Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri makanan, hasil laut dan perikanan merupakan
industri yang sangat penting, karena peranannya didalam
ketahanan pangan nasional, penyerapan tenaga kerja,
peningkatan devisa dan penyebaran industri ke daerah-daerah.
Industri ini mendapatkanbahan baku dari hasil pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan/kelautan yang dapat
diperbarui dan tersedia cukup banyak di dalam negeri. Bahan
baku tersebut dapat diproses lebih lanjut sehingga mendapatkan
nilai tambah yang dihasilkan serta dapat dinikmati oleh
masyarakat pada umumnya. Sesuai dengan tugas pokok
fungsinya, maka Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan melakukan pembinaan terhadap industri makanan, hasil
laut dan perikanan agar industri dapat tumbuh dan berkembang.

Pembinaan yang dilakukan kedalam berupa peningkatan


kualitas sumber daya manusia dan upaya peningkatan pelayanan
baik untuk intern Kementerian Perindustrian, instansi terkait,
dunia usaha serta masyarakat pada umumnya. Disamping itu
pembinaan dilakukan pula terhadap dunia usaha, baik berupa
upaya peningkatan iklim usaha, peningkatan teknologi dan mutu
produk, peningkatan kerjasama kemitraan antara industri dengan
penyediaan bahan baku. Selain itu juga dilakukan promosi produk-
produk industri makanan,hasil laut dan perikanan baik di dalam
dan luar negeri serta berupaya untuk menyediakan informasi
yang diperlukan oleh intern kementerian, instansi terkait, dunia
usaha maupun masyarakat luas.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Industri Makanan, Hasil Laut


dan Perikanan disusun untuk mengetahui sasaran strategis yang
telah dicapai oleh Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan dalam kurun waktu satu tahun terakhir yaitu tahun
2014 dan masalah yang dihadapi oleh industri makanan,hasil laut
dan perikanan serta program-program yang akan dilakukanpada
tahun depan.

1.2 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 105/M-


IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perindustrian, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan

1
Perikanan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang industri makanan, hasil laut, dan perikanan. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat lndustri
Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan program, evaluasi dan pelaporan di bidang
industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
b. Penyiapan perumusan kebijakan termasuk penyusunan peta
panduan pengembangan klaster industri pengolahan kakao,
industri pengolahan kelapa, industri gula, industri pengolahan
ikan, dan pengembangan klaster industri makanan, hasil laut,
dan perikanan lainnya;
c. Penyiapan pelaksanaan kebijakan termasuk pengembangan
klaster industri pengolahan kakao, industri pengolahan kelapa,
industri gula, industri pengolahan ikan, dan pengembangan
klaster industri makanan, hasil laut, dan perikanan lainnya;
d. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
e. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang industri
makanan, hasil laut, dan perikanan; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan manajemen kinerja
Direktorat

1.3 Peran Strategis

Industri makanan, hasil laut dan perikanan sebagai bagian


dari industri nasional, maka Direktorat Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan memiliki peran yang sangat penting bagi
pengembangan industri nasional secara keseluruhan. Hal ini
mengingat bahwa Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan menangani dan membina industri yang mengolah hasil
pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan/kelautan dan
yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari dalam negeri
sehingga diharapkan industri makanan, hasil laut dan perikanan
mampu meningkatkan nilai tambah yang tinggi di dalam negeri
serta mampu memberikan konstribusi sebesar-besarnya bagi
peningkatan ekspor nasional, mengurangi impor, meningkatkan
penyerapan tenaga kerja serta mendorong investasi. Untuk
mewujudkan peran tersebut, maka peran strategis Direktorat
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan meliputi pembinaan
dan kewenangan dalam pembinaan industri makanan, hasil laut
dan perikanan adalah:

2
1. Industri pengolahan hasil perikanan yaitu :
- Industri pengolahan ikan dan udang beku
- Industri ikan dalam kaleng
- Industri kerupuk udang
- Industri olahan rumput laut (agar-agar)
- Industri tepung ikan

2. Industri pengolahan hasil perkebunan yaitu :

- Industri minyak goreng sawit


- Industri margarine
- Industri minyak goreng kelapa/minyak kelapa
- Industri minyak goreng lain dari minyak nabati
- Industri desiccated coconut
- Industri kakao dan coklat olahan
- Industri mete olahan
- Industri gula rafinasi
- Industri gula lainnya
- Industri monosodium glutamat (MSG)

3. Industri pengolahan hasil tanaman pangan dan holtikultura


seperti
- Industri tepung tapioka
- Industri tepung terigu
- Industri mie instan
- Industri biskuit
- Industri kecap / saos
- Industri kembang gula
- Industri snack food

4. Industri Pengolahan Hasil Peternakan


- Industri pengolahan daging

5. Industri Lainnya
- Industri pakan ternak/ikan

1.4 Struktur Organisasi


Dalam menjalankan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 105/M-
IND/PER/10/2010, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan terbagi dalam 4 (empat) subdirektorat sebagai berikut:

a. Subdirektorat Program, Evaluasi, dan Pelaporan;

3
Subdirektorat Program, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai
tugas melaksanakan penyusunan program, evaluasi, dan
pelaporan di bidang industri makanan, hasil laut, dan
perikanan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,
Subdirektorat Program, Evaluasi, dan Pelaporan
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan program di bidang industri
makanan, hasil laut, dan perikanan;
2. Pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang
industri makanan, hasil laut, dan perikanan; dan
3. Pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi di bidang industri makanan, hasil laut, dan
perikanan.
Subdirektorat Program, Evaluasi, dan Pelaporan terdiri dari 2
(dua) seksi yaitu:
1. Seksi Program yang mempunyai tugas melakukan
penyiapan penyusunan program di bidang industri
makanan, hasil laut, dan perikanan.
2. Seksi Evaluasi dan Pelaporan yang mempunyai tugas
melakukan pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan,
pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi di bidang industri makanan, hasil laut, dan
perikanan.
b. Subdirektorat lndustri Hasil Tanaman Pangan;

Subdirektorat lndustri Hasil Tanaman Pangan mempunyai


tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha,
standardisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan
industri hijau serta pelaksanaan kerja sama dan promosi
industri di bidang industri pengolahan hasil tanaman pangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,
Subdirektorat lndustri Hasil Tanaman Pangan
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha serta
pelaksanaan kerja sama dan promosi industri di bidang
industri pengolahan hasil tanaman pangan; dan

4
2. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta bimbingan teknis mengenai standardisasi dan
teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau di
bidang industri pengolahan hasil tanaman pangan.
Subdirektorat lndustri Hasil Tanaman Pangan terdiri dari 2
(dua) seksi yaitu :
1. Seksi lklim Usaha dan Kerja Sama mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha serta
pelaksanaan kerja sama dan promosi industri di bidang
industri pengolahan hasil tanaman pangan.
2. Seksi Standardisasi dan Teknologi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai standardisasi dan
teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau di
bidang industri pengolahan hasil tanaman pangan.
c. Subdirektorat lndustri Hasil Perkebunan;

Subdirektorat lndustri Hasil Perkebunan mempunyai tugas


melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha,
standardisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan
industri hijau serta pelaksanaan kerja sama dan promosi
industri di bidang industri pengolahan hasil perkebunan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,
Subdirektorat lndustri Hasil Perkebunan menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha serta
pelaksanaan kerja sama dan promosi industri di bidang
industri pengolahan hasil perkebunan; dan
2. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta bimbingan teknis mengenai standardisasi dan
teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau di
bidang industri pengolahan hasil perkebunan.

5
Subdirektorat lndustri Hasil Perkebunan terdiri dari 2 (dua)
seksi yaitu :
1. Seksi lklim Usaha dan Kerja Sama mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha serta
pelaksanaan kerja sama dan promosi industri di bidang
industri pengolahan hasil perkebunan.
2. Seksi Standardisasi dan Teknologi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai standardisasi dan
teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau di
bidang industri pengolahan hasil perkebunan.
d. Subdirektorat lndustri Hasil Laut, Perikanan, dan Peternakan;
Subdirektorat lndustri Hasil Laut, Perikanan, dan Peternakan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim
usaha, standardisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual,
dan industri hijau serta pelaksanaan kerja sama dan promosi
industri di bidang industri pengolahan hasil laut, perikanan,
dan peternakan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,
Subdirektorat lndustri Pengolahan Hasil Laut, Perikanan, dan
Peternakan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha serta
pelaksanaan kerja sama dan promosi industri di bidang
industri pengolahan hasil laut, perikanan, dan peternakan;
dan
2. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta bimbingan teknis mengenai standardisasi dan
teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau di
bidang industri pengolahan hasil laut, perikanan, dan
peternakan.
Subdirektorat lndustri Hasil Laut, Perikanan, dan Peternakan
terdiri dari 2 (dua) seksi yaitu :

6
1. Seksi lklim Usaha dan Kerja Sama mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha serta
pelaksanaan kerja sama dan promosi industri di bidang
industri pengolahan hasil laut, perikanan, dan peternakan
2. Seksi Standardisasi dan Teknologi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta bimbingan teknis mengenai standardisasi dan
teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau di
bidang industri pengolahan hasil laut, perikanan, dan
peternakan

e. Subbagian Tata Usaha dan Manajemen Kinerja


Subbagian Tata Usaha dan Manajemen Kinerja mempunyai
tugas melakukan administrasi kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, rumah tangga, surat menyurat, kearsipan, dan
dokumentasi serta manajemen kinerja Direktorat.

1.5 Permasalahan Utama

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi Direktorat


Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan berupa pembinaan
industri, terdapat beberapa hambatan, diantaranya:
- Terbatasnya jumlah SDM aparatur Direktorat Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan yang kompeten
- Masih terbatasnya sarana prasarana fasilitas kerja
- Masih rendahnya fungsi koordinasi.

7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian No. 64/M-


IND/PER/7/2011 tentang Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan
Direktorat Jenderal dan Badan Di Lingkungan Kementerian
Perindustrian, maka komoditi yang masuk dalam pembinaan
Direktorat Industri Makanan, Hasil laut dan Perikanan meliputi :

Tabel 2.1. Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Direktorat Industri


Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
KBLI KELOMPOK INDUSTRI
INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PRODUK
10130
DAGING DAN DAGING UNGGAS
10212 INDUSTRI PENGASAPAN IKAN
10213 INDUSTRI PEMBEKUAN IKAN
INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN LAINNYA
10219
UNTUK IKAN
INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN DAN
10221
BIOTA AIR (BUKAN UDANG) DALAM KALENG
INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN UDANG
10222
DALAM KALENG
10292 INDUSTRI PENGASAPAN BIOTA AIR LAINNYA
10293 INDUSTRI PEMBEKUAN BIOTA AIR LAINNYA
INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN LAINNYA
10299
UNTUK BIOTA AIR LAINNYA
INDUSTRI MINYAK MAKAN DAN LEMAK NABATI DAN
10411
HEWANI
10412 INDUSTRI MARGARINE
INDUSTRI MINYAK GORENG BUKAN MINYAK KELAPA DAN
10413
MINYAK KELAPA SAWIT
10421 INDUSTRI KOPRA
10422 INDUSTRI MINYAK MAKAN KELAPA
10423 INDUSTRI MINYAK GORENG KELAPA
10424 INDUSTRI TEPUNG DAN PELET KELAPA
10432 INDUSTRI MINYAK GORENG KELAPA SAWIT
INDUSTRI MINYAK MAKAN DAN LEMAK NABATI DAN
10490
HEWANI LAINNYA
INDUSTRI PENGGILINGAN DAN PEMBERSIHAN PADI-
10611
PADIAN DAN BIJI-BIJIAN
INDUSTRI PENGUPASAN, PEMBERSIHAN DAN
10613
PENGERINGAN KAKAO
INDUSTRI PENGUPASAN DAN PEMBERSIHAN BIJI-BIJIAN
10614
BUKAN KOPI DAN KAKAO

8
KBLI KELOMPOK INDUSTRI
INDUSTRI PENGUPASAN DAN PEMBERSIHAN UMBI-
10616
UMBIAN (TERMASUK RIZOMA)
10617 INDUSTRI TEPUNG TERIGU
INDUSTRI BERBAGAI MACAM TEPUNG DARI PADI-
10618 PADIAN, BIJI-BIJIAN, KACANG-KACANGAN, UMBI-UMBIAN
DAN SEJENISNYA
10621 INDUSTRI PATI UBI KAYU
10622 INDUSTRI BERBAGAI MACAM PATI PALMA
10623 INDUSTRI GLUKOSA DAN SEJENISNYA
10629 INDUSTRI PATI LAINNYA
10632 INDUSTRI PENGGILINGAN DAN PEMBERSIHAN JAGUNG
10633 INDUSTRI TEPUNG BERAS DAN TEPUNG JAGUNG
10634 INDUSTRI PATI BERAS DAN JAGUNG
10710 INDUSTRI PRODUK ROTI DAN KUE
10721 INDUSTRI GULA PASIR (GULA KRISTAL RAFINASI)
10729 INDUSTRI PENGOLAHAN GULA LAINNYA SELAIN SIROP
10731 INDUSTRI KAKAO
10732 INDUSTRI MAKANAN DARI COKLAT DAN KEMBANG GULA
10739 INDUSTRI KEMBANG GULA LAINNYA
10740 INDUSTRI MAKARONI, MIE DAN PRODUK SEJENISNYA
10750 INDUSTRI MAKANAN DAN MASAKAN OLAHAN
10771 INDUSTRI KECAP
INDUSTRI BUMBU MASAK DAN PENYEDAP MASAKAN
10772
(TERMASUK VETSIN/MSG)
10773 INDUSTRI PRODUK MASAK DARI KELAPA
10779 INDUSTRI PRODUK MASAK LAINNYA
INDUSTRI MAKANAN DARI KEDELE DAN KACANG-
10793
KACANGAN LAINNYA BUKAN KECAP, TEMPE DAN TAHU
10799 INDUSTRI PRODUK MAKANAN LAINNYA
10801 INDUSTRI RANSUM MAKANAN HEWAN
10802 INDUSTRI KONSENTRAT MAKANAN HEWAN
71209 JASA ANALISIS DAN UJI TEKNIS LAINNYA
74100 JASA PERANCANGAN KHUSUS
82920 JASA PENGEPAKAN

2.1 Rencana Strategis Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut


dan Perikanan

Perencanaan strategis merupakan langkah awal dalam


melakukan pengukuran kinerjainstansi pemerintah. Untuk itu,
perencanaan strategis mengandung visi, misi, tujuan,sasaran,
serta cara mencapai tujuan dan sasaran Direktorat Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan yang meliputikebijakan,
program dan kegiatan yang realistis dengan memperhatikan

9
tugas pokok danfungsi Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan.

Sesuai dengan tupoksi dan kewenangan pembinaannya,


maka pembinaan industri makanan, hasil laut dan
perikanandibawah kewenangan Direktorat Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan, Direktorat Jenderal Industri Agro, Kementerian
Perindustrian. Untuk menunjang program pengembangan industri
makanan, hasil laut dan perikanan, maka Direktorat Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikananmempunyai Visi, Misi dan
Kebijakan sebagai berikut :

1. Visi

Terwujudnya industri makanan, hasil laut dan perikanan


yang berdaya saing kuat dengan pemanfaatan bahan baku
lokal serta mampu meningkatkan ketahanan pangan

2. Misi

3. Meningkatkan nilai tambah sumber daya alam nasional


4. Meningkatkan penggunaan bahan baku dalam negeri
5. Meningkatkan mutu, produktivitas dan efisiensi
6. Meningkatkan akses pasar dan perluasan pasar ekspor
7. Meningkatkan pemerataan pembangunan Industri
Makanan
8. Meningkatkan kualitas SDM dan penguasaan teknologi
9. Menunjang ketahanan pangan melalui penyediaan
pangan olahan
10. Mengendalikan produk tertentu, yang menyangkut moral
hazard dan kesehatan
11. Mengembangkan Research & Development

3. Tujuan

Berdasarkan visi dan misi sebagaima tersebut di atas, maka


tujuan yang akan dicapai sampai tahun 2014 adalah
pulihnya pertumbuhan industri makanan, hasil laut dan
meningkatnya nilai tambah industri berbasis hasil perikanan

4. Sasaran

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka


sasaran yang akan diwujudkan sampai tahun 2014 adalah :

- Utilisasi kapasitas produksi industri makanan, hasil laut


dan perikanan pulih mencapai 80% sebagaimana
sebelum krisis

10
- Meningkatnya produksi gula melalui program Revitalisasi
Industri Gula
- Meningkatnya struktur dan daya saing industri makanan,
hasil laut dan perikanan berdasarkan pendekatan klaster
industri (klaster industri gula, klaster industri kakao,
klaster industri kelapa danklaster industri pengolahan
hasil laut)
- Meningkatnya penguasaan pasar dalam negeri dan
ekspor produk industri makanan, hasil laut dan
perikanan
- Berkembangnya keanekaragaman produk makanan,
hasil laut dan perikanan
- Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di industri
makanan, hasil laut dan perikanan
- Meningkatnya ketahanan pangan nasional
- Meningkatkan pemanfaatan bahan baku yang berasal
dari sumber daya alam
5. Kebijakan

Sesuai dengan perubahan kondisi organisasi dan lingkungan


strategis, kebijakan yangdiprioritaskan untuk mencapai
tujuan dan sasaran pada tahun 2014 adalah :

- Pemanfaatan potensi sumber daya alam sebagai bahan


baku yang didukung oleh infrastruktur yang memadai
- Pengembangan industri makanan, hasil laut dan
perikanan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri
dan substitusi impor
- Peningkatan kualitas produk makanan melalui SNI,
Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) dan
Good Manufacturing Practices (GMP)
- Peningkatan kualitas SDM industri makanan, hasil laut
dan perikanan dengan peningkatan kemampuan
penguasaan teknologi dan manajemen
- Penguasaan pasar dalam negeri dan ekspor

- Peningkatan daya saing industri melalui peningkatan


koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait,
asosiasi, lembaga penelitian dan perguruan tinggi dalam
rangka pengembangan industri makanan, hasil laut dan
perikanan dengan pendekatan klaster serta penanganan
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh industri

6. Strategi
- Prioritas pengembangan 4 (empat) komoditi yang
tertuang dalam industrial policy, yang akan

11
dikembangkan berdasarkan pendekatan klaster yaitu
klaster industri gula, klaster industri pengolahan kakao,
klaster industri pengolahan kelapa dan klaster industri
pengolahan hasil laut
- Meningkatkan utilitas kapasitas melalui pengembangan
pasar baik di dalam dan luar negeri
- Meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan
pasokan bahan baku, penerapan teknis
pengolahan/proses yang lebih maju
- Meningkatkan jaminan dan kelancaran pasokan bahan
baku melalui kemitraan industri primer, kerjasama
instansi dan pengaturan ekspor/impor bahan baku
- Meningkatkan iklim usaha yang kondusif melalui regulasi
dan deregulasi, memberikan instensif dan dukungan
pembiayaan
- Peningkatan sarana dan prasarana dan promosi investasi
di dalam/luar negeri.
- Meningkatkan penelitian dan pengembangan produk,
proses bahan baku dan meningkatkan pemasaran dalam
negeri dan mengamankan/perlindungan produksi dalam
negeri dari produk impor.
- Promosi ekspor melalui pameran dan misi dagang dan
peningkatan kerjasama internasional dan kelembagaan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No. 151/M-IND/PER/12/2010 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perindustrian No. 10/M-IND/PER/1/2010 Tentang
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010 - 2014,
maka target pembangunan Direktorat Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan pada tahun 2010 - 2014 adalah :

Tabel 2.2. Target Pembangunan Direktorat Industri Makanan, Hasil


Laut dan Perikanan pada tahun 2010 - 2014
Target
Program/Kegia
Outcome/Output Indikator 201 201 201
tan 2010 2012
1 3 4
Revitalisasi Pulihnya Pada tahun 75%
dan pertumbuhan 2014, utilitasi
Pertumbuhan industri makanan, kapasitas
Industri hasil laut dan produksi pulih
Makanan, meningkatnya mencapai
Hasil Laut dan nilai tambah 75%
Perikanan industri berbasis sebagaimana
hasil perikanan sebelum krisis
Prioritas Nasional

12
Target
Program/Kegia
Outcome/Output Indikator 201 201 201
tan 2010 2012
1 3 4
Revitalisasi Terlaksananya Jumlah 2 5 6 6 6
Industri Gula kegiatan rencana kegiatan
aksi revitalisasi pelaksanaan
industri gula untuk rencana aksi
mencapai mendukung
swasembada gula revitalisasi
industri gula

Prioritas Bidang Perekonomian


Pengembanga Meningkatnya Lokus 4 4 4 4 4
n klaster peran dan fungsi Pengembanga
industri kelembagaan n Klaster
kelapa, kakao, klaster
gula, rumput
laut dan
perikanan

Non Prioritas
Standarisasi Terwujudnya Rumusan SNI 4 4 4 4 4
Industri standarisasi dan Revisi SNI
Makanan, produk industri industri
Hasil Laut dan makanan, hasil makanan,
Perikanan laut dan perikanan hasil laut dan
perikanan

Ketahanan Ketersediaan dan Unit mesin 2 2 2 2 2


Pangan diversifikasi dan peralatan
produk pangan pengolahan
yang mendukung makanan,
ketahanan pangan hasil laut dan
perikanan
yang
mendukung
ketahanan
pangan

Kegiatan Terlaksananya Frekuensi 10 15 20 20 20


Penunjang sinkronisasi pameran,
pameran, jumlah
kerjasama pelatihan,
internasional, jumlah rapat
penyusunan dan sidang
database, kerjasama
penyusunan internasional
kinerja, pelatihan dan jumlah
ISO 22000, rapat dan
Partisipasi Sidang sosialisasi
ACCSQ pada
industri makanan,
hasil laut dan

13
Target
Program/Kegia
Outcome/Output Indikator 201 201 201
tan 2010 2012
1 3 4
perikanan

Adapun kekuatan dan kelemahan industri makanan, hasil


laut dan perikanan di antaranya adalah :

1. Kekuatan
- Indonesia merupakan negara agraris penghasil produk
primer hasil tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan
peternakan
- Beberapa produk memiliki keunggulan komperatif seperti
Crude Palm Oil (CPO), ikan, rumput laut, kakao, kelapa bulat
dan lain-lain
- Teknologi pengolahan pangan telah dikuasai
- Tenaga ahli dan tenaga kerja yang terlibat dalam
industri pengolahan makanan, hasil laut dan perikanan
cukup tersedia
- Produk makanan olahan dalam negeri telah mampu bersaing
dengan produk impor sejenis
2. Kelemahan
- Produk primer hasil pertanian banyak yang diekspor dalam
bentuk mentah seperti Crude Palm Oil (CPO), biji kakao dan
kelapa bulat
- Industri olahan dalam negeri kekurangan bahan baku
sehingga pemanfaatan utilisasinya belum optimal (rata-rata
50%)
- Pengolahan produk pasca panen masih dilakukan secara
tradisional sehingga mempengaruhi mutu produk industri
makanan, hasil laut dan perikanan
- Kurangnya dukungan permodalan dan tingginya suku bunga
perbankan untuk pengembangan industri makanan, hasil
laut dan perikanan
- Terbatasnya industri pendukung terutama mesin, peralatan,
dan kemasan
- Belum berkembangnya kesamaan persepsi mengenai
mengenai otonomi daerah sehingga iklim usaha
cenderung kurang kondosif dan kebijakan di daerah menjadi
beragam

14
- Kenaikan harga BBM Industri
Adapun peluang dan ancaman industri makanan, hasil laut
dan perikanan adalah sebagai berikut :
1. Peluang
- Meningkatnya permintaan produk makanan, hasil laut dan
perikanan dengan mutu tinggi dari berbagai negara
- Berkembangnya produk makanan, hasil laut dan perikanan
siap saji yang diminati konsumen eksekutif di negara-negara
maju dan bekembang
- Produk makanan, hasil laut dan perikanan olahan Indonesia
makin diminati negara maju dan berkembang
2. Ancaman
- Munculnya negara-negara pesaing kuat yang menghasilkan
produk makanan, hasil laut dan perikanan seperti China,
Taiwan, Thailand, Vietnam dan Malaysia
- Tuntutan pasar dunia terhadap produk-produk yang aman
dikonsumsi dan akrab lingkungan semakin besar
- Meningkatnya penolakan produk makanan, hasil laut dan
perikanan yang di ekspor ke beberapa negara karena
kontaminasi fisik, biologi/mikrobiologi, kimia dan lingkungan
- Banyaknya produk makanan, hasil laut dan perikanan impor
yang tidak terdaftar
2.2 Rencana Kinerja Tahun 2014

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah


ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis
(Renstra) Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan,
maka telah ditetapkan fokus rencana kinerja, indikator dan
kegiatan Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
tahun 2014 yang terinci sebagai berikut :

1. Fokus Rencana Kinerja Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut


dan Perikanan padaTahun 2014 adalah sebagai berikut:
- Revitalisasi Industri Gula
- Pengembangan Klaster Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan
- Standarisasi Nasional Indonesia
- Partisipasi Dit. IMHLP Dalam Sidang Dan Pameran Di Dalam
Negeri (DN) Maupun Luar Negeri (LN)
- Rumusan Perencanaan, Evaluasi dan Laporan

15
- Diversifikasi Produk Dalam Mendukung Ketahanan Pangan
2. Indikator Rencana Kinerja Direktorat Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan
Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan
didukung pembiayaan dan mendapatkan persetujuan dalam
bentuk DIPA, maka ditetapkan sasaran strategis dan Indikator
Kinerja Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
yang akan dicapai pada tahun 2014 seperti yang tercantum
pada Penetapan Kinerja (Tapkin) sebagai berikut :

Tabel 2.3. Indikator Rencana Kinerja


N
o. Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)

1 Tingginya Kontribusi ekspor produk industri


penguasaan pasar makanan, hasil laut dan perikanan
dalam dan luar negeri terhadap ekspor nasional
Pangsa pasar produk industri
makanan, hasil laut dan perikanan
nasional terhadap total permintaan di
pasar dalam negeri
2 Meningkatnya Tingkat produktivitas dan
Produktivitas SDM kemampuan SDM industri
Industri
3 Tingginya Jumlah hasil penelitian dan
kemampuan inovasi pengembangan yang telah
dan penguasaan diimplementasikan
teknologi industri
4 Kuat, lengkap dan Pertumbuhan investasi di industri
dalamnya struktur makanan, hasil laut dan perikanan
industri hulu dan antara
5 Tingginya nilai Kontribusi industri makanan, hasil
tambah industri laut dan perikanan terhadap PDB
nasional
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok (T)
1 Meningkatkan Tingkat penyimpangan pelaksanaan
evaluasi pelaksanaan kebijakan industri
kebijakan dan
efektifitas pencapaian
kinerja industri
2 Meningkatkan kualitas Tingkat kepuasan pelanggan
pelayanan publik

16
N
o. Sasaran Strategis Indikator Kinerja
3 Meningkatkan budaya Terbangunnya Sistem Pengendalian
pengawasan pada Intern di unit kerja
unsur pimpinan dan
staf
4 Memfasilitasi Rancangan SNI 1 dan SNI 2 yang
penerapan diusulkan
standardisasi
5 Memfasilitasi promosi Perusahaan mengikuti
industri seminar/konferensi, pameran, misi
dagang/investasi, promosi
produk/jasa dan investasi industri
6 Mengusulkan insentif Perusahaan industri yang
yang mendukung memperoleh insentif
pengembangan
industri
7 Mengembangkan R & Kerjasama R&D instansi dengan
D di instansi dan industri
industri
8 Memfasilitasi akses Perusahaan yang mendapat akses ke
pembiayaan dan sumber bahan baku
bahan baku untuk Perusahaan yang mendapat akses ke
meningkatkan sumber pembiayaan
kapasitas produksi
Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan (L)
1 Meningkatkan sistem Tingkat penyerapan anggaran
tata kelola keuangan
dan BMN yang
profesional
2 Meningkatkan kualitas Tingkat persetujuan rencana kegiatan
perencanaan dan (zero stars)
Pelaporan Tingkat ketepatan waktu
pelaksanaan kegiatan
Kesesuaian Program dengan KIN
Tingkat ketepatan waktu
penyampaian laporan
3 Membangun Penerapan sistem manajemen mutu
organisasi yang Tingkat utilisasi kapasitas produksi
profesional dan pro
bisnis

3. Kegiatan

17
Dalam rangka untuk mencapai indikator tersebut di atas, serta
mendukung keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan
industri, Rencana Kerja Direktorat Industri Minuman dan
Tembakau tahun 2014, meliputi :

a) Revitalisasi Industri Gula

Kegiatan Revitalisasi Industri Gula dilaksanakan dalam


rangka mendukung tercapainya swasembada gula tahun
2014 yang diimplementasikan melalui program rencana aksi
revitalisasi industri gula yang merupakan salah satu
program prioritas dari Kementerian Perindustrian yang
ditetapkan berdasarkan Inpres No. 1 Tahun 2010. Kegiatan
ini dilaksanakan dengan anggaran sebesar Rp.
83.712.805.000,- dengan kegiatan meliputi:

- Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin/peralatan Pabrik


Gula Dalam Rangka Revitalisasi Industri Gula
- Konsultansi Manajemen Dan Monitoring Industri Gula
(KMM - Industri Gula)
- Lembaga Penilai Independen Industri Gula (LPI - Industri
Gula)
- Fasilitasi Dan Koordinasi Pelaksanaan Revitalisasi Industri
Gula
- Konsultasi Bimbingan Sistem Manajemen Mutu
- Pelaksanaan Audit Teknologi Industri Gula rafinasi
- Evaluasi Persediaan Raw Sugar dan Pendistribusian Gula
Kristal Rafinasi
- Survey Kebutuhan Gula Rafinasi untuk Industri Makanan
dan Minuman

- Verifikasi Kontrak dan Penyaluran Gula Kristal Rafinasi

b) Pengembangan Klaster Industri Makanan, Hasil Laut dan


Perikanan

Industri yang termasuk klaster adalah Industri Pengolahan


Hasil Laut, Gula, Kelapa dan Kakao. Industri-industri tersebut
merupakan industri-industri yang sangat potensial untuk
dikembangkan dimasa yang akan datang. Dalam Kebijakan
Pembangunan Industri Nasional sesuai dengan pasal 2 PP RI
No.28/2008 maka industri tersebut diatas telah ditetapkan
pengembangannya melalui pendekatan klaster dalam

18
rangka membangun daya saing yang berkelanjutan. Pada
tahun 2013, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan memperoleh dana sebesar Rp. 4.471.771.000,-
untuk pengembangan empat klaster sebagai berikut :

- Klaster Industri Gula :

Industri Gula Rafinasi diawali sejak beberapa abad yang


lalu oleh pemerintah kolonial Belanda, dan dalam
perkembangannya pernah mengalami jaman keemasan
yaitu tahun 1929/1930 sebagai pengekspor gula terbesar
kedua di dunia setelah Kuba, dengan jumlah pabrik (PG)
sebanyak 179 dan tingkat produktivitas 15 ton per ha
dengan jumlah penduduk 235 juta orang dan dukungan
agroekosistem, luas lahan, tenaga kerja Indonesia
potensial menjadi produsen gula dunia.Pengembangan
klaster industri gula dilakukan dalam rangka menjalin
keterkaitan antara stake holder, pemangku kepentingan
dan pelaku industri gula dalam rangka mengembangkan
industri gula di dalam negeri, mengingat gula merupakan
kebutuhan pokok masyarakat yang perlu diusahakan
pemenuhannya dalam rangka mendukung ketahanan
pangan nasional.

- Klaster Industri Pengolahan Kakao :

Indonesia merupakan negara produsen biji kakao nomor 3


di dunia dengan total produksi pada tahun 2013
mencapai 410 ribu ton (berdasarkan data International
Cocoa Organization) atau + 10% dari produksi biji kakao
dunia (4,1 juta ton) pada tahun 2020 di prediksi produksi
biji kakao akan mencapai 1,2 juta ton.

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008


tentang Kebijakan Industri Nasional, industri pengolahan
kakao merupakan salah satu prioritas untuk
dikembangkan dan mempunyai nilai tambah yang lebih
tinggi, seperti Cocoa Liquor, Cocoa Butter, Cocoa Cake,
Cocoa Paste dan Cocoa Powder. Makanan olahan dan
minuman cokelat merupakan salah satu industri prioritas
yang dikembangkan melalui pendekatan Klaster Industri
Kakao.

- Klaster Industri Pengolahan Kelapa :

19
Industri pengolahan kelapa khususnya industri yang
mengolah produk dengan bahan baku buah kelapa di
Indonesia sudah tumbuh bermacam-macam jenis industri
baik yang diusahakan dalam industri skala kecil maupun
industri yang berskala menengah besar. Tiap bagian
tanaman dapat dimanfaatkan seperti sabut, untuk coir
fiber, keset, sapu, matras, bahan pembuat spring bed.
Tempurung untuk charcoal, carbon aktif dan kerajinan
tangan. Daging buah untuk kopra, minyak kelapa, coconut
cream, santan, kelapa parutan kering (desiccated
coconut). Air kelapa untuk cuka, nata de coco, nira untuk
kelapa dan gula merah. CCO untuk pembuatan
oleochemical. Hasil olahan kelapa yang sudah diekspor
selain minyak kelapa adalah kopra, bungkil kopra, kelapa
parut, Virgin Coconut Oil dan nata de coco. Di Indonesia
produk terbesar dari minyak kelapa dikonsumsi sebagai
minyak goreng, sedangkan diluar negeri minyak kelapa
masih harus bersaing dengan berbagai minyak nabati,
terutama minyak sawit dan minyak kedelai yang
mempunyai harga yang lebih murah.

- Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut :

Peran daripada industri pengolahan hasil laut sangat


penting dalam mengolah produk primer menjadi berbagai
macam produk makanan olahan antara lain produk
makanan kaleng, minuman kaleng serta industri
pengolahan hasil laut lainnya, antara lain industri
kosmetika, industri kerajinan, industri pengolahan kulit
ikan pari dan lain-lain. Disamping itu peran industri
pengolahan hasil laut bertujuan untuk meningkatkan nilai
tambah dan memperpanjang rantai nilai pengolahan dari
sumberdaya laut melalui diversifikasi produk lain. Dengan
pengembangan industri pengolahan hasil laut, akan
mengurangi ekspor bahan baku dan menggantikannya
dengan komoditi olahan hasil laut yang nilai tambahnya
lebih tinggi.

Selain pengembangan empat klaster industri di atas,


dilakukan juga kegiatan-kegiatan lain yang mendukung
pengembangan klaster maupun pengembangan industri
makanan, hasil laut dan perikanan lainnya, seperti:

20
- Penerapan dan Pembinaan Keamanan Pangan Melalui
CPPOB Pada Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan;
- Fasilitasi dan Koordinasi Iklim Usaha Sektor industri
Tanaman Pangan
- Pembangunan Pabrik Pakan Ternak di Kabupaten
Manokwari - Papua Barat Dalam Rangka Percepatan
Pembangunan Papua dan Papua Barat (P4B). Namun
karena pelaksanaan lelang untuk Pembangunan fisik
Gedung yang sudah dilakukan 3 kali mengalami
kegagalan, maka kegiatan tidak dilaksanakan, dan
anggaran dilakukan penghematan, yang masih tersisa
adalah anggaran untuk fasilitasi dan koordinasi.
- Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Pada
Industri Pakan Ternak.

- Monitoring dan Evaluasi Bantuan Mesin dan Peralatan di


Lingkungan Direktorat Industri Makanan, Hasil laut dan
Perikanan

c) Standarisasi Nasional Indonesia

Sesuai PP No. 102 tahun 2000, Standar Nasional Indonesia


(SNI) merupakan acuan yang diperlukan dalam rangka
peningkatan daya saing, penciptaan iklim usaha yang
kondusif serta persaingan usaha yang sehat dan
perlindungan konsumen.

Kegiatan Standar Nasional Indonesia (SNI) dilaksanakan


untuk merumuskan SNI baru bagi produk yang belum ada
standarnya, maupun revisi SNI yang sudah ada, disamping
itu sebagai upaya meningkatkan daya saing produk industri
makanan, hasil laut dan perikanan serta untuk melindungi
produsen dari ancaman membanjirnya produk-produk hasil
olahan makanan ke Indonesia serta dalam upaya
mengevaluasi dan memonitor penerapan pelaksanaan SNI
wajib. Untuk menyelenggarakan kegiatan ini dibutuhkan
anggaran sebesar Rp. 3.828.154.000,- dengan kegiatan
meliputi :

- Perumusan dan Revisi SNI Industri Makanan Hasil Laut


dan Perikanan
- Pelaksanaan Pengawasan SNI Wajib Industri Makanan
Hasil Laut dan Perikanan serta Penyusunan Peraturan
Penerapan SNI Wajib

21
- Penyusunan Peraturan Penerapan SNI Wajib Produk
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan.

d) Partisipasi Dit. IMHLP Dalam Sidang Dan Pameran Di Dalam


Negeri (DN) Maupun Luar Negeri (LN)

Untuk mencapai sasaran keluaran Pameran, Partisipasi


Sidang Internasional ACCSQ PFPWG, CCASIA dan CCFO,
dan Partisipasi Fora Kerjasama dan Organisasi Internasional
lainnya pada Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
maka pada tahun 2014 perlu diadakan kegiatan pameran
industri makanan hasil laut dan perikanan, partisipasi pada
fora kerjasama internasional dan organisasi internasional
lainnya dan partisipasi pada sidang ACCSQ, CCASIA dan
CCFO.

Kegiatan pameran, partisipasi industri makanan, hasil laut


dan perikanan dalam rangka fora kerjasama internasional
dan organisasi internasional lainnya serta partisipasi pada
sidang ACCSQ dilaksanakan untuk mengetahui dan updating
informasi terbaru mengenai forum kerjasama internasional
saat ini untuk disampaikan pada dunia usaha serta
melakukan pembahasan mengenai kondisi FTA di Indonesia
dan solusi permasalahan yang ada terkait FTA, standardisasi
dan permasalahan lainnya. Untuk itu dialokasikan anggaran
sebesar Rp. 2.718.055.000,- dengan kegiatan meliputi :

- Partisipasi Dan Fasilitasi Serta Penyelenggaraan Kegiatan


Pameran Industri Makanan Hasil Laut Dan Perikanan Di
Dalam Dan Luar Negeri
- Partisipasi Industri Makanan Hasil Laut Dan Perikanan
Dalam Rangka Fora Kerjasama Dan Organisasi
Internasional Lainnya
- Partisipasi Pada Sidang Standarisasi Internasional

- Fasilitasi Pada Sidang ICCO/ACC Serta Peningkatan


Konsumsi Cokelat

e) Rumusan Perencanaan, Evaluasi dan Laporan

Untuk mengatahui program kegiatan dan pembinaan yang


telah dilakukan Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan, hasil yang akan dicapai berupa perkembangan
industri makanan, hasil laut dan perikanan dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir, masalah aktual yang dihadapi

22
oleh industri makanan, hasil laut dan perikanan, dan
program kegiatan yang telah dicapai dalam menunjang
perkembangan industri makanan, hasil laut dan perikanan
selama periode satu tahun, maka perlu dilakukankegiatan
Rumusan Perencanaan, Evaluasi Dan Laporan dengan
anggaran sebesar Rp. 1.991.363.000,- dengan kegiatan
meliputi :

- Kaji Tindak Pelaksanaan Kegiatan Industri Makanan, Hasil


Laut Dan Perikanan
- Program Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan
- Penyusunan Evaluasi dan Kinerja Industri Makanan, Hasil
Laut Dan Perikanan

f) Diversifikasi Produk Dalam Mendukung Ketahanan Pangan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan


mengamanatkan bahwa baik pemerintah maupun
masyarakat bertanggung jawab dalam mewujudkan
ketahanan pangan. Untuk mendukung kegiatan diversifikasi,
maka perlu dilakukan kegiatan Diversifikasi Produk Dalam
Mendukung Ketahanan Pangan dengan anggaran sebesar
Rp. 1.595.706.000,- dengan kegiatan meliputi :

- Fasilitasi Pengembangan Industri Makanan Berbasis Crude


Palm Oil (CPO)
- Kajian Tekno Ekonomi Pembuatan Vitamin A Rethinol
Palmitat.
2.3 Penetapan Kinerja Tahun 2014
Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan
didukung pembiayaan dan mendapatkan persetujuan dalam
bentuk DIPA, maka ditetapkan kinerja yang akan dicapai pada
tahun 2014 sebagai berikut :

Tabel 2.4 Penetapan Kinerja Tahun 2014

N Sasaran
Indikator Kinerja Target
o. Strategis
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
1 Tingginya nilai Laju pertumbuhan industri agro 4 persen
tambah industri Kontribusi industri agro terhadap 3, 93
PDB nasional persen
2 Tingginya Kontribusi ekspor produk industri 4 persen

23
N Sasaran
Indikator Kinerja Target
o. Strategis
penguasaan agro terhadap ekspor nasional
pasar dalam dan
luar negeri Pangsa pasar produk industri agro 7 persen
nasional terhadap total
permintaan di pasar dalam negeri
3 Meningkatnya Tingkat produktivitas dan 250.000
Produktivitas kemampuan SDM industri rupiah
SDM Industri per
tenaga
kerja
4 Kuat, lengkap Pertumbuhan investasi di industri 40 jumlah
dan dalamnya agro hulu dan antara
struktur industri Tingkat kandungan lokal 0 produk
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok (T)
1 Tersusunnya Rekomendasi usulan insentif 0 Jenis
insentif yang Perusahaan industri yang 11
mendukung memperoleh insentif perusaha
pengembangan an
industri
2 Berkembangnya Kerjasama R&D instansi dengan 0
R & D di instansi industri kerjasam
dan industri a
3 Meningkatnya Tingkat utilisasi kapasitas 80 persen
akses produksi
pembiayaan dan
bahan baku
untuk Perusahaan yang mendapat 5
meningkatkan akses ke sumber pembiayaan perusaha
kapasitas an
produksi Perusahaan yang mendapat 2
akses ke sumber bahan baku perusaha
an
4 Meningkatnya Perusahaan mengikuti 50
promosi industri seminar/konferensi, pameran, perusaha
misi dagang/investasi, promosi an
produk/jasa dan investasi industri

24
N Sasaran
Indikator Kinerja Target
o. Strategis
5 Meningkatnya SNI yang diberlakukan secara 0 SNI
usulan wajib
penerapan SNI
6 Meningkatnya Sertifikasi Asessor 1 Orang
kualitas Jumlah Standar Kompetensi Kerja 0 SKKNI
lembaga Nasional Indonesia (SKKNI) di per tahun
pendidikan dan Sektor Industri Agro
pelatihan serta
kewirausahaan
7 Meningkatnya Terbangunnya Sistem 1 satker
budaya Pengendalian Intern di unit kerja
pengawasan
pada unsur
pimpinan dan
staf
Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan (L)
1 Terbangunnya Penerapan sistem manajemen 1 Satker
organisasi yang mutu
profesional dan
pro bisnis
2 Meningkatnya Tingkat kesesuaian pelaksanaan 90 persen
kualitas kegiatan dengan dokumen
perencanaan perencanaan
dan Pelaporan Tingkat ketepatan waktu 85 persen
pelaksanaan kegiatan
Nilai SAKIP Ditjen Industri Agro 70 nilai
3 Meningkatnya Tingkat penyerapan anggaran 90 persen
sistem tata
kelola keuangan
dan BMN yang
profesional

2.4 Rencana Anggaran Tahun 2014


Pada tahun 2014, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp.
98.317.854.000,- dimana 85%-nya merupakan anggaran untuk
Program Prioritas Nasional berdasarkan Inpres No. 1 Tahun 2010
yaitu Revitalisasi Industri Gula. Alokasi Anggaran dan Kegiatan

25
pada Direktorat Industri makanan, Hasil laut dan Perikanan seperti
Tabel di bawah ini :

Tabel 2.5 Rencana Anggaran 2014


KODE OUTPUT/KOMPONEN PAGU
019.02.0 98.317.854
Program Revitalisasi dan Penumbuhan
7 .000
Industri Agro
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri 98.317.854
1835
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan .000
Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan 83.712.805
1835.001
Industri Gula .000
1835.001 83.712.805
.001 Revitalisasi Industri Gula .000
Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin/Peralatan
012 Pabrik Gula Dalam Rangka Revitalisasi Industri 65.900.000.
Gula 000
Konsultansi Manajemen dan Monitoring Industri 1.965.250.0
013
Gula (KMM - Industri Gula) 00
Lembaga Penilai Independen Industri Gula (LPI - 3.404.952.0
014
Industri Gula) 00
Fasilitasi dan Koordinasi pelaksanaan Revitalisasi 1.566.805.0
015
Industri Gula 00
2.778.877.0
016
Konsultasi Bimbingan Sistem Manajemen Mutu 00
Pelaksanaan Audit Teknologi Industri Gula 1.820.000.0
017
Rafinasi 00
Evaluasi Persediaan Raw Sugar dan 1.060.000.0
018
Pendistribusian Gula Kristal Rafinasi 00
Survey Kebutuhan Gula Rafinasi untuk Industri 3.717.770.0
019
Makanan dan Minuman 00
Verifikasi Kontrak dan Penyaluran Gula Kristal 1.499.151.0
020
Rafinasi 00
Pengembangan Klaster dan Industri 4.471.771.
1835.002
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan lainnya 000
1835.002 451.428.00
.001 klaster industri Gula 0
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Klaster 451.428.000
011
Industri Gula
1835.002 700.000.00
.002 Klaster Industri Kakao 0
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Klaster 700.000.000
012
Industri Kakao
1835.002 629.307.00
.003 Klaster Industri Kelapa 0
013 Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Klaster 629.307.000

26
KODE OUTPUT/KOMPONEN PAGU
Pengolahan Industri Kelapa
1835.002 520.000.00
.004 Klaster Industri pengolahan Hasil laut 0
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Klaster 520.000.000
014
Industri Pengolahan Hasil Laut
Bantuan Unit Pendingin (cold storage) Ikan (Dana
015
Optimalisasi) -
1835.002 Pengembangan Industri Makanan, Hasil 2.171.036.
.005 Laut dan Perikanan lainnya 000
Penerapan dan Pembinaan Keamanan Pangan 659.996.000
016 Melalui CPPOB Pada Industri Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan
Fasilitasi dan Koordinasi Iklim Usaha Sektor 534.152.000
017
industri Tanaman Pangan
Pembangunan Pabrik Pakan Ternak Unggas 58.058.000
018
dalam rangka P4B di Manokwari - Papua Barat
Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia 400.000.000
019
Pada Industri Pakan Ternak
Monitoring dan Evaluasi Bantuan Mesin dan 518.830.000
020
Peralatan Dilingkungan Direktorat IMHLP
3.828.154.
1835.003
Standar Nasional Indonesia (SNI) 000
1835.003 3.828.154.
.001 PEDOMAN RUMUSAN RSNI DAN REVISI SNI 000
Perumusan dan Revisi SNI Industri Makanan Hasil 1.800.000.0
011
Laut dan Perikanan 00
Pelaksanaan Pengawasan SNI Wajib Industri 1.078.154.0
012
Makanan Hasil Laut dan Perikanan 00
Penyusunan Peraturan Penerapan SNI Wajib 950.000.000
013
Produk Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Partisipasi Dit. IMHLP dalam Sidang dan 2.718.055.
1835.004 Pameran di Dalam Negeri (DN) maupun 000
Luar Negeri (LN)
1835.004 2.718.055.
.001 PAMERAN DAN KERJASAMA INTERNASIONAL 000
Partisipasi dan Fasilitasi serta Penyelenggaraan 689.535.000
011 Kegiatan Pameran Industri Makanan Hasil laut
dan Perikanan di Dalam dan Luar Negeri
Partisipasi Industri Makanan Hasil Laut dan 700.000.000
012 Perikanan Dalam Rangka Fora Kerjasama dan
Organisasi Internasional Lainnya
013 Partisipasi Pada Sidang Standarisasi Internasional 515.720.000
Peningkatan Konsumsi Cokelat Dalam Negeri dan 812.800.000
014
Partisipasi Sidang ICCO/ACC

27
KODE OUTPUT/KOMPONEN PAGU
Rumusan Perencanaan, Evaluasi dan 1.991.363.
1835.005
Laporan 000
1835.005 KAJI TINDAK, PROGRAM PENGEMBANGAN 1.991.363.
.001 DAN EVALUASI KINERJA 000
Kaji Tindak Pelaksanaan Kegiatan Industri 800.000.000
011
Makanan Hasil Laut dan Perikanan
Sinkronisasi Program Pengembangan Industri 649.862.000
012
Makanan Hasil Laut dan Perikanan
Penyusunan Laporan, Pendataan dan Evaluasi 541.501.000
013 Kinerja Industri Makanan Hasil Laut dan
Perikanan
Diversifikasi Produk dalam Mendukung 1.595.706.
1835.006
Ketahanan Pangan 000
Fasilitasi Pengembangan Industri Makanan 784.401.000
011
Berbasis Crude Palm Oil (CPO)
Kajian Tekno Ekonomi Pembuatan Vitamin A 811.305.000
012
Rethinol Palmitat

28
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Capaian Kinerja Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut


dan Perikanan

Secara umum Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan


Perikanan telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yaitu
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang industri
makanan, hasil laut, dan perikananyang diwujudkan melalui
keberhasilan dalam pencapaian target-target sasaran yang telah
ditetapkan untuk tahun 2014. Keberhasilan pencapaian sasaran
ini dapat dilihat dari pemenuhan target dari indikator kinerja yang
telah ditetapkan untuk masing-masing sasaran pada awal tahun
seperti yang tercantum dalam Penetapan Kinerja.

3.1.1. Analisis Capaian Kinerja

Penilaian atas pelaksanaan tugas Direktorat Industri


Makanan, Hasil Laut dan Perikanan dilakukan melalui pengukuran
kinerja. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
rangka mewujudkan visi dan misi Direktorat Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan. Pengukuran capaian kinerja Direktorat
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan tahun 2014
sebagaimana yang ditunjukkan oleh pencapaian sasaran
dimaksud seperti yang tercantum dalam Penetapan Kinerja dapat
dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Capaian Kinerja Tahun 2014


N Sasaran Realisasi
Indikator Kinerja Target
o. Strategis 2014
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
1 Tingginya nilai Laju pertumbuhan 4 persen 8,8 persen
tambah industri industri agro
Kontribusi industri agro 3, 93 7,61 persen
terhadap PDB nasional persen
2 Tingginya Kontribusi ekspor 4 persen 3,05 persen
penguasaan produk industri agro
pasar dalam dan terhadap ekspor

29
N Sasaran Realisasi
Indikator Kinerja Target
o. Strategis 2014
luar negeri nasional
Pangsa pasar produk 7 persen 7,6 persen
industri agro nasional
terhadap total
permintaan di pasar
dalam negeri
3 Meningkatnya Tingkat produktivitas 250.000 2.713.514
Produktivitas dan kemampuan SDM rupiah rupiah per
SDM Industri industri per tenaga kerja
tenaga
kerja
5 Kuat, lengkap Pertumbuhan investasi 40 jumlah 295 PMDN
dan dalamnya di industri agro hulu dan 666 PMA
struktur industriantara
Tingkat kandungan lokal 0 produk
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok (T)
1 Tersusunnya Rekomendasi usulan 0 Jenis
insentif yang insentif
mendukung Perusahaan industri 11 22
pengembangan yang memperoleh perusaha perusahaan
industri insentif an
2 Berkembangnya Kerjasama R&D instansi 0
R & D di instansi dengan industri kerjasam
dan industri a
3 Meningkatnya Tingkat utilisasi 80 persen 70,62
akses kapasitas produksi persen
pembiayaan dan Perusahaan yang 5 22
bahan baku mendapat akses ke perusaha perusahaan
untuk sumber pembiayaan an
meningkatkan Perusahaan yang 2 27
kapasitas mendapat akses ke perusaha perusahaan
produksi sumber bahan baku an
4 Meningkatnya Perusahaan mengikuti 50 74
promosi industri seminar/konferensi, perusaha perusahaan
pameran, misi an
dagang/investasi,
promosi produk/jasa
dan investasi industri
5 Meningkatnya SNI yang diberlakukan 0 SNI
usulan secara wajib
penerapan SNI
6 Meningkatnya Sertifikasi Asessor 1 Orang 1 Orang

30
N Sasaran Realisasi
Indikator Kinerja Target
o. Strategis 2014
kualitas lembaga Jumlah Standar 0 SKKNI 1 RSKKNI
pendidikan dan Kompetensi Kerja per tahun
pelatihan serta Nasional Indonesia
kewirausahaan (SKKNI) di Sektor
Industri Agro
7 Meningkatnya Terbangunnya Sistem
1 satker 1 satker
budaya Pengendalian Intern di
pengawasan unit kerja
pada unsur
pimpinan dan
staf
Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan (L)
1 Terbangunnya Penerapan sistem 1 Satker 11
organisasi yang manajemen mutu perusahaan
profesional dan
pro bisnis
2 Meningkatnya Tingkat kesesuaian 90 persen 93,55
kualitas pelaksanaan kegiatan persen
perencanaan dengan dokumen
dan Pelaporan perencanaan
Tingkat ketepatan 85 persen 100 persen
waktu pelaksanaan
kegiatan
Nilai SAKIP Ditjen 70 nilai Nilai 100
Industri Agro
3 Meningkatnya Tingkat penyerapan 90 persen 82,89
sistem tata anggaran persen
kelola keuangan
dan BMN yang
profesional

a. Perspektif Pemangku Kepentingan/Stakeholder (S)


1. Tingginya nilai tambah industri
Nlai tambah industri merupakan salah satu parameter
untuk mengukur perkembangan kinerja industri. Sasaran
ini dicapai melalui Indikator Kinerja Utama (IKU):
- Laju Pertumbuhan Industri Agro
- Kontribusi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
terhadap PDB Nasional

Tabel 3.2 Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri

31
2013 2014
Sasaran Satu
IKU Realisa Targ Realis Capaian
Strategis an
si et asi (%)
Laju Pertumbuhan
Industri Makanan, Perse
3,45 4 8,8 220
Hasil Laut dan n
Tingginya
Perikanan
nilai
Kontribusi Industri
tambah
Makanan, Hasil Laut
industri perse
dan Perikanan 7,29 3,93 7,61 193
n
terhadap PDB
Nasional

Laju pertumbuhan industri makanan dan minuman


meningkat sebesar 8,8%. Nilai tersebut lebih besar dari
target yang ditetapkan, sehingga nilai capaian sebesar
220%. Capaian tahun ini lebih besar bila dibandingkan
dengan capaian tahun 2013. Kontribusi industri makanan,
minuman dan tembakau terhadap PDB nasional mencapai
7,61%. Nilai tersebut lebih besar dari target, sehingga nilai
capaian sebesar 193%.

Tabel 3.3 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas


Menurut Cabang-Cabang Industri

2. Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri


Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Kontribusi ekspor produk industri Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan terhadap ekspor nasional

32
- Pangsa pasar produk industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan terhadap total permintaan di pasar dalam
negeri

Tabel 3.4 Capaian IKU dari Tingginya penguasaan pasar


dalam dan luar negeri
2013 2014
Sasaran Satu
IKU Realisa Targ Realis Capaian
Strategis an
si et asi (%)
Kontribusi ekspor
produk industri
Makanan, Hasil Laut Perse
2,84 4 3,05 76,25
dan Perikanan n
Tingginya
terhadap ekspor
penguasaa
nasional
n pasar
Pangsa pasar produk
dalam dan
industri Makanan,
luar negeri
Hasil Laut dan perse
7,42 7 7,6 108
Perikanan terhadap n
total permintaan di
pasar dalam negeri

Kontribusi ekspor produk industri Makanan, Hasil Laut dan


Perikanan terhadap ekspor nasional pada tahun 2014 sebesar
3,05%. Nilai tersebut dibawah target sebesar 4%, akan tetapi
nilai tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi
pada tahun 2013. Pangsa pasar produk industri makanan, hasil
laut dan perikanan terhadap total permintaan di pasar dalam
negeri sebesar 7,6%. Nilai tersebut telah memenuhi target yang
ditetapkan, serta lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi
pada tahun 2013 sebesar 7,42%.

Tabel 3.5 Perkembangan Ekspor Industri Non Migas

33
3. Meningkatnya Produktivitas SDM Industri
Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri

Tabel 3.6 Capaian IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM


Industri
2013 2014
Sasaran Satua
IKU Realisa Capaian
Strategis Target Realisasi n
si (%)
Meningkatn Tingkat
Rp. /
ya produktivitas
1.386.0 250.0 2.713.51 Tenag
Produktivita dan 1085
00 00 4 a
s SDM kemampuan
Kerja
Industri SDM industri

Pada tahun 2014 terjadi peningkatan produktivitas dan


kemampuan SDM industri sebesar Rp. 2.713.514,- / tenaga
kerja. Hal ini menunjukkan peningkatan nilai produksi dari
tahun sebelumnya, sehingga nilai produktivitas tenaga
kerja pun meningkat.

4. Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri


Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Pertumbuhan investasi di industri makanan, hasil laut
dan perikanan hulu dan antara

34
Tabel 3.7 Capaian IKU dari Kuat, lengkap dan dalamnya
struktur industri
2013 2014
Sasaran
IKU Realisa Targ Realis Capaian Satuan
Strategis
si et asi (%)
Pertumbuhan
Kuat,
investasi di
lengkap
industri
dan perusaha
makanan, hasil 873 40 961 2402
dalamnya an
laut dan
struktur
perikanan hulu
industri
dan antara

Pertumbuhan investasi di industri agro hulu dan antara


pada tahun 2014 untuk PMDN sebanyak 295 perusahaan
dengan nilai Rp. 13.934,3 Milyar, sedangkan pertumbuhan
investasi PMA sebanyak 666 perusahaan senilai US$
2.547,1 juta.

b. Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok (T)


1. Tersusunnya insentif yang mendukung pengembangan
industri
Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Perusahaan industri yang memperoleh insentif

Tabel 3.8. Capaian IKU dari Tersusunnya insentif yang


mendukung pengembangan industri
2013 2014
Sasaran
IKU Realis Targ Realis Capaian Satuan
Strategis
asi et asi (%)
Tersusunnya Perusahaa
insentif yang n industri
Perusaha
mendukung yang 10 11 22 200
an
pengembangan memperole
industri h insentif

Pada tahun 2014, perusahaan industri yang memperoleh


insentif berupa bantuan keringanan pembelian mesin
dan/atau peralatan industri gula sebanyak 22 perusahaan
yang terdiri dari 14 PG dari PTPN X, 5 PG dari PT RNI I dan
3 PG dari PT RNI.
2. Meningkatnya akses pembiayaan dan bahan baku untuk
meningkatkan kapasitas produksi

35
Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Tingkat utilisasi kapasitas produksi
- Perusahaan yang mendapat akses ke sumber
pembiayaan
- Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan
baku

Tabel 3.9 Capaian IKU dari Meningkatnya akses


pembiayaan dan bahan baku untuk meningkatkan
kapasitas produksi
2013 2014
Sasaran
IKU Realis Targ Realis Capaian Satuan
Strategis
asi et asi (%)
Tingkat utilisasi
kapasitas 72 80 70,62 88,27 Persen
Meningkatnya
produksi
akses
Perusahaan yang
pembiayaan
mendapat akses
dan bahan 46 5 22 440 Perusahaan
ke sumber
baku untuk
pembiayaan
meningkatkan
Perusahaan yang
kapasitas
mendapat akses
produksi 18 2 27 1350 Perusahaan
ke sumber
bahan baku

Tingkat utilisasi kapasitas produksi sebesar 70,62%,


menurun dari tahun 2013 yaitu sebesar 72%. Hal ini
dikarenakan meningkatnya jumlah industri baru yang
berkembang namun belum merealisasikan produksinya,
serta masih terbatasnya bahan baku pada beberapa
industri seperti industri kakao, daging olahan dan lainnya.
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan
pada tahun 2014 sebanyak 22 perusahaan gula yaitu 14
PG dari PTPN X, 5 PG dari PT RNI I dan 3 PG dari PT RNI II.
Jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya yaitu 46
perusahaan. Hal ini dikarenakan beberapa perusahaan
mengalami kesulitan cashflow sehingga tidak bisa
mengikuti program (tidak bisa diproses lebih lanjut). Meski
demikian, realisasi yang dicapai lebih tinggi dari target
sehingga nilai capaian sebesar 440%.
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku
sebanyak 27 perusahaan melalui fasilitas BMDTP (Bea

36
Masuk Ditanggung Pemerintah) berikut daftar perusahaan
penerima BMDTP :
Tabel 3.10 Daftar Perusahaan Penerima BMDTP
No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan
PT. Charoen Pokphand 1
1 PT. Citra Ina Feedmill
Indonesia 5
1
2 PT. Metro Inti Sejahtera PT Malindo feedmill
6
PT. Wonokoyo Jaya 1
3 PT Feedmill Indonesia
Corporindo 7
1 PT Japfa Comfeed
4 PT. Wonokoyo Jaya Kusuma
8 Indonesia
1
5 PT. Sinta Prima Feedmill PT Cheil Jedang Superfeed
9
2 PT Cheil Jedang Feed
6 PT. Cargill Indonesia
0 Lampung
2
7 PT. Kerta Mulya Saripakan PT CJ Feed Medan
1
PT. Bintang Jaya Proteina 2
8 PT CJ Feed Jombang
Feedmill 2
2
9 PT. Matahari Sakti PT. Suri Tani Pemuka
3
1 2
PT. Sierad Produce PT. Indojaya Agrinusa
0 4
1 2 PT Welgro Feedmill
PT. Sinar Indochem
1 5 Indonesia
1 2 PT. Central Proteina Prima
PT. Mabar Feed Indonesia
2 6 Group
1 2
PT. Sabas Indonesia PT. Wirifa Sakti
3 7
1
PT. Gold Coin Indonesia
4

3. Meningkatnya promosi industri


Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Perusahaan yang mengikuti seminar/konferensi,
pameran, misi dagang/ investasi, promosi produk/jasa
dan investasi industri

Tabel 3.11 Capaian IKU dari Meningkatnya promosi


Industri
Sasaran IKU 2013 2014 Satuan
Strategis Realis Targ Realis Capaian

37
asi et asi (%)
Perusahaan yang
mengikuti
seminar/konfere
Meningkatnya
nsi, pameran,
promosi
misi dagang/ 56 50 74 148 Persen
industri
investasi,
produksi
promosi
produk/jasa dan
investasi industri

Jumlah Perusahaan yang mengikuti seminar/konferensi,


pameran, misi dagang/ investasi, promosi produk/jasa dan
investasi industri sebanyak 74 perusahaan yang terbagi pada
beberapa pameran, capaian tersebut lebih tinggi dari tahun
2013 sebanyak 56 perusahaan. Nama perusahaan dan
pameran yang diikuti sebagai berikut :

Partisipasi Pameran The 39th International Food


and Baverage Exhibition
PT. Niramas Utama, PT. Garuda Food Putra Putri Jaya, PT
Kalbe International, PT Indowoyang, PT. Sungai Budi, PT
Wadah Pangan Makmur, PT Bumifood Industri, PT.
Sayap Mas Utama, PT Toba Surimi Industries, PT Agar
Swallow, PT Kelola Mina Laut, PT Bintang delapan
Hortikultura, CV. Ndalem Mulya Mandiri, PT. Marizarasa
Sarimurni, PT Helmig Prima Sejahtera dan PT Dua
Kelinci

Agrinex
PT Focus Tropical dan PT. Maya Muncar

SIAL China, Asia's Leading Professional Food &


Beverage Exhibition
PT. Niramas Utama, PT. Tiga Sejahtera Food, PT.
Indofood Sukses Makmur, PT Phoenix Food

Pameran Makanan dan Minuman Kementerian


Perindustrian
PT. Eloda Mitra, PT. Mayora Indah, PT. Maya Muncar, PT.
Keong Nusantara Abadi, PT. Niramas Utama, PT.
Indofood Sukses Makmur, PT. Tiga Pilar Sejahtera, PT.
Fiva Food & Meat Supply, PT. Gandum Mas Kencana, PT.

38
Sirena Indo Pangan Industri, PT. Sinjaya (Sinar Multi
Pratama), Focus Distribution Indonesia, Sekawan Karsa
Mulya, PT. Wadah Pangan Makmur, PT. Anugerah Citra
Boga, PT. Bonicom Servistama Compindo (BOSCO)

Pameran Produksi Indonesia 2014


Chokodot, PT. Forisa Nusapersada, Langit Cerah Sukses,
PT. Niramas Utama, Cokro Tela Cake, CV. Seribu Satu,
PT. Fajar Mataram Sedayu, Farel Patisserie Caf, Beras
Analog

Agrowisata Indonesia 2014 di Bali


PT Tama Cokelat Indonesia dan PT Wadah Pangan
Makmur

Hari Kakao Indonesia 2014


PT. Gandum Mas kencana, PT Bumitangerang
Mesindotama, PT Nestle Indonesia, PT. Mars
Symbioscience Indonesia, PT Sekawan Karsa Mulia, PT.
Cocoa Suistainable Partnership, PT. Freyabadi
Indonesia, PT Ceres, PT Ceres Meiji, PT Inaco, Veco
Indonesia, KUB cokelat Sayang, KUB Cokelat Ananda,
KUB Industri Cokelat Palu, KUB Madani, KUB cokelat
Khiyara, KUB Mekelat, Cokelat Moms Caf, Pelukis
Kakao, BDI Makassar dan Puslitkoka

Pameran Hari Pangan Sedunia


PT. Sekawan Karsa

4. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan


serta kewirausahaan.
Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Sertifikasi asessor

Tabel 3.12. Capaian IKU dari Meningkatkan kualitas


lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan
2013 2014
Sasaran Strategis IKU Realis Targ Realis Capaian Satuan
asi et asi (%)
Meningkatkan Sertifikas - 1 1 100 Orang
kualitas lembaga i Asessor
pendidikan dan

39
pelatihan serta
kewirausahaan

Pada tahun 2014, terdapat satu orang yang mengikuti


sertifikasi asessor yaitu sertifikasi Petugas Pengawa
Standar barang atau jasa di Pabrik (PPSP). Capaian
tersebut memenuhi target yang ditetapkan, sehingga nilai
capaian 100%. Sasaran ini baru ditetapkan pada tahun
2014.

5. Meningkatkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan


dan staf
Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja

Tabel 3.13. Capaian IKU dari Meningkatkan budaya


pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
2013 2014
Sasaran Satua
IKU Realis Targ Realis Capaian
Strategis n
asi et asi (%)
Meningkatkan
Terbangunnya
budaya
Sistem
pengawasan
Pengendalian 1 1 1 100 Satker
pada unsur
Intern di unit
pimpinan dan
kerja
staf

Budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf telah


berjalan dengan baik, antara lain melalui pelaksanaan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang benar, sehingga
dapat terbangun suatu Sistem Pengendalian Intern di unit
kerja Direktorat Industri Makanan, Hasil laut dan Perikanan.

c. Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan (L)


1. Terbangunnya organisasi yang profesional dan pro bisnis.
Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Penerapan sistem manajemen mutu

40
Tabel 3.14. Capaian IKU dari Terbangunnya organisasi
yang profesional dan pro bisnis
2013 2014
Sasaran
IKU Realis Targ Realis Capaian Satuan
Strategis
asi et asi (%)
Terbangunnya Penerapan
organisasi yang sistem Perusaha
- 1 11 1100
profesional dan manajemen an
pro bisnis mutu

Pada tahun 2014 telah dilaksanakan penerapan sistem


manajemen mutu pada industri makanan, hasil laut dan
perikanan pada 11 perusahaan industri gula berupa
bimbingan teknis manajemen mutu ISO 9000.
2. Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan
Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Tingkat kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan
dokumen perencanaan
- Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan
- Nilai SAKIP Ditjen Industri Agro

Tabel 3.15. Capaian IKU dari Meningkatkan kualitas


perencanaan dan pelaporan

2013 2014
Sasaran Satua
IKU Realis Targ Realis Capaian
Strategis n
asi et asi (%)
Tingkat
kesesuaian
pelaksanaan Perse
100 90 93,55 93,55
kegiatan dengan n
Meningkatkan dokumen
kualitas perencanaan
perencanaan Tingkat ketepatan
dan pelaporan waktu
85 85 100 117 Persen
pelaksanaan
kegiatan
Nilai SAKIP Ditjen
- 70 100 142 nilai
Industri Agro
Pada tahun 2014, pelaksanaan kegiatan yang sesuai
dengan dokumen perencanaan sebanyak 29 kegiatan dari
31 kegiatan (93,55 %). Dua kegiatan yang dimaksud
dilakukan penghematan yaitu bantuan unit pendingan

41
(cold storage) ikan dan pembangunan pabrik pakan ternak
unggas dalam rangka P4B di Manokwari Papua Barat.
Tingkat waktu pelaksanaan kegiatan pada tahun 2014
sebesar 100%, hal ini menunjukkan bahwa semua kegiatan
dilaksanakan tepat waktu sebagaimana yang
direncanakan.
Pada tahun anggaran 2014, Direktorat Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan sudah melaksanakan program-
program berbasis klaster yaitu Fasilitasi Dan Koordinasi
Pengembangan Klaster Industri Gula, Fasilitasi Dan
Koordinasi Pengembangan Klaster Industri Kakao, Fasilitasi
Dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri Kelapa dan
Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri
Pengolahan Hasil Laut. Selain itu dilaksanakan juga
beberapa bantuan mesin dan peralatan dalam rangka
mendukung pengembangan klaster yang sudah
dicanangkan. Dengan demikian, target kesesuaian program
dengan KIN sudah mencapai target yaitu nilai 100.
3. Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang
profesional
Sasaran ini dicapai melalui indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut:
- Tingkat penyerapan anggaran

Tabel 3.16 Capaian IKU dari Meningkatkan kualitas


perencanaan dan pelaporan

2013 2014
Satua
Sasaran Strategis IKU Realis Targ Realis Capaian
n
asi et asi (%)
Meningkatkan sistem Tingkat
tata kelola keuangan penyerapa Perse
100 90 93,55 93,55
dan BMN yang n n
profesional anggaran

Realisasi penyerapan anggaran Direktorat Industri


Makanan, Hasil Laut pada tahun 2014 mencapai 82,89%
atau terserap sebesar Rp. 81.497.955.990,-, hal ini
dikarenakan adanya beberapa kegiatan rapat di luar kantor
(hotel) yang tidak dapat dilaksanakan sehubungan dengan
surat edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No 11 tahun 2014
tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar

42
kantor, sehingga penyerapan anggaran tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal

Secara umum pencapaian sasaran strategis berdasarkan


Penetapan Kinerja 2014 meningkat bila dibandingkan dengan
cpaian pada tahun 2013. Pada perspektif pemangku
kepepentingan, nilai capaian tahun 2014 sebesar 97,42%,
meningkat dari tahun 2013 dengan nilai 85,16%. Pada perspektif
proses pelaksanaan Tupoksi, nilai capaian sebesar 96,04% sedikit
menurun dari tahun sebelumnya sebesar 98%. Penurunan terjadi
pada nilai utilitas produksi. Pada perspektif peningkatan kapasitas
kelembagaan, nilai capaian tahun 2014 sebesar 98,32 %
meningkat dari tahun 2013 sebesar 97,31%. Sehingga secara
rata-rata nilai capaian meningkat dari 92,95% tahun 2013
menjadi 97,31% pada tahun 2014.

Tabel 3.17. Capaian IKU Berdasarkan Tiga Perspektif

Capaian (%)
No Perspektif
2013 2014
Perspektif Pemangku Kepentingan
1 85,16 97,42
(Stakeholders)
2 Perspektif Proses Pelaksanaan Tupoksi 98 96,04
Perspektif Peningkatan Kapasitas
3 92,32 98,32
Kelembagaan
Rata-rata 92,95 97,31

3.1.2. Analisis Capaian Kinerja Recana Strategis 2010-2014

Berdasarkan dokumen perencanaan strategis (renstra)


Direktorat Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan, secara
umum capaian kinerja terhadap dokumen tersebut adalah sebagai
berikut :

Tabel 3.18. Capaian Kinerja Pembangunan Direktorat Industri


Makanan, Hasil Laut dan Perikanan pada tahun 2010 - 2014
Realisas
Target
Program/Kegia Outcome/Outpu i
Indikator
tan t 201 201 201 2014
2010 2012
1 3 4
Revitalisasi Pulihnya Pada tahun 75% 70,62%
dan pertumbuhan 2014, utilitasi
Pertumbuhan industri kapasitas
Industri makanan, hasil produksi pulih
Makanan, laut dan mencapai
Hasil Laut dan meningkatnya 75%

43
Realisas
Target
Program/Kegia Outcome/Outpu i
Indikator
tan t 201 201 201 2014
2010 2012
1 3 4
Perikanan nilai tambah sebagaimana
industri sebelum krisis
berbasis hasil
perikanan
Prioritas Nasional
Revitalisasi Terlaksananya Jumlah 2 5 6 6 6 9
Industri Gula kegiatan kegiatan
rencana aksi pelaksanaan
revitalisasi rencana aksi
industri gula mendukung
untuk mencapai revitalisasi
swasembada industri gula
gula
Prioritas Bidang Perekonomian
Pengembanga Meningkatnya Lokus 4 4 4 4 4 6
n klaster peran dan Pengembanga
industri fungsi n Klaster
kelapa, kakao, kelembagaan
gula, rumput klaster
laut dan
perikanan

Non Prioritas
Standarisasi Terwujudnya Rumusan SNI 4 4 4 4 4 8
Industri standarisasi dan Revisi SNI
Makanan, produk industri industri
Hasil Laut dan makanan, hasil makanan,
Perikanan laut dan hasil laut dan
perikanan perikanan

Ketahanan Ketersediaan Unit mesin 2 2 2 2 2 0


Pangan dan diversifikasi dan peralatan
produk pangan pengolahan
yang makanan,
mendukung hasil laut dan
ketahanan perikanan
pangan yang
mendukung
ketahanan
pangan

Kegiatan Terlaksananya Frekuensi 10 15 20 20 20 21


Penunjang sinkronisasi pameran,
pameran, jumlah
kerjasama pelatihan,
internasional, jumlah rapat
penyusunan dan sidang
database, kerjasama
penyusunan internasional

44
Realisas
Target
Program/Kegia Outcome/Outpu i
Indikator
tan t 201 201 201 2014
2010 2012
1 3 4
kinerja, dan jumlah
pelatihan ISO rapat dan
22000, sosialisasi
Partisipasi
Sidang ACCSQ
pada industri
makanan, hasil
laut dan
perikanan

Pada tahun 2014, tingkat utilisasi kapasitas produksi


sebesar 70,62%, capaian tersebut dibawah target yaitu 75%. Nilai
tersebut dikarenakan meningkatnya jumlah industri baru yang
berkembang namun belum melakukan produksi, disamping itu
tidak diimbangi dengan persediaan bahan baku, sehingga utilitas
beberapa produksi menurun, seperti industri kakao, daging olahan
dan lainnya.

A. Prioritas Nasional :
1. Revitalisasi Industri Gula

Untuk mendukung terlaksananya kegiatan rencana aksi


revitalisasi gula untuk mencapai swasembada gula, jumlah
kegiatan pelaksanaan rencana aksi mendukung revitalisasi
industri gula berjumlah 9 kegiatan. Hal ini melebihi target
yang telah ditetapkan yaitu 6 kegiatan. Kegiatan-kegiatan
tersebut meliputi:

- Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin/peralatan Pabrik


Gula Dalam Rangka Revitalisasi Industri Gula
- Konsultansi Manajemen Dan Monitoring Industri Gula
(KMM - Industri Gula)
- Lembaga Penilai Independen Industri Gula (LPI - Industri
Gula)
- Fasilitasi Dan Koordinasi Pelaksanaan Revitalisasi Industri
Gula
- Konsultasi Bimbingan Sistem Manajemen Mutu
- Pelaksanaan Audit Teknologi Industri Gula rafinasi
- Evaluasi Persediaan Raw Sugar dan Pendistribusian Gula
Kristal Rafinasi
- Survey Kebutuhan Gula Rafinasi untuk Industri Makanan
dan Minuman

- Verifikasi Kontrak dan Penyaluran Gula Kristal Rafinasi

45
B. Prioritas Bidang Perekonomian:
1. Pengembangan Klaster Industri Kelapa, Kakao, Gula, Rumput
Laut dan Perikanan

Untuk mendukung peningkatan peran dan fungsi


kelembagaan klaster, Direktorat Industri Makanan Hasil Laut
dan Perikanan telah mengembangkan 6 lokus
pengembangan klaster. Hal ini menunjukkan bahwa
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
melebihi target sebesar 4 lokus pengembangan klaster.
Lokus pengembangan klaster yang telah dikembangkan,
meliputi:

- Provinsi Sulawesi Selatan (klaster industri kakao)


- Provinsi Sulawesi Tengah (klaster industri kakao)
- Provinsi Riau (klaster industri kelapa)
- Provinsi Sulawesi Utara (klaster industri kelapa)
- Provinsi Maluku (klaster industri rumput laut dan
perikanan)
- Provinsi Jawa Timur (klaster industri gula)

C. Non Prioritas:
1. Standarisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan

Untuk mendukung terwujudnya standarisasi produk industri


makanan, hasil laut dan perikanan, pada tahun 2014,
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
menyusun 2 Rumusan SNI dan 6 Revisi SNI industri
makanan, hasil laut dan perikanan. Jumlah tersebut melebihi
target sebesar 4 buah. Rumusan SNI baru yang disusun
sebagai berikut:

- RSNI Keripik Buah


- RSNI Roti Manis

Adapun revisi SNI yang disusun sebagai berikut:

- RSNI Keripik Tempe Goreng


- RSNI Lada Putih Bubuk
- RSNI Lemak Reroti
- RSNI Jipang Beras
- RSNI Tahu
- RSNI Roti Tawar

2. Ketahanan Pangan

46
Pada tahun 2014 Direktorat industri makanan, hasil laut dan
perikanan tidak memberikan bantuan mesin dan peralatan
pengolahan makanan, hasil laut dan perikanan yang
mendukung ketahanan pangan, hal ini dikarenakan kegiatan
pembangunan pabrik pakan ternak di Papua Barat
dihentikan, kerena gagal lelang, sehingga kegiatan tersebut
dilakukan penghematan.

3. Kegiatan Penunjang

Untuk mendukung terlaksananya sinkronisasi pameran,


kerjasama internasional, penyusunan database, penyusunan
kinerja, pelatihan, partisipasi sidang pada industri makanan,
hasil laut dan perikanan, pada tahun 2014 Direktorat
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan berpartisipasi
pada 7 sidang kerjasama internasional, 12 pameran, dan
mengadakan 2 pelatihan. Total kegiatan yang dilaksanakan
sebanyak 20 kegiatan, dan telah memenuhi target yang
ditetapkan.

Sidang kerjasama internasional yang diikuti meliputi:

- The Second World Cocoa Conference (WCC2) di Belanda


- The 6th Bilateral Consultation Meeting and Overview for
Sugar Trade between Indonesia and Thailand di Thailand
- Sidang Trade Policy Review (TPR) Republik Rakyat
Tiongkok (RRT) di Swiss
- Sidang Codex Committee on General Principles (CCGP)di
Perancis
- Sidang The 89th Regular Session of the International
Cocoa Council & Other ICCO Meetings di Swiss
- Sidang The 17th Meeting of The National Focal Point For
Asean Cocoa Club (ACC) on Joint Asean Cooperation In
Agriculture And Forest Products Promotion Schemedi
Malaysia

- Sidang The 90th Reguler Session of The International


Cocoa Council & Other ICCO Meetingsdi Inggris

Kegiatan pameran yang diikuti Direktorat Industri Makanan,


Hasil Lait dan Perikanan pada tahun 2014 meliputi:
- Pameran The 39th Internasional Food and Beverage
Exhibition (Foodex) di Jepang
- Pameran Salon International de I'Agroalimentaire (SIAL)
2014 di Paris

47
- Pameran Asian Food Market (SIAL) Expo tanggal 12 - 16
Mei 2014 di Shanghai China
- Pameran Saudi Arabia Food Hotel and Hospitality 2014 di
Jeddah, Arab Saudi
- Pameran Industri Peternakan Internasional VIV Europedi
Utrecht, Belanda
- Pameran Agrinex 2014 di Jakarta
- Pameran Makanan dan Minuman Kementerian
Perindustrian 2014 di Jakarta
- Pameran Produksi Indonesia 2014 di Bandung
- Pameran Agrowisata Indonesia 2014 di Bali
- Pameran Hari Kakao Indonesia 2014 di Makassar
- Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2014 di Jakarta
- Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) di Makassar

Pelatihan yang dilaksanakan Direktorat Industri Makanan,


Hasil Lait dan Perikanan pada tahun 2014 sebagai berikut:
- Pelatihan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik di
Semarang.
- Pelatihan SDM Pakan Ternak di Bogor

3.1.3. Analisis Penyebab Keberhasilan/ Kegagalan atau


Peningkatan/ Penurunan Kinerja

Beberapa faktor yang mendukung peningkatan kinerja antara lain:

- Tumbuhnya iklim investasi industri makanan, hasil laut dan


perikanan. Hal ini dapat dilihat dari munculnya unit usaha baru
pada tahun 2014, yang menyebabkan naiknya nilai ekspor
produk industri makanan, hasil laut dan perikanan serta
meningkatnya produkstivitas tenaga kerja.
- Tersedianya insentif berupa BMDTP (Bea Masuk Ditanggung
Pemerintah) sehingga membantu industri dalam mendapatkan
akses bahan baku.
- Banyaknya event pameran baik dalam dan luar negeri yang
dapat dimanfaatkan untuk promosi produk industri makanan,
hasil laut dan perikanan.

- Pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan dokumen


perencanaan.

Adapun faktor-faktor yang menghambat diantaranya:

- Meningkatnya kapasitas produksi yang tidak diimbangi dengan


ketersediaan stok bahan baku sehingga menyebabkan utilitas

48
produksi dibawah target, seperti: industri kakao, industri
pengolahan daging dan industri gula rafinasi.

- Penerapan PPN10% terhadap komoditas pertanian


berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-24/-PJ/2014,
sekaligus memperkuat Keputusan MA Nomor 70/P/-HUM/2013
yang menegaskan bahwa semua komoditas pertanian,
perkebunan, dan kehutanan dikenakan PPN 10%, hal ini
mengakibatkan berkurangnya stok bahan baku industri agro
dalam negeri.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan antara lain:

- Bekerjasama dengan instansi terkait yang menangani


ketersediaan bahan baku industri.
- Pemberlakuan Bea Keluar pada beberapa komoditi bahan baku
yang digunakan untuk industri dalam negeri sehingga nilai
tambah industri yang dihasilkan dalam negeri meningkat.

3.1.4. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Berdasarkan capaian Penetapan Kinerja, Dokumen Rencana


Strategis 2014-2014, Realisasi Fisik dan realisasi penyerapan
anggaran tahun 2014, maka rasio penggunaan anggaran
direktorat industri dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel 3.19. Rasio penyerapan anggaran terhadap capaian kinerja

Rasio terhadap
Capaian
No Uraian penyerapan
(%)
anggaran (%)
1 Penetapan Kinerja 97,31 100,6
Rencana Strategis 2010-
2 82,36 85,2
2014
3 Realisasi Fisik 95,98 86,3
Rata-rata 90,7

Berdasarkan nilai tersebut, maka pencapaian ketiga capaian


kinerja tersebut efisien, karena hanya menggunakan 90,7% dari
nilai yang seharusnya.

3.1.5. Analisis Program/Kegiatan Penunjang Keberhasilan


Ataupun Kegagalan Pencapaian Pernyataan Kinerja

Semua kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2014,


menunjang keberhasilan pencapaian kinerja, akan tetapi pada

49
pelaksanaannya terdapat beberapa kendala eksternal. Seperti
halnya kegiatan Pembangunan Pabrik Pakan Ternak Di Kabupaten
Manokwari - Papua Barat yang dihentikan karena proses lelang
Kegiatan jasa konstruksi sudah dilaksanakan sebanyak 3 kali,
namun mengalami gagal lelang dikarenakan seluruh peserta
lelang tidak memenuhi klasifikasi teknis yang ditetapkan,
sehingga kegiatan tidak dapat dilaksanakan.

3.2. Akuntabilitas Keuangan

Sesuai dengan APBNP tahun 2014, anggaran Direktorat


Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan sebesar Rp.
98.317.854.000,- dari anggaran tersebut 85%-nya merupakan
anggaran untuk Program Prioritas Nasional berdasarkan Inpres No.
1 Tahun 2010 yaitu Revitalisasi Industri Gula. Realisasi keuangan
pada tahun 2014 per masing-masing kegiatan berdasarkan e-
Monitoring APBN sampai dengan tanggal 31 Desember 2014
dapat disampaikan pada tabel di berikut :

Tabel 3.19. Realisasi penyerapan anggaran tahun 2014

KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU REALISASI % SISA


Revitalisasi Dan Penumbuhan Industri
1835 98.317.854.000 81.497.955.990 82,89 16.819.898.010
Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan
Restrukturisasi Mesin Dan/atau
1.835.001 83.712.805.000 70.344.895.787 84,03 13.367.909.213
Peralatan Industri Gula
1 Revitalisasi Industri Gula 83.712.805.000 70.344.895.787 84,03 13.367.909.213
Bantuan Keringanan Pembiayaan
65.900.000.00 54.717.000.00
12 Mesin/peralatan Pabrik Gula Dalam 83,03 11.183.000.000
0 0
Rangka Revitalisasi Industri Gula
Konsultansi Manajemen Dan Monitoring 100,0
13 1.965.250.000 1.965.250.000 0
Industri Gula (kmm - Industri Gula) 0
Lembaga Penilai Independen Industri 100,0
14 3.404.952.000 3.404.952.000 0
Gula (lpi - Industri Gula) 0
Fasilitasi Dan Koordinasi Pelaksanaan
15 1.566.805.000 1.059.850.987 67,64 506.954.013
Revitalisasi Industri Gula
Konsultasi Bimbingan Sistem
16 2.778.877.000 1.893.763.100 68,15 885.113.900
Manajemen Mutu
Pelaksanaan Audit Teknologi Industri
17 1.820.000.000 1.630.764.000 89,60 189.236.000
Gula Rafinasi
Evaluasi Persediaan Raw Sugar Dan
18 1.060.000.000 456.394.700 43,06 603.605.300
Pendistribusian Gula Kristal Rafinasi
Survey Kebutuhan Gula Rafinasi Untuk 100,0
19 3.717.770.000 3.717.770.000 0
Industri Makanan Dan Minuman 0
Verifikasi Kontrak Dan Penyaluran Gula 100,0
20 1.499.151.000 1.499.151.000 0
Kristal Rafinasi 0
Pengembangan Klaster Dan Industri
1.835.002 Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan 4.471.771.000 3.274.368.650 73,22 1.197.402.350
Lainnya
1 Klaster Industri Gula 451.428.000 260.557.400 57,72 190.870.600

50
KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU REALISASI % SISA
Fasilitasi Dan Koordinasi
11 451.428.000 260.557.400 57,72 190.870.600
Pengembangan Klaster Industri Gula
2 Klaster Industri Kakao 700.000.000 474.210.200 67,74 225.789.800
Fasilitasi Dan Koordinasi
12 700.000.000 474.210.200 67,74 225.789.800
Pengembangan Klaster Industri Kakao
3 Klaster Industri Kelapa 629.307.000 540.052.150 85,82 89.254.850
Fasilitasi Dan Koordinasi
13 Pengembangan Klaster Industri 629.307.000 540.052.150 85,82 89.254.850
Pengolahan Kelapa
4 Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut 520.000.000 428.940.400 82,49 91.059.600
Fasilitasi Dan Koordinasi
14 Pengembangan Klaster Industri 520.000.000 428.940.400 82,49 91.059.600
Pengolahan Hasil Laut
Pengembangan Industri Makanan, Hasil
5 2.171.036.000 1.570.608.500 72,34 600.427.500
Laut Dan Perikanan Lainnya
Penerapan Dan Pembinaan Keamanan
16 Pangan Melalui Cppob Pada Industri 659.996.000 525.809.100 79,67 134.186.900
Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan
Fasilitasi Dan Koordinasi Iklim Usaha
17 534.152.000 312.818.500 58,56 221.333.500
Sektor Industri Tanaman Pangan
Pembangunan Pabrik Pakan Ternak
18 Unggas Dalam Rangka P4b Di 58.058.000 57.857.200 99,65 200.8
Manokwari - Papua Barat
Peningkatan Kemampuan Sumber Daya
19 400.000.000 303.927.000 75,98 96.073.000
Manusia Pada Industri Pakan Ternak
Monitoring Dan Evaluasi Bantuan Mesin
20 Dan Peralatan Dilingkungan Direktorat 518.830.000 370.196.700 71,35 148.633.300
Imhlp
1.835.003 Standar Nasional Indonesia (sni) 3.828.154.000 2.947.319.850 76,99 880.834.150
1 Pedoman Rumusan Rsni Dan Revisi Sni 3.828.154.000 2.947.319.850 76,99 880.834.150
Perumusan Dan Revisi Sni Industri
11 1.800.000.000 1.509.735.950 83,87 290.264.050
Makanan Hasil Laut Dan Perikanan
Pelaksanaan Pengawasan Sni Wajib
12 Industri Makanan Hasil Laut Dan 1.078.154.000 695.458.800 64,50 382.695.200
Perikanan
Penyusunan Peraturan Penerapan Sni
13 Wajib Produk Makanan, Hasil Laut Dan 950.000.000 742.125.100 78,12 207.874.900
Perikanan
Partisipasi Dit. Imhlp Dalam Sidang Dan
1.835.004 Pameran Di Dalam Negeri (dn) Maupun 2.718.055.000 2.018.430.970 74,26 699.624.030
Luar Negeri (ln)
1 Pameran Dan Kerjasama Internasional 2.718.055.000 2.018.430.970 74,26 699.624.030
Partisipasi Dan Fasilitasi Serta
Penyelenggaraan Kegiatan Pameran
11 689.535.000 569.284.200 82,56 120.250.800
Industri Makanan Hasil Laut Dan
Perikanan Di Dalam Dan Luar Negeri
Partisipasi Industri Makanan Hasil Laut
Dan Perikanan Dalam Rangka Fora
12 700.000.000 547.351.670 78,19 152.648.330
Kerjasama Dan Organisasi Internasional
Lainnya
Partisipasi Pada Sidang Standarisasi
13 515.720.000 292.595.600 56,74 223.124.400
Internasional
Peningkatan Konsumsi Cokelat Dalam
14 812.800.000 609.199.500 74,95 203.600.500
Negeri Dan Partisipasi Sidang Icco/acc
Rumusan Perencanaan, Evaluasi Dan
1.835.005 1.991.363.000 1.546.562.233 77,66 444.800.767
Laporan

51
KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU REALISASI % SISA
Kaji Tindak, Program Pengembangan
1 1.991.363.000 1.546.562.233 77,66 444.800.767
Dan Evaluasi Kinerja
Kaji Tindak Pelaksanaan Kegiatan
11 Industri Makanan Hasil Laut Dan 800.000.000 685.158.133 85,64 114.841.867
Perikanan
Sinkronisasi Program Pengembangan
12 Industri Makanan Hasil Laut Dan 649.862.000 455.886.900 70,15 193.975.100
Perikanan
Penyusunan Laporan, Pendataan Dan
13 Evaluasi Kinerja Industri Makanan Hasil 541.501.000 405.517.200 74,89 135.983.800
Laut Dan Perikanan
Diversifikasi Produk Dalam Mendukung
1.835.006 1.595.706.000 1.366.378.500 85,63 229.327.500
Ketahanan Pangan
Fasilitasi Pengembangan Industri
11 784.401.000 555.073.500 70,76 229.327.500
Makanan Berbasis Crude Palm Oil (cpo)
Kajian Tekno Ekonomi Pembuatan 100,0
12 811.305.000 811.305.000 0
Vitamin A Rethinol Palmitat 0

Total 98.317.854.000 81.497.955.990 82,89 16.819.898.010

Dalam rangka mewujudkan Visi Direktorat Industri Makanan,


Hasil Laut dan Perikanan yaitu Industri Makanan yang berdaya
saing kuat dengan pemanfaatan bahan baku lokal serta mampu
meningkatkan ketahanan pangan, maka perlu untuk menilai
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan/program sesuai
dengan sasaran yang telah ditetapkan dengan cara pengukuran
kinerja dan evaluasi kinerja.

Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu


kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan dapat
diketahui dari Nilai Capaian Kegiatan.

Pengukuran kinerja merupakan dasar dari penilaian capaian


kinerja kegiatan/program/kebijaksanaan. Dari pengukuran kinerja
dapat diketahui nilai capaian indikator kinerja kegiatan di
lingkungan Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
sampai dengan akhir Tahun 2014 sebagai berikut :

1. Terlaksananya Revitalisasi Industri Gula

Produksi Gula Kristal Putih (GKP) tahun 2009 sebesar 2,7 juta
ton dan dengan program revitalisasi industri gula diproyeksikan
akan meningkat menjadi 3,54 juta ton pada tahun 2014.
Produksi GKP tahun 2014 diproyeksikan akan surplus 580 ribu
ton dari kebutuhan konsumsi langsung yang bisa dialihkan
menjadi bahan baku untuk pabrik gula rafinasi atau dapat dijual

52
langsung ke industri khususnya industri kecil. Namun demikian
di tahun 2014 masih diperlukan impor gula sebesar 2,16 juta
ton atau setara dengan raw sugar 2,30 juta ton, yang tentunya
akan berkurang sejalan dengan dibangunnya PG baru.
Program Revitalisasi Industri Gula untuk periode 2014 memiliki
indikator pencapaian kegiatan :
a) Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin/peralatan Pabrik
Gula Dalam Rangka Revitalisasi Industri Gula
Kegiatan ini diperlukan dalam rangka pelaksanaan
Revitalisasi Industri Gula khususnya PG Existing yang
memerlukan dukungan mesin dan peralatan yang memadai
sehingga dicapai efisiensi dan efektivitas produksi. Program
bantuan keringanan telah dilaksanakan sejak tahun 2009,
dengan besaran bantuan 10% dari nilai investasi yang
diikuti oleh 48 PG BUMN dan swasta, dengan anggaran +
sebesar Rp. 24,43 Milyar. Pada tahun 2010 anggaran yang
dialokasikan sebesar Rp. 24,45 milyar dengan realisasi 78%
atau sebesar Rp. 19,01 milyar yang dikuti oleh 46 PG BUMN.
Pada tahun 2011, besarnya bantuan dinaikkan menjadi 22,5
% (untuk mendorong peningkatan investasi PG), dengan
perincian 15% (subsidi bunga) dan 7,5% apabila memenuhi
ketentuan TKDN (untuk mendorong penggunaan produk-
produk dalam negeri), dengan anggaran terserap 47,01
Milyar (74%), yang diikuti oleh 45 PG BUMN. Pada tahun
2012, besarnya bantuan 22,5% dengan rincian 12,5%
subsidi bunga ditambah 10% apabila memenuhi TKDN
dengan serapan anggaran sebesar Rp. 47,92 Milyar (81%)
yang diikuti oleh 46 PG BUMN dan pada tahun 2013 masih
diikuti oleh 46 PG BUMN, namun anggaran yang terserap
hanya sebesar Rp. 53,75 Milyar (55%). Pada tahun 2014
anggaran yang tersedia untuk bantuan keringanan
pembelian mesin/peralatan pabrik gula sebesar Rp. 65,9
milyar.
Pada tahun 2014, telah direalisasikan bantuan keringanan
pembelian mesin/peralatan pabrik gula sebesar Rp. 54,717
milyar atau 83,03% dari anggaran yang tersedia kepada 22
pabrik gula yaitu : 14 PG PTPN X, 5 PG dari PT RNI I dan 3 PG
dari PT RNI II.

b) Konsultansi Manajemen dan Monitoring Industri Gula (KMM -


Industri Gula)

53
Program Restrukturisasi Permesinan Industri merupakan
program yang berkelanjutan yang telah berlangsung sejak
tahun 2009. Program kegiatan ini memberikan manfaat
yang signifikan dalam mendorong investasi, peningkatan
produktifitas dan efesiensi pemanfaatan bahan baku, bahan
penolong dan energi. Program ini cukup berhasil dalam
meningkatkan daya saing industri nasional.
Pada saat ini, terdapat 61 PG yang terdiri dari 50 PG BUMN
dan 11 PG BUMS yang sebagian besar memiliki kapasitas
kurang dari 3.000 TCD. Hal ini, disebabkan mesin yang
digunakan merupakan mesin-mesin lama (sudah tua) yang
masih menggunakan teknologi proses sulfitasi sehingga
rendemen yang dicapai rata-rata hanya 7%.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan Pabrik Gula untuk
antara lain:
- Modernisasi mesin/peralatan PG melalui penggantian
mesin/peralatan PG yang sudah tua (efisiensinya rendah)
- Peningkatan daya saing melalui peningkatan kapasitas
produksi gula
- Menghadapi penerapan SNI wajib GKP yang dilaksanakan
pada tahun 2013 melalui penerapan sistem manajemen
mutu.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, Kementerian
Perindustrian sejak tahun 2009 sampai saat ini telah
memberikan bantuan keringanan pembiayaan
mesin/peralatan PG yang sangat membantu PG dalam
meringankan biaya pembelian mesin/peralatan.
Untuk melaksanakan program keringanan pembiayaan
mesin/peralatan PG ini perlu adanya lembaga yang
membantu pengelolaan secara opearasional agar kegiatan
ini memenuhi kaidah tertib administrasi, akuntabilitas dan
transparansi. Konsultasi Manajemen dan Monitoring (KMM)
ini bertugas melaksanakan verifikasi administrasi
mesin/peralatan yang akan diberikan keringanan
pembiayaan.
Pada tahun 2014, kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah
penyampaian laporan pendahuluan konsultasi manajemen
dan monitoring industri gula, laporan antara konsultasi
manajemen dan monitoring industri gula dan laporan akhir
konsultasi manajemen dan monitoring industri gula.

54
c) Lembaga Penilai Independen Industri Gula (LPI - Industri
Gula)
Program Restrukturisasi Pabrik Gula merupakan salah satu
kegiatan prioritas Tahun Anggaran 2009 (Surat Edaran
Menteri Keuangan) dalam rangka pencapaian swasembada
gula. Untuk itu direncanakan penambahan produksi gula
sebesar 1 juta ton pada tahun 2009 dari 2,3 juta ton
menjadi 3,3 juta ton dan pada tahun 2010 diharapkan
menjadi 4,4 juta ton pada tahun 2014.

Pada saat ini, terdapat 58 pabrik gula yang sebagian besar


berkapasitas kurang dari 3.000 TCD. Mesin yang digunakan
merupakan mesin-mesin lama yang menggunakan teknologi
proses sulfitasi sehingga rendemen yang dicapai rata-rata
hanya 7%. Peningkatan penambahan kapasitas produksi
gula sebesar 1 juta ton diharapkan dapat dilakukan melalui
program revitalisasi pabrik gula (milik PTPN dan
perusahaan swasta) yang sudah ada dan pembangunan
pabrik gula baru.

Dalam pelaksanaan revitalisasi industri gula melalui


restrukturisasi mesin/peralatan pabrik gula BUMN perlu
dibentuk Lembaga Penilai Independen (LPI) yang bertujuan
untuk memverifikasi kewajaran harga pembelian
mesin/peralatan PG BUMN dengan spesifikasi teknis yang
diperlukan dalam memutuskan permohonan dan pencairan
Program Restrukturisasi Mesin Peralatan Industri Gula oleh
Kuasa Pengguna Anggaran sehingga membantu Tim
Pengarah dan Tim Teknis membuat rekomendasi yang
menjamin terselenggaranya Program Revitalisasi Industri
Gula Melalui Restrukturisasi Mesin/Peralatan Pabrik Gula
secara efektif dan akuntabel.
Pada tahun 2014, telah dilaksanakan laporan pendahuluan,
laporan antara dan laporan akhir untuk verifikasi
perusahaan industri gula dalam rangka pelaksanaan
program restrukturisasi mesin peralatan industri gula.

d) Fasilitasidan Koordinasi Dalam Rangka Pelaksanaan


Rencana Aksi Revitalisasi Industri Gula
Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh industri
gula meliputi on-farm dan off-farm. Disisi on-farm masalah
yang cukup menonjol rendahnya tingkat produktivitas gula
yang saat ini hanya mencapai kisaran 6 ton/ha, disamping

55
itu masalah ketersediaan lahan di Jawa yang tergeser oleh
komoditi lain dan alih fungsi lahan. Sementara di luar Jawa
dengan adanya otonomi daerah ketersediaan areal untuk
pengembangan pabrik-pabrik baru terkendala oleh sulitnya
proses penguasaan lahan. Disisi off-farm telah dilaksanakan
program rehabilitasi PG dari 2007-2009 namun
pelaksanaannya belum sesuai dengan yang diharapkan.

Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tebu telah


dilakukan melalui Program Akselerasi Peningkatan
Produktivitas Gula Nasional (PAPPGN) sejak tahun 2004
dengan kegiatan bongkar ratoon (tanaman keprasan),
melalui penggantian tanaman dengan bibit unggul,
perbaikan irigasi sederhana, dan pengadaan alsintan.

Kegiatan Koordinasi Pelaksanaan Rencana Aksi Revitalisasi


Industri Gula dilakukan untuk mengetahui dan updating
informasi mengenai permasalahan-permasalahan yang
dihadapi dalam rangka pelaksanaan rencana aksi revitalisasi
industri gula tahun 2010-2014 dan membahas alternatif
solusi pemecahan masalah melalui koordinasi antara
beberapa instansi terkait.
Pada tahun 2014, kegiatan yang dilakukan adalah rapat
rapat Persiapan, Rapat Rapat Tim Teknis dalam
penyusunan Juknis Bantuan Keringanan revitalisasi Industri
Gula, penyusunan buku juknis revitalisasi industri gula dan
pencetakan buku dan CD juknis dalam rangka program
revitalisasi industri gula, pelaksanaan sosialisasi Juknis
Industri Gula yang dilaksanakan di Jawa tengah dan Jawa
Timur dan diikuti oleh seluruh Pabrik Gula, kunjungan kerja
ke Jawa Timur, rapat tim teknis pergulaan, rapat koordinasi
persiapan pelaksanaan bantuan langsung, rapat teknis
persiapan pelaksanaan bantuan langsung mesin/peralatan
pabrik gula, Menghadiri The 6th Bilateral Consultation
Meeting and Overview for Sugar Trade Between Indonesia
and Thailand, serta pembuatan laporan akhir kegiatan.

e) Konsultasi Bimbingan Sistem Manajemen Mutu


Sistem Manajemen Mutu atau yang sering disebut sebagai
ISO 9000 merupakan konsensus internasional mengenai
praktek manajemen mutu yang baik. ISO 9000 terdiri dari
standar dan pedoman yang berkaitan dengan sistem
manajemen mutu dan standar pendukung yang berkaitan.
Manfaat penerapan ISO 9000 bagi perusahaan antara lain

56
dapat meningkatkan kinerja perusahaan, meningkatkan
efisiensi kegiatan, memperbaiki manajamen organisasi, dan
meningkatkan kepercayaan dari konsumen.
Untuk mendapatkan bimbingan penerapan sistem
manajemen mutu dibutuhkan kesiapan dan
kemauan/komitmen yang tinggi dari para pimpinan atau
direksi PTPN dan RNI. Hal ini terlihat dari masih banyaknya
pabrik gula BUMN yang belum menerapkan sistem
menajemen mutu sehingga dalam pelaksanaan proses
produksi tiap tahapnya belum memiliki SOP (Standard
Operating Procedure) yang tepat dan sesuai dengan kondisi
masing-masing PG. Disamping itu penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan sertifikasi produk SNI Gula Kristal
Putih yang akan diberlakukan wajib pada tahun 2015 sesuai
Permentan No. 68/Permentan/OT.140/6/2013 tangal 17 Juni
2013.
Pada tahun 2014, kegiatan yang dilaksanakan antara lain
Rapat Persiapan Pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan
awareness dan FGD di Jawa Tengah, pelaksanaan bimbingan
sistem manajemen mutu ke pada sebagian PG, rapat
konsultasi bimbingan system manajemen mutu di Bogor
serta pembuatan laporan akhir.

f) Audit Teknologi Industri Gula Rafinasi


Kebutuhan konsumsi gula nasional tahun 2013 diperkirakan
sebesar 5,5 juta ton, dimana 2,903 juta ton untuk
konsumsi langsung (rumah tangga) dan 2,613 juta ton untuk
keperluan industri. Pesatnya perkembangan kebutuhan gula,
sementara peningkatan produksi relatif rendah, menjadikan
Indonesia sebagai importir terbesar dunia, baik untuk gula
konsumsi langsung (plantation white sugar) maupun
kebutuhan untuk industri (refined sugar). Khususnya untuk
gula kristal rafinasi, hingga saat ini bahan bakunya (raw
sugar) diperoleh dari luar negeri (impor) dikarenakan bahan
baku tersebut tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri. Oleh
karenanya kebijakan pemerintah dalam menentukan kuota
impor raw sugar sangat berpengaruh terhadap produksi 11
pabrik gula kristal rafinasi.

Dari sisi kebijakan pemerintah menetapkan bahwa kualitas


gula rafinasi yang dihasilkan oleh pabrik gula rafinasi dalam
negeri wajib memenuhi SNI wajib yang ditetapkan.
Kebijakan lain yang perlu dicermati bahwa produk gula

57
rafinasi dalam negeri hanya dapat dipasarkan kepada
makanan, minuman dan farmasi. Walaupun setiap pabrik
mempunyai angka yang di klaim/dinyatakan sebagai
kapasitas produksi, namun kemampuan produksi riil untuk
menghasilkan gula yang memenuhi persyaratan SNI wajib
GKR mungkin berbeda. Padahal kapasitas riil produksi ini
akan sangat terkait dengan izin impor raw sugar yang
diberikan kepada pabrik gula rafinasi secara berkala untuk
jumlah tonase dalam jangka waktu tertentu.
Pada tahun 2014, telah dilaksanakan Laporan awal, laporan
antara dan laporan akhir Kegiatan Pelaksanaan Audit Kinerja
Industri Gula Rafinasi tahun 2014.

g) Evaluasi Persediaan Raw Sugar Dan Gula Kristal Rafinasi


Indonesia sebagai negara importir gula yang cukup besar,
terus berusaha mengurangi ketergantungan terhadap
impor gula dengan berbagai program peningkatan produksi
gula dalam negeri diantaranya dengan kebijakan
perlindungan terhadap pasar domestik dan insentif
peningkatan produksi tebu dan kinerja pabrik gula. Terkait
dengan komoditas gula, pemerintah telah menetapkan
kebijakan untuk melakukan segmentasi pasar antara gula
tebu dan gula kristal rafinasi, agar kedua tujuan dapat
dicapai, yaitu menjamin pasokan gula pada industri dengan
harga bersaing dan melindungi produsen gula dalam negeri
dari persaingan pasar gula internasional yang sebenarnya
tidak adil. Gula kristal putih diperuntukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi langsung masyarakat. Sementara gula
kristal rafinasi diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan
industri makanan dan minuman. Agar segmentasi pasar ini
efektif, pemerintah mengatur pola distribusi, terutama gula
kristal rafinasi melalui jalur tertutup dan dilakukan
monitoring terhadap hal tersebut. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya rembesan gula kristal rafinasi ke
masyarakat. Menyikapi kondisi ini, Kementerian
Perindustrian sebagai pembina industri makanan minuman
memandang perlu untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi pabrik gula rafinasi sebagai pemasok gula kristal
rafinasi. Untuk itu diperlukan kegiatan evaluasi persediaan
raw sugar dan gula kristal rafinasi di kedelapan pabrik gula
rafinasi yang ada
Pada tahun 2014, kegiatan Evaluasi Persediaan Raw Sugar
Dan Gula Kristal Rafinasi yang dilaksanakan antara lain:
rapat persiapan, rapat rapat pergulaan Nasional dengan

58
11 Industri Gula Rafinasi, dan pada tahap I pelaksanaan
evaluasi raw sugar sudah dilakukan di beberapa
perusahaan, rapat evaluasi raw sugar di Banten, rapat
pergulaan nasional di Jakarta, evaluasi raw sugar ke 8 pabrik
gula rafinasi serta rapat koordinasi di Jakarta.

h) Survey Kebutuhan Gula Rafinasi untuk Industri Makanan dan


Minuman
Seiring dengan pertumbuhan industri di Indonesia, terutama
industri-industri yang menggunakan gula kristal rafinasi
seperti industri makanan dan minuman, tentunya kebutuhan
akan gula kristal rafinasi akan semakin meningkat setiap
tahunnya sehingga produsen gula rafinasi harus
meningkatkan kapasitas produksinya. informasi mengenai
volume kebutuhan gula kristal rafinasi dari industri-industri
pengguna dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam
menyusun kebijakan terkait kuota impor raw sugar maupun
kebijakan lainnya tanpa merugikan industri gula dalam
negeri.
Pada tahun 2014, telah dilaksanakan presentasi laporan
pendahuluan, laporan antara dan laporan akhir kegiatan.

i) Verifikasi Kontrak dan Penyaluran Gula Kristal Rafinasi


Menjaga dan mengawasi peredaran gula rafinasi terdapat
ketentuan yang mengatur peruntukan gula rafinasi hanya
diperuntukan bagi industri pengguna. Adanya kekosongan
ketersediaan gula dan perbedaan harga antar wilayah dan
tidak tersedia peta penyaluran gula rafinasi menyebabkan
penyaluran gula rafinasi kadangkala tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Pada tahun 2014, telah dilaksanakan presentasi laporan
pendahuluan, laporan antara dan laporan akhir kegiatan
Verifikasi Kontrak dan Penyaluran Gula Kristal Rafinasi.

Kegiatan Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan Industri Gula


pada tahun 2014 secara keseluruhan telah mencapai realisasi
keuangan sebesar 82,82% dan realisasi fisik sebesar 95,28%.

2. Pengembangan Klaster Dan Industri Makanan, Hasil Laut


Dan Perikanan Lainnya

Industri Makanan, hasil laut dan Perikanan yang termasuk ke


dalam klaster adalah Industri gula, kakao, kelapa dan

59
pengolahan hasil laut. Industri-industri tersebut merupakan
industri yang sangat potensial untuk dikembangkan dimasa
yang akan datang. Dalam Kebijakan Pembangunan Industri
Nasional sesuai dengan Perpres RI No.28/2008 pasal 2 industri
tersebut diatas telah ditetapkan pengembangannya melalui
pendekatan klaster dalam upaya membangun daya saing yang
berkelanjutan. Untuk pengembangan tersebut diperlukan
jejaring yang saling mendukung dan menguntungkan antara
industri pengguna dan industri pendukung dan industri terkait
lainnya melalui kerjasama dan dukungan seluruh pemangku
kepentingan antara pemerintah pusat, daerah, swasta maupun
lembaga lainnya, termasuk perguruan tinggi dan litbang.

Pengembangan klaster industri makanan, hasil laut dan


perikanan untuk periode 2014 memiliki indikator pencapaian
kegiatan:

a) Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri


Gula
Program ini dilakukan untuk mensinkronkran program dan
kebijakan industri gula antara pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dengan stakeholder. Pada tahun 2104
kegiatan yang sudah dilaksanakan dalam rangka
pengembangan klaster industri gula adalah rapat-rapat
persiapan pelaksanaan kegiatan serta rapat koordinasi di
Jawa Timur, Verifikasi ke PT. Gendhis Multi Manis dan
pembuatan laporan akhir kegiatan.

b) Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri


Kakao
Program ini dilakukan untuk mensinkronkran program dan
kebijakan industri kakao antara pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dengan stakeholder. Pada tahun 2014
kegiatan yang sudah dilaksanakan dalam rangka
pengembangan klaster industri kakao meliputi rapat
persiapan pelaksanaan kegiatan, rapat teknis dalam rangka
RSKKNI industri kakao di Jakarta, rapat teknis pembahasan
bea masuk kakao, rapat teknis yang dilaksanakan di Puri
Denpasar Hotel Jakarta, sosialisasi klaster industri kakao
dan cokelat di Makassar, rapat teknis penyusunan RSKKNI
industri pengolahan kakao, rapat koordinasi serta
pembuatan laporan akhir kegiatan Fasilitasi Dan Koordinasi
Pengembangan Klaster Industri Kakao.

60
c) Terlaksananya Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan
Klaster Industri Kelapa
Program ini dilakukan untuk mensinkronkran program dan
kebijakan industri kelapa antara pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dengan stakeholder.
Pada tahun 2014 telah dilaksanakan kegiatan Rapat
Persiapan pelaksanaan kegiatan dan Focus Group Discussion
(FGD) klaster industri pengolahan kelapa di Manado, rapat
dalam rangka Fasilitasi dan Koordinasi Industri, telah
dilaksanakan FGD di hotel Ibis Pekanbaru, rapat koordinasi
di hotel maharani serta penyusunan handout perkembangan
industry pengolahan kelapa.

d) Terlaksananya Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan


Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut
Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang
cukup besar dengan laut seluas lebih kurang 5,8 juta km2
dari garis pantai sepanjang 81.000 km. Industri hasil laut
terdiri dari ikan, udang, rumput laut dan produk kelautan
lainnya. Dari sisi kuantitas atau diversitas potensi
sumberdaya hasil laut yang dimilikipun cukup banyak.
Produksi perikanan tahun 2008 dari penangkapan dan
budidaya mencapai 9,05 juta ton. Dari total produksi
tersebut maka perikanan budidaya menyumbang 47,49%.
Laju pertumbuhan produksi perikanan nasional Sejak tahun
2005-2009 mencapai 10,02% per tahun.
Dibidang industri pengolahan perikanan, maka kapasitas
produksi ikan dalam olahan dalam kaleng adalah 350.000
ton pada tahun 2010 dengan produksi sekitar 207.655 ton
sehingga utilitas sebesar 59,33%.
Untuk industri pengolahan rumput laut maka kapasitas
produksi olahan rumput laut adalah 24.059 ton dengan
produksi sebesar 15.638 ton, sehingga utilitasnya 65%.
Kapasitas produksi rumput laut basah adalah 2.500.000
ton. Saat ini di dalam negeri terdapat 23 unit industri olahan
rumput laut.
Peran daripada industri pengolahan hasil laut sangat
penting dalam mengolah produk primer menjadi berbagai
macam produk makanan olahan antara lain produk
makanan kaleng, minuman kaleng serta industri pengolahan
hasil laut lainnya, antara lain industri kosmetika, industri
karagenan, industri pengolahan kulit ikan pari, industri
agar-agar , industri alginat dan lain-lain. Disamping itu
peran industri pengolahan hasil laut bertujuan untuk

61
meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang rantai nilai
pengolahan dari sumberdaya laut melalui diversifikasi
produk lain. Dengan pengembangan industri pengolahan
hasil laut, akan mengurangi ekspor bahan baku dan
menggantikannya dengan komoditi olahan hasil laut yang
nilai tambahnya lebih tinggi.
Permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan
industri pengolahan hasil laut di dalam negeri antara lain
yaitu kekurangan pasokan bahan baku, kondisi infrastruktur
yang belum memadai, masih kurangnya lembaga dan
penelitian mutu, pasokan dari pada industri pendukung
seperti tinplate, es balok dan kapal penangkap ikan masih
sangat lemah dan teknologi serta R& D dalam
pengembangan industri hasil laut masih kurang dapat
dihandalkan. Mutu bahan baku rumput laut kering masih
belum konsisten dan belum sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Selain itu peraturan tata niaga rumput laut di
beberapa negara yang memberatkan industri olahan rumput
laut serta masih banyaknya eksportir sebagai pembeli
bahan baku rumput laut, sehingga pasokan bahan baku di
dalam negeri menjadi berkurang.
Dalam rangka pelaksanaan SKB (Surat Keputusan Bersama)
5 Menteri dan 1 Lembaga tentang sinergitas kegiatan
pengembangan rumput laut tanggal 24 Februari 2011
khususnya untuk pengembangan di Indonesia bagian timur,
maka kegiatan Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan
Klaster Industri Hasil Laut perlu dilaksanakan dalam
rangka untuk mensinkronisasikan program pengembangan
industri pengolahan hasil laut nasional baik pusat dan
daerah melalui pendekatan klaster.
Pada tahun 2014 sudah dilaksanakan kegiatan Rapat
persiapan dan Rapat Koordinasi di Nusa Tenggara Barat,
Rapat teknis bersama Asosiasi Industri Rumput Laut
Indonesia (ASTRULI), Rapat koordinasi dalam rangka
penyusunan road map rumput laut, Rapat koordinasi industri
pengolahan rumput laut, Rapat teknis klaster hasil laut,
Pengujian sampel minyak ikan di BBIA serta penyusunan
laporan akhir kegiatan.

e) Bantuan Unit Pendingin (cold storage) Ikan (Dana


Optimalisasi)
Kegiatan ini ditujukan dalam rangka mendukung
pengembangan industri pengolahan ikan laut merupakan
salah satu bentuk perencanaan ruang untuk sektor strategis

62
yang diharapkan dapat mendorong percepatan peningkatan
nilai tambah produksi dari hasil laut lainnya melalui
dukungan sarana dan prasarana berupa unit pendingin (cold
storage).
Pada tahun 2014 kegiatan Bantuan Unit Pendingin (cold
Storage) Ikan merupakan dana optimalisasi dan masih di
blokir. Dengan adanya Inpres No. 4 Tahun 2014, maka
anggaran dilakukan penghematan.

f) Pembinaan Keamanan Pangan Melalui CPPOB Pada Industri


Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan
Keamanan pangan di Indonesia dewasa ini masih jauh dari
keadaan aman, yang dapat dilihat dari peristiwa keracunan
makanan yang banyak terjadi belakangan ini. Kenyataan ini
ditunjang juga dengan data hasil pengujian makanan oleh
laboratorium di beberapa daerah, masih menunjukkan
kondisi makanan masih rawan bahaya.
Implementasi Peraturan Menteri Perindustrian No. 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik (Good Manufacturing Practices) di daerah masih
terkendala dengan terbatasnya SDM yang menguasai
CPPOB terutama yang memiliki kompetensi sebagai pelatih
(trainers) pelaku usaha di daerah.
Peraturan Menteri Perindustrian No. 75/M-IND/PER/7/2010
tentang Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik (Good
Manufacturing Practices) sebagai bentuk perlindungan
Pemerintah terhadap konsumen makanan belum
tersosialisasi dengan baik.
Kurangnya sosialisasi mengenai CPPOB di daerah
menyebabkan kurang kritisnya konsumen-konsumen produk
industri makanan, hasil laut dan perikanan sehingga
menurunkan tingkat keamanan pangan.
Pada tahun 2014 kegiatan yang sudah dilaksanakan rapat
persiapan pelaksanaan kegiatan, pelatihan CPPOB di
Semarang, rapat koordinasi monitoring, pembinaan dan
penerapan CPPOB di Surabaya, rapat koordinasi pembinaan
pangan untuk industry pengolahan hasil laut serta
pembuatan laporan akhir kegiatan.

g) Fasilitasi dan Koordinasi Iklim Usaha Sektor industri Tanaman


Pangan

63
Kondisi saat ini, banyak industri di Indonesia tidak
berproduksi lagi dan melakukan penutupan kegiatan
berusahanya selanjutnya melakukan penanaman
modal/relokasi di luar negeri.Hal ini dikarenakan iklim usaha
dan iklim investasi di Indonesia kurang kondusif. Oleh
karena itu untuk menciptakan kembali kegiatan berusaha di
Indonesia, diperlukan beberapa kebijakan-kebijakan yang
dapat menarik investor baik dalam maupun luar negeri
melalui fasilitas-fasilitas yang diperlukan maupun aturan
untuk mempermudah kegiatan berusaha di Indonesia oleh
karena itu pemerintah telah mengeluarkan beberapa
peraturan mengenai fasilitas perpajakan yaitu:
Peraturan Menteri Keuangan no. 130/PMK.011/2011
tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau
pengurangan pajak penghasilan,
Peraturan Menteri Perindustrian No. 93/M-
IND/PER/11/2011 tentang Pedoman dan Tata Cara
Pengajuan Permohonan Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan sektor Industri.
Keputusan Menteri Perindustrian no. 610/M-
IND/Kep/12/2011 tentang TIM Verifikasi dan Pengkajian
Permohonan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan di Sektor Industri.
Direktorat Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
(Dit.IMHLP) sebagai salah satu Direktorat Jenderal teknis
yang berada dibawah Kementerian Perindustrian sebagai
pembina industri menyadari betul situasi kondisi mengenai
peraturan perundang-undangan ini, khususnya yang
berkaitan dengan Industri Agro. Untuk itu didalam salah satu
kegiatannya, DJIA melakukan kegiatan Koordinasi dan
Fasilitasi Iklim usaha sektor industri hasil tanaman pangan
tentang peraturan-peraturan, tarif dan HS yang khususnya
berkaitan dengan Sektor Industri Makanan Hasil Laut dan
Perikanan
Pada tahun 2014 Fasilitasi dan Koordinasi Iklim Usaha Sektor
industri Tanaman Pangan telah dilaksanakan rapat
persiapan pelaksanaan kegiatan, konsinyering dalam rangka
koordinasi, rapat konsinyering di Batam, rapat pembahasan
fasilitasi dan koordinasi, penyusunan pedoman rekomendasi
dan pertimbangan teknis sector industri hasil tanaman
pangan, penyusunan rekomendasi dan Pertek di sector
industri hasil tanaman pangan serta penyusunan laporan
akhir kegiatan.

64
h) Pembangunan Pabrik Pakan Ternak Di Kabupaten Manokwari
- Papua Barat Dalam Rangka Percepatan Pembangunan
Papua Dan Papua Barat (P4B)
Sebagai tindak lanjut implementasi dari Undang-undang No.
21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
dan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2011 tentang
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian
mengarahkan pembangunan provinsi Papua barat pada
pengembangan industri pengolahan pakan ternak yang
diwujudkan dengan rencana pembangunan pabrik pakan
ternak di Provinsi Papua Barat. Hal ini sejalan dengan salah
satu program Pemerintah Provinsi Papua Barat yaitu
menjadikan provinsi Papua Barat sebagai sentra sapi di
wilayah Timur Indonesia, dalam rangka menunjang program
Pemerintah pusat untuk mencapai swasembada daging
tahun 2014.
Hasil studi kelayakan pembangunan pabrik pakan ternak di
Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat yang dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2012
menunjukkan bahwa Kabupaten Manokwari layak menjadi
pusat produksi pakan ternak unggas untuk memenuhi
kebutuhan pakan ternak unggas baik untuk Provinsi Papua
Barat maupun Provinsi Papua.
Kegiatan Pembangunan Pabrik Pakan Ternak di Kab.
Manokwari pada tahun 2013 sudah dilakukan kegiatan jasa
konsultansi perencana, sedangkan untuk pada Tahun 2014
akan dilaksanakan Kegiatan Jasa Konsultan pengawas,
kegiatan pengadaan Jasa Kontruksi dan Pengadaan Bantuan
Mesin dan Peralatan Pakan Ternak di Manokwari.
Pada tahun 2014, kegiatan pembangunan pabrik pakan
ternak sudah melaksanakan lelang Jasa Pengawas
Pembangunan Pabrik Pakan Ternak, namun belum dilakukan
kontrak karena menunggu proses lelang jasa kontruksi
selesai. Kegiatan jasa konstruksi sudah dilaksanakan proses
lelang sebanyak 3 kali, namun mengalami gagal lelang
dikarenakan seluruh peserta lelang tidak memenuhi
klasifikasi teknis yang ditetapkan, dengan demikian maka
kegiatan tidak dapat dilaksanakan. Dengan tidak
dilaksanakannya kegiatan pembangunan fisik gedung maka
pengadaan mesin dan peralatan pabrik pakan ternak juga
tidak dapat dilaksanakan. Berdasarkan hal tersebut, maka

65
kegiatan pembangunan pabrik pakan ternak di kab.
Manokwari, Papua Barat secara keseluruhan tidak dapat
dilaksanakan dan anggaran dilakukan penghematan.

i) Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Pada


Industri Pakan Ternak
Peternakan merupakan sektor strategis yang terus
berkembang. Terlebih adanya komitmen pemerintah untuk
terus memperbaiki kualitas gizi masyarakat dengan
menyediakan sumber protein yang berasal dari hewan
ternak (daging, susu, telur) secara berkelanjutan. Hal ini
akan terus merupakan trigger bagi peningkatan populasi
dan produktivitas ternak sebagai sumber protein hewani.
Pakan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi produksi dan produktivitas ternak. Pakan
menempati porsi terbesar dari total biaya produksi sebuah
peternakan, yaitu 75-80%. Dengan demikian pakan
disamping harus baik kualitasnya juga tersedia dengan
harga yang terjangkau oleh para peternak.
Pada kurun 3 (tiga) tahun terakhir produksi pakan
teruskontinyu naik- 9,9 juta ton (2010) dan mencapai
produksi 11,3 juta ton(2011). Tahun 2012 konsumsi pakan
nasional targetnya 12,3 juta ton, tetapi berdasarkan
perkiraan konsumsinya melampaui target yaitu 12,7 juta
ton. Sedangkan tahun 2013, konsumsinya 13,8 juta ton
(hanya untuk ternak). Jika ditambah konsumsi pakan akua,
target konsumsinya 15 juta ton. Pesatnya perkembangan
industri pakan ternak dan untuk meningkatkan daya saing
industri pakan ternak, tuntutan peningkatan kapasitas dan
kompetensi SDM (Sumber Daya Manusia) pelaku industri
tersebut menjadi suatu keharusan dan mutlak adanya.Hal
ini demi dapat bersaing dengan negara tetangga,
ketersediaan SDM yang handal agar bisa lebih
efisien.Disadari bahwa salah satu kunci daya saing global
adalah adanya efisiensi di semua lini tingkat industri
Pada tahun 2014 kegiatan Peningkatan Kemampuan Sumber
Daya Manusia Pada Industri Pakan Ternaksudah dilakukan
rapat persiapan, pelatihan SDM industri pakan ternak di
Jawa Barat, dan rapat teknis hasil pelatihan SDM industri
pakan ternak, serta penyusunan laporan akhir kegiatan.

j) Monitoring dan Evaluasi Bantuan Mesin dan Peralatan


Dilingkungan Direktorat IMHLP

66
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan dilingkungan Direktorat
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan diperlukan
adanya monitoring dan evaluasi terkait dengan bantuan alat
dan mesin ke daerah - daerah sehingga tercapainya sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
Monitoring dilaksanakan dalam rangka mengetahui
perkembangan pelaksanaan bantuan peralatan mesin dari
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan yang
telah dilakukan selama ini dari sisi kemanfaatan peralatan
dimaksud dan perkembangan lebih lanjut terutama dalam
rangka menumbuhkan wirausaha dibidang industri
makanan, hasil laut dan perikanan.
Evaluasi dilakukan dalam rangka mengambil langkah
kebijakan lebih lanjut terkait dengan bantuan peralatan
mesin tersebut, optimalisasi dan lainnya.
Adanya koordinasi secara langsung antara pelaksana
anggaran pusat dan daerah saling berbagi dan
menyampaikan permasalahan yang ada sehingga dapat
meminimalisasi distorsi/kesalahan dan penyimpangan
dalam melaksanakan anggaran yang tersedia secara
optimal, efisien dan efektif.
Pada tahun 2014 kegiatan Monitoring dan Evaluasi Bantuan
Mesin dan Peralatan Di lingkungan Direktorat IMHLP sudah
dilakukan rapat persiapan, Monitoring dan Survey bantuan
alat di Garut (bantuan alat pengolah tempe), Bogor
(bantuan alat beras analog serta alat pengolah tempe) dan
Medan (bantuan alat pengolah tempe). Pelaksanaan rapat
koordinasi monitoring dan evaluasi bantuan alat dan mesin
juga telah dilaksanakan di Sahira Butik Hotel Bogor,
pelaksanaan monitoring bantuan mesin dan peralatan tahun
2010-2013 di Palu, Padang dan Medan serta pembuatan
laporan akhir kegiatan Monitoring dan Evaluasi Bantuan
Mesin dan Peralatan Dilingkungan Direktorat IMHLP.
Kegiatan Pengembangan Klaster dan Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan pada tahun 2014 secara keseluruhan telah
mencapai realisasi keuangan sebesar 74,31% dan realisasi fisik
sebesar 100%.

3. Standar Nasional Indonesia

Kegiatan Standarisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan


Perikanandilaksanakan untuk merumuskan SNI baru bagi
produk yang belum ada standarnya, meningkatkan daya saing

67
produk industri makanan, melindungi produsen dari ancaman
membanjirnya produk-produk hasil olahan makanan ke
Indonesia dan mengevaluasi dan memonitor penerapan
pelaksanaan SNI wajib.

Standarisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan


memiliki indikator pencapaian kegiatan sebagai berikut :

a) Perumusan Dan Revisi Sni Industri Makanan Hasil Laut Dan


Perikanan

SNI bertujuan untuk meningkatkan perlindungan konsumen,


membantu kelancaran perdagangan dan mewujudkan
persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan sehingga
produk-produk yang telah memenuhi SNI dapat dijamin
kualitasnya sesuai dengan yang dipersyaratkan, Bagi pelaku
usaha dengan menerapkan SNI pada produknya akan
membuat produknya menjadi lebih kompetitif dipasaran.
Produsen yang menyatakan menerapkan SNI dan
membubuhkan tanda SNI pada hasil produksinya wajib
memiliki SPPT SNI dan memproduksi atau
memperdagangkan hasil produksinya sesuai dengan
persyaratan SNI yang ditetapkan.

Dengan pertimbangan perkembangan teknologi dan


kebutuhan masyarakat akan standar, maka secara periodik
SNI yang telah berumur lebih dari 5 (lima) tahun ditinjau
kembali apakah SNI tersebut akan di revisi atau di abolisi,
menyesuaikan dengan perkembangan standar yang ada.
Pada tahun 2014 kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah
Rapat Persiapan, Rapat PNSP, Rapat Teknis 1 SNI lada putih
bubuk dan Lemak reroti, rapat teknis RSNI kentang goreng
beku, jipang beras, keripik buah, tahu, keripik tempe dan
roti tawar, Sosialisasi Perumusan SNI Produk Makanan di
Padang, Rapat Teknis II 6 revisi SNI (Keripik Tempe goreng,
Lada Putih Bubuk, Lemak Reroti, Jipang Beras, Tahu, Roti
Tawar) dan 2 RSNI baru (Keripik Buah, dan Roti Manis).
Rapat prakonsensus juga telah dilaksanakan untuk 6 revisi
SNI (keripik tempe goreng II 6 revisi SNI (Keripik Tempe
goreng, Lada Putih Bubuk, Lemak Reroti, Jipang Beras, Tahu,
Roti Tawar) dan 2 RSNI baru (Keripik Buah, dan Roti Manis),
serta penyusunan laporan akhir kegiatan.

68
b) Pelaksanaan Pengawasan SNI Wajib Industri Makanan Hasil
Laut Dan Perikanan
SNI bertujuan untuk meningkatkan perlindungan konsumen,
membantu kelancaran perdagangan dan mewujudkan
persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan sehingga
produk-produk yang telah memenuhi SNI dapat dijamin
kualitasnya sesuai dengan yang dipersyaratkan, Bagi pelaku
usaha dengan menerapkan SNI pada produknya akan
membuat produknya menjadi lebih kompetitif dipasaran.
Produsen yang menyatakan menerapkan SNI dan
membubuhkan tanda SNI pada hasil produksinya wajib
memiliki SPPT SNI dan memproduksi atau
memperdagangkan hasil produksinya sesuai dengan
persyaratan SNI yang ditetapkan.
Peraturan Menteri Perindustrian No. 86/M-IND/PER/9/2009
tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri, pada
Pasal 17 mengamanatkan antara lain Direktur Jenderal
Pembina Industri melakukan pengawasan barang dan atau
jasa dalam memenuhi standar mutu dengan menugaskan
Petugas Pengawas Standar Produk (PPSP). Pasal 22
mengamanatkan agar Direktur Jenderal Pembina Industri
terkait menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal tentang
ketentuan teknis dalam pelaksanaan pengawasan SNI wajib.
Petugas Pengawas Standar Produk selanjutnya disebut PPSP
adalah Pegawai Negeri Sipil di pusat atau daerah yang
ditugaskan oleh Direktur Jenderal Pembina Industri untuk
melakukan pengawasan yang SNI-nya telah diberlakukan
secara wajib.
Produk industri makanan yang SNI nya telah diberlakukan
secara wajib diamanatkan untuk diawasi oleh Petugas
Pengawas Standar Produk (PPSP) minimal 1 (satu) tahun
sekali.
Produk industri makanan yang telah ditetapkan menerapkan
SNI secara wajib adalah Tepung Terigu, Gula Kristal Rafinasi
dan Kakao Bubuk, sedangkan yang dalam proses
pemberlakuan wajib SNI adalah Mie Instan, Minyak Goreng
Sawit dan Biskuit. Produk lain yang telah menerapkan SNI
(secara sukarela) adalah: mie kering, margarin, kecap,
bihun instan, kopi dan lain-lain.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
Rapat Persiapan, Pengawasan SNI wajib di pabrik tahap I di

69
wilayah Jawa Timur, rapat dengan instansi terkait dan
asosiasi mengenai draft Permenperin tentang Jejaring
Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia, pengawasan SNI
wajib di pabrik tahap II di PT. Berkat Indah Gemilang, PT.
Cerestar Flour Mills Indonesia, PT. Lumbung Nasional Flour
Mill, dan pelaksanaan sosialisasi SNI wajib di Makassar,
pelaksanaan pengawasan pabrik di PT. Pundi Kencana, PT.
Golden Grand Mills, PT. Fugui, pelaksanaan pengawasan
pabrik di PT. Eastern dan PT. Horizon, pelaksanaan rapat
koordinasi, rapat evaluasi PPSP serta penyusunan laporan
akhir kegiatan.

c) Penyusunan Peraturan Penerapan SNI Wajib Produk


Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
SNI bertujuan untuk meningkatkan perlindungan konsumen,
membantu kelancaran perdagangan dan mewujudkan
persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan sehingga
produk-produk yang telah memenuhi SNI dapat dijamin
kualitasnya sesuai dengan yang dipersyaratkan, Bagi pelaku
usaha dengan menerapkan SNI pada produknya akan
membuat produknya menjadi lebih kompetitif dipasaran.
Produsen yang menyatakan menerapkan SNI dan
membubuhkan tanda SNI pada hasil produksinya wajib
memiliki SPPT SNI dan memproduksi atau
memperdagangkan hasil produksinya sesuai dengan
persyaratan SNI yang ditetapkan.
Peraturan Menteri Perindustrian No. 86/M-IND/PER/9/2009
tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri, pada
Pasal 17 mengamanatkan antara lain Direktur Jenderal
Pembina Industri melakukan pengawasan barang dan atau
jasa dalam memenuhi standar mutu dengan menugaskan
Petugas Pengawas Standar Produk (PPSP). Pasal 22
mengamanatkan agar Direktur Jenderal Pembina Industri
terkait menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal tentang
ketentuan teknis dalam pelaksanaan pengawasan SNI wajib.
Pada tahun 2014 kegiatan Penyusunan Peraturan Penerapan
SNI Wajib Produk Makanan, Hasil Laut dan Perikanan sudah
dilakukan rapat persiapan, konsinyering pembahasan
Permenperin dan Juknis pemberlakuan SNI Biskuit secara
wajib, Rapat Tim Perumusan Peraturan Pemberlakuan SNI
Wajib Mi Instan, Sosialisasi di Medan, rapat tim perumusan
peraturan, rapat dengan asosiasi terkait serta penyusunan
laporan akhir kegiatan.

70
Kegiatan Standar Nasional Indonesia pada tahun 2014 telah
terbit 1 buah SNI baru yaitu tentang Cokelat dan produk-produk
cokelat (7934:2014) serta 3 penetapan revisi SNI yaitu :
margarine (3541:2014), bakso daging (3818:2014), dan naget
ayam (6683:2014) serta secara keseluruhan telah mencapai
realisasi keuangan sebesar 76,46% dan realisasi fisik sebesar
100%.

71
4. Partisipasi Dit. IMHLP Dalam Sidang Dan Pameran Di
Dalam Negeri (DN) Maupun Luar Negeri (LN)

Kegiatan pameran, partisipasi industri makanan, hasil laut dan


perikanan dalam rangka fora kerjasama internasional dan
organisasi internasional lainnya serta partisipasi pada sidang
ACCSQ perlu dilaksanakan untuk mengetahui dan updating
informasi terbaru mengenai forum kerjasama internasional saat
ini untuk disampaikan pada dunia usaha serta melakukan
pembahasan mengenai kondisi FTA di Indonesia dan solusi
permasalahan yang ada terkait FTA, standardisasi dan
permasalahan lainnya.

a) Partisipasi Dan Fasilitasi Serta Penyelenggaraan Kegiatan


Pameran Industri Makanan Hasil Laut Dan Perikanan Di
Dalam Dan Luar Negeri
Dalam rangka meningkatkan pemasaran produk industri
makanan, hasil laut dan perikanan diperlukan daya saing
produk yang cukup tinggi melalui diversifikasi produk sesuai
dengan permintaan pasar, efisiensi biaya produksi untuk
mencapai harga yang kompetitif, peningkatan kualitas
produk yang memadai dan terjaminnya ketepatan
pengiriman barang ketangan konsumen. Namun bukan
faktor itu saja, faktor promosi dagang/pameran produk
industri juga penting, promosi produk-produk industri
makanan, hasil laut dan perikanan dilakukan dengan
maksud menyelenggarakan kegiatan pameran produk-
produk industri baik diarena pameran dalam negeri maupun
berbagai event pameran luar negeri (internasional).
Sedangkan tujuan promosi yaitu untuk meningkatkan
produk-produk industri makanan, hasil laut dan perikanan di
dalam negeri dan kemanca negara serta mempromosikan
kepada masyarakat mengenai kemajuan dan perkembangan
diversifikasi produk industri makanan, hasil laut dan
perikanan. Program Partisipasi Dan Fasilitasi Serta
Penyelenggaraan Kegiatan Pameran Industri Makanan Hasil
Laut dan Perikanan Di Dalam Dan Luar Negeri, dilaksanakan
dengan berpartisipasi dalam pameran yang berkaitan
dengan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan baik di
dalam dan luar negeri.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
mengikuti pameran/promosi produk pada Foodex yang
diselenggarakan di Tokyo Jepang, Agrinex Expo di JCC dan

72
SIAL di China, Pameran Agrowisata Expo 2014 di Sanur
Bali, Pameran Trade Expo Indonesia di Jakarta, dan Pameran
Hari Pangan Sedunia (HPS) di Makassar.

b) Partisipasi Industri Makanan Hasil Laut Dan Perikanan Dalam


Rangka Fora Kerjasama Dan Organisasi Internasional
Lainnya
Saat ini perkembangan kerjasama industri telah
berkembang dengan pesat diikuti penerapan-penerapan
free trade area dengan berbagai negara baik bersifat
hubungan bilateral antara 2 negara juga regional antara
Asean dan negara-negaralainnya di luar Asean.Masalah
yang dihadapi dalam upaya pengembangan industri
makanan adalah masih besarnya ekspor produk primer
pertanian sehingga nilai tambah yang diperoleh rendah,
belumoptimalnya keterkaitan antara sektor pertanian
sebagai pemasok bahan baku dan sektor industri sebagai
pengolah. Pada satu sisi, industri makanan dihadapkan
pada persaingan ketat dengan negara-negara produsen
sejenis dari China, Thailand, Malaysia, Vietnam dan negara-
negara lain.
Hambatan tariff saat ini tidak dapat dijadikan penghambat
masuknya arus impor produk-produk luar negeri masuk ke
dalam Indonesia, oleh sebab itu perlu adanya suatu
pembahasan hambatan non tarif yang salah satunya yaitu
penerapan standar produk khususnya dalam skala
internasional, mengingat hal ini perlu adanya suatu
pertemuan-pertemuan antara negara-negara terkait dalam
penerapan standard internasional pada produk makanan
dan hasil olahan perikanan sesuai aturan Codex dan HACCP
Dalam upaya melaksanakan kegiatan tersebut, perlu
dilakukan persiapan-persiapan, mengingat masih banyak
aparat, dunia usaha yang belum memahami upaya
pemerintah tersebut. Oleh karenanya, disamping perlu
partisipasi pada sidang-sidang bilateral, regional,
multilateral, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan perlu pula menyiapkan bahan-bahan untuk
sidang-sidang dimaksud dengan para Asosiasi dan dunia
usaha terkait serta melakukan sosialisasi hasil-hasil sidang
kepada para stakeholders.Kegiatan partisipasi industri
makanan, hasil laut dan perikanan dalam rangka fora
kerjasama internasional dan organisasi internasional lainnya
perlu dilaksanakan untuk mengetahui dan updating

73
informasi terbaru mengenai forum kerjasama internasional
saat ini untuk disampaikan pada dunia usaha serta
melakukan pembahasan mengenai kondisi FTA di Indonesia
dan solusi permasalahan yang ada terkait FTA, standardisasi
dan permasalahan lainnya. Kegiatan yang sudah dilakukan
pada tahun 2014 adalah Rapat Persiapan, Rapat Teknis
Asean Economic Community, mengikuti pameran Industri
Peternakan Internasional VIV Europe di Utrecht Belanda,
unjungan kenegaraan/kerja Presiden Republik Indonesia ke
Manila Filipina, rapat koordinasi lintas instansi
pusat/daerah di Hotel Bidakara Jakarta, rapat teknis CCFO,
rapat koordinasi lintas instansi, rapat Asean Economic
Community serta pembuatan laporan akhir.

c) Partisipasi Pada Sidang Standarisasi Internasional


Terkait kesepakatan para Kepala Negara ASEAN untuk
pencapaian ASEAN Economic Community pada tahun 2015,
ASEAN Economic Minister (AEM) memutuskan untuk
mempercepat proses integrasi bagi 11 (sebelas) sektor
prioritas, termasuk di antaranya bidang standardisasi.ASEAN
Consultative Committee on Standards and Quality
ditetapkan sebagai salah satu subsidiary bodies yang
bertindak sebagai implementing agency dalam roadmap of
ASEAN integration for 11 priority sectors. Terdapat 12
working group/product working group (WG/PGWG) dalam
kerja ACCSQ, di mana di Indonesia tiap WG/PWG diserahkan
kepada instansi terkait sebagai koordinatornya. Direktorat
Jenderal Industri Agro cq Direktorat Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan ditunjuk sebagai koordinator PWG on
Prepared Foodstuffs.
Beberapa tugas koordinator WG/PWG adalah menjalankan
fungsi koordinasi dan pengelolaan kegiatan kesekretariatan
WG/PWG Indonesia di sektornya dan mewakili Indonesia
sebagai focal point WG/PWG di pertemuan ACCSQ.Sesuai
dengan penugasan dari Badan Standardisasi Nasional (BSN),
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
ditetapkan sebagai koordinator Codex Committee on Fats
and Oils (CCFO). Salah satu tugasnya adalah menyusun
konsep posisi nasional Indonesia pada sidang Codex terkait.
Untuk mengakomodir hal-hal tersebut di atas maka
diperlukan kegiatan Partisipasi Pada Sidang Standarisasi
Internasional.

74
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
Rapat Persiapan, menghadiri sidang CCFNSDU di Paris-
Perancis, mengikuti Pameran Saudi Food Hotel and
Hospitality Arabia 2014, penyusunan handout
perkembangan sidang standarisasi internasional, rapat
konsinyering, serta penyusunan laporan akhir kegiatan.

d) Peningkatan Konsumsi Cokelat Serta Fasilitasi Pada Sidang


ICCO / ACC
Citra Indonesia sebagai produsen produk kakao olahan dan
produk makanan/minuman berbasis cokelat inilah yang
harus mulai dibangun agar masyarakat Indonesia sendiri
dapat mencintai produk-produk cokelat buatan negeri
sendiri. Selain itu perlu diluruskannya persepsi yang telah
lama tertanam pada masyarakat luas bahwa cokelat tidak
baik bagi kesehatan karena dapat menyebabkan kerusakan
pada gigi, menimbulkan jerawat, mengakibatkan
kegemukan, dan hal hal negatif lainnya.Padahal
sesungguhnya cokelat yang baik kwalitasnya justru
merupakan sumber antioksidan yang sangat baik bagi
kesehatan tubuh, diantaranya untuk memperlancar
peredaran darah sehingga dapat mengurangi resiko
penyakit jantung, hipertensi, mencegah penuaan/antiaging,
dan dampak dampak positif lainnya. Sehingga diharapkan
dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengetahui
manfaat cokelat bagi kesehatan, maka konsumsi cokelat
dapat turut meningkat di dalam negeri.

Pada saat ini Indonesia sebagai produsen kakao nomor tiga


terbesar telah berstatus member candidate dari ICCO.
International Cocoa Organization (ICCO) merupakan
organisasi kerjasama antar Pemerintah yang beranggotakan
30 negara importer/konsumen kakao dan 14 negara
produsen kakao. Negara-negara konsumen kakao meliputi
Uni Eropa (Belanda, Jerman, Perancis, Spanyol dan Belgia),
Swiss dan Rusia. Mewakili kelompok negara produsen
antara lain Brasil, Kamerun, Pantai Gading, Ekuador, Ghana
dan Malaysia.

Berdasarkan hal tersebut, untuk membangun


pengembangan produk kakao dan cokelat dalam negeri
dengan meningkatkan konsumsi cokelat dalam negeri
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan akan

75
menyelenggarakan kegiatan Fasilitasi Pada Sidang
ICCO/ACC dan Peningkatan Konsumsi Cokelat.

Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah


Rapat persiapan dan mengikuti Sidang ICCOke 88 di Swiss
pada tanggal 10 14 Maret 2014, mengikuti Sidang The
17th Meeting of The National Focal Point For Asean Cocoa
Club (ACC) on Joint Asean Cooperation In Agriculture And
Forest Products Promotion Scheme, dan mengikuti Sidang
The 6th Indonesian International Cocoa Conference & Dinner
2014, Rapat Koordinasi persiapan Hari Kakao di Jakarta
pelaksanaan Hari Kakao dan Cokelat Indonesia di Losari,
Makassar, rapat koordinasi serta pembuatan laporan akhir
kegiatan.

Kegiatan Partisipasi Dit. IMHLP Dalam Sidang dan Pameran Di


Dalam Negeri (DN) Maupun Luar Negeri (LN) pada tahun 2014
secara keseluruhan telah mencapai realisasi keuangan sebesar
74,99% dan realisasi fisik sebesar 100%.

5. Rumusan Perencanaan, Evaluasi Dan Laporan

Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Laporan, Pendataan dan


Evaluasi Kinerja Industri Makanan dimaksudkan untuk
mengetahui kinerja, perkembangan industri makanan, updating
data industri makanan dan kegiatan Direktorat Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan, hasilnya sebagai masukan
untuk kebijakan pengembangan industri makanan tahun
berikutnya.

Kegiatan yang dilaksanakan adalah penyusunan


program/kegiatan yang sesuai dengan arahan Kebijakan
industri Nasional dan Renstra Ditjen Industri Agro. Disamping itu
juga melakukan kooordinasi dan sinkronisasi Program kegiatan
Industri Makanan dengan Daerah perlu dilaksanakan dalam
rangka menyamakan persepsi program kegiatan antara pusat
dan daerah

Kegiatan Kaji Tindak, Sinkronisasi dan Evaluasi Kinerja Industri


Makanan, Hasil Laut dan Perikanan memiliki indikator capaian
kinerja sebagai berikut:

a) Kaji Tindak Pelaksanaan Kegiatan Industri Makanan Hasil


Laut Dan Perikanan

76
Industri makanan, hasil laut dan perikanan merupakan
kelompok industri yang memiliki kedudukan strategis
bahkan merupakan salah satu industri yang mampu
bertahan dan berkembang sejak masa krisis sampai
sekarang. Industri yang mengolah bahan baku produk
primer hasil pertanian dan hortikultura, perkebunan,
peternakan dan hasil laut. Dengan tersedianya bahan baku
di dalam negeri yang cukup melimpah dan dapat diproses
lebih lanjut dapat meningkatkan nilai tambah yang dapat
dinikmati oleh masyarakat pada umumnya, serta
memberikan konstribusi terhadap ketahanan pangan
nasional serta peningkatan ekspor non migas ke manca
negara.

Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi, Direktorat Industri


Makanan, Hasil Laut dan Perikanan melakukan pembinaan
terhadap industri makanan, Hasil Laut dan Perikanan agar
industri tersebut tumbuh dan berkembang. Pembinaan
tersebut dilakukan ke dalam berupa peningkatan sumber
daya manusia dan upaya peningkatan pelayanan baik untuk
intern Kementerian Perindustrian, instansi terkait, dunia
usaha dan masyarakat pada umumnya. Disamping itu
pembinaan dilakukan pula terhadap dunia usaha baik
berupa upaya peningkatan iklim usaha, peningkatan mutu
produk, kerjasama antar industri dengan penyedia bahan
baku dan melakukan promosi produk-produk industri
makanan di dalam negeri maupun luar negeri.
Untuk mengatahui program kegiatan dan pembinaan yang
telah dilakukan Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan dan hasil yang akan dicapai berupa
perkembangan industri makanan dalam kurun waktu 5
(lima) tahun terakhir, serta masalah yang dihadapi oleh
industri makanan, Hasil Laut dan Perikanan dan program
kegiatan yang telah dicapai dalam menunjang
perkembangan industri makanan, Hasil Laut dan Perikanan
selama periode satu tahun.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
Rapat Persiapan, Breakfast Meeting di Lt 2 Gedung
Kementerian Perindustrian, dan rapat koordinasi yang
dilaksanakan di Denpasar, pelaksanaan Musyawarah
Nasional Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia, dan
pembuatan laporan akhir kegiatan.

77
b) Tersedianya perencanaan program pengembangan industri
makanan hasil laut dan perikanan
Kebijakan Direktorat Industri Makanan, Hasil laut dan
Perikanan dalam meningkatkan utilitas kapasitas produksi
dan kualitas produk dilakukan dengan program
pengembangan produk makanan olahan, antara lain melalui
kegiatan sosialisasi program, rapat koordinasi dan
penyusunan program yang mengacu pada usulan produk
unggulan kompetensi inti daerah.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan produk
makanan olahan baik kualitas maupun kuantitas antara lain
produktivitas on farm masih rendah, kompetisi alokasi
komoditi dasar untuk domestik ekspor, ketergantungan
terhadap bahan baku impor, belum berkembangnya industri
hilir agro bernilai tambah tinggi, sistem logistik belum
memadai dan ketergantungan pada mesin/peralatan impor.
Didalam mengatasi permasalahan tersebut perencanaan
program memegang peranan yang cukup penting sehingga
dapat menghasilkan program dan kegiatan yang
operasional, akuntabel dantepat sasaran dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi.
Berangkat dari hal tersebut diatas dalam rangka
meningkatkan industri makanan olahan yang berdaya
saing dan bernilai tambah tinggi, struktur yang kuat,
berbasis SDA lokal yang didukung oleh SDM dan teknologi,
berwawasan lingkungan serta mampu meningkatkan
ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat, maka perlu
dilakukan kegiatan Program Pengembangan Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
Rapat persiapan, mengikuti rapat penyusunan Baseline,
mengikuti rapat penyusunan Rencana Kerja, mengikuti
Rapat Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional,
melaksanakan review kegiatan Direktorat Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan, pelaksanaan penyusunan APBNP
2014, penyusunan program pengembangan Dit. IMHLP
2015, penyusunan dan pencetakan buku perundang-
undangan terkait industri makanan serta rapat koordinasi
program Dit. Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan.

c) Tersedianya data dan informasi mengenai perkembangan


kinerja industri makanan, hasil laut dan perikanan
Untuk mengetahui dan mengevaluasi pelaksanaan program
dan kegiatan industri makanan, hasil laut dan perikanan

78
dibawah binaan Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan yang akan dicapai berupa perkembangan industri
makanan, hasil laut dan perikanan dalam kurun waktu 5
(lima) tahun terakhir, serta masalah yang dihadapi oleh
industri makanan, hasil laut dan perikanan serta program
kegiatan yang telah dicapai dalam menunjang
perkembangan industri makanan, hasil laut dan perikanan
selama periode satu tahun, maka perlu dilaksanakan
kegiatan Penyusunan Laporan, Pendataan dan Evaluasi
Kinerja Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
Rapat persiapan, rapat internal dan updating data terkait
industri makanan semester I, Rapat koordinasi
perkembangan kinerja industri makanan, hasil laut dan
perikanan di Pomelotel Jakarta dan Sahira Butik Hotel
Bogor, updating data Triwulan III, rapat koordinasi
perkembangan industri makanan hasil laut dan perikanan,
penyusunan dan pemncetakan buku direktori industri
Makanan hasil laut dan perikanan.

Kegiatan Rumusan Perencanaan, Evaluasi Dan Laporan pada


tahun 2014 secara keseluruhan telah mencapai realisasi
keuangan sebesar 77,68% dan realisasi fisik sebesar 100%.

6. Diversifikasi Produk Dalam Mendukung Ketahanan


Pangan

Industri makanan, hasil laut dan perikanan merupakan


kelompok industri yang memiliki kedudukan strategis bahkan
merupakan salah satu industri yang mampu bertahan dan
berkembang sejak masa krisis sampai sekarang. Industri yang
mengolah bahan baku produk primer hasil pertanian dan
hortikultura, perkebunan, peternakan dan hasil laut. Dengan
tersedianya bahan baku di dalam negeri yang cukup melimpah
dan dapat diproses lebih lanjut dapat meningkatkan nilai
tambah yang dapat dinikmati oleh masyarakat pada
umumnya, serta memberikan konstribusi terhadap ketahanan
pangan nasional serta peningkatan ekspor non migas ke manca
negara .

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan


mengamanatkan bahwa baik pemerintah maupun masyarakat
bertanggung jawab dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Pemanfaatan sumber pangan lokal terutama pangan non beras
dan non terigu selayaknya menjadi bagian integral dari upaya

79
memperkokoh ketahanan pangan melalui kemandirian pangan
lokal. Sehingga diversifikasi pangan pada akhirnya harus
membantu mengurangi ketergantungan terhadap beras dan
terigu.

a) Fasilitasi Pengembangan Industri Makanan Berbasis Crude


Palm Oil (CPO)
Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan
pokok yang dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat
Indonesia baik di perkotaan maupun pedesaan sehingga
dapat dikatakan bahwa minyak goreng adalah komoditas
yang sangat strategis. Bahan baku utama minyak goreng
sawit adalah Crude Palm Oil (CPO) yang dihasilkan dari
tanaman kelapa sawit.
Sejak tahun 2006 Indonesia sudah menjadi penghasil
Minyak Sawit Mentah (CPO dan CPKO), terbesardi dunia
dengan total produksi CPO sebesar 16 juta ton sedangkan
Malaysia hanya sekitar 14,9 juta ton. Tahun 2010 produksi
CPO nasional mencapai 20,40 juta ton dan tahun 2011
produksi CPO dan CPKO Indonesia mencapai 23,80 juta ton
serta diprediksi pada tahun 2020 akan mencapai 40 juta
ton.
Produksi minyak goreng sawit nasional tahun 2011 sebesar
9,77 juta ton (setara dengan 13,375 juta ton CPO) dengan
hasil samping berupa special fat 3,21 juta ton (RBD Stearin
dan PFAD).
Meskipun produksi bahan baku CPO untuk industri Minyak
Goreng Sawit dalam negeri cukup tersedia, namun dalam
kenyataannya harga Minyak Goreng Sawit di dalam negeri
cenderung meningkat mengikuti peningkatan harga CPO
internasional.
Awal tahun 2013 diberlakukan regulasi baru mengenai
penggunaan kemasan pada produk minyak goreng sawit
yang bersifat wajib sehingga diharapkan pada tahun 2015
sudah tidak ada lagi produk minyak goreng sawit curah.
Oleh karenanya pemerintah sejak tahun 2008 memberikan
insentif berupa PPN DTP MINYAKITA dan Minyak Goreng
Curah untuk kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah.
Tahun 2011 insentif PPN DTP MINYAKITA dan Minyak Goreng
Curah tersedia Rp.250.Miliar dan sudah terealisasi sekitar
80% (Rp.200 Miliar).
Pada tahun 2014 direncanakan penerapan SNI Minyak
Goreng Sawit akan diberlakukan secara wajib sehingga perlu

80
adanya koordinasi dengan instansi terkait dan dunia usaha
mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi
industri minyak goreng sawit dalam negeri dalam rangka
kesiapan penerapan SNI Wajib tersebut.
Menghadapi 2(dua) kebijakan tersebut, pada kegiatan ini
dibuat tim-tim yang terdiri dari beberapa instansi terkait
lainnya seperti BPOM, Kementerian Perdagangan,
Kementerian Pertanian, Ditjen IKM, BBIA, Dit. Permesinan
dan Alat Pertanian.
Pada sisi iklim usaha dan kerjasama, beberapa produk
turunan CPO termasuk minyak goreng sawit dan margarin
masih perlu dukungan dunia usaha terkait pemberlakuan
FTA-FTA baik regional, billateral maupun multilateral.
Dalam rangka mengidentifikasi permasalahan produk-
produk makanan berbasis CPO seperti minyak goreng sawit
dan margarin, maka perlu adanya fasilitasi dan koordinasi
dengan instansi terkait maupun dunia usaha untuk
mengetahui sejauh mana kebijakan Pemerintah yang akan
diberlakukan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah
persiapan, rapat Teknis dengan para akademisi dalam
rangka mendukung pembuatan vitamin A, rapat
konsinyering yang dilaksanakan di Jakarta, pelaksanaan
sosialisasi mengenai produk-produk makanan berbasis CPO
di Medan, rapat koordinasi di Banjarmasin dan pembuatan
laporan akhir kegiatan.

b) Kajian Tekno ekonomi pembuatan vitamin A Rethinol


Palmitat
Masyarakat Indonesia khususnya golongan ekonomi
menengah ke bawah pada umumnya kekurangan zat gizi
mikro antara lain vitamin A yang berdampak tidak hanya
pada kesehatan mata tetapi juga berpengaruh terhadap
kecerdasan dan daya tahan tubuh. Minyak Goreng Sawit
banyak dikonsumsi masyarakat dan menurut hasil penelitian
cukup efektif sebagai media pengantar vitamin A. Hal ini
dibuktikan di beberapa negara seperti Filipina dan Pakistan
yang juga menggunakan MGS sebagai media fortifikasi
vitamin A.
SNI Minyak goreng sawit No. 7709:2012 telah diberlakukan
sejak tahun 2012. Saat ini masih bersifat sukarela. Dalam
rangka menjamin keamanan, mutu dan gizi Minyak goreng
sawit, maka SNI Minyak goreng sawit perlu diberlakukan
secara wajib. Untuk itu, rencananya SNI minyak goreng

81
sawit dengan kemasan dan fortifikasi vitamin A akan segera
diberlakukan secara wajib.
Penerapan SNI Minyak goreng sawit dengan fortifikasi
vitamin A dilatarbelakangi oleh surat Menteri Kesehatan
kepada Menteri Perindustrian No. GK/Menkes/280/VIII/2012
tanggal 13 Agustus 2012 perihal usulan SNI Wajib Minyak
Goreng Sawit dengan Vitamin A.
Kadar vitamin A yang dipersayaratkan dalam SNI Minyak
goreng sawit 7709:2012 sebesar 45 IU. Jika asumsi
kebutuhan minyak goreng dalam satu tahun sebesar 3,74
juta ton, maka kebutuhan vitamin A sebesar 168,3 ton
vitamin A. Harga vitamin A kurang lebih Rp. 20.000,- per
kilogram minyak goreng sawit.
Saat ini vitamin A Rethinol Palmithat belum dapat diproduksi
di dalam negeri. Produsen minyak goreng sawit yang sudah
menggunakan fortifikasi vitamin A saat ini masih
mengimpor vitamin A tersebut.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor vitamin
A, maka Tahun 2014 Kementerian Perindustrian akan
melaksanakan Kajian Tekno Ekonomi Pembuatan Vitamin A
Rethinol Palmitat. Hasil kajian tersebut diharapkan dapat
mendorong dunia usaha untuk dapat memproduksi vitamin
A Rethinol Palmitat tanpa harus mengimpor lagi
Pada tahun 2014 kegiatan Kajian Tekno ekonomi pembuatan
vitamin A Rethinol Palmitat sudah dilaksanakan
penyampaian laporan pendahuluan, laporan antara serta
laporan akhir kajian tekno Ekonomi Pembuatan Vitamin A
Rethinol Palmitat.
Kegiatan Diversifikasi Produk Dalam Mendukung Ketahanan
Pangan pada tahun 2014 secara keseluruhan telah mencapai
realisasi keuangan sebesar 85,63% dan realisasi fisik sebesar
100%.

82
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja Direktorat Industri


Makanan, Hasil Laut dan Perikanan tahun 2014, secara umum
dapat dikemukakan :
1. Pada tahun 2014, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan memperoleh anggaran sebesar Rp.
135.335.400.000,- setelah dilakukan penghematan maka
anggaran yang masih tersedia sebesar Rp. 98.317.854.000,-
dimana 85%-nya merupakan anggaran bagi Program Prioritas
Khusus berdasarkan Inpres No. 1 Tahun 2010 yaitu Revitalisasi
Industri Gula.
2. Secara umum capaian kinerja Direktorat Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan pada tahun 2014 realisasi keuangan
mencapai 82,89%, realisasi fisik sebesar 95,98%, capaian
kinerja Tapkin 2014 sebesar 97, 31% dan capaian Renstra
2010-2014 sebesar 82,36%.
3. Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan telah
mencapai sebagian besar target yang telah ditetapkan pada
Penetapan Kinerja maupun pada dokumen Rencana Strategis
(Renstra) 2010-2014, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan tahun 2014 telah berjalan
cukup baik.

4.2 Kendala
Beberapa kendala yang dihadapi didalam melaksanakan
kegiatan dan pencapaian target kinerja Direktorat Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan tahun 2014 antara lain:
1. Kegiatan Bantuan Keringanan Mesin dan atau Peralatan
Industri Gula belum optimal dalam pencapaian target. Sasaran
kegiatan ini yaitu 25 PG yang mendapat bantuan keringanan,
namun yang tercapai yaitu 22 PG. yang terdiri dari PTPN X, PT.
RNI I dan PT. RNI II. Penyebab tidak tercapainya target tersebut
yaitu dikarenakan beberapa PTPN mengalami kesulitan
cashflow sehingga tidak bisa mengikuti program (tidak bisa
diproses lebih lanjut), karena prinsip bantuan keringanan
adalah reimbursment investasi.

83
2. Adanya beberapa kegiatan rapat di luar kantor (hotel) yang
tidak dapat dilaksanakan sehubungan dengan surat edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia No 11 tahun 2014 tentang
pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor,
sehingga penyerapan anggaran tidak dapat dilaksanakan
secara maksimal.
3. Meningkatnya kapasitas produksi yang tidak diimbangi dengan
ketersediaan stok bahan baku sehingga menyebabkan utilitas
produksi dibawah target.
4. Penerapan PPN10% terhadap komoditas pertanian
berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-24/-PJ/2014,
sekaligus memperkuat Keputusan MA Nomor 70/P/-HUM/2013
yang menegaskan bahwa semua komoditas pertanian,
perkebunan, dan kehutanan dikenakan PPN 10%, hal ini
mengakibatkan berkurangnya stok bahan baku industri agro
dalam negeri.

4.3 Rekomendasi

Hal-hal yang perlu mendapatkan prioritas dalam


pelaksanaan kegiatan Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan tahun 2015 adalah :

1. Membuat rencana penyerapan anggaran dengan cermat sesuai


jadwal yang telah ditetapkan agar pelaksanaan kegiatan tepat
waktu dengan serapan anggaran yang akurat.
2. Melaksanakan kegiatan secara konsisten sesuai dengan yang
telah direncanakan selama 12 bulan dan berdasarkan pada
Rencana Penarikan Anggaran (RPA).
3. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait khususnya
dalam menjamin ketersediaan bahan baku untuk industri.
4. Pemberlakuan Bea Keluar pada beberapa komoditi bahan baku
yang digunakan untuk industri dalam negeri sehingga nilai
tambah industri yang dihasilkan dalam negeri meningkat.

84

Anda mungkin juga menyukai