghasilan,
Peraturan Menteri Perindustrian No. 93/M-
IND/PER/11/2011 tentang Pedoman dan Tata Cara
Pengajuan Permohonan Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan sektor Industri.
Keputusan Menteri Perindustrian no. 610/M-
IND/Kep/12/2011 tentang TIM Verifikasi dan Pengkajian
Permohonan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan di Sektor Industri.
Direktorat Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
(Dit.IMHLP) sebagai salah satu Direktorat Jenderal teknis
yang berada dibawah Kementerian Perindustrian sebagai
pembina industri menyadari betul situasi kondisi mengenai
peraturan perundang-undangan ini, khususnya yang
berkaitan dengan Industri Agro. Untuk itu didalam salah satu
kegiatannya, DJIA melakukan kegiatan Koordinasi dan
Fasilitasi Iklim usaha sektor industri hasil tanaman pangan
tentang peraturan-peraturan, tarif dan HS yang khususnya
berkaitan dengan Sektor Industri Makanan Hasil Laut dan
Perikanan
Pada tahun 2014 Fasilitasi dan Koordinasi Iklim Usaha Sektor
industri Tanaman Pangan telah dilaksanakan rapat
persiapan pelaksanaan kegiatan, konsinyering dalam rangka
koordinasi, rapat konsinyering di Batam, rapat pembahasan
fasilitasi dan koordinasi, penyusunan pedoman rekomendasi
dan pertimbangan teknis sector industri hasil tanaman
pangan, penyusunan rekomendasi dan Pertek di sector
industri hasil tanaman pangan serta penyusunan laporan
akhir kegiatan.
64
h) Pembangunan Pabrik Pakan Ternak Di Kabupaten Manokwari
- Papua Barat Dalam Rangka Percepatan Pembangunan
Papua Dan Papua Barat (P4B)
Sebagai tindak lanjut implementasi dari Undang-undang No.
21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
dan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2011 tentang
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian
mengarahkan pembangunan provinsi Papua barat pada
pengembangan industri pengolahan pakan ternak yang
diwujudkan dengan rencana pembangunan pabrik pakan
ternak di Provinsi Papua Barat. Hal ini sejalan dengan salah
satu program Pemerintah Provinsi Papua Barat yaitu
menjadikan provinsi Papua Barat sebagai sentra sapi di
wilayah Timur Indonesia, dalam rangka menunjang program
Pemerintah pusat untuk mencapai swasembada daging
tahun 2014.
Hasil studi kelayakan pembangunan pabrik pakan ternak di
Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat yang dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2012
menunjukkan bahwa Kabupaten Manokwari layak menjadi
pusat produksi pakan ternak unggas untuk memenuhi
kebutuhan pakan ternak unggas baik untuk Provinsi Papua
Barat maupun Provinsi Papua.
Kegiatan Pembangunan Pabrik Pakan Ternak di Kab.
Manokwari pada tahun 2013 sudah dilakukan kegiatan jasa
konsultansi perencana, sedangkan untuk pada Tahun 2014
akan dilaksanakan Kegiatan Jasa Konsultan pengawas,
kegiatan pengadaan Jasa Kontruksi dan Pengadaan Bantuan
Mesin dan Peralatan Pakan Ternak di Manokwari.
Pada tahun 2014, kegiatan pembangunan pabrik pakan
ternak sudah melaksanakan lelang Jasa Pengawas
Pembangunan Pabrik Pakan Ternak, namun belum dilakukan
kontrak karena menunggu proses lelang jasa kontruksi
selesai. Kegiatan jasa konstruksi sudah dilaksanakan proses
lelang sebanyak 3 kali, namun mengalami gagal lelang
dikarenakan seluruh peserta lelang tidak memenuhi
klasifikasi teknis yang ditetapkan, dengan demikian maka
kegiatan tidak dapat dilaksanakan. Dengan tidak
dilaksanakannya kegiatan pembangunan fisik gedung maka
pengadaan mesin dan peralatan pabrik pakan ternak juga
tidak dapat dilaksanakan. Berdasarkan hal tersebut, maka
65
kegiatan pembangunan pabrik pakan ternak di kab.
Manokwari, Papua Barat secara keseluruhan tidak dapat
dilaksanakan dan anggaran dilakukan penghematan.
66
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan dilingkungan Direktorat
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan diperlukan
adanya monitoring dan evaluasi terkait dengan bantuan alat
dan mesin ke daerah - daerah sehingga tercapainya sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
Monitoring dilaksanakan dalam rangka mengetahui
perkembangan pelaksanaan bantuan peralatan mesin dari
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan yang
telah dilakukan selama ini dari sisi kemanfaatan peralatan
dimaksud dan perkembangan lebih lanjut terutama dalam
rangka menumbuhkan wirausaha dibidang industri
makanan, hasil laut dan perikanan.
Evaluasi dilakukan dalam rangka mengambil langkah
kebijakan lebih lanjut terkait dengan bantuan peralatan
mesin tersebut, optimalisasi dan lainnya.
Adanya koordinasi secara langsung antara pelaksana
anggaran pusat dan daerah saling berbagi dan
menyampaikan permasalahan yang ada sehingga dapat
meminimalisasi distorsi/kesalahan dan penyimpangan
dalam melaksanakan anggaran yang tersedia secara
optimal, efisien dan efektif.
Pada tahun 2014 kegiatan Monitoring dan Evaluasi Bantuan
Mesin dan Peralatan Di lingkungan Direktorat IMHLP sudah
dilakukan rapat persiapan, Monitoring dan Survey bantuan
alat di Garut (bantuan alat pengolah tempe), Bogor
(bantuan alat beras analog serta alat pengolah tempe) dan
Medan (bantuan alat pengolah tempe). Pelaksanaan rapat
koordinasi monitoring dan evaluasi bantuan alat dan mesin
juga telah dilaksanakan di Sahira Butik Hotel Bogor,
pelaksanaan monitoring bantuan mesin dan peralatan tahun
2010-2013 di Palu, Padang dan Medan serta pembuatan
laporan akhir kegiatan Monitoring dan Evaluasi Bantuan
Mesin dan Peralatan Dilingkungan Direktorat IMHLP.
Kegiatan Pengembangan Klaster dan Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan pada tahun 2014 secara keseluruhan telah
mencapai realisasi keuangan sebesar 74,31% dan realisasi fisik
sebesar 100%.
67
produk industri makanan, melindungi produsen dari ancaman
membanjirnya produk-produk hasil olahan makanan ke
Indonesia dan mengevaluasi dan memonitor penerapan
pelaksanaan SNI wajib.
68
b) Pelaksanaan Pengawasan SNI Wajib Industri Makanan Hasil
Laut Dan Perikanan
SNI bertujuan untuk meningkatkan perlindungan konsumen,
membantu kelancaran perdagangan dan mewujudkan
persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan sehingga
produk-produk yang telah memenuhi SNI dapat dijamin
kualitasnya sesuai dengan yang dipersyaratkan, Bagi pelaku
usaha dengan menerapkan SNI pada produknya akan
membuat produknya menjadi lebih kompetitif dipasaran.
Produsen yang menyatakan menerapkan SNI dan
membubuhkan tanda SNI pada hasil produksinya wajib
memiliki SPPT SNI dan memproduksi atau
memperdagangkan hasil produksinya sesuai dengan
persyaratan SNI yang ditetapkan.
Peraturan Menteri Perindustrian No. 86/M-IND/PER/9/2009
tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri, pada
Pasal 17 mengamanatkan antara lain Direktur Jenderal
Pembina Industri melakukan pengawasan barang dan atau
jasa dalam memenuhi standar mutu dengan menugaskan
Petugas Pengawas Standar Produk (PPSP). Pasal 22
mengamanatkan agar Direktur Jenderal Pembina Industri
terkait menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal tentang
ketentuan teknis dalam pelaksanaan pengawasan SNI wajib.
Petugas Pengawas Standar Produk selanjutnya disebut PPSP
adalah Pegawai Negeri Sipil di pusat atau daerah yang
ditugaskan oleh Direktur Jenderal Pembina Industri untuk
melakukan pengawasan yang SNI-nya telah diberlakukan
secara wajib.
Produk industri makanan yang SNI nya telah diberlakukan
secara wajib diamanatkan untuk diawasi oleh Petugas
Pengawas Standar Produk (PPSP) minimal 1 (satu) tahun
sekali.
Produk industri makanan yang telah ditetapkan menerapkan
SNI secara wajib adalah Tepung Terigu, Gula Kristal Rafinasi
dan Kakao Bubuk, sedangkan yang dalam proses
pemberlakuan wajib SNI adalah Mie Instan, Minyak Goreng
Sawit dan Biskuit. Produk lain yang telah menerapkan SNI
(secara sukarela) adalah: mie kering, margarin, kecap,
bihun instan, kopi dan lain-lain.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
Rapat Persiapan, Pengawasan SNI wajib di pabrik tahap I di
69
wilayah Jawa Timur, rapat dengan instansi terkait dan
asosiasi mengenai draft Permenperin tentang Jejaring
Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia, pengawasan SNI
wajib di pabrik tahap II di PT. Berkat Indah Gemilang, PT.
Cerestar Flour Mills Indonesia, PT. Lumbung Nasional Flour
Mill, dan pelaksanaan sosialisasi SNI wajib di Makassar,
pelaksanaan pengawasan pabrik di PT. Pundi Kencana, PT.
Golden Grand Mills, PT. Fugui, pelaksanaan pengawasan
pabrik di PT. Eastern dan PT. Horizon, pelaksanaan rapat
koordinasi, rapat evaluasi PPSP serta penyusunan laporan
akhir kegiatan.
70
Kegiatan Standar Nasional Indonesia pada tahun 2014 telah
terbit 1 buah SNI baru yaitu tentang Cokelat dan produk-produk
cokelat (7934:2014) serta 3 penetapan revisi SNI yaitu :
margarine (3541:2014), bakso daging (3818:2014), dan naget
ayam (6683:2014) serta secara keseluruhan telah mencapai
realisasi keuangan sebesar 76,46% dan realisasi fisik sebesar
100%.
71
4. Partisipasi Dit. IMHLP Dalam Sidang Dan Pameran Di
Dalam Negeri (DN) Maupun Luar Negeri (LN)
72
SIAL di China, Pameran Agrowisata Expo 2014 di Sanur
Bali, Pameran Trade Expo Indonesia di Jakarta, dan Pameran
Hari Pangan Sedunia (HPS) di Makassar.
73
informasi terbaru mengenai forum kerjasama internasional
saat ini untuk disampaikan pada dunia usaha serta
melakukan pembahasan mengenai kondisi FTA di Indonesia
dan solusi permasalahan yang ada terkait FTA, standardisasi
dan permasalahan lainnya. Kegiatan yang sudah dilakukan
pada tahun 2014 adalah Rapat Persiapan, Rapat Teknis
Asean Economic Community, mengikuti pameran Industri
Peternakan Internasional VIV Europe di Utrecht Belanda,
unjungan kenegaraan/kerja Presiden Republik Indonesia ke
Manila Filipina, rapat koordinasi lintas instansi
pusat/daerah di Hotel Bidakara Jakarta, rapat teknis CCFO,
rapat koordinasi lintas instansi, rapat Asean Economic
Community serta pembuatan laporan akhir.
74
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
Rapat Persiapan, menghadiri sidang CCFNSDU di Paris-
Perancis, mengikuti Pameran Saudi Food Hotel and
Hospitality Arabia 2014, penyusunan handout
perkembangan sidang standarisasi internasional, rapat
konsinyering, serta penyusunan laporan akhir kegiatan.
75
menyelenggarakan kegiatan Fasilitasi Pada Sidang
ICCO/ACC dan Peningkatan Konsumsi Cokelat.
76
Industri makanan, hasil laut dan perikanan merupakan
kelompok industri yang memiliki kedudukan strategis
bahkan merupakan salah satu industri yang mampu
bertahan dan berkembang sejak masa krisis sampai
sekarang. Industri yang mengolah bahan baku produk
primer hasil pertanian dan hortikultura, perkebunan,
peternakan dan hasil laut. Dengan tersedianya bahan baku
di dalam negeri yang cukup melimpah dan dapat diproses
lebih lanjut dapat meningkatkan nilai tambah yang dapat
dinikmati oleh masyarakat pada umumnya, serta
memberikan konstribusi terhadap ketahanan pangan
nasional serta peningkatan ekspor non migas ke manca
negara.
77
b) Tersedianya perencanaan program pengembangan industri
makanan hasil laut dan perikanan
Kebijakan Direktorat Industri Makanan, Hasil laut dan
Perikanan dalam meningkatkan utilitas kapasitas produksi
dan kualitas produk dilakukan dengan program
pengembangan produk makanan olahan, antara lain melalui
kegiatan sosialisasi program, rapat koordinasi dan
penyusunan program yang mengacu pada usulan produk
unggulan kompetensi inti daerah.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan produk
makanan olahan baik kualitas maupun kuantitas antara lain
produktivitas on farm masih rendah, kompetisi alokasi
komoditi dasar untuk domestik ekspor, ketergantungan
terhadap bahan baku impor, belum berkembangnya industri
hilir agro bernilai tambah tinggi, sistem logistik belum
memadai dan ketergantungan pada mesin/peralatan impor.
Didalam mengatasi permasalahan tersebut perencanaan
program memegang peranan yang cukup penting sehingga
dapat menghasilkan program dan kegiatan yang
operasional, akuntabel dantepat sasaran dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi.
Berangkat dari hal tersebut diatas dalam rangka
meningkatkan industri makanan olahan yang berdaya
saing dan bernilai tambah tinggi, struktur yang kuat,
berbasis SDA lokal yang didukung oleh SDM dan teknologi,
berwawasan lingkungan serta mampu meningkatkan
ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat, maka perlu
dilakukan kegiatan Program Pengembangan Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
Rapat persiapan, mengikuti rapat penyusunan Baseline,
mengikuti rapat penyusunan Rencana Kerja, mengikuti
Rapat Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional,
melaksanakan review kegiatan Direktorat Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan, pelaksanaan penyusunan APBNP
2014, penyusunan program pengembangan Dit. IMHLP
2015, penyusunan dan pencetakan buku perundang-
undangan terkait industri makanan serta rapat koordinasi
program Dit. Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan.
78
dibawah binaan Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan yang akan dicapai berupa perkembangan industri
makanan, hasil laut dan perikanan dalam kurun waktu 5
(lima) tahun terakhir, serta masalah yang dihadapi oleh
industri makanan, hasil laut dan perikanan serta program
kegiatan yang telah dicapai dalam menunjang
perkembangan industri makanan, hasil laut dan perikanan
selama periode satu tahun, maka perlu dilaksanakan
kegiatan Penyusunan Laporan, Pendataan dan Evaluasi
Kinerja Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
Rapat persiapan, rapat internal dan updating data terkait
industri makanan semester I, Rapat koordinasi
perkembangan kinerja industri makanan, hasil laut dan
perikanan di Pomelotel Jakarta dan Sahira Butik Hotel
Bogor, updating data Triwulan III, rapat koordinasi
perkembangan industri makanan hasil laut dan perikanan,
penyusunan dan pemncetakan buku direktori industri
Makanan hasil laut dan perikanan.
79
memperkokoh ketahanan pangan melalui kemandirian pangan
lokal. Sehingga diversifikasi pangan pada akhirnya harus
membantu mengurangi ketergantungan terhadap beras dan
terigu.
80
adanya koordinasi dengan instansi terkait dan dunia usaha
mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi
industri minyak goreng sawit dalam negeri dalam rangka
kesiapan penerapan SNI Wajib tersebut.
Menghadapi 2(dua) kebijakan tersebut, pada kegiatan ini
dibuat tim-tim yang terdiri dari beberapa instansi terkait
lainnya seperti BPOM, Kementerian Perdagangan,
Kementerian Pertanian, Ditjen IKM, BBIA, Dit. Permesinan
dan Alat Pertanian.
Pada sisi iklim usaha dan kerjasama, beberapa produk
turunan CPO termasuk minyak goreng sawit dan margarin
masih perlu dukungan dunia usaha terkait pemberlakuan
FTA-FTA baik regional, billateral maupun multilateral.
Dalam rangka mengidentifikasi permasalahan produk-
produk makanan berbasis CPO seperti minyak goreng sawit
dan margarin, maka perlu adanya fasilitasi dan koordinasi
dengan instansi terkait maupun dunia usaha untuk
mengetahui sejauh mana kebijakan Pemerintah yang akan
diberlakukan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
persiapan, rapat Teknis dengan para akademisi dalam
rangka mendukung pembuatan vitamin A, rapat
konsinyering yang dilaksanakan di Jakarta, pelaksanaan
sosialisasi mengenai produk-produk makanan berbasis CPO
di Medan, rapat koordinasi di Banjarmasin dan pembuatan
laporan akhir kegiatan.
81
sawit dengan kemasan dan fortifikasi vitamin A akan segera
diberlakukan secara wajib.
Penerapan SNI Minyak goreng sawit dengan fortifikasi
vitamin A dilatarbelakangi oleh surat Menteri Kesehatan
kepada Menteri Perindustrian No. GK/Menkes/280/VIII/2012
tanggal 13 Agustus 2012 perihal usulan SNI Wajib Minyak
Goreng Sawit dengan Vitamin A.
Kadar vitamin A yang dipersayaratkan dalam SNI Minyak
goreng sawit 7709:2012 sebesar 45 IU. Jika asumsi
kebutuhan minyak goreng dalam satu tahun sebesar 3,74
juta ton, maka kebutuhan vitamin A sebesar 168,3 ton
vitamin A. Harga vitamin A kurang lebih Rp. 20.000,- per
kilogram minyak goreng sawit.
Saat ini vitamin A Rethinol Palmithat belum dapat diproduksi
di dalam negeri. Produsen minyak goreng sawit yang sudah
menggunakan fortifikasi vitamin A saat ini masih
mengimpor vitamin A tersebut.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor vitamin
A, maka Tahun 2014 Kementerian Perindustrian akan
melaksanakan Kajian Tekno Ekonomi Pembuatan Vitamin A
Rethinol Palmitat. Hasil kajian tersebut diharapkan dapat
mendorong dunia usaha untuk dapat memproduksi vitamin
A Rethinol Palmitat tanpa harus mengimpor lagi
Pada tahun 2014 kegiatan Kajian Tekno ekonomi pembuatan
vitamin A Rethinol Palmitat sudah dilaksanakan
penyampaian laporan pendahuluan, laporan antara serta
laporan akhir kajian tekno Ekonomi Pembuatan Vitamin A
Rethinol Palmitat.
Kegiatan Diversifikasi Produk Dalam Mendukung Ketahanan
Pangan pada tahun 2014 secara keseluruhan telah mencapai
realisasi keuangan sebesar 85,63% dan realisasi fisik sebesar
100%.
82
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Kendala
Beberapa kendala yang dihadapi didalam melaksanakan
kegiatan dan pencapaian target kinerja Direktorat Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan tahun 2014 antara lain:
1. Kegiatan Bantuan Keringanan Mesin dan atau Peralatan
Industri Gula belum optimal dalam pencapaian target. Sasaran
kegiatan ini yaitu 25 PG yang mendapat bantuan keringanan,
namun yang tercapai yaitu 22 PG. yang terdiri dari PTPN X, PT.
RNI I dan PT. RNI II. Penyebab tidak tercapainya target tersebut
yaitu dikarenakan beberapa PTPN mengalami kesulitan
cashflow sehingga tidak bisa mengikuti program (tidak bisa
diproses lebih lanjut), karena prinsip bantuan keringanan
adalah reimbursment investasi.
83
2. Adanya beberapa kegiatan rapat di luar kantor (hotel) yang
tidak dapat dilaksanakan sehubungan dengan surat edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia No 11 tahun 2014 tentang
pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor,
sehingga penyerapan anggaran tidak dapat dilaksanakan
secara maksimal.
3. Meningkatnya kapasitas produksi yang tidak diimbangi dengan
ketersediaan stok bahan baku sehingga menyebabkan utilitas
produksi dibawah target.
4. Penerapan PPN10% terhadap komoditas pertanian
berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-24/-PJ/2014,
sekaligus memperkuat Keputusan MA Nomor 70/P/-HUM/2013
yang menegaskan bahwa semua komoditas pertanian,
perkebunan, dan kehutanan dikenakan PPN 10%, hal ini
mengakibatkan berkurangnya stok bahan baku industri agro
dalam negeri.
4.3 Rekomendasi
84