Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akhir-akhir ini

mengakibatkan makin kompleksnya sektor kelembagaan ekonomi dan inovasi

ekonomi yang berkembang. Peran serta lembaga keuangan baik perbankan

maupun non perbankan sangat dibutuhkan terutama yang berkaitan langsung

dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kondisi makroekonomi negara

yang membaik harus memperhatikan kondisi mikroekonomi, seperti bagaimana

kredit itu disalurkan ke bidang yang produktif sehingga kondisi makroekonomi

dapat terjaga. Sisi mikroekonomi dapat dilihat dari perkembangan sektor

industri kendaraan bermotor.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka berbagai cara

yang harus ditempuh oleh perusahaan salah satu diantaranya adalah dengan

memberikan kredit agar supaya masyarakat mampu meningkatkan kegiatan

usaha yang produktif. Peningkatan usaha inilah yang nantinya akan berdampak

terhadap peningkatan penyediaan prasarana usaha mereka. Salah satu

diantaranya adalah dengan penyediaan motor baik secara pribadi maupun

motor milik perusahaan.

1
Fenomena yang terjadi saat ini adalah kemudahan untuk membeli

sepeda motor dengan jalur kredit. Hal itu dapat dilihat dengan padatnya jalan

raya oleh sepeda motor dan iklan-iklan dealer penjualan sepeda motor yang

memberikan kemudahan pembelian melalui jalur kredit dengan syarat yang

sederhana. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (2005) mencatat tingkat

penjualan sepeda motor terus meningkat tahun 1999 sebesar 687.050 unit

meningkat mencapai 2.466.457 unit pada periode Januari-Juni 2005. Penjualan

sepeda motor tersebut sebanyak 70 persen melalui jalur kredit (Dewi, 2005).

Minat masyarakat terhadap permintaan kredit sepeda motor cukup

tinggi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: tingkat suku bunga

yang stabil, persyaratan kredit yang mudah, dan tingkat pendapatan masyarakat

yang makin meningkat.

Meningkatnya permintaan pembelian sepeda motor secara kredit

membuat peranan dealer sepeda motor untuk membuat terobosan baru di dalam

usaha untuk memenuhi keinginan masyarakat yaitu dengan cara memberikan

kredit pembelian sepeda motor.

Penyaluran kredit konsumsi sepeda motor atau kredit sepeda motor

dilakukan oleh beberapa lembaga keuangan seperti bank dan perusahaan

pembiayaan (multifinance). Beberapa perusahaan pembiayaan memperoleh

dana yang digunakan untuk membiayai likuiditasnya dari bank, pinjaman ini

berupa kredit konsumsi bank untuk disalurkan kembali kepada konsumen. Hal

2
ini membuat kredit konsumsi ini menjadi lahan usaha yang potensial bagi

perusahaan pembiayaan untuk menyalurkan dana yang telah diperoleh dari

Bank kepada konsumen, untuk menghasilkan profit.

Perusahaan pembiayaan menjadikan alasan keuntungan sehingga

memberikan pintu kemudahan bagi konsumen untuk mendapatkan sepeda

motor melalui jalur kredit. Persaingan usaha juga memberikan peluang untuk

memberi kemudahan penyaluran kredit. Sebab, dana yang diperoleh

perusahaan pembiyaan merupakan dana pinjaman dari bank yang juga

dikenakan bunga, sebagai opportunity cost dari dana yang dipinjamkan.

Tingginya permintaan sepeda motor di Indonesia dipacu oleh perusahaan

pembiayaan yang mengucurkan dananya untuk pembiayaan pembelian sepeda

motor. Menurutnya, diperkirakan sekitar 30 bank (pemerintah maupun swasta)

dan sekitar 121 perusahaan pembiayaan yang mengalokasikan sebagian

dananya untuk pembiayaan sepeda motor (Miranti, 2004).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis bermaksud

melaksanakan penelitian dengan judul : FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR DI

KOTA MAKASSAR.

3
1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

apakah tingkat pendapatan, tingkat bunga, jangka waktu pengembalian kredit,

dan harga sepeda motor menjadi faktor yang mempengaruhi permintaan kredit

sepeda motor di Kota Makassar.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

- Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendapatan

terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar

- Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh biaya angsuran

terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar

- Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga terhadap

permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar

- Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jangka waktu

pengembalian kredit terhadap permintaan kredit sepeda motor

di Kota Makassar.

4
1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan

tentang faktor yang mempengaruhi permintaan kredit sepeda

motor di Kota Makassar.

b. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi

mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin

Makassar

c. Dapat menjadi masukan bagi peneliti peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian sejenis.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Tinjauan teoritis pada bab ini berisikan teori-teori yang relevan

terhadap penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit

sepeda motor di Kota Makassar.

2.1.1 Perkembangan Model Konsumsi

Model Konsumsi atau permintaan terhadap suatu komoditi yang

melibatkan variabel harga, kuantitas, dan pengeluaran dimulai oleh Stone

(1954) dalam Deaton (1980) dengan menggunakan fungsi permintaan

logaritma. Selanjutnya Barten (1966) dalam deaton (1980) mengembangkan

fungsi permintaan Logaritma Stone dengan menggunakan derivasi parsial

terhadap fungsi tersebut yang kemudian disebut Rotterdam model.

Sebelum Stone memulai penelitiannya, Engel (1859) dalam Deaton

(1980) adalah salah seorang peneliti yang memulai penelitian tentang kaitan

antara pendapatan dan kuantitas konsumsi. Dalam penelitiannya ditemukan

bahwa rumah tangga dengan pendapatan rendah atau rumah tangga miskin

memiliki kontribusi terbesar untuk konsumsi makanan, sebaliknya rumah

tangga dengan pendapatan lebih baik atau rumah tangga tidak miskin memiliki

6
kontribusi untuk konsumsi makanan lebih rendah dibandingkan konsumsi non-

makanan.

Deaton dan Muellbauer (1980) mengembangkan teorema Engel

dengan memasukkan efek harga ke dalam persamaan fungsi permintaan. Model

fungsi permintaan yang dikembangkan selanjutnya disebut Almost Ideal

Demand System (AIDS) model. Model ini dibangun berdasarkan fungsi biaya

yang didefinisikan sangat spesifik sehingga dapat mewakili struktur preferensi

individu. Dengan struktur preferensi ini dimungkinkan dilakukannya agregasi

dari tingkat mikro sampai level yang lebih tinggi secara konsisten. Model

Permintaan AIDS (Almost Ideal Demand System) berdasarkan fungsi biaya

yang menunjukkan biaya minimum dari kebutuhan konsumen dalam

memaksimalkan utilitasnya pada tingkat dan harga tertentu.

Berdasarkan model AIDS maka harga merupakan jembatan yang

menghubungkan antara sisi permintaan dan penawaran. Model AIDS

selanjutnya mengukur besaran perubahan permintaan akibat perubahan harga.

Selanjutnya pada level agregat yaitu pada tingkat pasar, perubahan permintaan

akan mempengaruhi persediaan atau stok barang. Kondisi ini akan berlaku jika

tidak terjadi rentang waktu ketersediaan barang di pasar. Pada kenyataannya

untuk beberapa komoditi ketersediaan barang atau stok sangat tergantung pada

rentang waktu. Dengan kuantitas produksi atau stok terbatas tersebut membuat

7
konsumen secara bersama-sama akan menetukan harga, sehingga sisi

penawaran menjadi aspek utama dalam memenuhi tingkat kepuasan.

Berdasarkan keterbatasan di atas, Eales dan Unnevhr (1994) dengan

menggunakan fungsi biaya membangun sebuah model invers yang identik

dengan AIDS. Model tersebut adalah IADS (Invers Almost Ideal System) yang

menggunakan kuantitas konsumsi sebagai pengganti harga dalam persamaan

AIDS. Meskipun demikian model AIDS telah diaplikasikan dan menghasilkan

temuan yang sangat baik di beberapa penelitian, dan secara teoritis telah

mempengaruhi tingkat konsumsi. Dalam bentuk agregasi keterbatasan dari

model AIDS pada dasarnya akan mereduksi minimal, dikarenakan secara

umum komoditi makanan pada level agregasi tersedia di tingkat pasar dan tidak

terpengaruh oleh rentang waktu.

2.1.2 Teori Permintaan

Dari segi ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda

dengan pengertian yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari,

permintaan diartikan secara absolut yaitu menunjukkan jumlah barang yang

dibutuhkan, sedangkan dari sudut ilmu ekonomi permintaan mempunyai arti

apabila didukung oleh daya beli konsumen yang disebut dengan permintaan

efektif. Jika permintaan hanya didasarkan atas kebutuhan saja dikatakan

sebagai permintaan absolut (Nicholson, 1995).

8
Kemampuan membeli seseorang tergantung atas dua unsur pokok

yaitu, pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki.

Apabila jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan oleh seseorang berubah,

maka jumlah barang yang diminta juga akan berubah. Demikian juga halnya

apabila harga barang yang dikehendaki berubah maka jumlah barang yang

dibeli juga akan berubah (Sudarsono, 1990). Terdapat dua model dasar

permintaan yang berkaitan dengan harga, pertama adalah kenaikan harga

menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai

pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga (substitusi atau

komplementer). Bila kenaikan harga suatu barang menyebabkan permintaan

barang lain meningkat (hubungan positif), disebut barang substitusi

(Nicholson, 1995). Apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian

terhadap barang lain dengan menambah pembelian terhadap barang yang

mengalami penurunan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan

penurunan permintaaan barang-barang substitusinya, dimana barang substitusi

adalah barang yang dapat berfungsi sebagai pengganti barang lain (Nicholson,

1995). Dan bila dua jenis barang saling melengkapi, penurunan harga salah

satunya mengakibatkan kenaikan permintaan akan yang lainnya dan sebaliknya

jika terjadi kenaikan harga salah satunya akan mengakibatkan penurunan

permintaan terhadap barang yang lainnya. Bila kenaikan harga suatu barang

menyebabkan permintaan barang lain menurun (hubungan negatif), maka

9
disebut barang komplementer (Nicholson, 1995). Kedua adalah kenaikan harga

menyebabkan pendapatan real para pembeli berkurang (Sukirno, 2002).

Dalam analisis ekonomi diasumsikan bahwa permintaan suatu

barang sangat dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri (ceteris paribus).

Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh

banyak faktor, antara lain; harga barang itu sendiri, harga barang lain yang

mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan masyarakat, cita

rasa masyarakat dan jumlah penduduk maka dapat dikatakan bahwa permintaan

terhadap suatu barang dipengaruhi oleh banyak variabel (Nicholson, 1991).

Teori permintaan diturunkan dari prilaku konsumen dalam mencapai

kepuasan maksimum dengan memaksimumkan kegunaan yang dibatasi oleh

anggaran yang dimiliki. Hal ini tentu dapat dijelaskan dengan kurva

permintaan, yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah

maksimum dari barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternatif pada

waktu tertentu (ceteris paribus), dan pada harga tertentu orang selalu membeli

jumlah yang lebih kecil bila mana hanya jumlah yang lebih kecil itu yang dapat

diperolehnya.

Sudarsono (1990), mengelompokkan kerangka pemikiran Marshall

bersifat parsial karena berdasarkan konsep ceteris paribus dimana permintaan

dianggap sebagai kurva. Sementara itu Leon Walras lebih bersifat general

karena memasukkan semua variabel yang mempengaruhi jumlah barang yang

diminta. Sejalan dengan pemikiran Walras, beberapa ahli mengemukakan

10
pendapatnya. Lipsey, Steiner dan Purvis (1993) mengemukakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan (determinant of demand) adalah:

1. Harga komoditi itu sendiri;

2. Rata-rata penghasilan;

3. Harga komoditi yang berkaitan;

4. Selera (taste);

5. Distribusi pendapatan di antar rumah tangga; dan

6. Besarnya populasi.

Sudarsono (1980), mengatakan bahwa tujuan dari teori permintaan

adalah mempelajari dan menentukan berbagai faktor yang mempengaruhi

permintaan. Faktor-faktor yang dimaksud adalah harga barang itu sendiri, harga

barang lainnya (bersifat substitusi atau komplementer), pendapatan dan selera

konsumen. Disamping variabel-variabel yang disebutkan diatas, maka

distribusi pendapatan, jumlah penduduk, tingkat preferensi konsumen,

kebijaksanaan pemerintah, tingkat permintaan dan pendapatan sebelumnya

turut juga mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang.

Selanjutnya Reksoprayitno (2000), memilah perkembangan teori

permintaan konsumen atas dua bagian yaitu; teori permintaan statis dan teori

permintaan dinamis. Teori permintaan statis dinamakan juga sebagai teori

permintaan tradisional, yang memusatkan perhatiannya pada prilaku konsumen

11
serta beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaannya. Faktor-faktor ini

antara lain adalah; harga barang yang diminta, harga barang lainnya, tingkat

pendapatan dan selera. Teori permintaan statis ini didasarkan pada beberapa

asumsi yaitu; permintaan pasar merupakan total permintaan perseorangan

(individu), konsumen berperilaku rasional, sementara harga dan pendapatan

dianggap tetap dan yang termasuk dalam teori permintaan statis ini adalah teori

utilitas ordinal (ordinal utility theory) dan teori kardinal utilitas (cardinal utility

theory).

2.1.2.1 Hukum Permintaan

Dalam teori ekonomi besarnya permintaan atas suatu barang biasanya

dihubungkan dengan tingkat harganya. Faktor selain harga dianggap tidak

mengalami perubahan. Sifat hubungan diantara tingkat harga suatu barang

dengan jumlah permintaan atas barang tersebut disebut hukum permintaan.

Hukum permintaan menyatakan, Jika harga suatu barang naik, maka jumlah

yang diminta akan barang tersebut turun. Dan jika harga suatu barang turun,

maka jumlah yang diminta barang tersebut naik, cateris paribus (Sadono,

2003).

2.1.2.2 Elastisitas Permintaan

Dalam analisis ekonomi, secara teori maupun dalam praktek sehari-

hari,adalah sangat berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana resposifnya

permintaan terhadap perubahan harga. Oleh sebab itu perlu dikembangkan satu

pengukuran kuantitatif yang menunjukkan sampai di mana besarnya pengaruh

12
perubahan harga terhadap perubahan permintaan. Ukuran ini dinamakan

elastisitas permintaan.

Suparmoko membagi atas tiga elastisitas permintaan, yaitu elastisitas

permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), elastisitas permintaan

terhadap pendapatan (income elasticity of demand), dan elastisitas permintaan

silang (cross price elasticity of demand). Elastisitas permintaan terhadap harga,

mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila

harganya berubah. Jadi elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran

kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga

komoditas tersebut dengan asumsi ceteris paribus. Nilai elastisitas permintaan

terhadap harga merupakan hasil bagi antara persentase perubahan harga. Nilai

yang diperoleh tersebut merupakan suatu besaran yang menggambarkan sampai

berapa besarkah perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila

dibandingkan dengan perubahan harga (Sugiarto, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yaitu

banyaknya barang pengganti yang tersedia, jumlah penggunaan barang

tersebut, besarnya persentase pendapatan yang dibelanjakan dan jangka waktu

dimana permintaan itu di analisis (Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo, 2006).

Koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan atas

suatu komoditas sebagai akibat dari perubahan pendapatan konsumen dikenal

dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan. Elasisitas permintaan

terhadap pendapatan merupakan suatu besaran yang berguna untuk

13
menunjukkan responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap perubahan

pendapatan (income) (Sugiarto, 2005).

2.1.3 Kebijakan Moneter

Bank Indonesia (BI), sebagai bank sentral yang memiliki otoritas

penuh atas pengambilan keputusan mengenai moneter dan memiliki beberapa

piranti moneter, berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang (UU) No.3 tahun 2004

yaitu operasi pasar terbuka (OPT), giro wajib minimum (GWM), penetapan

tingkat diskonto, pengaturan kredit atau pembiayaan. Seluruh piranti tersebut

akan dibuat dengan menetapkan sasaran moneter yaitu base money dengan

memperhatikan perkembangan suku bunga. Selanjutnya operasi pasar terbuka

(OPT) dilaksanakan berdasarkan piranti yang dimiliki oleh Bank Indonesia

(Bank Indonesia, 2005), yaitu :

1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

2. Surat Utang Negara (SUN)

3. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI)

4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)

5. SBI Repo

6. Fine Tune Operation

7. Sterilisasi Valas

Piranti OPT yang dimiliki oleh Bank Indonesia itu seluruhnya

dimaksudkan untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Dari beberapa piranti

OPT, Bank Indonesia memiliki piranti utama yaitu SBI. Dari piranti utama ini

14
Bank Indonesia mengandalikan jumlah uang yang beredar dengan menetapkan

suku bunga, yang lebih dikenal dengan suku bunga SBI.

Suku bunga SBI ditetapkan oleh BI dengan mengikuti perkembangan

perekonomian Indonesia, seperti mengikuti tingkat inflasi dan pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Hal ini sesuai dengan tugas BI untuk menjaga tingkat

inflasi dengan konsep inflation targeting framework Bank Indonesia.

Kemudian suku bunga SBI dijadikan acuan oleh lembaga keuangan seperti

bank dan perusahaan pembiayaan. Bank menjadikan acuan dalam

menentukan suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan dan oleh

lembaga keuangan dijadikan untuk suku bunga pembiayaan.

Suku bunga merupakan opportunity cost of holding money, sehingga

bila suku bunga meningkat maka keinginan memegang uang menurun

(Boediono, 1985). Suku bunga pinjaman juga dapat juga disebut suku bunga

kredit, Djinarto (2000) dalam Risdwianto (2004) mengemukakan beberapa

pendapat yang menentukan tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan oleh

perbankan yaitu :

1. Profit Margin yaitu persentase rentang keuntungan yang ingin

didapatkan bank pada kebijakan harga kredit yang ditujukan untuk

memperoleh return on asset.

2. Cost to Service yaitu persentase yang dibebankan atas biaya yang

dikeluarkan oleh penghimpun dana serta admistrasi rekening dana

dan pinjaman.

15
3. Credit Premium yaitu penambahan evaluasi kemungkinan terjadinya

resiko dimana kredit tidak terbayar oleh debitur.

4. Cost of Fund yaitu hasil murni suku bunga dengan

mempertimbangkan asset dana yang bisa dipinjamkan.

2.1.3.1 Bank dan Perusahaan Pembiayaan

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, dijelaskan

bahwa bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau dalam bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat. Perbankan Indonesia menganut dual banking system, yaitu mengenal

bank umum konvensional dan bank umum syariah. Bank umum yang

konvensional mengenal suku bunga dalam kegiatan operasionalnya. Bank

umum syariah sendiri adalah bank yang dijalankan dengan sistem Islam,

sehingga mengharamkan suku bunga dalam kegiatan operasional mereka. Bank

menghimpun dana dari masyarakat dengan memberikan persentase tertentu

dalam bentuk suku bunga yang dihitung berdasarkan jumlah dana yang mereka

simpan, dan kemudian ditambahkan ke dalam dana mereka. Suku bunga juga

diberlakukan oleh bank untuk semua pinjaman dana yang dilakukan oleh

masyarakat dalam bentuk persentase tertentu yang ditambahkan ke dalam dana

yang pinjam oleh masyarakat dan harus dibayarkan oleh masyarakat dalam

periode waktu yang disepakati dengan pihak bank.

16
Perusahaan pembiayaan atau multifinance memperoleh dana dengan

cara menerbitkan surat berharga (saham) dan obligasi atau meminjam dari

bank, dan digunakan dalam proses memberikan pinjaman (sering dalam jumlah

kecil) untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan bisnis. Ada tiga tipe dari

perusahaan pembiayaan, yaitu (1) sales finance companies yang dimiliki oleh

perusahaan ritel atau manufaktur dan memberikan pinjaman kepada konsumen

untuk membeli barang dari perusahaan tersebut, (2) costumer finance company

memberikan pinjaman kepada konsumen untuk membeli barang seperti

furniture atau alat-alat rumah, untuk meningkatkan kegunaan rumah, atau

untuk membantu membiayai pinjaman kecil, dan (3) business finance

companies menyediakan kredit dalam bentuk khusus untuk bisnis dengan

membuat pinjaman (Mishkin, 2001).

Perusahaan pembiayaan berbeda dengan bank dalam penghimpunan

dana, bank menghimpun dana dari masyarakat sedangkan perusahaan

pembiayaan mendapatkan dana dari penerbitan obligasi atau pinjaman dari

bank sebelum disalurkan ke konsumen. Perusahaan pembiayaan dapat

dikatakan adalah pihak kedua sebelum menyalurkan kredit dari bank ke

masyarakat. Dalam hal ini perusahaan pembiayaan sebagai debitur dan bank

sebagai kreditur, kemudian perusahaan pembiayaan menjadi kreditur saat

menyalurkan kredit kepada konsumen.

2.1.3.2 Pengertian Kredit

17
Perkataan kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti

kepercayaan atau dalam bahasa latin Creditum yang berarti kepercayaan akan

kebenaran. Pengertian kredit ini kemudian berkembang dalam kehidupan

sehari-hari dengan definisi yang lebih luas dan agak lain dari kata asalnya

(Dana F Kellerman, 1971; 237). Selanjutnya Kohlers (1987), kredit adalah

kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu

pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan ditangguhkan pada suatu

jangka waktu tertentu, yang telah disepakati. Dalam UU No.10 Tahun 1998

tentang Perbankan, kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga.

Dari perkataan kredit tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

seorang memperoleh kredit atas dasar adanya kepercayaan terhadap

permohonan memenuhi kewajibannya. Perkataan kredit sekarang ini sudah

sangat dikenal luas dalam kehidupan masyarakat, hal ini disebabkan karena

sudah begitu banyaknya barang-barang yang beredar dipasaran yang dapat

diperoleh dalam fasilias kredit.

Produk bank dari sisi aktiva adalah perkreditan. Kredit-kredit yang

termasuk produk bank diantaranya (Dendawijaya, 2001), adalah sebagai

berikut:

18
1. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah

kredit (debitor) untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan

debitur.

2. Kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah kredit

(debitor) untuk membiayai pembelian barang modal (investasi).

3. Kredit konsumsi, yaitu fasilitas kredit yang diberikan bank kepada

debitor untuk keperluan pembelian barang-barang konsumsi yang

diperlukan debitor.

Rachmat dan Maya (2000) dalam Risdwianto (2004) menyatakan

fungsi kredit pada dasarnya merupakan pemenuhan jasa untuk melayani

kebutuhan masyarakat untuk mendorong dan melancarkan proses perdagangan,

melancarkan dan mendorong produksi, jasa-jasa, dan konsumsi. Jika dijabarkan

dengan lebih terinci fungsi dari kredit adalah sebagai berikut :

1. Kredit digunakan untuk memajukan arus tukar menukar barang-

barang dan jasa.

2. Kredit dapat digunakan untuk mengubah dana yang tidak produktif

menjadi dana yang produktif.

3. Kredit sebagai alat pengendalian harga. Peningkatan jumlah uang

yang beredar pada masyarakat dapat dilakukan dengan

mempermudah dan mempermurah pemberian kredit kepada

masyarakat.

19
4. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan utilitas dari potensi-

potensi ekonomi yang ada.

Kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) timbul karena

kegagalan pihak debitor dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar sisa

pembayaran (cicilan) pokok kredit yang telah disepakati kedua belah pihak

dalam perjanjian kredit (Dendawijaya, 2001). Kolektibilitas kredit berdasarkan

ketentuan yang dibuat BI, pertama adalah kredit lancar yaitu kredit yang tidak

mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.

Kedua adalah kredit kurang lancar, kredit yang pengembalian pokok pinjaman

dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari

waktu yang diperjanjikan. Ketiga, kredit diragukan yaitu kredit yang

pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami

penundaan selama enam bulan atau dua kali dari jadwal yang telah

diperjanjikan. Kemudian keempat adalah kredit macet, kredit yang

pengembalian pokok pinjaman dan pengembalian bunganya telah mengalami

penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah

diperjanjikan.

2.1.3.3 Penawaran dan Permintaan Kredit

Penawaran dan permintaan kredit dapat dijelaskan melalui gambar

dan model. Pada sumbu tegak menggambarkan harga dari kredit yaitu suku

bunga, Boediono (1985) menjelaskan bahwa suku bunga merupakan biaya dari

memegang uang khususnya merupakan biaya imbangan. Sehingga dalam

20
grafik, sumbu tegak menggambarkan suku bunga dalam persen dan sumbu

datar menggambarkan kuantitas kredit dalam mata uang berlaku.

Suku Bunga Kredit (r) %

Kuantitas Kredit (L)

Gambar 2.1. Keseimbangan Penawaran dan Permintaaan Kredit

Keseimbangan penawaran dan permintaan kredit terjadi pada titik E,

dimana penawaran sebesar Sc dan permintaan sebesar Dc. Dengan suku bunga

sebesar r0 persen dan kredit sebesar L0 unit mata uang (Gambar 2.1).

Penurunan kredit akibat faktor-faktor permintaaan merupakan

sesuatu yang terjadi ketika perekonomian suatu bangsa mengalami kelesuan

(resesi) (Rahmawati, 2005). Dari sisi makro perusahaan, masalah struktural

seperti penyesuaian untuk mengurangi rasio utang terhadap modal (debt-equity

ratio) yang meningkat akibat krisis merupakan penyebab turunnya permintaan

kredit. Adanya ketidakpastian (uncertain) dan iklim berusaha (business

21
confidence) yang rendah juga merupakan penyebab rendahnya keinginan untuk

melakukan investasi sehingga permintaan kredit juga mengalami penurunan.

Penurunan kredit dari sisi penawaran disebabkan oleh turunnya

keinginan bank untuk memberikan pinjaman. Faktor-faktor yang dapat

menyebabkan menurunnya keinginan perbankan untuk memberikan kredit

dapat bersumber dari faktor internal mupun eksternal. Faktor internal berupa

rendahnya kualitas asset perbankan, tingginya NPL, dan anjloknya modal

perbankan akibat depresiasi serta negative interest margin akan menurunkan

kemampuan bank untuk member kredit.

Faktor eksternal berupa menurunnya kelayakan kredit

(creditsworthiness) dari debitur akibat melemahnya kondisi keuangan

perusahaan, sehingga bank akan mengalami kesulitan untuk membedakan

tingkat kelayakan kredit dari debitur. Intinya adalah asymetric information

yang menyebabkan bank mengurangi volume kredit mereka. Keengganan bank

untuk menyalurkan kredit seringkali tidak diikuti dengan kenaikan suku bunga

(price credit rationing), melainkan diikuti oleh pengurangan kredit secara

kuantitas (non-price credit rationing).

2.1.3.4 Resiko Kredit

22
Penyaluran kredit meski dijalankan sesuai prosedur masih memiliki

resiko. Resiko dalam penyaluran kredit yang biasa terjadi adalah

ketidaksimetrisan informasi (asymetric information) antara pemilik dana

(kreditur) dan peminjam dana (debitur). Mishkin (2001) menggolongkan

asymetric information dalam dua hal yaitu adverse selection dan moral hazard,

kedua hal tersebut merupakan kesalahan penyaluran dan penggunaan kredit

yang akan merugikan kreditur dikemudian hari, jika tidak memberikan kredit

secara hati-hati (prudent). Asymetric information merupakan aspek penting

dalam pasar keuangan. Adverse selection adalah masalah penyaluran kredit

sebelum transaksi dilakukan (Mishkin, 2001). Masalah ini timbul karena pihak

kreditur tidak melakukan penyaringan calon debitur secara baik dan benar.

Kebanyakan calon debitur akan melakukan segala cara menutupi riwayat

keuangan yang buruk. Membuat kreditur melihat sisi terluar dari debitur yang

sudah dipoles, namun belum tentu baik didalam. Ini membuat debitur yang

tidak baik dengan riwayat keuangan yang buruk akan mudah memperolah

dana, namun akan sulit saat pengembalian. Perilaku yang dilakukan oleh

debitur ini tentu akan merugikan kreditur.

Moral hazard, merupakan masalah lain dalam asymetric information.

Masalah penyaluran kredit setelah kontrak terkait dengan penggunaan dana

pinjaman oleh debitur. Debitur melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai

kontrak yang penuh dengan resiko yang akan membahayakan keuangan

debitur, kemudian menimbulkan kerugian pada pihak kreditur. Hal ini terjadi

23
karena debitur merasa bahwa yang akan menanggung kerugian terbesar atas

tindakannya adalah kreditur. Penyelesaian masalah adverse selection dan

moral hazard dalam pasar keuangan (Mishkin, 2001) dapat dilakukan dengan

cara pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penyelesaian Masalah Adverse Selection dan Moral Hazard


untuk Pinjaman.

Adeverse Selection Moral Hazard


1. Membuat informasi yang 1. Kekayaan bersih (asset
rahasia dan selektif dikurangi kewajiban debitur)
2. Peraturan pemerintah 2. Monitoring and enforcement of
3. Intermediasi keuangan restriction
4. Jaminan dan kekayaan bersih 3. Intermediasi keuangan

Sumber: Mishkin, 2004

2.2 Tinjauan Empiris

Fransiska dengan judul : Prosedur Pemberian Kredit Pada Bank

Rakyat Indonesia, Tbk. Ahmad Yani Makassaar, Skripsi Ekonomi STIM Nitro

(2001) hasil penelitiannya bahwa : Dapat diperoleh melalui suatu prosedur

seperti, mengajukan besarnya kredit, mendapat persetujuan dari bank,

wawancara dengan pihak bank, dan menandatangani perjanjian kredit dengan

pihak bank.

Edwin Nizal dengan judul : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Permintaan Kredit Pemilikan Mobil, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas

24
Hasanuddin (2008) hasil penelitiannya bahwa : Tingkat suku bunga

berpengaruh terhadap Kredit Kepemilikan Mobil (KPM), di mana lebih rendah

suku bunga, maka tingkat permintaan Kredit Pemilikan Mobil (KPM) semakin

tinggi. Kredit Kepemilikan mobil sangat berpengaruh terhadap pendapatan

masyarakat, di mana semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka semakin

tinggi pula permintaan Kredit Pemilikan Mobil (KPM) karena masyarakat

dapat menjangkau harga mobil.

2.3 Kerangka Pikir

Untuk memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta

untuk memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini gambar

kerangka pikir tersebut.

Pendapatan

Biaya Angsuran
Permintaan Kredit Sepeda Motor

Jangka Waktu Pengembalian Kredit

25

Harga Tunai
Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Penelitian ini menggunakan variabel independen (variabel bebas)

dan variabel dependen (variabel terikat), berdasarkan pengamatan peneliti

dalam kaitan permintaan dan acuan penelitian terdahulu, variabel independen

dalam penelitian ini adalah pendapatan, biaya angsuran, jangka waktu

pengembalian kredit, dan harga tunai sepeda motor sebagai variabel lain yang

diangkat peneliti dan acuan penelitian terdahulu lainnya, dimana keempat

variabel independen tersebut akan dilihat sejauh mana mempengaruhi

permintaan kredit sepeda motor sebagai variabel dependen.

2.4 Hipotesis

26
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan sementara

terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, yang kebenarannya

masih perlu dibuktikan atau di uji secara empiris. Berdasarkan latar belakang

dan teori-teori yang diuraikan sebelumnya maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut :

Diduga bahwa pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan

kredit sepeda motor di Kota Makasssar

Diduga bahwa biaya angsuran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar

Diduga bahwa jangka waktu pengembalian kredit berpengaruh positif dan signifikan

terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar.

Diduga bahwa harga tunai sepeda motor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

permintaan kredit di Kota Makassar

BAB III

METODE PENELITIAN

27
3.1 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer

yaitu data yang diperoleh secara langsung dari konsumen untuk mendapatkan

data yang diperlukan, melalui :

a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara pengamatan terhadap obyek.

b. Interview (wawancara), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

mengadakan tanya jawab langsung secara lisan terhadap responden.

c. Kuesioner, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara

memberikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh

masyarakat sebagai responden.

Data primer bersumber dari para konsumen yang mengambil kredit

sepeda motor yang diperoleh langsung di Kota Makassar.

Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian adalah data-

data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang berfungsi sebagai data

pendukung, yaitu:

a. Buku ataupun laporan-laporan hasil penelitian yang pernah dilakukan,

sepanjang masih ada hubungannya dengan tujuan penelitian ini agar

diperoleh hasil yang lebih baik.

b. Data-data dari BPS yang berkaitan dalam menunjang dan pencapaian

tujuan.

28
3.2 Teknik Pengambilan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan dari unit atau obyek analisa

yang ciri-ciri karakteristiknya hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini

adalah yang konsumen mengambil kredit sepeda motor di Kota Makassar.

Penyekatan populasi berdasarkan dealer sepeda motor, sebanyak lima dealer.

Untuk setiap dealer diambil 20 contoh.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi sebagai wakil yang hendak diselidiki.

Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan metode sampel acak

sederhana (simple random sampling) kepada konsumen yang memiliki kredit

sepeda motor. Dalam penelitian ini jumlah contoh yang diambil sebanyak 100

pemilik sepeda motor kredit. Sampel berjumlah 100 orang dianggap dapat

mencerminkan karakteristik populasi. Responden ditemui di tempat

tinggalnya. Hal tersebut menjadi pertimbangan karena responden memiliki

waktu luang untuk melakukan tanya jawab mengenai kuisioner. Jumlah

sampel tersebut tergambar pada tabel distribusi sampel sebagai berikut:

Tabel 3.1
Tabel 3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Kecamatan

29
DISTRIBUSI KECAMATAN Total
Tamalate Rappocini Tallo Biringkanaya
SAMPEL
Dealer CJM 5 5 5 5 20
Dealer ADM 5 5 5 5 20
Dealer SJAM 5 5 5 5 20
Dealer MM 5 5 5 5 20
Dealer SC 5 5 5 5 20
TOTAL 25 25 25 25 100

3.3 Metode Analisis Data

Analisis data dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau

menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian.

Analisis deskriptif berupaya untuk memperoleh deskripsi yang lengkap

dan akurat dari suatu situasi.

Analisis deskriptif digunakan untuk mengemukakan hasil penelitian

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit sepeda

motor dengan obyek penelitian adalah konsumen Kota Makassar. Data

dikumpulkan meliputi data primer yang diperoleh dengan melakukan

penelitian secara langsung terhadap responden di Kota Makassar

dilengkapi dengan data sekunder yang diperoleh dari perpustakaan, BPS.

2. Analisis kuantitatif

Yaitu metode yang didasarkan pada analisis variabel-variabel yang dapat

dinyatakan dengan jelas atau menggunakan rumus yang pasti. Pengujian

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit sepeda

30
motor menggunakan model regresi linear berganda yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh dari beberapa variabel independen terhadap

variabel dependen.

Model analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

model analisis inferensial, yaitu analisis regresi berganda untuk mengetahui

pengaruh pendapatan, jangka waktu pengambilan kredit, biaya angsuran dan

harga tunai sepeda motor terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota

Makassar yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, X4) .(1)

Secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi Cobb-Douglas berikut:

Y = 0 X1 1 X2 2 X3 3 X4 4 e ..(2)

Untuk mengestimasi koefisien regresi, Feldstein (1988) mengadakan

transformasi ke bentuk linear dengan menggunakan logaritma natural (ln) ke

dalam model sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ln Y = Ln 0 + 1 Ln X1 + 2 Ln X2+ 3 Ln X3 + 4 Ln X4+ i...(3)

dimana:

Y : Permintaan Kredit Sepeda Motor di Kota Makassar

0 : Konstanta

1, 2, 3, 4 : Parameter

31
X1 : Pendapatan

X2 : Biaya Angsuran

X3 : Jangka Waktu Pengembalian Kredit

X4 : Harga Tunai Sepeda Motor

i : Variabel Gangguan

3.4 Definisi Operasional

Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabel-

variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

definisi operasional sebagai berikut:

1. Permintaan kredit sepeda motor (Y) adalah besarnya permintaan nilai

kredit yang digunakan untuk membeli sepeda motor. Variabel

permintaan kredit sepeda motor dinyatakan dalam rupiah perbulan.

2. Pendapatan (X1) adalah total penerimaan debitur secara keseluruhan.

Variabel pendapatan dinyatakan dalam satuan rupiah perbulan.

3. Biaya Angsuran (X2) adalah biaya yang dibayar oleh debitur kepada

kreditur tiap bulan untuk pelunasan kredit. Variabel biaya angsuran

dinyatakan dalam rupiah perbulan.

4. Jangka Waktu Pengembalian Kredit (X 3) adalah lamanya waku

pengambilan kredit yang diberikan pihak kreditur kepada debitur

dinyatakan dalam satuan bulan.

32
5. Harga Tunai Sepeda Motor (X4) adalah Jumlah uang yang dibutuhkan

untuk membeli sebuah sepeda motor. Variabel harga dinyatakan dalam

satuan rupiah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

33
4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1.1 Luas Wilayah

Kota Makassar memiliki luas wilayah sekitar 175,77 Km2 atau kira-kira

0,28% dari luas provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kota Makassar yang

tercatat 175,77 Km2 memiliki 14 kecamatan. Posisi kota Makassar terletak di bagian

barat Provinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas adminstrasi sebagai berikut:

Sebelah Utara (Kecamatan Biringkanaya) : Berbatasan dengan Kabupaten Maros.

Sebelah Selatan (Kecamatan Tamalate) : Berbatasan dengan Kabupaten Gowa.

Sebelah Timur (Kecamatan Manggala) : Berbatasan dengan Kabupaten Maros.

Sebelah Barat (Kecamatan Tallo) : Berbatasan dengan Selat Makassar.

Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan

Biringkanaya dengan luas area 48,22 Km2 atau 27,43 persen dari luas kota Makassar.

Berikutnya adalah Kecamatan Tamalanrea dengan luas wilayah sebesar 31,84 Km 2

atau 18,11 persen dari luas Kota Makassar dan yang menempati urutan ketiga adalah

Kecamatan Manggala 24,14 Km2 atau 13,74 persen dari luas Kota Makassar.

Sedangkan kecamatan yang memiliki luas paling kecil adalah Kecamatan Mariso

dengan luas wilayah sebesar 1,82 Km2 atau 1,04 persen dari luas kota Makassar.

Disusul dengan kecamatan Wajo sebesar 1,99 Km2 atau 1,13 persen dari luas Kota

Makassar. Dan kecamatan Bontoala merupakan kecamatan terkecil ketiga dengan

luas wilayah sebesar 2,10 Km2 atau 1,19 persen dari luas Kota Makassar. Untuk

memperjelas penjelasan tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

34
Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Persentase Terhadap Luas Wilayah Menurut
Kecamatan Di Kota Makassar (Km2)

Kode Kecamatan Luas Area Persentase Terhadap


Wil (Km2) Luas Kota Makassar
010 Mariso 1,82 1,04
020 Mamajang 2,25 1,28
030 Tamalate 20,21 11,50
031 Rappocini 9,23 5,25
040 Makassar 2,52 1,43
050 Ujung Pandang 2,63 1,50
060 Wajo 1,99 1,14
070 Bontoala 2,10 1,19
080 Ujung Tanah 5,94 3,38
090 Tallo 5,83 3,32
100 Panakkukang 17,05 9,70
101 Manggala 24,14 13,73
110 Biringkanaya 48,22 27,43
111 Tamalanrea 31,84 18,11
7371 Makassar 175,77 100
Sumber: Makassar dalam angka 2011

4.1.1.2 Jumlah Penduduk

Penduduk Kota Makassar tahun 2010 adalah sebebsar 1.339.473 jiwa yang

terdiri dari 661.379 jiwa laki-laki dan 677.995 jiwa perempuan. Jumlah rumah tangga

di Kota Makassar tahun 2010 mencapai 306. 306.879. Dengan Kecamatan Tamalate

memiliki posisi nomor satu untuk jumlah penduduk terbesar di Kota Makassar yakni

sebanyak 170.878 jiwa pada tahun 2010. Sementara Kecamatan Biringkanaya

menempati posisi kedua dengan jumlah penduduk sebesar167.741 jiwa pada tahun

2010, disusul dengan kecamatan Rappocini dengan jumlah penduduk sebesar

151.091 jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah rumah tanggan terbesar di Kota

Makassar adalah Kecamatan Tamale dengan jumlah rumah tangga sebesar 41.298

35
rumah tangga. Disusul dengan Kecamatan Biringkanaya dengan jumlah rumah

tangga sebesar 33.926 rumah tangga.

Laju pertumbuhan penduduk di Kota Makassar yang paling tinggi untuk

periode 2000-2010 adalah Kecamatan Biringkanaya dengan laju pertumbuhan

penduduk sebesar 5,45 persen per tahun. Sedang kecamatan yang memiliki laju

pertumbuhan kecil adalah Kecamatan Bontoala dengan laju pertumbuhan penduduk

sebesar -0,83 persen per tahun. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jumlah

penduduk dan jumlah tangga di Kota Makassar.

Tabel. 4.2 Jumlah Penduduk , Laju Pertumbuhan Penduduk, Rumah Tangga


dan Rata-rata anggota Rumah Tangga Di Kota Makassar 2010.

Laju Rata-rata
Kode Penduduk Pertumbuhan Rumah anggota
Wil Kecamatan 2009 2010 Penduduk Tangga Rumah
2009-2010 Tangga
010 Mariso 55.431 55.875 0,56 12.026 5
020 Mamajang 61.294 58.998 -0,32 13.015 5
030 Tamalate 154.464 170.878 2,55 41.298 4

36
031 Rappocini 145.090 151.091 1,52 33.926 4
040 Makassar 84.143 81.700 -0,15 17.087 5
050 Ujung Pandang 29.064 26.904 -0,66 5.594 5
060 Wajo 35.533 29.359 -1,83 5.923 5
070 Bontoala 62.731 54.197 -0,83 11.074 5
080 Ujung Tanah 49.103 46.688 0,23 9.359 5
090 Tallo 137.333 134.294 -0,23 27.493 5
100 Panakkukang 136.555 141.382 0,98 33.758 4
101 Manggala 100.484 117.075 3,90 25.363 5
110 Biringkanaya 130.651 167.741 5,45 39.272 4
111 Tamanlanrea 90.473 103.192 2,02 30.879 3

7371 Makassar 1.274.473 1.339.473 1,65 306.879 4

Sumber: Makassar dalam angka 2011

Persebaran penduduk antar kecamatan relatif tidak merata. Hal ini Nampak

dari tabel 4.3 di mana Kecamatan Tamalate memiliki jumlah penduduk terbesar di

Kota Makassar atau 12,76 persen dari total penduduk namun luas wilayahnya hanya

meliputi sekitar 11,50 persen dari total luas wilayah Kota Makassar. Dilihat dari

tingkat kepadatan penduduk, nampak pada tabel 4.3 bahwa Kecamatan Makassar

memiliki kepadatan penduduk yang tertinggi yaitu 32.421 jiwa per km 2 dan

Kecamatan Tamalanrea memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu 3.241 jiwa per

km2.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di


Kota Makassar 2010

Kode Kecamatan Luas Jumlah Kepadata


Wil Area % Pendudu % n
(Km2) k Penduduk
(org/Km2)
010 Mariso 1,82 1,04 55.875 4,17 30.701

37
020 Mamajang 2,25 1,28 58.998 4,40 26.221
030 Tamalate 20,21 11,50 170.878 12,76 8.455
031 Rappocini 9,23 5,25 151.091 11,30 16.370
040 Makassar 2,52 1,43 81.700 6,10 32.421
050 Ujung Pandang 2,63 1,50 26.904 2,01 10.230
060 Wajo 1,99 1,14 29.359 2,19 14.753
070 Bontoala 2,1 1,19 54.197 4,04 25.808
080 Ujung Tanah 5,94 3,38 46.688 3,50 7.860
090 Tallo 5,83 3,32 134.294 10,02 23.035
100 Panakkukang 17,05 9,70 141.382 10,55 8.292
101 Manggala 24,14 13,73 117.075 8,74 4.850
110 Biringkanaya 48,22 27,43 167.741 12,52 3.479
111 Tamanlanrea 31,84 18,11 103.192 7,70 3.241
7371 Makassar 175,77 100 1.339.473 100 7.621
Sumber: Makassar dalam angka 2011

4.1.2 Karakterisitik Responden

Responden dalam penelitian ini terdiri dari 100 sampel yang

diperoleh dari lima dealer sepeda motor di Kota Makassar yang

mewakili tiga merk sepeda motor terlaris di Indonesia. Pengembalian

data primer diambil secara langsung melalui tanya jawab dengan

responden melalui kuisioner dengan pertanyaan terbuka (open

question) yang tersebar di 4 (empat) kecamatan di Kota Makassar.

Selanjutnya responden akan didistribusi berdasarkan kelompok umur,

jenis pekerjaan, dan kuartil pendapatan.

4.1.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

38
Kelompok umur yang dimaksud adalah orang yang mengambil

kredit sepeda motor yang berumur 17-55 tahun ke atas.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok Umur
Kelompok Umur Frekuensi Persentas
e
20-30 48 48
31-40 27 27
41-50 21 21
>51 4 4
Jumlah 100 100
Sumber: Data Primer 2012 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas kelompok umurresponden yang

berumur antara 21 tahun hingga 30 tahun sebanyak 48 persen atau

48 orang dari total seluruh responden. Responden yang berusia 31

tahun hingga 40 tahun sebanyak 27 persen atau 27 orang dari total

seluruh responden, dan yang berusia 41 tahun hingga 50 tahun

sebanyak 21 persen atau 21 orang dari total responden. Empat persen

lainnya merupakan responden yang berusia lebih dari 50 tahun dari

total seluruh responden.

4.1.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Status pernikahan yang dimaksud adalah orang yang mengambil kedit sepeda

motor yang telah menikah atau belum

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan

39
Status Frekuensi Persentase
Belum Menikah 44 44
Menikah 66 66
Jumlah 100 100
Sumber: Data Primer 2012 (Diolah)

Berdasrkan tabel di atas sebanyak 44 responden belum menikah dengan

persentase 44% dari total seluruh responden. Dan 66 responden menikah atau 66%

dari total seluruh responden.

4.1.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang dimaksud adalah orang yang mengambil kredit sepeda

motor dalam golongan tenaga kerja yaitu angkatan kerja yang bekerja dan

mempunyai penghasilan.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Frekuens Persentas
i e
TNI/POLRI 2 2
PNS 19 19
Pegawai Swasta/BUMN 56 56
Guru 8 8
Wiraswasta 15 15
Jumlah 100 100
Sumber: Data Primer 2012 (Diolah)

40
Dari tabel 4.6 di atas sebanyak 2 responden berprofesi sebagai

anggota TNI/POLRI atau 2 persen dari total seluruh responden.

Sebanyak 19 responden atau 19 persen dari total seluruh responden

berprofesi sebagai PNS. 56 responden atau 56 persen dari total

seluruh responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta dan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Selanjutnya 8 responden atau 8

persen dari total seluruh responden bekerja sebagai Guru, dan 15

responden lainnya atau 15 persen dari total seluruh responden

berprofesi sebagai wiraswasta atau memliki usaha sendiri. Tabel 4.6

memperlihatkan jenis pekerjaan sebagai wirausaha, responden yang

memiliki pekerjaan ini sebanyak 15 persen. Sisanya responden yang

memiliki pekerjaan, yang terdiri dari PNS dan TNI/ Polri sebanyak 2

persen, PNS 19 persen, pegawai swasta dan BUMN 56 persen, dan

Guru 8 persen. Sehingga dapat disimpulkan pekerjaan dengan

pendapatan yang tetap sebanyak 85 persen, dan sisanya

berpenghasilan tidak tetap.

4.1.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kuartil Pendapatan.

41
Pendapatan yang dimaksud Tabel 4.7 berikut ini adalah besaran pendapatan

yang diperoleh dari hasil bekerja dan/usaha lain.

Table 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan
Pendapatan Frekuensi Persentase
< 1.000.000 18 18
1.000.001 - 2.000.000 51 51
2.000.001 - 3.000.000 19 19
3.000.001 - 4.000.000 6 6
4.000.001 - 5.000.000 4 4
> 5.000.000 2 2
Jumlah 100 100
Sumber: Data Primer 2012 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, responden yang memiliki pendapatan

<1.000.000 sebanyak 18 responden atau 18% dari total seluruh responden.

Responden terbanyak terdapat pada responden yang memiliki pendapatan antara

1.000.001 2.000.000 sebanyak 51 orang atau 51% dari total responden.

Selanjutnya, pendapatan antara 2.000.001 3.000.000 sebanyak 19 responden atau

19% dari total responden. Pendapatan antara 3.000.000 - 4.000.0000 sebanyak 6

responden atau 6% dari total responden. Dan selanjutnya pendapatan antara

4.000.001-5.000.000 terdapat 4 responden atau 4% dari total seluruh responden.

Sisanya responden dengan pendapatan >5.000.000 sebanyak 2 responden atau 2%

dari total responden.

4.1.3 Hubungan Antara Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Penelitian

42
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, permintaan kredit sepeda motor

sangat dipengaruhi oleh pendapatan, biaya angsuran kredit sepeda motor, jangka

waktu pengembalian kredit yang telah ditentukan oleh dealer, serta harga sepeda

motor jika dilakukan pembayaran secara tunai.

4.1.3.1 Hubungan Antara Pendapatan Terhadap Permintaan Kredit Sepeda

Motor

Tabel 4.8 berikut ini adalah distribusi responden dilihat dari pendapatan

dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor oleh masyarakat di Kota Makassar

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan

Responden Jumlah Kredit Sepeda


Pendapatan Motor
Frekuensi % Rata-rata %
Rp < 1.000.000 18 18 1 10
Rp. 1.000.001 - 2.000.000 51 51 1 10
Rp. 2.000.001 - 3.000.000 19 19 1 10
Rp. 3.000.001 - 4.000.000 6 6 2 20
Rp. 4.000.001 - 5.000.000 4 4 2 20
Rp. > 5.000.000 2 2 3 30
Jumlah 100 100 10 100
Sumber: Data Primer 2012 (Diolah)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa dari 100 responden (100%).

Yang memiliki pendapatan < Rp. 1.000.000,- sebanyak 18 responden dengan rata-

rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak 1 unit. Kemudian dari 51 responden

memiliki pendapatan antara Rp. 1.000.001,- sampai Rp. 2.000.000,- mempunyai

permintaan kredit sepeda motor sebanyak 1 unit, begitu juga dengan dengan 19

responden yang memiliki pendapatan berkisar Rp. 2.000.001,- sampai Rp.

43
3.000.000,- mempunyai permintaan kredit sepeda motor rata-rata sebesar 1 unit.

Selanjutnya 6 responden memiliki pendapatan antara Rp. 3.000.001,- sampai Rp.

4.000.000,- mempunyai permintaan kredit sepeda motor rata-rata 2 unit. Dan 4

responden memiliki pendapatan antara Rp. 4.000.001 sampai Rp. 5.000.000,-

mempunyai permintaan kredit sepeda motor sebanyak 2 unit. Sisanya 2 responden

yang memiliki pendapatan > Rp. 5.000.000,- mempunyai permintaan kredit sepeda

motor rata-rata sebanyak 3 unit.

Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendapatan >

Rp.5.000.000 mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor terbanyak. Dan

responden yang memiliki pendapatan antara < Rp.1.000.000,- sampai Rp.

3.000.000,- mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor terendah.

4.1.3.2 Hubungan Antara Biaya Angsuran Kredit Terhadap Permintaan Kredit

Sepeda Motor

Tabel 4.9 berikut ini adalah distribusi responden dilihat dari biaya angsuran

kredit setiap bulan dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor oleh masyarakat

di Kota Makassar.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Angsuran Kredit

Kelompok Biaya Angsuran Responden Jumlah Kredit Sepeda


Kredit Motor

44
Frekuens % Rata-Rata %
i
Rp. 400.000 Rp. 1.400.000 81 81 1 12,5
Rp. 1.400.001 Rp. 16 16 2 25
2.400.000
Rp. 2.400.001 Rp. 2 2 2 25
3.400.000
Rp. 3.400.001 Rp. 1 1 3 37,5
4.400.000
Jumlah 100 100 8 100
Sumber: Data Primer 2012 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden

(100%). Dan yang mempunyai biaya angsuran antara Rp. 400.000 sampai

Rp.1.400.000,- sebanyak 81 responden dengan rata-rata permintaan kredit sepeda

motor sebesar 1 unit. 16 responden mempunyai biaya angsuran sebesar Rp.

1.400.001,- sampai Rp. 2.400.000,- dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor

sebanyak 2 unit. Selanjutnya, 2 responden mempunyai biaya angsuran berkisar

Rp.2.400.001,- sampai Rp. 3.400.000,- mempunyai rata-rata permintaan kredit

sepeda motor sebesar 2 unit. Sisanya 1 responden mempunyai biaya angsuran antara

Rp. 3.400.001,- sampai Rp. 4.400.000,- mempunyai rata-rata permintaan kredit

sepeda motor sebanyak 3 unit.

Hal tersebut menunjukkan bahwa 81 responden dari total 100 responden yang

mempunyai biaya angsuran sebesar Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 1.400.000,- memiliki

rata-rata permintaan kredit sepeda motor terendah sebanyak 1 unit. 3 responden dari

total 100 responden memiliki biaya angsuran tertinggi antara Rp. 3.400.001 sampai

45
Rp. 4.400.000,- mempunyai rata-rata permintaan sepeda motor tertinggi yaitu

sebanyak 3 unit.

4.1.3.3 Hubungan Antara Jangka Waktu Pengembalian Kredit Terhadap

Permintaan Kredit Sepeda Motor

Tabel 4.10 berikut ini adalah distribusi responden dilihat dari jangka waktu

pengembalian kredit dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor oleh

masyarakat di Kota Makassar

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian


Kredit Sepeda Motor

Jangka Waktu Responden Jumlah Kredit


Pengembalian Kredit Sepeda Motor
Frekuensi % Rata-Rata %
10 20 Bulan 27 27 1 25
21 30 Bulan 36 36 1 25
31 40 Bulan 36 36 1 25
41 50 Bulan 1 1 1 25
Jumlah 100 100 4 100
Sumber: Data Primer 2012 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden

(100%). Yang memiliki jangka waktu pengembalian kredit selama 10 sampai 20

bulan sebanyak 27 orang dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak

1 unit. 36 responden memiliki jangka waktu pengembalian kredit selama 21-30 bulan

dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak 1 unit. Selanjutnya, 36

responden yang memiliki jangka waktu pengembalian kredit selama 31 sampai 40

bulan juga mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak 1 unit.

46
Sisanya, 1 responden yang mempunyai jangka waktu pengembalian kredit sepeda

motor antara 41 sampai 50 bulan mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda

motor sebanyak 1 unit.

4.1.3.4 Hubungan Antara Harga Tunai Sepeda Motor Terhadap Permintaan

Kredit Sepeda Motor

Tabel 4.11 berikut ini adalah distribusi responden dilihat dari harga tunai

sepeda motor dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor oleh masyarakat di

Kota Makassar. Harga tunai sepeda motor itu sendiri dipengaruhi oleh merk sepeda

motor itu sendiri, jenis sepeda motor ataupun onderdil lainnya.

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Harga Tunai Sepeda Motor

Responden Jumlah Kredit


Harga Tunai Sepeda Motor Sepeda Motor
Frekuensi % Rata-rata %
Rp. 10.000.000 Rp. 20.000.000 72 72 1 12,5
Rp. 20.000.001 Rp. 30.000.000 20 20 2 25
Rp. 30.000.001 - -Rp. 40.000.000 5 5 2 25
> Rp. 40.000.000 3 3 3 37,5
Jumlah 100 100 8 100
Sumber: Data Primer 2012 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden

(100%), sebanyak 72 responden yang memiliki harga tunai sepeda motor antara Rp.

10.000.000,- sampai Rp. 20.000.000,- mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda

motor sebesar 1 unit. 20 responden memiliki harga tunai sepeda motor sebesar

Rp.20.000.001,- sampai Rp. 30.000.000,- mempunyai rata-rata permintaan kredit

47
sepeda motor sebesar 2 unit. Selanjutnya, 5 responden yang memiliki harga tunai

sepeda motor antara Rp. 30.000.001 sampai Rp. 40.000.000,- mempunyai rata-rata

permintaan kredit sepeda motor sebesar 2 unit. Dan sisanya 3 responden yang

memiliki harga tunai sepeda motor > Rp. 40.000.000,- memiliki rata-rata permintaan

kredit sepeda motor sebanyak 3 unit.

Hal tersebut memunjukkan bahwa 72 responden dari 100 responden yang

memiliki harga tunai sepeda motor antara Rp. 10.000.000,- sampai Rp. 20.000.000,-

memiliki rata-rata permintaan kredit sepeda motor terendah. Dan 3 responden dari

100 responden yang memiliki harga tunai sepeda motor sebesar > Rp. 40.000.000,-

mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor terbesar.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Regresi

Untuk mengetahui pengaruh dari tiap-tiap variabel X terhadap Y maka

dilakukan perhitungan regresi linear berganda dengan menggunakan Eviews 3.0.

Hasil Perhitungan regresi linear berganda mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan kredit seepda motor di Kota Makassar secara terperinci

hasil regresi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

48
Tabel 4.12

Rekapitulasi Data Hasil Regresi Linear Berganda

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistik Prob.


C -11.97679 0.770795 -15.53822 0.0000
X1 0.088635 0.058135 1.524639 0.1307
X2 0.386743 0.151330 2.555627 0.0122
X3 0.353329 0.112473 3.141472 0.0022
X4 0.264372 0.145313 1.819328 0.0720

R-squared 0.752973

Adjusted R-squared 0.742572


S.E of Regresssion 0.152576
F-statistik 72.39321

*signifikansi pada level 5%


C adalah konstanta/intersep, X1 adalah pendapatan, X2 adalah biaya angsuran, X3
adalah jangka waktu pengembalian kredit, X4 adalah harga tunai sepeda motor.

4.2.2 Interpretasi Hasil


Berdasarkan pada Tabel 4.12 maka diperoleh model dari perhitungan

pengaruh pendapatan, biaya angsuran, jangka waktu pengembalian kredit, dan harga

tunai sepeda motor terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar

sebagai berikut:

LnY = -11.97679+0.088635lnX1+0.386743lnX2+0.353329lnX3 + 0.264372lnX4


(1.524639) (2.555627) (3.141472) (1.819328)

49
R-squared = 0.752973

Adj.R2 = 0.742572

F-satistic = 72.39321

n = 100

4.2.2.1 Konstanta atau intersep

Hasil regresi menunjukkan bahwa tanpa adanya pengaruh dari variabel-

variabel bebas (pendapatan, biaya angsuran, jangka waktu pengembalian kredit, dan

harga tunai sepeda motor) permintan kredit sepeda motor di Kota Makassar adalah

sebesar -11,97679.

Berbicara mengenai permintaan, berarti mengenai seorang konsumen

melakukan sejumlah permintaan pada tingkat harga tertentu terhadap sejumlah

barang atau jasa yang dibutuhkan, agar kebutuhan dapat terpenuhi pada suatu waktu

tertentu. Jika yang diperlukan itu adalah barang X, maka terdapat variabel yang turut

menentukan jumlah permintaan barang yang dimaksud. Misalnya tingkat pendapatan

orang yang bersangkutan, harga barang itu sendiri, selera, dan lain sebagainya.

Demikian pula dengan permintaan kredit sepeda motor dipengaruhi oleh beberapa

faktor yakni pendapatan, biaya angsuran kredit, dan jangka waktu pengembalian

kredit sepeda motor. Hasil perhitungan yang empiris menunjukkan bahwa jika tanpa

ada pengaruh variabel-variabel bebas sebagaimana telah disebutkan maka permintaan

kredit sepeda motor bernilai negatif. Untuk itu masyarakat memerlukan

50
pertimbangan dalam membeli motor secara kredit. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa secara simultan variabel pendapatan, biaya angsuran, jangka

waktu pengembalian kredit, dan harga tunai sepeda motor mempunyai pengaruh yang

berarti terhadap jumlah permintaan kredit sepeda motor.

4.2.4 Analisis Hasil Penelitian


4.2.4.1 Pendapatan (X1)

Dari hasil regresi, pendapatan (X1) mempunyai nilai koefisien sebesar

0,088365 dengan nilai tsatistik 1,524639 di mana tingkat probabilitas adalah sebesar

0,1307. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan pendapatan terhadap permintaan

kredit sepeda berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat 13%.

Hasil ini memberikan bukti empiris bahwa pendapatan keluarga memiliki

pengaruh dan signifikan terhadap permintan kredit sepeda motor, artinya tidak

terdapat perbedaan antara masyarakat yang berpendapatan tinggi dengan masyarakat

yang mempunya pendapatan rendah terhadap permintaan kredit sepeda motor.

Pendapatan masyarakat tidak berpengaruh terhadap permintaan kredit sepeda

motor atau tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi

pendapatan masyarakat, maka akan semakin tinggi pula permintaan masyarakat

terhadap kredit sepeda motor. Hal ini karena ketika pendapatan meningkat, maka

permintaan kredit sepeda motor tidak ikut meningkat. Ini diakibatkan karena

sebagian masyarakat lebih memilih membeli motor secara tunai dariapada harus

membeli sepeda motor secara kredit. Selain itu, sebagian dari masyarakat juga lebih

51
memilih menghabiskan pendapatannya untuk hal yang lebih penting, seperti biaya

pendidikan, biaya kesehatan atau biaya primer lainnya.

4.2.4.2 Biaya Angsuran Kredit (X2)

Hasil regresi biaya angsuran kredit (X2) menunjukkan nilai koefisien sebesar

0.386743 dan tstatistik sebesar 2.555627 dimana tingkat probabilitas 0.0122. Hal ini

menunjukkan bahwa hubungan biaya angsuran kredit terhadap permintaan kredit

sepeda motor berpengaruh positif dan sangat signifikan pada tingkat 1,22%. Ini

menunjukkan bahwa hubungan biaya angsuran terhadap permintaan kredit sepeda

motor di Kota Makassar adalah positif dan signifikan. Sehingga dapat dikatakan

bahwa jika biaya angsuran naik sebesar Rp.1000,-, maka permintaan kredit sepeda

motor di Kota Makassar akan meningkat sebesar Rp. 386.743,-. Oleh karena itu

variabel biaya angsuran (X2) terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan kredit sepeda motor (Y).

Hasil ini memberikan bukti empiris bahwa biaya angsuran mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap permintan kredit sepeda motor, artinya

semakin tinggi biaya angsuran kredit sepeda motor semakin meningkat pula

permintaan kredit sepeda motor. Ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan

bahwa biaya angsuran kredit sepeda motor berhubungan negatif terhadap permintaan

kredit sepeda motor di Kota Makassar. Hal ini juga disebabkan oleh naiknya biaya

BBM yang menyebabkan naiknya biaya transpotasi umum, sehingga konsumen tidak

menghiraukan biaya angsuran kredit yang tinggi, mereka lebih memilih membeli

sepeda motor secara kredit meskipun biaya angsuran tinggi daripada harus

52
menggunakan transportasi umum yang biaya jauh berat daripada menggunakan

sepeda motor. Selain itu masalah efisiensi waktu juga dikeluhkan oleh masyarakat

yang menggunakan transportasi angkutan umum yang cenderung lebih lama

dibanding menggunakan sepeda motor, sehingga itu tidak mempengaruhi biaya

angsuran kredit sepeda motor, meskipun biaya angsuran kredit sepeda motor

meningkat.

4.2.4.3 Jangka Waktu Pengembalian Kredit (X3)

Hasil regresi jangka waktu pengembalian kredit sepeda motor (X3)

menunujukkan bahwa nilai koefisien sebesar 0.353329 dan tstatistik sebesar 3.141472

dimana tingkat probabilitas adalah sebesar 0.0022. Hal ini menunjukkan bahwa

jangka waktu pengembalian kredit terhadap permintaan kredit sepeda motor

berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat 0,22%. Hal ini menunjukkan bahwa

hubungan antara jangka waktu pengembalian kredit sepeda motor dengan permintaan

kredit sepeda motor di Kota Makassar adalah positif dan sangat signifikan. Sehingga

dapat dikatakan bahwa jika jangka waktu pengembalian kredit sepeda motor naik 10

bulan maka permintaan kredit sepeda motor akan naik sebesar 3.53329 unit. Oleh

karena itu variabel jangka waktu pengembalian kredit sepeda motor (X3) terbukti

berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota

Makassar maka hipotesis diterima.

53
4.2.4.4 Harga Tunai Sepeda Motor (X5)

Hasil regresi harga tunai sepeda motor menunjukkan bahwa nilai koefisien

sebesar 0,264372 dan tstatistik sebesar 1,819328 dengan tingkat probabilitas adalah

sebesar 0,0720. Hal ini menunjukkan bahwa harga tunai sepeda motor dengan

permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar adalah positif dan agak signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan harga tunai sepeda motor terhadap permintaan

kredit sepeda motor berpengaruh positif dan agak signifikan pada tingkat 7,2%.

Hasil ini memberikan bukti empiris bahwa harga tunai sepeda motor memiliki

pengaruh yang agak signifikan terhadap permintan kredit sepeda motor, artinya harga

tunai sepeda motor tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan kredit sepeda

motor.

Harga tunai sepeda motor tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan

kredit sepeda motor. Hal ini disebabkan adanya peraturan beberapa dealer yang tidak

memperboleh konsumen untuk membeli sepeda secara tunai, karena apabila

konsumen membeli sepeda motor secara tunai dealer tersebut tidak memperoleh

keuntungan seperti ketika dealer memberikan pembelian secara tunai kepada

konsumen. Hal itu karena apabila konsumen membeli sepeda motor secara kredit,

maka dealer akan menerima pembayaran bunga sebagai keuntungan dari

pengembalian kredit sepeda motor.

BAB V

54
PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Variabel pendapatan dan harga tunai memiliki pengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar.

2. Variabel biaya angsuran, dan jangka waktu pengembalian kredit memiliki

pengaruh memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan

kredit sepeda motor di Kota Makassar.

3. Variabel-variabel bebas yaitu pendapatan, biaya angsuran, dan harga tunai

sepeda motor secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi variabel

terikat atau permintaan kredit sepeda motor sebesar 75,3 persen sedangkan

sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi

model.

5.2 SARAN

55
Berikut adalah saran-saran yang dapat direkomendasikan berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan:

1. Debitur tidak perlu ragu terhadap pendapatan dalam memenuhi kebutuhan

sepeda motor. Karena, sejauh ini pendapatan debitur tidak mempengaruhi

permintaan kredit sepeda motor. Permintaan kredit sepeda motor masih bisa

dijangkau dengan pendapatan rata-rata masyarakat di Kota Makassar.

2. Debitur sepeda motor sendiri sebaiknya memperhatikan biaya angsuran kredit

yang diberikan oleh dealer, agar dapat mencegah terjadinya kredit macet.

Selain itu, debitur sebaiknya memperhatikan pengambilan kredit motor secara

berlebihan secara yang secara tidak langsung dapat menyebabkan

kesemrawutan transportasi akibat membludaknya pembelian sepeda motor

oleh debitur itu sendiri.

3. Untuk pemerintah (BI) sebaiknya perlu memberikan tingkat suku bunga yang

sesuai agar konsumen tidak terjebak dalam kredit macet dalam pelunasan

sepeda motor.

4. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis permintaan kredit sepeda

motor terutama variabel pendapatan, dan harga tunai pembelian motor.

5. Pada penilitian lanjut, peneliti diharapkan menambahkan unit analisis Jumlah

anggota Rumah Tangga sebagai variabel tambahan faktor penentu permintaan

kredit sepeda motor di Kota Makassar.

56

Anda mungkin juga menyukai