Anda di halaman 1dari 78

MODUL

PERPINDAHANPANASKONDUKSI
STEADYSTATEONEDIMENSIONAL

Ruang Lingkup Pembahasan:


Penjabaran persamaan matematika untuk bidang permukaan solid:
Empat persegi geometris
Silinder geometris
Spherical/Bulat geometris
Bidang yang diperluas (Sirip/Fin)

PERPINDAHAN PANAS
(HEAT TRANSFER)

oleh
Consultant Ali Hasimi Pane
ADVANCE LEARNING PROGRAM
(ALP CONSULTANT)

KONSENTRASI BIDANG STUDI


Thermodinamika, Perpindahan Panas, Mekanika Fluida, Konservasi Energi

Study Application Majors


Heat Exchanger, Steam Systems, Refrigeration and AC Systems, Waste Heat
Technology, Lubricant Technology

ALAMAT KONTAK
By Phone:
+6281370934621

By Email:
ali.h.pane@gmail.com
MUKADDIMAH

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas izin-
Nyalah buku dengan judul: Modul Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One
Dimensional dapat dikerjakan, meskipun sebenarnya masih dibutuhkan koreksi-koreksi
dalam penyempurnaannya, baik itu isi, penyusunan kalimat maupun sisi manfaatnya.
Materi dalam buku ini ditulis dikutip berdasarkan dari beberapa buku teknik khususnya
buku perpindahan panas yang familiar digunakan untuk studi tersebut, dan referensi-
referensi lainnya supaya isi dan pembahasan lebih bervariasi.
Buku ini ditulis berisikan pembahasan dan penjabaran tentang persamaan-
persamaan umum dari proses perpindahan panas konduksi untuk steady state one
dimensional, dengan diberi detail penjelasan untuk beberapa persamaan yang
dimaksudkan supaya baik pembaca maupun pengguna dapat dengan mudah untuk
memahaminya. Selain itu buku ini adalah fokus terhadap pembahasan perpindahan
panas konduksi pada bidang dengan bentuk geometri, diantaranya: empat persegi,
silinder, spherical/bulat dan bidang permukaan yang diperluas (sirip/fin). Dan
diusahakan tetap berorientasi terhadap referensi yang digunakan.
Demikianlah buku ini diperbuat, dimana penulis dalam proses penulisan buku
ini hanya ingin memperkaya pengetahuan penulis yang sangat sedikit. Atas pengetahuan
yang sedikit tersebut penulis berusaha untuk dapat mengaktualisasikannya dalam bentuk
tulisan dengan membagi waktu diantara tugas-tugas wajib kesibukan yang juga harus
diselesaikan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
pengguna dan pembaca, agar supaya buku ini dapat diperbaiki dan tepat sasaran sesuai
dengan tema yang disajikan. Besar harapan penulis bahwa buku ini dapat bermanfaat
bagi khalayak banyak, baik bagi pembaca dan pengguna maupun penulis sendiri.

Medan, April 2015


Penulis,

Ali Hasimi Pane

i
Beranjak dari hadist Nabi Muhammad SAW
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat (HR. Bukhari)

Dari hadist tersebut saya mencoba mengaktualisasikan pengetahuan yang sedikit


dan saya pahami melalui tulisan, dengan harapan untuk memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan saya untuk lebih bermanfaat

Dedikasi:
Tulisan yang saya tuangkan dalam bentuk buku modul ini saya peruntukkan terutama
untuk kedua orang tua (Ayahanda dan Ibunda) sebagai rasa hormat dan ucapan terima
kasih saya atas perkataan bimbingan, nasehat dan buaian kasih sayang yang telah
diberikan dari masa kecil hingga saya sampai saat sekarang ini

Kemudian tulisan buku ini saya peruntukan terkhusus untuk istri saya tercinta yang
telah memberikan dorongan semangat, baik moril maupun materil, yang sangat luar
biasa dalam proses penyelesaian tulisan buku ini

ii
Diharapkan bagi para pembaca dan pengguna buku ini, untuk tetap membaca buku-
buku (original textbook) tentang perpindahan panas lainnya sebagai bahan
perbandingan agar supaya tidak keluar dari pemahaman definisi dan phenomena-
phenomena original materi perpindahan panas itu sendiri

iii
Secarik kata:

Belajarlah selagi kita diberi nafas dan kehidupan


Karena kehidupan yang kita jalani dan akan lalui tidak lepas dari proses pembelajaran
Belajarlah karena hidup bersirkulasi atas hasil dari proses belajar itu sendiri
Belajarlah untuk tidak menilai tapi memilih
Belajar janganlah melihat isi tapi telaahlah manfaatnya
Dan belajarlah atas dasar harapan, karena harapan terbentuk atas belajar itu sendiri
Belajarlah untuk menjadikan dirimu sebagai pena dan tulislah alam dunia ini sebagai
lembaran-lemabaran maha karyamu
Dan ingatkanlah dirimu bahwa hidup akan terhenti jika harapan belajar dihentikan
by
Ali Hasimi Pane

iv
DAFTAR ISI

MUKADDIMAH ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iv

1. Perpindahan Panas Konduksi Kondisi Steady State Satu Dimensi ........................ 1


2. Konduksi pada Bidang Datar dalam Kondisi Steady State Satu Dimensi ............. 6
2.1 Bidang/dinding datar geometri.................................................................................... 6
2.2 Dinding komposit susunan seri ................................................................................... 7
2.3 Dinding komposit susunan parallel ............................................................................. 9
2.4 Dinding komposit susunan kombinasi ....................................................................... 10
Contoh soal 2.1 ................................................................................................................ 11
Contoh soal 2.2 ................................................................................................................ 13
Contoh soal 2.3 ................................................................................................................ 15

3. Konduksi pada Bidang Silindris dalam Kondisi Steady State Satu Dimensi ........ 17
3.1 Bidang silindris berlubang ......................................................................................... 18
3.2 Bidang silindris dinding komposit ............................................................................. 21
Contoh soal 3.1 ................................................................................................................ 22
Contoh soal 3.2 ................................................................................................................ 23

4. Bidang Bulat Geometris (Koordinat Spherical)......................................................... 26


4.1 Bidang bulat berlubang (hollow sphere) .................................................................... 26
4.2 Bidang bulat berlubang susunan komposit ................................................................ 28
Contoh soal 4.1 ................................................................................................................ 29

5. Perpindahan Panas Konduksi dengan Sumber Pembangkit Kalor Uniform ......... 32


5.1 Bidang/dinding datar .................................................................................................. 32
5.2 Sistem silindris geometris .......................................................................................... 33
5.3 Sistem silindris geometris berlubang ......................................................................... 35
5.4 Sistem bulat geometris berlubang .............................................................................. 35
Contoh soal 5.1 ................................................................................................................ 36

6. Tebal kritis isolasi ........................................................................................................ 41

v
7. Perpindahan Panas untuk Permukaan yang Diperluas (Sirip/Fin) ......................... 42
7.1 Persamaan umum untuk permukaan yang diperluas .................................................. 42
7.2 Analisis Fin dengan Luas Penampang Merata (unifrom) .......................................... 44
7.2.1 Kasus A: panjang fin pada x = ................................................................... 46
7.2.2 Kasus B: ujung fin adalah diisolasi ................................................................ 48
7.2.3 Kasus C: temperatur pada ujung fin adalah ditentukan, pada x = L ............... 51
7.2.4 Kasus D: ujung fin dipengaruhi perpindahan panas konveksi, pada x = L .... 54
7.3 Efisiensi dan Efektivitas Fin ...................................................................................... 57
7.3.1 Efisisensi fin ................................................................................................... 57
7.3.1.1 Efisiensi fin untuk kasus A .............................................................. 57
7.3.1.2 Efisiensi fin untuk kasus B ............................................................... 58
7.3.1.3 Efisiensi fin untuk kasus C ............................................................... 58
7.3.1.4 Efisiensi fin untuk kasus D .............................................................. 59
7.3.2 Efektivtas fin .................................................................................................. 62
7.3.2.1 Efektivitas fin untuk kasus A ........................................................... 63
7.3.2.2 Efektivitas fin untuk kasus B ........................................................... 63
7.3.2.3 Efektivitas fin untuk kasus C ........................................................... 63
7.3.2.4 Efektivitas fin untuk kasus D ........................................................... 64
7.4 Fin dengan susunan banyak ....................................................................................... 64
Contoh soal 7.1 ................................................................................................................ 66

Referensi ............................................................................................................................... 70
Biography.............................................................................................................................. 70

vi
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

1. Perpindahan panas konduksi kondisi tunak Satu Dimensi


Perpindahan panas konduksi dalam kodisi tunak satu dimensi (steady state one
dimensional) adalah perpindahan panas konduksi yang terjadi pada suatu benda/material, dimana
distribusi temperatur bukan sebagai fungsi waktu, dan aliran energi panas dominan terjadi pada satu
arah dengan mengabaikan arah aliran energi panas lainnya atau dengan kata lain arah aliran energi
panas lainnya diisolasi. Untuk kasus ini akan dijelaskan pengetahuan tentang perpindahan panas
konduksi steady state satu dimensi pada bidang geometris seperti persegi empat (dinding datar),
silinder, bidang bulat dan permukaan perpindahan panas yang diperluas atau disebut fin/sirip.

Tinjauan Dasar
Seperti gambar disamping sebuah plat datar, dimana luasan arsiran (A) dan tebal arsiran (dx) adalah
sebagai volume control yang akan dianalisa:

Gambar 1.1 Skematik perpindahan panas konduksi steady state-satu dimensi pada bidang datar
(dalam koordinat empat persegi panjang)

Dari keseimbangan energi:


Laju energi yang Laju energi yang dibang - Laju energi yang keluar Laju/perubahan
dihantar dari sisi kitkan dari dalam dari sisi kanan energi dalam

kiri volumekontrol volume kontrol volume kontrol dari volumekontrol

dapat ditulis dalam bentuk persamaan matematik:


u
q x q ''' Adx q x dx Adx .(1.1)
t

1
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

dimana:
A = luas penampang volume kontrol
A dx = volume dari volume kontrol
qx = laju perpindahan panas konduksi ke volume kontrol
q''' = energi kalor yang dibangkitkan dari dalam volume kontrol
= density volume kontrol
A dx = massa volume kontrol
u / t = laju perubahan energi dalam per massa volume kontrol

Laju perpindahan panas konduksi dari persamaan hukum Fourier:


dT
q x kA .(1.2)
dx
dimana k adalah koefisien konduktivitas thermal, T adalah temperatur, jika T sebagai fungsi lebih
dari satu variabel, maka dapat ditulis dalam bentuk differensial parsial:
T
q x kA .(1.3)
x
dalam prinsip thermodinamika dapat dinyatakan:
h u pv .(1.4)
dalam bentuk differensial:
du dh pdv vdp .(1.5)
Kemudian perpindahan panas konduksi adalah prinsip dasar perpindahan panas pada benda padat,
maka persamaan 1.5 dapat ditulis:
du dh .(1.6)
dari definisi panas spesifik diketahui:
cv dT cp dT .(1.7)
atau
cv cp c .(1.8)
dimana cv adalah panas spesifik pada volume konstan, cp adalah panas spesifik pada tekanan
konstan, keduanya merupakan persamaan untuk benda padat. Maka laju perubahan energi dalam
dapat ditulis:
u T
c .(1.8)
t t
Kemudian dari persamaan 1.1 untuk laju perpindahan panas konduksi dari sisi luar atau sisi kanan
volume kontrol dapat ditulis:
q x dx q x dq x .(1.9)

2
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

atau
dq x
q x dx q x dx .(1.10)
dx
Jika q sebagai fungsi lebih dari satu variable, maka dapat dilakukan differensial parsial:
q x
q x dx q x dx .(1.11)
x
subsitusi persamaan (1.3), (1.8), dan (1.11) ke persamaan (1.1), maka:
q x T
q x q ' ' ' Adx q x dx ( Adx) c .(1.12)
x t
eliminasi qx pada persamaan (1.12), maka:
q x T
q ' ' ' Adx dx ( Adx) c .(1.13)
x t
atau
q x T
q ' ' ' Adx dx ( Adx ) c .(1.14)
x t
Subsitusi persamaan (1.3) ke persamaan (1.14), maka:
T T
q ' ' ' Adx kA dx ( Adx) c .(1.15)
x x t
Kalikan kedua sisi dengan 1 / Adx , maka:
T T
q ''' k c .(1.16)
x x t
atau

2T T
k q ' ' ' c .(1.17)
x 2 t
Jika diselesaikan lanjut dimana (k) adalah konstan, maka:

2T q ' ' ' c T


.(1.18)
x 2 k k t
k
dimana (Thermal diffusi), maka:
c

2T q ' ' ' 1 T


.(1.19)
x 2 k t

3
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Persamaan (1.19) adalah merupakan persamaan perpindahan panas konduksi untuk dinding datar
dalam kondisi steady state satu dimensi.

Pada kondisi khusus:


Steady state

t 0
d 2T
dx 2

q '''
k
0 .(1.20)

Transient, tidak ada energi panas yang dibangkikan dari dalam


2T 1 T
q ''' 0 .(1.21)
x 2 t
Steady state dan ada energi panas yang dibangkikan dari dalam

t 0 ; q '''
0
d 2T
dx 2
0 .(1.22)

Untuk perpindahan panas konduksi sistem tiga dimensi dapat ditulis:


Untuk sistem koordinat kartesius (seperti gambar)
T T T ' ' ' T
k k k q c .(1.23)
x x y y z z t
Jika konduktivitas thermal (k) adalah konstan, maka:

2T 2T 2T q ' ' ' 1 T


.(1.24)
x 2 y 2 z 2 k t

Gambar 1.2 Skematik perpindahan panas konduksi koordinat kartesius

4
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Untuk sistem koordinasi silindris seperti gambar disamping


1 T 1 T T ' ' ' T
kr 2 k k q c .(1.25)
r r r r z z t
Jika konduktivitas thermal (k) adalah konstan, maka:

2T 1 T 1 2T 2T q ' ' ' 1 T


2 .(1.26)
r 2 r r r 2 z 2 k t

Gambar 1.3 Skematik perpindahan panas konduksi koordinat silinder

Untuk sistem koordinasi spherical


1 2 T 1 T 1 T ' ' ' T
kr 2 k sin 2 2 k q c .(1.27)
r 2 r
r r sin r sin t
Jika konduktivitas thermal (k) adalah konstan, maka:

2T 2 T 1 T 1 2T q ' ' ' 1 T


2 sin 2 .(1.28)
r 2 r r r sin r sin 2 k t

Gambar 1.4 Skematik perpindahan panas konduksi koordinat spherical

5
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

2. Konduksi pada dinding datar kondisi steady state satu dimensi


2.1 Bidang/dinding datar geometris
Perhatikan gambar 2.1, dimana energi kalor mengalir melalui dinding datar pada arah x. Sementara
itu, diasumsikan bidang datar adalah dalam kondisi tunak (steady state) dan satu dimensi, maka
untuk menentukan laju aliran perpindahan panas konduksi dapat dilakukan sebagai berikut, dari
persamaan (1.19)

2T q ' ' ' 1 T



x 2 k t

Gambar 2.1 skematik perpindahan panas konduksi pada bidang datar

dimana tidak ada energi yang dibangkitkan dari dalam, maka persamaan diatas dapat ditulis
menjadi:
2T d 2T
0 0 atau 0 ....(2.1)
x 2 dx 2
kemudian lakukan proses integrasi ganda pada persamaan (2.1)
Integrasi pertama:

d T 0 dx 2 dT C1 dx
2

atau
dT
C1 ....(2.2)
dx
Integrasi kedua:

dT C1 dx T C1 x C 2 ....(2.3)

dari gambar 2.1 diketahui kondisi batas volume kontrol:


Jika x = 0 ; maka T = T1, sehingga
T1 C1 0 C 2 atau C 2 T1 .(2.4)

6
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Jika x = L ; maka T = T2, sehingga


T2 (C1 L) C 2 atau T2 (C1 L) T1
T2 T1
C1 .(2.5)
L
subsitusi harga C1 dan C2 ke persamaan (2.3), maka:
T T
T 2 1 x T1
L
atau
x T T1
.(2.6)
L T2 T1
sehingga untuk laju perpindahan panas konduksi pada bidang/dinding seperti gambar 2.1 dapat
ditentukan berdasarkan hukum Fourier sebagai berikut:
dT
q x kA .(2.7)
dx
subsitusi persamaan (2.2) dan (2.3) ke persamaan (2.7), maka:
T2 T1
q x kA
L
atau
T1 T2
q x kA .(2.8)
L
dimana L / KA adalah hambatan thermal yang dinotasikan sebagai (R), dan persamaan (2.8) dapat
ditulis:
T1 T2
qx .(2.9)
R

2.2 Dinding komposit susunan seri


Perhatikan gambar 2.2, dimana dinding komposit susunan seri dalam kondisi tunak (steady
state) dan satu dimensi, sementara itu sifat-sifat material adalah konstan. Maka untuk menentukan
laju perpindahan panas konduksi pada arah x:

A. Laju perpindahan panas konduksi dengan mengabaikan pengaruh perpindahan panas


konveksi

dari hukum Fourier


dT
q x kA .(2.10)
dx

7
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Gambar 2.2 Skematik perpindahan panas konduksi untuk dinding datar susunan seri

dan konservasi energi

qx
kA
T2 T1 kA T3 T2 kA T4 T3
x1 x2 x3
atau

qx
k1 A1
T2 T1 k 2 A2 T3 T2 k3 A3 T4 T3 .(2.11)
x1 x2 x3
persamaan (2.11) dapat ditulis juga sebagai berikut:
qx qx qx
(T2 T1 ) ; (T3 T2 ) ; (T4 T3 )
k1 A1 k 2 A2 k 3 A3
x1 x2 x3
1
kalikan persamaan diatas dengan , maka:
x / kA

qx
T2 T1 T3 T2 T4 T3 .(2.12)
x1 x2 x3
k1 A1 k 2 A2 k 3 A3
dengan menjumlahkan persamaan (2.12), maka akan diperoleh:
T1 T4
qx .(2.13)
x1 x x
2 3
k1 A1 k 2 A2 k 3 A3
dimana (L/kA) adalah tahanan thermal yang dinotasikan sebagai (R), maka persamaan (2.13) dapat
ditulis:
T1 T4 T1 T4
qx atau qx .(2.14)
R1 R2 R3 RTotal

8
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

B. Laju perpindahan panas pada dinding komposit dengan mempertimbangkan perpindahan


panas konveksi yang terjadi.

Laju perpindahan panas konveksi dapat ditentukan:


qa hA(T4 Ta ) .(2.15)
atau
T4 Ta
qa .(2.16)
1 / hA
dimana:
1 / hA = R (tahanan thermal)
dari persamaan (2.12)
(T2 T1 ) (T T ) (T T ) (T T )
qx 3 2 4 3 4 a .(2.17)
x1 x2 x3 1
k1 A1 k 2 A2 k 3 A3 hA

dengan menjumlahkan persamaan (2.17), maka diperoleh:


T1 Ta T
qx atau qx .(2.18)
R1 R2 R3 R4 RTotal

2.3 Dinding komposit susunan paralel


Perhatikan gambar 2.3, dimana dinding komposit susunan paralel dan diisolasi dalam
kondisi tunak (steady state) dan satu dimensi, sementara itu sifat-sifat material adalah konstan,
maka laju perpindahan panas konduksi pada dinding dapat ditentukan:

Gambar 2.3 skematik perpindahan panas konduksi pada dinding datar susunan paralel

dari gambar dapat ditulis keseimbangan laju aliran energi panasnya:


q q1 q 2 ....(2.19)

9
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

atau
(T1 T2 ) (T1 T2 ) 1 1
q (T1 T2 ) .(2.20)
R1 R2 R1 R2
ditinjau dari analogi listriknya
T T
q 1 2 .(2.21)
RTotal
dimana
1 1 1
(dinding komposit susunan paralel)
RTotal R1 R2

atau
R1 R2
RTotal
R1 R2
maka persamaan (2.21) dapat ditulis:
T T
q 1 2 .(2.22)
R1 R2
R1 R2
dimana
L L
R1 dan R2
k1 A1 k 2 A2

2.4 Dinding komposit susunan kombinasi (seri dan paralel)


Perhatikan gambar 2.4, dimana dinding komposit susunan seri dan paralel dalam kondisi
tunak (steady state) dan satu dimensi, sementara itu sifat-sifat material adalah konstan. Maka untuk
menetukan laju perpindahan panas konduksinya,

Gambar 2.4 skematik perpindahan panas konduksi untuk dinding datar susunan kombinasi paralel
dan seri

10
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

dari persamaan:
T T T
q 1 .(2.23)
RTotal RTotal
dimana
RTotal R paralel Rseri Rkonveksi .(2.24)

atau
R1 R2
RTotal R3 Rkonveksi .(2.25)
R1 R2
sementara itu,
L1 L2 L3 1
R1 ; R2 ; R3 ; Rkonveksi .(2.26)
k1. A1 k 2 . A2 k3 . A3 h. A3

Contoh soal 2.1: Perhatikan jendela kaca, seperti gambar, dengan dimensi tinggi 1,2 m dan lebar 2
m dan koefisien konduktivitas thermalnya k = 0,78 W/m. oC. Pada kondisi steady state, tentukan
laju perpindahan panas melalui jendela kaca, temperatur permukaan sisi dalam dan luar dinding
kaca dimana temperatur ruang dijaga pada 24oC sementara temperatur lingkungan luar adalah -5oC.
Kemudian gunakan koefisien perpindahan panas konveksi untuk bagian dalam dan luar jendela
adalah h1 = 10 W/m2. oC dan h2 = 25 W/m2. oC dan abaikan pengaruh perpindahan panas radiasinya.
(Referensi: Heat transfer-Practical Approach, second edition. By Yunus A Cengel)

Diketahui : seperti soal dan gambar.


Ditanaya : laju perpindahan panas pada jendela kaca, temperatur permukaan sisi dalam
dan luar.
Diasumsikan: Jendela kaca dalam kondisi steady state dan satu dimensi, konduktivitas thermal kaca
adalah konstan dan perpindahan panas radiasi adalah diabaikan.

Penyelesaian:
Berdasarkan gambar sistem dan analogi tahanan thermalnya, maka dari persamaan:
T T
q
Rtotal Ri Rkaca Ro
atau
T1 T 2
q
1 L 1

h1 A k kaca A ho A

11
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Gambar 2.5 Skematik sistem untuk contoh soal 2.1

dimana:
A adalah luas penampang jendela kaca:

A (1,2 2) m 2,4 m 2
maka
1
Ri 0,04167 o C/W
2 o 2
10 W/m . C 2,4 m
0,006 m
Rkaca 0,00321 o C/W
o 2
0,78 W/m. C 2,4 m
1
Ro 0,01667 o C/W
2 o 2
25 W/m . C 2,4 m
sehingga
Rtotal 0,04167 0,00321 0,01667
0,06155o C/W

Oleh karena itu,


a. Laju perpindahan panas konduksi pada jendela kaca:

[24 (5)] o C
q 471,16166 W
0,06155 o C/W

b. Temperatur permukaan sisi dalam jendela kaca


T T
q 1 1
Ri

12
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

atau
q
T1 T1
Ri
24 o C (471,16166 W 0,04167 o C/W)
4,3666 o C 4,4 o C

c. Temperatur permukaan sisi luar jendela kaca


T T2
q 1
Rkaca
atau
T2 T1 (q Rkaca )
4,4 (471,16166 W 0,00321 o C/W)
2,88757 o C 3 o C

Contoh soal 2.2: Sebuah jendela kaca ganda, seperti gambar, memiliki tinggi 1,2 m, lebar 2 m,
tebal 3 mm, dan koefisien konduktivitas thermalnya (k) 0,78 W/m. oC dipisahkan dengan ruang
udara stagnant dengan jarak 12 mm dan k = 0,026 W/m. oC. Tentukanlah laju perpindahan panas
dalam keadaan steady melalui jendela kaca ganda tersebut dan temperatur permukaan sisi dalamnya
dimana temperatur ruang dijaga pada 24oC sementara temperatur lingkungan luar adalah -5oC.
Gunakan koefisien konveksi untuk sisi dalam dan luar jendela adalah h1 = 10 W/m2. oC dan h2 = 25
W/m2. oC dan abaikan perpindahan panas radiasi yang mungkin terjadi. (Referensi: Heat transfer-
Practical Approach, second edition. By Yunus A Cengel).
Diketahui : seperti soal dan gambar.
Ditanya : laju perpindahan panas pada jendela kaca dan temperatur setiap titiknya.
Diasumsikan : Jendela kaca dalam kondisi steady state dan satu dimensi, konduktivitas
thermal kaca dan udara adalah konstan dan perpindahan panas radiasi
adalah diabaikan.
Penyelesaian:
Berdasarkan gambar dan analogi tahanan thermal sistem, maka dari persamaan:
T T
q
Rtotal Ri R1 R2 R3 Ro
atau
T1 T 2
q
1 L L L 1

h1 A k kaca A kudara A k kaca A ho A

13
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Gambar 2.6 Skematik sistem untuk contoh soal 2.2

dimana:
A adalah luas penampang jendela kaca:

A (1,2 2) m 2,4 m 2
maka
1
Ri 0,04167 o C/W
2 o 2
10 W/m . C 2,4 m
0,003 m
R1 0,00160 o C/W
o 2
0,78 W/m. C 2,4 m

0,012 m
R2 0,19231 o C/W
o 2
0,026 W/m. C 2,4 m

R3 R1 0,00160 o C/W

1
Ro 0,01667 o C/W
2 o 2
25 W/m . C 2,4 m
sehingga
Rtotal 0,04167 0,00160 0,19231 0,00160
0,01667 0,25385 o C/W

Oleh karena itu,


a. Laju perpindahan panas konduksi pada jendela kaca:

[24 (5)] o C
q 114,24069 W
0,25385 o C/W

14
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

b. Temperatur permukaan pada setiap titiknya


- Untuk T1
T T
q 1 1
Ri
atau
q
T1 T1
Ri
24 o C (114,24069 W 0,04167 o C/W) 19,23959 o C

- Untuk T2
q
T2 T1
R1
19,23959 o C (114,24069 W 0,00160 o C/W) 19.05681 o C

- Untuk T3
q
T3 T2
R2
19,05681 o C (114,24069 W 0,19231 o C/W) - 2,91282 o C

- Untuk T4
q
T4 T3
R3
-2,91282 o C (114,24069 W 0,00160 o C/W) - 3,09561 o C

Contoh soal 2.3: Tentukan laju aliran energi panas pada dinding komposit, seperti gambar 2.7,
asumsikan aliran energi panas 1 dimensi. Kemudian nilai konduktivitas setiap material masing-
masing adalah: kA = 150 W/m. oC, kB = 30 W/m. oC, kC = 50 W/m. oC, kD = 70 W/m. oC, dan AB =
AD. (Referensi: Heat Transfer, Tenth Edition, by J. P. Holman).

Diketahui: dinding komposit seperti soal dan gambar 2.7


Ditanya: laju aliran panas pada dinding komposit
Penyelesaian:
Berdasarkan gambar dinding komposit adalah susunan seri dan paralel, maka dari persamaan,
T T1 T2 T1 T2
q
RTotal 1 RB RD
R A RC R A RC
1 / R B 1 / R D RB RD

15
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Gambar 2.7 Skematik sistem untuk contoh soal 2.3

dimana,
x
R
kA
1 m
2,5 cm
x 100 cm 0,001667 o C/W
RA A
k A Ac 150 W/m. C 0,1 m 2
o

1 m
7,5 cm
xB 100 cm
RB 0,05 o C/W
k B ( Ac / 2) 30 W/m. o C (0,1 / 2) m 2

1 m
5 cm
xC 100 cm
RC 0,01 o C/W
kC Ac 50 W/m. o C (0,1 / 2) m 2

1 m
7,5 cm
xD 100 cm
RD 0,02143 o C/W
o
k D ( Ac / 2) 70 W/m. C (0,1 / 2) m 2

maka
0,05 0,02143
RTotal 0,001667 0,01 0,02667 o C/W
0,05 0,02143

Oleh karena itu.

T (370 66) o C
q 11398,5752 W
RTotal 0,02667 o C/W

16
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

3. Konduksi pada bidang silindris dalam kondisi steady state satu dimensi
Sebuah sistem dalam koordinat silindris, seperti gambar 3.1, dimana laju perpindahan
konduksi terjadi pada arah radial, berdasarkan keseimbangan energi yang terjadi:

Gambar 3.1 Skematik perpindahan panas konduksi pada bidang silindris

Laju energi yang Laju energi yang Laju energi yang Laju/perubahan
dihantar volume dibangkitkan dari keluar dari volume energi dalam

kontrol dalam volume kontrol kontrol dari volume kontrol

atau
qr u
qr q ' ' ' rd drdz qr dr (r d ) dr dz .(3.1)
r t
atau disederhanakan:
qr u
dr q ' ' ' r dr d dz r dr d dz .(3.2)
r t
dari hukum fourier untuk konduksi dalam koordinat polar:
T T
qr kAr r d dz .(3.3)
r r

q
k
dr dz T k dr dz T .(3.4)
r r
T T
q z kAz k r d dr .(3.5)
z z

17
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

dari persamaan energi dalam u c T , dan subsitusi ke persamaan (3.2), maka:

1 T q ' ' ' 1 T


r .(3.6)
r r r k t

Persamaan (3.6) adalah persamaan perpindahan panas konduksi satu dimensi untuk koordinat polar
(sistem silindris).

Untuk kondisi khusus:


Steady state

1 d dT q ' ' '


t
0 maka r 0 .(3.7)
r dr dr k
Transient, tidak ada energi yang dihasilkan
1 T 1 T
q ''' 0 maka r .(3.8)
r r r t
Steady state dan tidak ada energi yang dihasilkan
d dT
0 dan q ' ' ' 0 maka r 0 .(3.9)
t dr dr

3.1 Bidang silinder berlubang


Sebuah bidang silinder dalam koordinat polar seperti gambar 3.2, dimana laju aliran
perpindahan panas konduksi pada silinder tersebut pada kondisi asumsi sebagai berikut:
- tidak ada energi panas yang mengalir kearah sumbu z atau T / z 0
- temperatur pada arah sudut adalah seragam (uniform) atau T / 0
- q' ' ' 0 ; T / t 0 ; k = konstan

dengan menggunakan persamaan (3.9)


d dT d 2T
r 0 atau r 0
dr dr dr 2
Dan melalui proses integrasi ganda pada persamaan diatas, maka diperoleh:
Proses integrasi prtama

r d 2T 0 dr 2 atau r dT C1 dr

atau dapat ditulis


dT C1
.(3.10)
dr r

18
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Proses integrasi kedua


dr
dT C1 r
maka
T C1 ln r C 2 .(3.11)

Gamabr 3.2 skematik perpindahan panas konduksi pada bidang silindris berlubang

Penyelesaian dimana kondisi batas sistem silindris:


Jika: r = r1 dan T = T1
dan subsitusi harga batas tersebut ke persamaan (3.11), maka:
T1 C1 ln r1 C 2
atau
C 2 T1 C1 ln r1 .(3.12)
Jika: r = r2 dan T = T2
kemudian subsitusi harga batas tersebut ke persamaan (3.11), maka:
T2 C1 ln r2 C 2
atau
C 2 T2 C1 ln r2 .(3.13)
dari persamaan (3.12) dan (3.13), sama dengan-kan harga C2, maka diperoleh:
T1 C1 ln r1 T2 C1 ln r2
atau
T1 T2 C1[( ln r1 ) (ln r2 )]
sehingga
T1 T2
C1
ln r1 ln r2

19
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

jika disederhanakan
T1 T2
C1 .(3.14)
ln(r1 / r2 )
atau
T2 T1
C1 .(3.15)
ln(r2 / r1 )
subsitusi persamaan (3.15) ke persamaan (3.12), maka:
T2 T1
C 2 T1 ln r1 (3.16)
ln (r2 / r1 )
kemudian subsitusi persamaan (3.14) dan (3.15) ke persamaan (3.11), maka:
T2 T1 T T
T ln r T1 2 1 ln r1
ln (r2 / r1 ) ln (r2 / r1 )
atau
ln r ln r1
T T1 T2 T1 .(3.17)
ln r2 / r1
dari persamaan (3.17) jika disederhanakan adalah merupakan persamaan distribusi temperatur untuk
sistem koordinat polar untuk bidang silinder berlubang:
T T1 ln ( r / r1 )
.(3.18)
T2 T1 ln (r2 / r1 )

Kemudian untuk persamaan laju perpindahan panas pada bidang silinder berlubang, dapat
diselesaikan dimulai berdasarkan persamaan (3.3) dan (3.10) sebagai berikut:
dT dT C1
qr kAr dan
dr dr r
akan diperoleh
C1
qr kAr
r
subsitusi harga C1 dari persamaan (3.15)
T T
qr kAr 1 2
r ln (r2 / r1 )
atau
kAr (T1 T2 )
qr .(3.19)
r ln (r2 / r1 )

dimana Ar = 2rL adalah luas selimut silinder, maka:


k 2 rL (T1 T2 )
qr
r ln (r2 / r1 )

20
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

atau
k 2L (T1 T2 )
qr .(3.20)
ln (r2 / r1 )
Dalam hubungan tahanan thermal, dimana dinotasi sebagai RTh, maka:
ln (r2 / r1 )
RTh .(3.21)
2kL
subsitusi persamaan (3.21) kepersamaan (3.20), maka diperoleh:
T1 T2 T
qr .(3.22)
RTh RTh

3.2 Bidang silinder dinding komposit


Sebuah sistem silinder komposit seperti gambar 3.3, dimana laju aliran perpindahan panas
pada silinder tersebut dengan metode hambatan thermal dengan mempertimbangkan perpindahan
panas konveksi. Maka dari persamaan (3.22)
T T1 T1 T1 T2 T2 T3 T3 T 2
qr qr
RTh R1 R2 R3 R4
atau
T1 T 2
qr
R1 R2 R3 R4

Gambar 3.3 Skematik analogi listrik perpindahan panas pada bidang silindris komposit
dimana:
1 ln (r2 / r1 ) ln (r3 / r2 ) 1
R1 ; R2 ; R3 ; R4
h1 2 r1 L 2 k1 L 2 k 2 L h2 2 r3 L

21
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Contoh soal 3.1: Uap panas lanjut pada 300oF mengalir pada pipa baja diameter 6-in schedule 40.
Kemudian pipa baja tersebut diisolasi dengan bahan 85% magnesia dan tebal 3-in. Hitunglah laju
rugi aliran energi panas per panjang pipa (dalam ft) dan tahanan thermalnya, dimana koefisien
perpindahan panas konveksi pada sisi dalam dan luar pipa masing-masing adalah h1 = 30 Btu/h. ft2.
o
F dan h2 = 5 Btu/h. ft2. oF. (Referensi: Principles of Heat Transfer,Seventh Edition, by Frank
Kreith, Raj M. Manglik and Mark S. Bohn).

Diketahui : seperti soal dan gambar 3.4


Ditanya : laju rugi aliran perpindahan panas pada pipa dan tahanan thermalnya
Diasumsikan : pipa baja dalam kondisi steady state dan satu dimensi, konduktivitas
thermalnya adalah konstan dan pipa adalah 1% baja karbon
Penyelesaian:
Dari tabel pipa dengan diameter nominal 6-in schedule 40 diperoleh:
Do = 6,625 in ro = 3,3125 in ; Di = 6,065 in ri = 3,0325 in
karena pipa diisolasi dengan tebal (tpipa) 3 in, maka:
Disolasi = 6,625 + 3 = 9,625 in risolasi = 4,8125 in
Dari tabel material pada temperatur 68oF diperoleh nilai konduktivitas:
kpipa = 24,8411 Btu/h. ft. oF ; kisolasi = 0,0341 Btu/h. ft. oF

dari persamaan (3.22)


T T1 T 2
qr
RTh Rudara Risolasi R pipa Ruap
dimana
1 1
Rudara
h2 Ao h2 L( Do x pipa )
1 0,07937
h. ft. o F/Btu
1 ft L
5 Btu/h.ft 2 . o F L(6,625 3) in
12 in
ln (risolasi / ro ) ln[4,8125 / 3,3125] 1,7433
Risolasi h. ft. o F/Btu
2 kisolasi L 2L 0,0341 Btu/h. ft. F
o L

ln (ro / ri ) ln[3,3125 / 3,0325] 0,000566


R pipa h. ft. o F/Btu
2 kisolasi L 2L 24,8411 Btu/h. ft. o F L

1 1
Rudara
h2 Ai h2 LDi
1 0,02099
h. ft. o F/Btu
1 ft L
30 Btu/h. ft 2 . o F L(6,065) in
12 in

22
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Gambar 3.4 Skematik contoh soal 3.1

maka
0,07937 1,7433 0,000566 0,02099
Rth h. ft. o F/Btu
L L L L
1,84423
h. ft. o F/Btu
L
sehingga laju rugi aliran energi panas per panjang pipa adalah:

T1 T 2 (300 60) o F
qr 130,13561 Btu/h. ft
RTh 1,84423 h. ft. o F/Btu
L

Contoh soal 3.2: Uap panas lanjut pada temperatur 575oC dari boiler dan dialirkan ke turbin uap
untuk menghasilkan daya melalui pipa baja (kpipa = 35 W/m. K), seperti gambar 3.5, yang diameter
dalamnya 300 mm dan tebal dinding 30 mm. Untuk mengurangi rugi energi panas ke lingkungan
dan untuk menjaga temperatur permukaan luar pipa dalam kondisi aman, maka dipasang material
isolasi yaitu calcium silicate (kisolasi = 0,1 W/m. K) terhadap permukaan luar pipa, sementara bahan
isoalsi tersebut dibungkus dengan pelat aluminium tipis yang memiliki emisivitas = 0,20.
Sementara itu, temperatur udara linkungan dan dinding power plant adalah 27oC. Asumsikan bahwa
temperatur permukaan dalam pipa sama dengan temperatur uap dan koefisien konveksi dinding luar
pelat aluminium adalah 6 W/m. K, berapa tebal minimum bahan isolasi yang dibutuhkan untuk

23
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

menjaga temperatur aluminium tidak lebih dari 50oC?. Dan berapa rugi energi panas per satuan
panjang pipa?. (Referensi: Fundamentals of Heat and Mass Transfer, Sixth Edition, by Incropera,
Dewitt, Bergman and Lavine).

Diketahui: seperti soal dan gambar 3.5.


TLing = 27 + 273 = 300 K ; TAl = 50 + 273 = 323 K ; T1 = 575 + 273 = 848 K
T2 = 27 + 273 = 300 K ; h2 = 6 W/m2. K
kpipa = 35 W/m. K ; kisolasi = 0,1 W/m. K

Ditanya: seperti soal


Diasumsikan: Sistem dalam kondisi steady sate-satu dimensi, perpindahan panas konduksi sistem
radial, abaikan tahanan thermal konduksi untuk pelat aluminium, sifat-sifat thermodinamika sistem
dan fluida adalah konstan, abaikan tahanan thermal konveksi pada sisi uap dan sistem berada dalam
ruangan yang besar.

Gambar 3.5 Skematik contoh soal 3.2

Penyelesaian:
Berdasarkan persoalan dan gambar 3.5 dapat ditentukan persamaan keseimbangan energi pada sisi
luar pelat aluminium:
qkonduksi qkonveksi qradiasi .(a)
dimana
T1 T Al T1 T Al
q konduksi .(b)
R pipa Risolasi ln(r2 / r1 ) ln(r3 / r2 )

2k pipa 2kisolasi

24
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

q konveksi h2 As , Al (T Al T 2 ) h2 2r3 (T Al T 2 ) .(c)

q radiasi As, Al (T Al 4 T 2 4 ) 2r3 (T Al 4 T 2 4 ) .(d)

Subsitusikan persamaan (b), (c) dan (d) ke persamaan (a), maka:


T1 T Al
h2 2r3 (T Al T 2 ) 2r3 (T Al 4 T 2 4 )
ln(r2 / r1 ) ln(r3 / r2 )

2k pipa 2kisolasi

atau
2 (T1 T Al )
2r3 [h2 (T Al T 2 ) (T Al 4 T 2 4 )]
ln(r2 / r1 ) ln( r / r )
3 2
k pipa kisolasi

dan
2 (848 323)
2r3 [6 (323 300)
ln(0,18 / 0,15) ln(r3 / 0,18)

35 0,1
0,2 5,67 10 8 (3234 300 4 )]
atau
ln(r3 / 0,18)
3298,672286 1065,4817440 r3 0,00520919
0,1
persamaan persoalan tersebut dapat diselesaikan melalui proses trial and error, dengan batas
maksimum error 10-5,maka dihasilkan: r3 = 0,39442065 m r3 = 0,39442 m. Dan tebal isolasi
adalah:
tisolasi r3 r2 0,39442 0,18 0,21442 m 214,42 mm

Sehingga laju perpindahan panas konduksinya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
(b):
848 323
qkonduksi 420,22352 W/m
ln(0,18 / 0,15) ln(0,39442 / 0,18)

2 35 2 0,1

25
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

4. Bidang bulat geometris (koordinat spherical)


Dalam koordinat spiris untuk perpindahan panas konduksi satu dimensi dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut:
1 2 T q ''' 1 T
r .(4.1)
r r r k
2
t

Untuk kondisi khusus:


Steady state

1 d 2 dT q '''
t
0 maka r 0 .(4.2)
r 2 dr dr k
Transient dan tidak ada energi panas yang dibangkitkan
1 d 2 dT 1 dT
q ''' 0 maka r .(4.3)
r 2 dr dr dr
Steady state dan tidak ada energi panas yang dibangkitkan

d 2 dT
t
0 ; q ''' 0 maka r 0 .(4.4)
dr dr

4.1 Bidang bulat berlubang (hollow sphere)


Dari bidang bulat berlubang seperti gambar 4.1, dimana laju aliran perpindahan panas konduksi
pada sistem tersebut dalam steady state dan tidak ada energi yang dihasilkan, dan dapat ditentukan:

Gambar 4.1 skematik perpindahan panas konduksi pada bidang bulat berlubang

d 2 dT d 2T
r 0 atau r 2
0 .(4.5)
dr dr dr 2

26
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

dengan melakukan proses integrasi ganda, maka diperoleh:

r 2 dT 2 0 dr 2

dT C1
r 2 dT C1 dr atau 2 .(4.6)
dr r
dengan mengintegrasi persamaan (4.6), maka:
dr
dT C1 r 2
C1
T C2 .(4.7)
r
Penyelesaian dimana kondisi batas sistem
Jika r = r1 ; T = T1 , maka:
C1
T1 C2
r1
C1
C 2 T1 .(4.8)
r1
Jika r = r2 ; T = T2 , maka:
C1
T2 C2
r2
C1
C 2 T2 .(4.9)
r2
Sama dengankan antara harga C2 dari persamaan (4.8) dan (4.9), maka:
T1 (C1 / r1 ) T2 (C1 / r2 )
T1 T2 (C1 / r2 ) (C1 / r1 )
atau
T1 T2 C1 (1 / r2 ) (1 / r1 )
sehingga diperoleh harga C1:
T1 T2
C1 .(4.10)
(1 / r2 ) (1 / r1 )
kemudian untuk harga C2, subsitusi persamaan (4.10) ke persamaan (4.8), maka diperoleh:
1 T1 T2
C 2 T1
r1 (1 / r2 ) (1 / r1 )
atau

1 T1 T2
C 2 T1 .(4.10)
r1 (1 / r1 ) (1 / r2 )

27
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

maka laju perpindahan panas konduksinya dapat ditentukan sebagai berikut:


dT
qr kAr
dr
dimana Ar = 4r2 dan dT/dr = C1/r2, sehingga:
4k T1 T2
qr .(4.11)
(1 / r1 ) (1 / r2 )
atau
r1 r2
q r 4k (T1 T2 ) .(4.12)
r2 r1
diketahui
(1 / r1 ) (1 / r2 )
RTh .(4.13)
4k
atau
r2 r1
RTh .(4.14)
4kr1r2
subsitusi persamaan (4.13) atau (4.14) ke persamaan (4.11) atau (4.12), maka
T T T
qr 1 2 .(4.15)
RTh RTh

4.2 Bidang bulat berlubang susunan komposit


Dalam sistem bulat berlubang susunan komposit, seperti gambar 4.2, dimana laju perpindahan
panas konduksi pada sistem tersebut terjadi pada kondisi steady state dan satu dimensi.

Gambar 4.2 skematik dan analogi listrik perpindahan panas konduksi pada bidang bulat berlubang
susunan komposit

28
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

maka dari persamaan (4.15) dapat digunakan:


T T1 Ts ,1 Ts ,1 T2 T2 Ts ,2 Ts , 2 T 2
qr qr
RTh R1 R2 R3 R4

atau
T1 T 2
qr
R1 R2 R3 R4
dimana:
1 1 r1 1 r2 1 r 1 r3 1
R1 ; R2 ; R3 2 ; R4
h1 4 r12 4 k1 4 k 2 h2 4 r3 2
atau
1 r2 r1 r r 1
R1 ; R2 ; R3 3 2 ; R4
h1 4 r12 4 k1r1r2 4 k 2 r2 r3 h2 4 r3 2

Contoh soal 4.1: Sebuah tangki bulat berbahan stainless steel (k = 15 W/m. oC) dengan diameter
dalam 5 m dan tebal 1,5 cm digunakan untuk menyimpan air es pada temperatur 0oC, seperti
gambar 4.3 . Tangki ditempatkan dalam sebuah ruangan yang bertemperatur 30oC. Dinding ruangan
juga bertemperatur 30oC. Permukaan terluar dari tangki adalah berwarna hitam (emisivitas = 1),
dan perpindahan panas yang berlangsung antara permukaan terluar tangki dan lingkungan adalah
secara konveksi almi dan radiasi. Koefisien perpindahan panas konveksi pada permukaan dalam
dan luar tangki masing-masing adalah 80 W/m2. oC dan 10 W/m2. oC. Tentukanlah: (a) laju
perpindahan panas terhadap es dalam tangki, (b) Jumlah es pada 0oC yang mencair selama 24 jam.
Perpindahan panas fusi dari air pada tekanan atmosfir adalah hif = 333,7 kJ/kg. (Referensi: Heat
transfer-Practical Approach, second edition. By Yunus A Cengel).

Diketahui: seperti soal dan gambar 4.3


Ditanya: (a) Laju perpindahan panas terhadap es dalam tangki, (b) Jumlah es pada 0oC yang
mencair selama 24 jam.
Diasumsikan: Perpindahan panas adalah kondisi steady state karena pada kondisi batas thermal
khusus tidak berubah terhadap waktu, perpindahan panas adalah satu dimensi karena ada thermal
yang symetrik pada titik tengah tangki, koefisien konduktivitas thermalnya aalah konstan.

Sifat-sifat fisik baik material maupun fluida kerja yang diketahui:


ktangki = 15 W/m. oC (stainless steel)
hif = 333,7 kJ/kg (panas fusi air pada 1 atm)
tangki, luar = 1 (permukaan luar tangki adalah hitam)

29
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

(a) (b)
Gambar 4.3 Skematik contoh soal 4.1

Penyelesaian:
a. Menentukan Laju perpindahan panas terhadap es dalam tangki
Dari persamaan (4.15)
T Truangan Tin
qr
RTh, total RTh, total

dari gambar 4.3 (a) dan (b):


1 1
R1 0,0001592 o C/W
hin Ain (80 W/m . C) (5 m)
2 o 2

r r (2,5075 2,5) m
R2 2 1 0,00000635 o C/W
4kr1r2 4 15 W/m. C 2,5 m 2,5075m
o

untuk R3 adalah hambatan thermal yang dipengaruhi oleh radiasi antara lingkungan dan permukaan
hitam tangki sisi terluar, untuk hal ini kita asumsikan bahwa temperatur permukaan terluar tangki
adalah T2 = 5oC setelah membandingkan koefisien perpindahan panas konveksi pada permukaan
dalam dan luar tangki. Melalui asumsi tersebut dapat ditentukan koefisien perpindahan panas
radiasi sebagai berikut:

hradiasi (T2 2 Truangan 2 )(T2 2 Truangan 2 )


atau
hradiasi 1 (5,67 10 8 W/m 2 . K 4 )
[(5 273 K ) 2 (30 273 K ) 2 ] [(5 273 K ) (30 273 K )] 5,57038 W/m 2 . K
maka
1 1
R3 0,0022721 o C/W
hradiasi Aout (5,57038 W/m . C) (5 0,015 m)
2 o 2

1 1
R4 0,0012656 o C/W
hout Aout (10 W/m 2 . o C) (5 0,015 m) 2

30
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

berdasarkan gambar 4.3 (b) Rth, total adalah kombinasi susunan seri dan paralel, maka dapat
ditentukan:
R R
RTh, total R1 R2 3 4
R3 R4
atau
0,0022721 0 ,0012656 o o
RTh, total 0,0001592 0,00000635 C/W 0,0009781 C/W
0,0022721 0,0012656

Oleh karena itu,


Truangan Tin (30 0) o C
qr 30671,710459 W 30,6717105 kJ/s
RTh, total 0,0009781 o C/W

b. Menentukan perpindahan panas total terhadap es dalam tangki dan jumlah es yang
mencair selama 24 jam

Perpindahan panas total terhadap es selama 24 jam

qr , total qr t 30,6717105 kJ/s (24 3600)s 2650035,7872 kJ


selama 24 jam

Jumlah es yang mencair selama 24 jam

q r , total
selama 24 jam 2650035,7872 kJ
mes selama 24 jam 7941,371852 kg
hif 333,7 kJ/kg

Pengecekan terhadap asumsi temperatur permukaan sisi luar tangki T2 = 5oC,


q r hkonveksi radiasi Aout (Truangan T2, pengecekan )

atau
qr
T2, pengecekan Truangan
(hkonveksi radiasi ) Aout
30671,710459 W
30 o C
(10 5,57038) W/m 2 . K (5 0,015 m) 2

5,0685788 o C 5,1 o C

Kesimpulannya bahwa T2 yang diasumsikan tidak memiliki selisih error yang signifikan pada T2
hasil perhitungan. Oleh karena itu analisa perhitungan selesai, beda halnya jika T2 memiliki selisih
yang begitu besar maka perhitungan diulangi kembali.

31
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

5. Perpindahan Panas Konduksi dengan Sumber Pembangkit Kalor Uniform


Dalam bidang engineering banyak akan ditemui beberapa sistem yang terdapat applikasi
perpindahan panas konduksi steady state satu dimensi, seperti kabel listrik, refrigerator, oven,
reaktor-reaktor kimia/nuklir dan lainnya, untuk itu dalam bagian ini akan dibahas untuk sistem pada
bidang dinding datar dan silinder.

5.1 Dinding datar dengan sumber pembangkit kalor uniform


Perhatikan sebuah dinding datar dengan sumber pembangkit kalor uniform seperti gambar 5.1,
dimana sistem dalam steady state satu dimensi.

Gambar 5.1 Skematik perpindahan panas konduksi pada bidang datar dengan sumber pembangkit
kalor uniform

dari persamaan perpindahan panas konduksi untuk satu dimensi:


2T q ''' 1 T

x 2
k t
kondisi sistem steady state:
d 2T q ''' d 2T q '''
0 atau ....(5.1)
dx 2 k dx 2 k
Dengan melakukan integrasi ganda pada persamaan diatas dihasilkan:
- Integrasi tingkat pertama
dT q '''
x C1 .(5.2)
dx k
- Integrasi tingkat kedua
q ''' 2
T x C1 x C 2 .(5.3)
2k

32
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Pada kondisi batas x = 0 ; dT/dx = 0, kemudian subsitusi harga tersebut kepersamaan (5.2), maka:
C1 0 .(5.4)
Pada sisi tengah sistem dimana C1 = 0 dan C2 = To, kemudian subsitusi harga tersbut kepersamaan
(5.3), maka:

q ''' 2
T x To .(5.5)
2k
Pada kondisi batas x = L dan T = Tw, kemudian subsitusi kepersamaan (5.5), maka:

q ' ' ' L2


Tw To .(5.6)
2k
Pada kondisi x = 0 dan T = To (posisi tengah/center sistem), maka diperoleh:

q ' ' ' L2


To Tw .(5.7)
2k
Dari hubungan persamaan (5.5), dan (5.6), dihasilkan suatu persamaan distribusi temperatur
parabolik sistem sebagai berikut:

T T0 x
2

.(5.8)
Tw T0 L

5.2 Sistem silindris geometris dengan sumber pembangkit kalor uniform


Sistem silindris pejal, seperti gambar 5.2, dengan sumber kalor uniform sepanjang dinding silinder,
dimana sistem dalam kondisi steady state satu dimensi. Maka dari persamaan perpindahan panas
konduksi satu dimensi untuk bidang silindris:
1 d dT q ''' 1 dT
r .(5.9)
r dr dr k dt

kemudian dari persamaan pada kondisi steady state yang sumber kalor dibangkitkan dari dalam:
1 d dT q '''
r 0
r dr dr k
atau

d 2T rq ' ' '


r .(5.10)
dr 2 k
lakukan proses integrasi ganda:
- Integrasi pertama:
dT r 2 q ''' dT rq ' ' ' C1
r C1 atau .(5.11)
dr 2k dr 2k r

33
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Gambar 5.2 Skematik perpindahan panas konduksi pada bidang silindris dengan sumber
pembangkit kalor uniform

- Integrasi Kedua
r 2 q '''
T C1 ln (r ) C 2 .(5.12)
4k
Pada kondisi batas: r = 0; dT/dr = 0 maka:
C1 0 .(5.13)
maka persamaan (5.12) menjadi:

r 2 q '''
T C2 .(5.14)
4k
Pada kondisi batas: r = ro ; T = Tw maka pers. (5.14) menjadi:

ro 2 q ' ' '


Tw C2 .(5.15)
4k
atau

ro 2 q ' ' '


C 2 Tw .(5.16)
4k
subsitusi harga C1 dan C2 kepersamaan (5.12), maka akan diperoleh persamaan distribusi
temperaturnya sebagai berikut:

T Tw
4k

q ''' 2
ro r 2 .(5.17)

dimana temperatur pada center/tengah silinder (T0) pada r = 0, adalah:

q ' ' ' ro 2


To Tw .(5.18)
4k

34
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

atau
q ' ' ' ro 2
To Tw .(5.19)
4k
Sehingga kombinasi dari persamaan (5.17) dan (5.19) dihasil persamaan distribusi temperatur
sistem tak berdimensi:
2
T Tw r
1 .(5.20)
T0 Tw ro

5.3 Sistem silindris berlubang dengan sumber pembangkit kalor uniform


Sistem silindris dengan sumber pembangkit kalor dari dalam , seperti gambar 5.3, dimana sistem
dalam kondisi steady state satu dimensi dengan sumber kalor merata sepanjang silinder. Oleh
karena itu, analisa matematik dapat dimulai dari persamaan (5.12)

r 2 q '''
T C1 ln (r ) C 2
4k

Gambar 5.3 Skematik perpindahan panas konduksi pada bidang silindris berlubang dengan sumber
pembangkit kalor uniform

Pada kondisi batas r = r1 ; T = T1 dan r = r2 ; T = T2, maka diperoleh penyelesaian akhir untuk
persamaan distribusi temperatur sistem:

T1 T r12 q ' ' ' r 2 r2 2 ln(r1 r )


2 .(5.21)
T1 T2 4k T2 T1 r1 r12 ln(r1 r2 )

5.4 Sistem bulat berlubang dengan sumber pembangkit kalor uniform


Sistem bulat berlubang dengan sumber kalor pembangkit dalam uniform, seperti gambar 5.4,
dimana sistem dalam kondisi steady state satu dimensi dengan sumber kalor merata pada luas area
sistem.

35
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Gambar 5.4 Skematik perpindahan panas konduksi pada bidang bulat berlubang dengan sumber
pembangkit kalor uniform

dari persamaan dasar sistem bulatan berlubang satu dimensi:

1 2 T q ' ' ' 1 T


r .(5.22)
r 2 r r k t
Untuk kondisi steady state dengan sumber kalor uniform:

1 2 T q ' ' '


r 0 .(5.23)
r 2 r r k

dengan melakukan proses integrasi terhadap persamaan tersebut diperoleh:

q ' ' ' r 2 C1


T C2 .(5.24)
6k r
Dan pada kondisi batas r = r1 ; T = T1 dan r = r2 ; T = T2, maka diperoleh distribusi temperatur:

1 1
q ' ' ' r 2 r q ' ' ' r2 2 r 2
2
1 1 Ts , 2 Ts ,1
r r2
T Ts , 2 1 .(5.25)
6k r2 6k r2 1 1
r1 r2

Contoh soal 5.1: Dua pelat baja besar pada temperatur 90oC dan 70oC adalah dipisahkan oleh
sebuah batang baja dengan panjang 0,3 m dan diameter 2,5 cm, seperti gambar 5.5. Batang baja
tersebut dilas pada tiap ujungnya. Ruang antara pelat diisi dengan bahan isolasi dan juga
mengelilingi batang baja tersebut. Disebabkan perbedaan tegangan voltasi antara kedua pelat, arus
mengalir melalui batang baja, energi listrik yang tidak teratur mengalir pada laju aliran 12 W.
Tentukanlah temperatur maksimum pada batang baja dan laju aliran perpindahan panas pada tiap
ujungnya. Periksa hasil perhitungan dengan membandingkan laju aliran energi panas netto pada
kedua ujung batang baja dengan total energi panas yang dibangkitkan dari dalam. (Referensi:
Principles of Heat Transfer,Seventh Edition, by Frank Kreith, Raj M. Manglik and Mark S. Bohn)

36
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Diketahui: seperti soal dan gambar 5.5


Ditanya: seperti soal
Diasumsikan: sistem adalah kondisi stady state-satu dimensi, laju perpindahan panas pada isolasi
diabaikan, koefisien konduktivitas thermal sistem adalah konstan, enrgi yang dibangkitkan melalui
batang baja adalah merata/uniform, temperatur pelat baja adalah konstan/tetap dan baja adalah 1%
baja karbon.

Gambar 5.5 Skematik contoh soal 5.1

Penyelesaian:
Energi yang dibangkitkan per satuan volume batang baja:

'''q '''V q '''V 12 W


q 81487,33086 W/m3
V 2
D L (0,025 m) 2 0,3 m
4 4

a. Menentukan temperatur maksimum pada batang baja


Berdasarkan persamaan perpindahan panas konduksi untuk satu dimensi:
2T q ''' 1 T

x 2
k t
dari persamaan (5.1) dimana sistem pada kondisi steady state:
d 2T q ''' d 2T q '''
0 atau .(a)
dx 2 k dx 2 k
kondisi batas dalam persaoalan ini dan berdasarkan gambar:
- Pada x = 0 maka T = T1
- Pada x = L maka T = T2

37
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

lakukan integaral ganda untuk persamaan (a)


Integaral pertama:

dT q '''
x C1 .(b)
dx k
Integral kedua:

q ''' 2
T x C1 x C 2 .(c)
2k
Pada kondisi batas 1, dimana x = 0, maka persamaan (c):
C2 T1 .(d)
subsitusi nilai C2 ke persamaan (c), maka:

q ''' 2
T x C1 x T1 .(e)
2k
Pada kondisi batas 2, dimana x = L, maka persamaan (e)

q ''' 2
T2 L C1L T1
2k
maka

1 q '''
C1 (T2 T1 ) L .(f)
L 2k
subsitusi nilai C1 dan C2 ke persamaan (c):

q ''' 2 1 q '''
T x (T2 T1 ) L x T1 .(g)
2k L 2k
Temperatur maksimum pada batang baja terjadi pada jarak x, dan dapat ditentukan dengan
mendifferensialkan tingkat pertama persamaan (g) sama dengan nol:

dT q ''' 1 q '''
x (T2 T1 ) L0 .(h)
dx k L 2k
atau

q ''' 1 q '''
x (T2 T1 ) L
k L 2k

bagi persamaan tersebut dengan (q ''' / k ) , maka diperoleh:


k L
x (T2 T1 ) .(i)
q ''' L 2

diketahui nilai konduktivitas thermal baja dengan 1% baja karbon adalah 43 W/m. K pada 20C,
maka dari persamaan (h) diperoleh:

38
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

43 W/m. K 0,3 m
x (343 363) K 0,11482 m
3
81487,33086 W/m 0,3 m 2

Oleh karena itu, dari persamaan (g) dapat ditentukan temperatur maksimum batang baja:

81487,33086 W/m 3
T (0,11482 m) 2
2 43 W/m. K
1 81487,33086 W/m 3
(343 363) K 0,3 m 0,11482 m
0,3 m 2 43 W/m. K
363 K

T 375,492003 K 102,492003 o C

b. Laju aliran pepindahan panas konduksi pada tiap ujung batang baja
dari persamaan hukum Fourier:
dT
q x kA .(j)
dx
subsitusi persamaan (h) ke persamaan (j), maka:
q ''' 1 q '''
q x kA x (T2 T1 ) L
k L 2k

atau

2 q
'''
1 q '''
q x k d x (T2 T1 ) L .(k)
4 k L 2k

- Pada x = 0, maka persamaan (k), maka:

1 q '''
q x x 0 k d 2 (T2 T1 ) L
4 L 2k

maka

q x x 0 43 W/m. K (0,025 m) 2
4
1 81487,33086 W/m 3
(343 363) K 0,3 m 4,59283 W
0,3 m 2 43 W/m. K

Tanda (-) mengindikasikan bahwa arah aliran energi panas kearah kiri atau keluar dari ujung batang
baja pada x = 0.

- Pada x = L, maka persamaan (k), maka:

39
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

2 q
'''
1 q '''
q x x L k d L (T2 T1 ) L
4 k L 2k

atau

q
'''
k
qx x L d 2 L (T2 T1 )
4 2 L

maka

q x x L (0,025 m) 2
4
81487,33086 W/m 3 0,3 m 43 W/m. K
(343 363) K
2 0,3 m

7,40717 W
Tanda (+) mengindikasikan bahwa arah aliran energi panas kearah kanan atau keluar pada ujung
batang baja pada x = L.

c. Rugi perpindahan energi panas total

q x, Total q x x 0 q x x L 4,59283 W 7,40717 W 12 W

40
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

6. Tebal Kritis Isolasi


Sebuah pipa diisolasi sekelilingnya, seperti gambar dibawah, dimana diasumsikan:
T1 = Temperatur dalam pipa
T = Temperatur luar terkena lingkungan konveksi
Dan untuk menentukan tebal kritis isolasi adalah sebagai berikut:

Penyelesaian:
T T1 T
q .(6.1)
RTH RIso RKonv
atau
T1 T
q .(6.2)
ln(r2 / r1 ) 1

2kL h 2r2 L
sehingga
2LT1 T
q .(6.3)
ln(r2 / r1 ) 1

k h r2
agar perpindahan kalor maksimum, maka kondisi maksimum:
1 1
2L (T1 T2 )
kr2 hr 2
dq
0 2
.(6.4)
dr2 2
ln(r2 / r1 ) 1

k hr2
dan dihasilkan:
rcr , 2 k (adalah tebal kritis isolasi) .(6.5)
h

41
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

7. Perpindahan Panas untuk Permukaan yang Diperluas (Sirip/Fin)


7.1 Persamaan umum untuk permukaan yang diperluas
Perhatikan gambar dibawah dimana temperatur akan mengalami perbedaan pada arah/volume r dan
x. Dalam masalah ini akan dilakukan beberapa asumsi:
- Variasi temperatur pada arah z adalah kecil maka dapat diabaikan.
- Temperatur adalah konstan dalam bagian menyilang pada lokasi/arah aksialnya.
- Permukaan yang diperluas adalah sungguh tipis

Gambar 7.1 skematik perpindahan panas konduksi pada bidang fin/sirip

Sirip batang silindris, seperti gambar, adalah sebagai ilustrasi sistem yang akan dianalisis, dimana
sistem dalam kondisi steady state satu dimensi. Kemudian volume yang dianalisis adalah pada
arah koordinat x. Oleh karena itu, berdasarkan hukum keseimbangan energi untuk sistem, seperti
gambar:
Laju perpindahan panas Laju perpindahan panas Laju perpindahan panas
konduksi kedalam volume konduksi keluar volume konveksi dari permukaan

kontrol pada x kontrol pada x dx antara x dx

atau dapat ditulis dalam bentuk simbol persamaan:


q x q x dx dqc .(7.1)
atau
dq
q x q x x dqc .(7.2)
dx

42
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

atau
dq x
dqc .(7.3)
dx
dimana
dT
q x kAc .(7.4)
dx
Differensial kearah x:
dq x d dT
k Ac .(7.5)
dx dx dx
Dan karena sistem terkena lingkungan konveksi:
dqc hc dAs (T T ) .(7.6)
Subsitusi persamaan (7.5) dan (7.6) ke persamaan (7.3), maka:
d dT
k Ac dx hc dAs (T T )
dx dx

Dimana Ac adalah luas penampang untuk konduksi dan As adalah luas permukaan yang terkena
konveksi. Kemudian bagi persamaan tersebut dengan kdx, dan lakukan differensiasi pada sisi kiri
persamaan terbut, maka dapat ditulis:

dAc dT d 2T hc dAs
Ac (T T ) .(7.7)
dx dx dx 2 k dx
atau

d 2T 1 dA dT hc 1 dAs
(T T ) 0 .(7.7a)
dx 2 Ac dx dx k Ac dx
Untuk memudahkan penyelesaian matematika persamaan (7.7a), kita andaikan
T T `.(7.8)
atau
T T .(7.8a)
diffresialkan persamaan diatas terhadap arah x, maka:
dT d
.(7.9)
dx dx
lakukan differesial orde 2 terhadap persamaan (7.9), maka:

d 2T d 2
.(7.10)
dx 2 dx 2

43
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

subsitusi persamaan (7.8), (7.9) dan (7.10) ke persamaan (7.7a), maka:

d 2 1 dA d hc 1 dAs
0 .(7.11)
2 Ac dx dx k Ac dx
dx

Persamaan (7.11) adalah bentuk persamaan umum keseimbangan energi dalam hal temperatur
dimana permukaan perpindahan panasnya diperluas. Dan untuk pengembangan atas persamaan
(7.11) dapat diperhatikan penjelasan berikut ini.

7.2 Analisis Fin dengan Luas Penampang Merata (unifrom)


Sebuah fin dengan luas penampang merata pada umumnya dengan bentuk geometri silindris dan
empat persegi panjang, seperti gambar 7.2. Persamaan untuk distribusi temperatur dan laju
perpindahan panas dapat dilakukan sebagai berikut:

Gambar 7.2 skematik fin/sirip dengan luas penampang merata/uniform

Untuk luas penampang fin adalah merata (uniform) atau konstan, maka:
dA
0 .(7.12)
dx
Dimana luas keliling fin dinotasikan sebagai P:
Pdx dAs .(7.13)

44
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

atau
dAs
P .(7.14)
dx
subsitusi persamaan (7.12) dan (7.14) ke persamaan (7.11), maka:

d 2 h P
c 0 .(7.15)
dx 2 k Ac
asumsikan bahwa,
hc P
m2 .(7.16)
k Ac
subsitusi persamaan (7.16) ke persamaan (7.15), maka:

d 2
m 2 0 .(7.17)
2
dx
penyelesaian umum untuk persamaan (7.17) yang merupakan persamaan linier, homogen dan
diffrensial orde dua. Oleh karena itu, ada dua cara bentuk umum untuk penyelesaiannya, yaitu:
( x) C1 cosh(mx) C 2 sinh(mx) .(7.18)
atau

( x) C1 e mx C 2 e mx .(7.19)

Dimana C1 dan C2 pada persamaan (7.19) adalah konstanta yang bisa dievaluasi dengan
menerapkan kondisi batas, sebagai berikut:
- Kondisi batas 1
Adalah kondisi batas yang menetapkan temperatur pada dinding dasar. Sementara untuk kondisi
batas khusus dari temperatur pada dinding dasar fin, atau x = 0, dari persamaan (7.8) adalah:
( x) T T .(7.20)
atau
(0) Tw T w .(7.21)

- Kondisi batas 2
Adalah kondisi batas yang bergantung pada kondisi fisik yang dialami pada ujung fin, dan dalam
penjelasan lebih lanjut akan ditinjau pada 4 kasus dengan kondisi fisik yang berbeda, yaitu:
Kasus A: dimana fin adalah sangat panjang dan temperatur pada ujung fin mendekati temperatur
fluida lingkungannya. Pada x = ; () = 0.
Kasus B: dimana pada bagian ujung fin adalah diisolasi dan panjang fin ditentukan pada x = L ;
d ( x) / dx x L 0.

45
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Kasus C: dimana temperatur pada ujung fin adalah ditentukan dan panjang fin ditentukan pada x
= L ; (L) = TL T.
Kasus D: dimana pada ujung fin adalah dipengaruhi oleh perpindahan panas konveksi dan
panjang fin ditentukan pada x = L ; d ( x) / dx x L h ( L).

Penjabaran evaluasi nilai C1 dan C2 berdasarkan kondisi batas dan penomena kasus yang
dialami pada ujung fin

7.2.1 Kasus A: dimana fin adalah sangat panjang dan temperatur pada ujung fin mendekati
temperatur fluida lingkungannya. Pada x = ; () = 0.
Dari persamaan (7.20) dan kondisi batas 2, dimana x = , maka:
() T T 0 .(7.22)

Gambar 7.3 skematik perpindahan panas konduksi pada fin untuk kasus A

kemudian dari persamaan (7.19) dan x = , maka:

() C1 e m C 2 e m
C1 0

dimana dari persamaan (7.22) nilai () = 0, maka:


C1 0 .(7.23)
sementara untuk persamaan (7.19) pada kondisi batas 1, yaitu: x = 0, maka:

(0) C1 e ( m 0) C 2 e (m0)
.(7.24)
C1 C 2

dimana dari persamaan (7.21) diketahui nilai (0) = w, maka persamaan (7.24) dapat ditulis:
w C1 C2 .(7.25)

46
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

subsitusi nilai C1 dari persamaan (7.23), ke persamaan (7.25), maka:


C2 w .(7.26)
Kemudian subsitusi nilai C1 dan C2 ke persamaan (7.19), maka:

( x) 0 . e mx w e mx
atau

( x) w e mx .(7.27)

Kemudian untuk menentukan persamaan distribusi temperatur dan laju perpindahan panas konduksi
untuk kasus A adalah sebagai berikut:
Distribusi Temperatur
dari persamaan (7.27)
( x) mx
e .(7.28)
w
dimana dari persamaan (7.16) diketahui:
h P hc P
m2 c jadi m .(7.29)
kAc kAc

dimana
P 2w 2t
untuk bidang empat persegi ;
Ac wt
P D
untuk bidang silindris
Ac D 2 / 4

dan subsitusi persamaan (7.20), (7.21) dan (7.29) ke persamaan (7.28), maka:
T T hP / kAc x
e .(7.30)
Tw T

Laju perpindahan panas


Untuk laju perpindahan panas melalui fin adalah sama dengan energi panas yang
dikonduksikan kedinding, maka dari hukum Fourier:
dT d
q x kAc kAc .(7.31)
dx dx
differensialkan persamaan (7.27) diperoleh:

d / dx m w e mx .(7.32)
subsitusi persamaan (7.32) ke persamaan (7.31), maka:

47
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

d
q x kAc kAc m w e mx kAc m w e mx .(7.33)
dx

dan subsitusi (7.21) dan (7.29) ke persamaan (7.33), diperoleh:

hP
q x kA (Tw T ) e mx .(7.34)(1)
kAc

dapat disederhanakan menjadi,

q x hPkAc (Tw T ) e mx .(7.35)

Oleh karena itu, untuk menentukan laju perpindahan panas konduksi pada dinding dasar fin, dimana
x = 0, maka persamaan (7.35) dapat ditulis:

q x hPkAc (Tw T ) e ( m 0)

atau
q x hPkAc (Tw T ) .(7.36)

7.2.2 Kasus B: dimana pada bagian ujung fin adalah diisolasi dan panjang fin ditentukan pada
x=L
Dari persamaan (7.18) dan gunakan kondisi batas 1, yaitu: x = 0, maka diperoleh:
(0) C1 cosh(m 0) C 2 sinh( m 0)
atau
w (C1 1) (C2 0)
atau
C1 w .(7.37)
subsitusi persamaan (7.21) kepersamaan (7.37), maka:
C1 Tw T .(7.38)
dari kondisi batas 2, pada x = L, yaitu ujung fin adalah diisolasi, maka:
dT / dx x L 0 .(7.39)

Untuk kasus ini gunakan bentuk penyelesaian umum yaitu: persamaan (7.18), dan differensialkan
persamaan tersebut, maka diperoleh:

(1)
Penyederhanaan persamaan (7.34)

q x kAc kAc 1 / 2 hP1 / 2 (Tw T ) e mx kAc1 / 2 hP1 / 2 (Tw T ) e mx


hPkAc (Tw T ) e mx

48
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

d ( x) / dx C1 m sinh( mx) C 2 m cosh(mx) .(7.40)


dimana x = L
d ( x)
C1 m sinh( m L) C 2 m cosh(m L) .(7.41)
dx x L

Gambar 7.4 skematik perpindahan panas konduksi pada fin untuk kasus B

subsitusi persamaan (7.39) ke persamaan (7.41), maka:


0 C1 m sinh( m L) C 2 m cosh(m L)
atau
C sinh (mL)
C2 1 .(7.42)
cosh (mL)
subsitusi persamaan (7.37) ke persamaan (7.42), diperoleh:
sinh (mL)
C2 w .(7.43)
cosh (mL)
kemudian subsitusi persamaan (7.37) dan (7.43) ke persamaan (7.18), maka:
w sinh (mL)
( x) w cosh(mx) sinh(mx)
cosh (mL)
cosh (mL) cosh (mx) sinh (mL) sinh (mx)
w
cosh (mL)
atau
( x) cosh (mL) cosh (mx) sinh (mL) sinh (mx)
.(7.44)
w cosh (mL)
dengan mengaplikasikan funsi hiperbolik, maka persamaan (7.44) dapat disederhanakan menjadi:
( x) cosh m( L x)
.(7.45)(2)
w cosh (mL)

(2)
Fungsi hiperbolik
cosh(A+B) = cosh(A) cosh(B) + sinh(A) sinh(B)
cosh(A B) = cosh(A) cosh(B) sinh(A) sinh(B)

49
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Kemudian untuk menentukan persamaan distribusi temperatur dan laju perpindahan panas konduksi
untuk kasus B adalah sebagai berikut:

Distribusi temperatur
Dari persamaan (7.20), (7.21) dan (7.29) subsitusi nilai variabel (x), w dan m tersebut
kepersamaan (7.45), maka diperoleh:

T T


cosh hc P / kAc ( L x) .(7.46)
Tw T cosh ( L hc P / kAc )

Laju perpindahan panas


Laju perpindahan panas melalui fin adalah sama dengan energi panas yang dikonduksikan
kedinding, maka dari hukum Fourier:
dT d
q x kAc kAc .(7.47)
dx x 0 dx x 0

differensialkan persamaan (7.45) terhadap fungsi x, dimana formula differensial yang dapat
digunakan adalah:
d ( x) v du / dx u dv / dx
w .(7.48)
dx v2
dimana
u cosh m( L x) .(7.49)
du
m sinh m ( L x) .(7.50)
dx
dan
v cosh mL .(7.51)
dv
0 .(7.52)
dx
subsitusi persamaan (7.49), (7.50), (7.51) dan (7.52) ke persamaan (7.48), maka:

d ( x) [cosh mL { m sinh m ( L x)}] [cosh m( L x) 0]


w
dx x 0 cosh mL2
atau

d ( x) m sinh mL
w .(7.53)
dx x 0 cosh mL
subsitusi persamaan (7.53) ke persamaan (7.47):
m sinh mL sinh (mL)
q x kAc w kAc w m
cosh mL cosh (mL)

50
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

atau
q x kAc w m tanh (mL) .(7.54)

untuk nilai variabel w dan m, diketahui:


w (Tw T ) dan hc P / kAc

subsitusi kepersamaan (7.54), maka diperoleh:


q x (Tw T ) kAc hc P / kAc tanh (mL) .(7.55)(3)

atau dapat disederhanakan:


q x (Tw T ) kAc hc P tanh (mL) .(7.56)

7.2.3 Kasus C: dimana temperatur pada ujung fin adalah ditentukan dan panjang fin ditentukan
pada x = L
Dari kondisi batas 1, pada x = 0, dan persamaan (7.37) diketahui:
C1 w .(7.57)
kemudian dari kondisi batas 2, pada x = L, dimana temperatur ujung fin adalah ditentukan, maka:
( x) L .(7.58)
gunakan persamaan (7.18) dan kondisi batas 2, pada x = 0, untuk mendapatkan nilai C2:
( L) C1 cosh(mL) C 2 sinh(mL)
atau
( L) C1 cosh(mL) ( L) w cosh(mL)
C2 .(7.59)
sinh( mL) sinh( mL)

Gambar 7.4 skematik perpindahan panas konduksi pada fin untuk kasus C

(3)
Penyederhaan persamaan (7.55)

q x (Tw T )kAc hc P / kAc tanh (mL)


(Tw T ) kAc (hc P )1 / 2 (kAc ) 1 / 2 tanh (mL)
(Tw T ) (hc P )1 / 2 kAc1 / 2 tanh (mL)
(Tw T ) hc PkAc tanh (mL)

51
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

kemudian subsitusi nilai C1 dan C2 ke persamaan (7.18):


( L) w cosh (mL)
( x) w cosh (mx) sinh (mx) .(7.60)
sinh (mL)
disederhanakan
{[cosh (mx) sinh (mL)] [cosh (mL) sinh (mx)]} [ ( L) / w ] sinh (mx)
( x) w
sinh (mL)
maka dari fungsi hiperbolik persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:

( x) {sinh m( L x)} [ ( L) / w ] sinh (mx)


.(7.61) (4)
w sinh (mL)

Kemudian untuk menentukan persamaan distribusi temperatur dan laju perpindahan panas konduksi
untuk kasus C adalah sebagai berikut:
Distribusi temperatur
Dimana diketahui nilai dari:
( x) (T T ) ; w (Tw T ) pada x = 0

( L) (TL T ) pada x = L ; m hP / kA

subsitusi nilai w, L dan m ke persamaan (7.61):

(T T ) {sinh m ( L x) } [(TL T ) /(Tw T )] sinh (mx )



(Tw T ) .(7.62)
sinh (mL)

Laju perpindahan panas


Laju perpindahan panas melalui fin adalah sama dengan energi panas yang dikonduksikan
kedinding, maka dari hukum Fourier:
dT d
q x kAc kAc .(7.63)
dx x 0 dx x 0

differensialkan persamaan (7.61) terhadap x, dimana formula differensial yang dapat digunakan
adalah:
d ( x) v du / dx u dv / dx
w .(7.64)
dx v2

(4)
Fungsi hiperbolik untuk persamaan (7.61)

sinh (A B) = [sinh A . cosh B] [sinh B . cosh A]


sinh (A + B) = [sinh A . cosh B] + [sinh B . cosh A]

52
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

misalkan:
u {sinh m( L x)} [ ( L) / w ] sinh (mx) .(7.65)

{m cosh m( L x)} [ ( L) / w ] m cosh (mx)


du
.(7.66)
dx
dan
v sinh (mL) .(7.67)
dv
0 .(7.68)
dx
subsitusi persamaan (7.65), (7.66), (7.67) dan (7.68) ke persamaan (7.64):

d ( x) sinh (mL) [{m cosh m( L x)} {[ ( L) / w ] m cosh (mx)} ] 0


w
dx x 0 [sinh (mL)]2

atau dapat disederhanakan:

d ( x) [ ( L) / w ] cosh (mL)
m w .(7.69)
dx x 0 sinh (mL)

subsitusi persamaan (7.69) ke persamaan (7.63), maka:

d ( x) [ ( L) / w ] cosh (mL)
q x kAc kAc m w
dx x 0 sinh (mL)
atau
cosh (mL) [ ( L) / w ]
q x kAc m w .(7.70)
sinh (mL)
dimana
m hP / kAc ; w Tw T ; L TL T
maka persamaan (7.70) dapat ditulis:
cosh (mL) ( L / w )
q x kAc hP / kAc (Tw T )
sinh (mL)
dan dapat disederhanakan menjadi:
cosh (mL) ( L / w )
q x hPkAc (Tw T ) .(7.71)
sinh (mL)

53
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

7.2.4 Kasus D: dimana pada ujung fin adalah dipengaruhi oleh perpindahan panas konveksi dan
panjang fin ditentukan pada x = L
Berdasarkan keseimbangan energi yang terjadi pada fin, seperti gambar:
qkonduksi qkonveksi .(7.72)
atau
dT
kAc hAc [T ( L) T ] .(7.73)
dx x L

dari hukum Fourier untuk perpindahan panas konduksi:


dT d
kAc kAc .(7.74)
dx x L dx x L

dan
( L) T ( L) T .(7.75)

Gambar 7.4 skematik perpindahan panas konduksi pada fin untuk kasus D

subsitusi persamaan (7.74) dan (7.75) ke persamaan (7.73), dimana luas penampang fin (Ac) adalah
konstan, maka:
d
k h (L) .(7.76)
dx x L

Berdasarkan kondisi batas 1, pada (x = 0) dalam kasus B, dari persamaan (7.38) adalah dapat
digunakan untuk kasus D, yaitu:
C1 Tw T w .(7.77)
dari persamaan (7.18) dan kondisi batas 2, yaitu x = L, diperoleh:
( L) C1 cosh(mL) C 2 sinh(mL) .(7.78)
differensialkan persamaan (7.72)
d ( L)
C1 m sinh(mL) C2 m cosh(mL) .(7.79)
dx

54
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

subsitusi persamaan (7.78) dan (7.79) ke persamaan (7.76), maka:


k [C1 m sinh( mL) C 2 m cosh(mL)] h [C1 cosh(mL) C 2 sinh( mL)]
atau
h
[C1 sinh(mL) C2 cosh(mL)] [C1 cosh(mL) C2 sinh(mL)] .(7.80)
km
dan persamaan tersebut dapat disusun berdasarkan variabelnya:
h h
C 2 [cosh(mL) sinh( mL)] C1 cosh(mL) sinh( mL) .(7.81)
km km
dan diperoleh nilai C2:
h
C1 cosh(mL) sinh( mL)
C2 km .(7.82)
h
cosh(mL) sinh( mL)
km
subsitusi nilai C1 dari persamaan (7.77) ke persamaan (7.82), maka:
h
w cosh(mL) sinh(mL)
C2 km .(7.83)
h
cosh(mL) sinh(mL)
km
subsitusi nilai dari C1 dan C2 ke persamaan (7.18), maka akan diperoleh:
h
w cosh(mL) sinh( mL)
( x) w cosh(mx) km sinh( mx)
h
cosh(mL) sinh( mL)
km
dan berdasarkan fungsi hiperbolik, maka persamaan tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut:
( x) cosh m( L x) [h / km] sinh m( L x)
.(7.84)
w cosh (mL) [h / km] sinh (mL)

Kemudian untuk menentukan persamaan distribusi temperatur dan laju perpindahan panas konduksi
untuk kasus D adalah sebagai berikut:
Distribusi temperatur
Dimana diketahui nilai dari:
( x) (T T ) ; w (Tw T ) pada x = 0

( L) (TL T ) pada x = L ; m hP / kA
subsitusi nilai w, L dan m ke persamaan (7.84):
(T T ) cosh m ( L x) [h / km] sinh m ( L x)
.(7.85)
(Tw T ) cosh mL [h / k m] sinh mL

55
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Laju perpindahan panas


Laju perpindahan panas melalui fin adalah sama dengan energi panas yang dikonduksikan
kedinding, maka dari hukum Fourier:
dT d
q x kAc kAc .(7.86)
dx x 0 dx x 0

differensialkan persamaan (7.84) terhadap x, dimana formula differensial yang dapat digunakan
adalah:
d ( x) v du / dx u dv / dx
w .(7.87)
dx v2
dimana
u cosh m ( L x) [h / km] sinh m ( L x) .(7.88)
du
m sinh m ( L x) [(m)(h / km)] cosh m ( L x) .(7.89)
dx
dan
v cosh (mL) [h / km] sinh (mL) .(7.90)
dv
0 .(7.91)
dx
subsitusi persamaan (7.88), (7.89), (7.90) dan (7.91) ke persamaan (7.87), maka:

d ( x ) sinh m L (h / km)] cosh m L


wm .(7.92)
dx x 0 cosh (mL) [h / km] sinh (mL)
subsitusi persamaan (7.92) ke persamaan (7.86), maka:

d sinh m L (h / km)] cosh m L


q x kAc kAc w m
dx x 0 cosh (mL ) [h / km] sinh (mL )
atau
sinh m L (h / km)] cosh m L
q x kAc w m .(7.93)
cosh (mL) [h / km] sinh (mL)
dimana
m hP / kAc ; w Tw T
maka persamaan (7.93) dapat ditulis:
sinh m L (h / km)] cosh m L
q x hPkAc w .(7.94)
cosh mL [h / km] sinh mL

56
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

7.3 Efisiensi dan Efektivitas Fin


Dalam banyak kasus, bentuk geometris fin dan peranan penting kondisi batas tertentu
terhadap distribusi temperatur adalah sangat komplek. Oleh karena itu, diperkenalkan dua
parameter yang dapat menentukan karakteristik atau performance atas pengaplikasian fin dalam
meningkatkan proses perpindahan panas, yaitu: efisiensi fin (f) dan keefektifan fin (f).

7.3.1 Efisisensi fin (f)


Efisiensi sebuah fin secara umum dapat didefinisikan:
Perpindahan panas aktual dari fin
f .(7.95)
Perpindahan panas ideal yang dipindahkan
jika seluruh fin berada pada temperatur dasar
atau dalam bentuk persamaan umum matematik sebagai berikut:
qx
f .(7.96)
qc, max

Sekarang akan dikembangkan penggunaan dari persamaan (7.96) terhadap kondisi batas yang
dialami oleh ujung fin.

7.3.1.1 Efisiensi fin untuk kasus A, dimana luas penampang fin merata/uniform dan panjang fin
adalah sangat panjang, x =
Dari persamaan (7.36) dapat ditulis:
q x hPkAc (Tw T )

untuk qc, max


qc, max hc A fin (Tw T )

dimana Afin adalah luas permukaan fin, untuk luas permukaan fin adalah konstan, maka Afin = PL,
mka persamaan qc, max dapat ditulis:
qc, max hc ( PL )(Tw T )

maka efisiensi fin dari persamaan (7.96) dapat ditulis:


hPkAc (Tw T ) hPkAc
f .(7.97) (5)
hc ( PL)(Tw T ) hc ( PL)

(5)
Penyederhanaan persamaan (7.97)

kAc hc P (hc P)1 / 2 (hc P) 1 (kA)1 / 2 (hc P ) 1 / 2 (kA)1 / 2 kAc 1


f dimana: m hc P / kAc
hc ( PL) L L hc P L mL

57
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

dapat disederhanakan menjadi:


1
f .(7.98)
mL

7.3.1.2 Efisiensi fin untuk kasus B, dimana luas penampang fin merata/uniform dan pada ujung
fin adalah diisolasi
Dari persamaan (7.56) dapat ditulis:
q x (Tw T ) kAc hc P tanh mL

maka efisiensi fin:

qx (Tw T ) kAc hc P tanh mL


f .(7.99) (6)
q c, max hc ( PL)(Tw T )

dapat disederhanakan:
tanh (mL)
f .(7.100)
mL

7.3.1.3 Efisiensi fin untuk kasus C, dimana temperatur pada ujung fin adalah ditentukan dan
panjang fin ditentukan pada x = L
Dari persamaan (7.71) dapat ditulis:
cosh (mL) ( L / w )
q x hPkAc (Tw T )
sinh (mL)
sehingga efisiensi fin:
cosh (mL) ( L / w )
hPkAc (Tw T )
f sinh (mL) .(7.101)(7)
h( PL)(Tw T )
dapat disederhanakan
cosh (mL) ( L / w )

f
sinh (mL)
.(7.102)
mL

(6)
Penyederhanaan persamaan (7.97):

(hc P)1 / 2 (hc P) 1 (kA c )1 / 2 tanh(mL) kAc tanh(mL) tanh(mL)


e dimana m hP / kAc
L hc P L mL

(7)
Penyederhanaan persamaan (7.101)
cosh (mL) ( L / w ) cosh (mL) ( L / w )
hPkAc1 / 2 hP 1
sinh (mL) sinh (mL)
f
L mL

58
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

7.3.1.4 Efisiensi fin untuk kasus D, dimana pada ujung fin adalah dipengaruhi oleh perpindahan
panas konveksi dan panjang fin ditentukan pada x = L
Dari persamaan (7.94) diketahui:
sinh m L (h / km)] cosh m L
q x hPkAc (Tw T )
cosh mL [h / km] sinh mL
sehingga efisiensi fin:
sinh m L (h / km)] cosh m L
hPkAc (Tw T )
cosh mL [h / km] sinh mL
f .(7.103)(8)
h( PL)(Tw T )
dapat disederhanakan

1 sinh m L (h / km)] cosh m L


f
mL cosh mL [h / km] sinh mL
.(7.104)

Dalam kondisi praktis untuk menentukan efisiensi fin, panjang fin adalah dikoreksi, yang
dinotasikan sebagai Lc. Koreksi ini didasarkan pada asumsi kesetaraan antara perpindahan panas
dari fin yang sebenarnya dengan ujung fin yang terkena konveksi dan perpindahan panas yang lebih
lama, kemudian ujung fin adalah adiabatik/diisolasi.
- Fin dengan bentuk empat persegi dan uniform
Lc L t / 2 t adalah tebal fin .(7.105)

- Fin dengan bentuk silindris dan uniform


Lc L D / 4 .(7.106)
Ilustrasi atas koreksi panjang fin khususnya fin dengan bentuk geometris adalah empat persegi
(seperti gambar 7.2). Oleh karena itu, berdasarkan kasus B dan persamaan (7.56) dan (7.100) yang
panjang finnya adalah dikoreksi, maka dapat ditulis:
q x (Tw T ) kAc hc P tanh (mLc ) .(7.107)

dan
tanh (mLc )
f .(7.108)
mLc

(8)
Penyederhanaan persamaan (7.103)

sinh m L (h / km)] cosh m L sinh m L (h / km)] cosh m L


hPkAc1 / 2 hP 1
cosh mL [h / km] sinh mL cosh mL [h / km] sinh mL
f
L mL
dimana: m hP / kAc

59
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

jika lebar fin (w) lebih besar daripada tebalnya (t), atau w t, maka luas keliling fin (P) adalah
P = 2w dan Ac = wt, maka mLc dalam kedua persamaan tersebut dapat ditulis:
1/ 2 1/ 2 1/ 2
hP h 2w 2h
mLc Lc Lc Lc .(7.109)
kAc k wt kt
kalikan Lc1/2 terhadap pembilang dan penyebut pada persamaan (7.109), maka dihasilkan:
1/ 2
2h
mLc Lc 3 / 2 .(7.110)
ktLc
dimana, Lct pada persamaan tersebut adalah merupakan koreksi atas luas fin yang dinotasikan
sebagai Ap, maka persamaan (7.110) dapat ditulis:
1/ 2
2h
mLc Lc 3 / 2 .(7.111)
kA p

Oleh karena itu, untuk menentukan efisiensi fin dengan hubungan berdasarkan persamaan (7.111)
dapat digunakan grafik seperti gambar 7.5 dan 7.6.

60
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Gambar 7.5 Efisiensi fin untuk bentuk geometris persegi panjang, segitiga dan parabolik
(dari Ref.: 7)

Gambar 7.6 Efisiensi fin annular dengan profil persegi panjang (dari Ref.: 7)

61
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

7.3.2 Efektivtas Fin (f)


Untuk mengetahui/mengukur kinerja (performance) fin yang akan diaplikasikan, dapat digunakan
sebagai parameter selain efisiensi fin, yaitu efektivitas fin, dimana efektivitas fin dapat didefinisikan
sebagai rasio perbandingan antara laju perpindahan panas fin dari permukaan dasarnya terhadap
laju perpindahan panas permukaan dasarnya (tidak ada fin), dan dapat ditulis dalam bentuk
persamaan:
q fin q fin
f .(7.112)
q no fin hAc, b (Tw T )

dimana Ac, b adalah luas permukaan fin pada dasar fin, dapat dilihat seperti gambar 7.7. Kemudian
jika dalam proses hasil perhitungan melalui persamaan (7.112) diperoleh:
- f = 1 adalah mengindikasikan bahwa permukaan perpindahan panas yang diperluas, yaitu fin,
tidak memberi pengaruh terhadap sistem yang terdapat fin secara keseluruhan.
- f < 1 adalah mengindikasikan bahwa secara aktual fin berfungsi sebagai isolasi, atau dengan
kata lain memperlambat perpindahan panas dari permukaan sistem yang terpasang fin. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan koefisien konduktivitas thermal materaial yang dipilih adalah rendah
- f > 1 adalah mengindikasikan bahwa perpindahan panas dapat ditingkatkan dari permukaan
sistem melalui permukaan yang diperluas, yaitu melalui fin.

Gambar 7.7

Hubungan antara efisiensi fin dan efektivitas fin, sebagai catatan keduanya berbeda dalam hal
kwantitas dalam menilai prestasi (performance) fin. Dari persamaan (7.96) diperoleh:
q x f qc, max q fin .(7.113)
atau
q fin f hc A fin (Tw T ) .(7.114)

62
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

subsitusi persamaan (7.114) ke persamaan (7.112), diperoleh:


f hc A fin (Tw T ) A fin
f f .(7.115)
hAc, b (Tw T ) Ac, b

Persamaan (7.114) adalah cara yang paling mudah untuk menentukan efektivitas fin dengan catatan
apabila efisiensi fin diketahui atau ditentukan. Kemudian akan dikembangkan persamaan (7.112)
berdasarkan kondisi batas yang dialami oleh ujung fin.

7.3.2.1 Efektivitas fin untuk kasus A


Dari persamaan (7.36) diketahui:
q x hPkAc (Tw T ) q fin

subsitusi ke persamaan (7.111), maka diperoleh:


q fin hPkAc (Tw T )
f .(7.116)
q no fin hAc, b (Tw T )

diasumsikan Ac = Ac,b (luas permukaan fin merata/uniform), maka persamaan (7.116) dapat
disederhankan,

Pk
f .(7.117)
hAc

7.3.2.2 Efektivitas fin untuk kasus B


Dari persamaan (7.56) dapat ditulis:
q x (Tw T ) kAc hP tanh mL

subsitusi ke persamaan (7.112), maka diperoleh:


q fin kAc hP tanh mL (Tw T )
f .(7.118)
q no fin hAc, b (Tw T )

dan diasumsikan Ac = Ac,b, maka persamaan (7.118),

Pk
f tanh mL .(7.119)
hAc

7.3.2.3 Efektivitas fin untuk kasus C


Dari persamaan (7.71) dapat ditulis:
cosh (mL) ( L / w )
q x hPkAc (Tw T )
sinh (mL)

63
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

subsitusi ke persamaan (7.112), maka diperoleh:


cosh (mL) ( L / w )
hPkAc (Tw T )
q fin sinh (mL)
f .(7.120)
q no fin hAc, b (Tw T )

dan diasumsikan Ac = Ac,b, maka persamaan (7.119),

Pk cosh (mL) ( L / w )
f
hAc .(7.121)
sinh (mL)

7.3.2.4 Efektivitas fin untuk kasus D


Dari persamaan (7.94) diketahui:
sinh m L (h / km)] cosh m L
q x hPkAc (Tw T )
cosh mL [h / km] sinh mL
subsitusi ke persamaan (7.112), maka diperoleh:
sinh m L (h / km)] cosh m L
hPkAc (Tw T )
f
q fin
cosh mL [h / km] sinh mL .(7.122)
q no fin hAc, b (Tw T )

dan diasumsikan Ac = Ac,b, maka persamaan (7.122),

Pk sinh m L (h / km)] cosh m L


f
hAc cosh mL [h / km] sinh mL
.(7.123)

7.4 Fin dengan susunan banyak


Dalam beberapa sistem, khususnya sistem yang membutuhkan perpindahan panas yang
besar, maka umumnya fin didesign dan diaplikasikan lebih dari satu, seperti gambar 7.8, dengan
bentuk geometris fin, jarak dan dimensi yang bervariasi sesuai kebutuhan. Oleh karena itu, akan
dijabarkan untuk menentukan perpindahan panas dan prestasi (performance) fin dalam susunan
banyak sebagai berikut:

Perpindahan panas total susunan fin


Berdasarkan gambar 7.8, perpidahan panas total pada susunan fin adalah terjadi melalui luas
permukaan total/utama (At) perpindahan panas yaitu: antara kedua permukaan fin (Afin) dan dasar
(Aunfin). Dan dalam bentuk persamaan dapat ditulis:
q fin total q unfin q fin .(7.124)

dimana
q unfin h Aunfin w .(7.125)

64
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

q fin N fin hA fin w .(7.126)

N adalah jumlah fin, dan w Tw T , sementara luas permukaan total (At) dapat ditentukan:

At NA fin Aunfin .(7.127)

dan
Aunfin At NA fin .(7.127a)

At Aunfin
A fin .(7.127b)
N

Gambar 7.8 Skematik susunan fin, (a) susunan fin persegi panjang, (b) susunan fin anular

subsitusi persamaan (7.125), (7.126) dan (7.127a) ke persamaan (7.124), maka diperoleh:
q fin total h w ( At NA fin N fin A fin ) .(7.128)(9)

atau dapat disederhanakan


NA fin
q fin total h w At 1 (1 fin ) .(7.129)
At

(9)
Penyederhanaan persamaan (7.128)

NA fin N fin A fin


q fin total h w ( At NA fin N fin A fin ) h w At 1
At At
NA fin
h w At 1 (1 fin )
At

65
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Efisiensi total pada susunan fin


Dari persamaan general efisiensi fin:
NA fin
h w At 1 (1 fin )
q fin total At
f , total .(7.130)
qc, max h At w

jika nilai h adalah diasumsikan ekuivalen sama terhadap luas permukaan utama dan fin, kemudian
fin adalah efisiensi untuk fin tunggal, maka persamaan (7.130) dapat disederhanakan:
NA fin
f , total 1 (1 fin ) .(7.131)
At

Efektivitas total pada susunan fin


Dari persamaan general efektivitas fin:
NA fin
h w At 1 (1 fin )
q fin total At
f total .(7.132)
q no fin h Ano fin w

jika diasumsikan nilai h adalah ekuivalen sama baik untuk permukaan yang menggunakan fin
maupun tidak sama sekali, maka persamaan (7.132) dapat ditulis:

At NA fin
f total 1 (1 fin ) .(7.133)
Ano fin At
dimana Ano fin adalah luas permukaan sistem dalam kondisi tidak menggunakan fin seluruhnya, dan
persamaan Ano fin seperti gambar 7.8 (a) dan (b) adalah luas permukaan empat persegi dan silinder.

Contoh soal 7.1: Sebuah permukaan panas pada temperatur 100oC adalah didinginkan dengan
memasang fin/sirip silindris (paku), seperti gambar 7.9, dengan panjang 3 cm, diameter 0,25 cm,
dan jarak antara titik pusat ketitik pusat fin adalah 0,6 cm, sementara bahan fin adalah aluminium
(k = 237 W/m. oC). Temperatur lingkungan adalah 30 oC dengan koefisien perpindahan panas (h)
adalah 35 W/m2. oC. Tentukan laju aliran perpindahan panas dari permukaan pelat-fin dimana
dimensi pelat adalah 1 m 1 m. Dan tentukan juga efektivitas menyeluruh fin. (Referensi: Heat
transfer-Practical Approach, second edition. By Yunus A Cengel).

Diketahui: seperti soal dan gambar 7.8


Ditanya: laju perpindahan panas total dari permukaan pelat-fin dan efektivitas fin total?
Diasumsikan: Sistem berada dalam kondisi steady state, temperatur sepanjang fin bervariasi hanya
dalam satu arah pelat, perpindahan panas pada ujung fin diabaikan, koefisien perpindahan panas

66
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

adalah konstan dan merata (uniform) pada seluruh permukaan fin, sifat-sifat thermal fin adalah
konstan, dan koefisien perpindahan panas telah dihitung atas pengaruh radiasi terhadap fin.

Gambar 7.9 Skematik untuk contoh soal 7.1

Penyelesaian:
a. Laju perpindahan panas tota dari permukaan pelat-fin
dari persamaan (7.129) adalah untuk menentukan laju perpindahan panas total
NA fin
q fin total h w At 1 (1 fin ) .(a)
At
untuk luas permukaan total:
At NA fin Aunfin .(b)

dimana
L pelat H pelat 1m 1m
N 27777,777 27778 buah
SV S H 0,006 m 0,006 m

d fin 2 0,00252

A fin d fin L fin
0,0025 0,03 0,000241 m 2
4 4

d 2 0,00252
Aunfin ( L pelat H pelat ) N
fin
(1m 1m) 27778 0,86365 m 2
4 4

sehingga At dapat ditentukan:

At (27778 0 ,000241 ) m 2 0,86365 m 2 7,558153 m 2

untuk
w Tw T 100 30 70 o C

67
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Sementara untuk efisiensi fin, dimana diasumsikan perpindahan panas pada ujung fin diabaikan,
maka dapat digunakan persamaan persamaan (7.100):
tanh (mL)
f
mL
dimana

hP h d fin 4h 4 35 W/m 2 . o C
m 15,37163 m -1
kAc / 4 d fin k
2 k d fin 0,0025 m 237 W/m. C o

maka

tanh (15,37163 m -1 0,03 m)


f 0,93467 ini adalah efisiensi untuk fin tunggal
(15,37163 m -1 0,03 m)
sehingga
27778 0,000241 m 2
q fin total 35 W/m 2 . o C 70 o C 7,558153 m 2 1 (1 0,93467)
7,558153 m 2

17445,96354 W

b. Efektivitas fin total


dari persamaan (7.133)

At NA fin
f total 1 (1 fin ) .(c)
Ano fin At
dimana

Ano fin L pelat H pelat 1 m 1 m 1 m 2

sehingga

7,558153 m 2 27778 0,000241 m 2


f total 1 1 0,93467 7,12080
1 m2 7,558153 m 2

Sebagai bahan tambahan pertanyaan untuk contoh soal 7.1, akan ditentukan efisiensi total fin
dengan menggunakan persamaan (7.131):
NA fin
f , total 1 (1 fin ) .(d)
At
maka
27778 0,000241 m 2
f , total 1 (1 0,93467) 0,94213
7,558153 m 2

68
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Sekarang akan dilakukan kajian perbandingan terhadap laju perpindahan panas total, efektivitas fin
total dan efisiensi fin total, dimana jika perpindahan panas konveksi pada ujung fin
dipertimbangkan, maka untuk efisiensi fin tunggal dapat ditentukan dari persamaan (7.104)
1 sinh m L (h / km)] cosh m L
f
mL cosh mL [h / km] sinh mL
.(d)

dimana

sinh (m L) sinh (15,37163 m -1 0,03 m) 0,47767

cosh (m L) cosh (15,37163 m -1 0,03 m) 1,10823

35 W/m 2 . o C
(h / km)] sinh m L cosh (15,37163 m -1 0,03 m) 0,00459
237 W/m. o C 15,37163 m -1

35 W/m 2 . o C
(h / km)] cosh m L cosh (15,37163 m -1 0,03 m) 0,01065
237 W/m. C 15,37163 m
o -1

maka
1 0,47767 0,01065
f 0,95157
15,37163 m 0,03 m 1,10823 0,00459
-1

Oleh karena itu,


Laju perpindahan panas konduksi total:
27778 0,000241 m 2
q fin total 35 W/m 2 . o C 70 o C 7,558153 m 2 1 (1 0,95157)
7,558153 m 2

17723,14923 W

Efektivitas fin total:

7,558153 m 2 27778 0,000241 m 2


f total 1 1 0,95157 7,23394
1 m2 7,558153 m 2

Efisiensi fin total


27778 0,000241 m 2
f , total 1 (1 0,95157) 0,95711
7,558153 m 2

69
Consultant
Ali Hasimi Pane Perpindahan Panas Konduksi: Steady State One Dimensional

Referensi
[1] A. D. Kraus, A. Aziz and J. Welty, Extended Surface Heat Transfer, John Wiley & Sons, Inc,
2001.
[2]. Frank Kreith, Raj M. Manglik, Mark S. Bohn, Principles of Heat Transfer, Seventh Edition,
Cengage Learning, Inc, 2011.
[3] John Bird, Higher Engineering Mathematics, Seventh Edition, Routledge Taylor & Francis
Group, 2014.
[4] John H. Lienhard IV and John H. Lienhard V, A Heat Transfer Textbook, Third Edition,
Phlogiston Press, 2003.
[5]. J. P. Holman, Heat Transfer, Tenth Edition, McGraw-Hill Companies, Inc, 2010.
[6]. Robert W. Serth, Process Heat Transfer: Principles and Applications First Edition, Elsevier
Ltd, 2007.
[7]. Theodore L. Bergman, Adrienne S. Lavine, Frank P. Incropera, David P. Dewitt,
Introduction to Heat Transfer, Sixth Edition, John Wiley & Sons, Inc, 2011.
[8] Theodore L. Bergman, Adrienne S. Lavine, Frank P. Incropera, David P. Dewitt,
Fundamentals of Heat and Mass Transfer, Seventh Edition, John Wiley & Sons, Inc, 2011.
[9] William S. Janna, Engineering Heat Transfer, Second Edition, CRC Press LLC, 2000.
[10]. Yunus A. Cengel, Heat Transfer: A Practical Approach, Second Edition, McGraw-Hill
Companies, Inc.

Biography
Ali Hasimi Pane,
Kandidat Magister (S2) Teknik Mesin USUMedan, dengan
konsentrasi studi konversi energi, dan fokus dalam subyek:
Sustainable Energy and Waste heat Energy Technology.

Sarjana Teknik (S1) selesai pada tahun 2004 dari Institut Teknologi
Medan (ITM), konsentrasi studi konversi energi.

Another major activities:

Lubricant technical advisor, Waste heat technology, Reader and


writer specially for technology

70
Consultant

Anda mungkin juga menyukai