Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMERINTAHAN
PERTEMUAN KE-3
DANAR SUTOPO SIDIG
NOMOR ABSEN 14
KELAS A
PROGRAM S1 STAR
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Halaman 1 dari 5
A. Pengantar
Salah satu masalah klasik utama yang dihadapi organisasi sektor publik adalah
tidak adanya keseragaman dalam pelaporan akuntansi keuangannya. Namun,
sekarang banyak organisasi sektor publik yang telah mulai mengadopsi standar
yang seragam dan oleh karenanya menghadapi tantangan baru sebagai
konsekuensi dari hal tersebut.
Penysusun standar yang lainnya yang bertaraf nasional antara lain adalah Public
Sector Accounting Board (PSAB) di Canada dan Australian Accounting Standards
Board (AASB). Pada level lain terdapat standar internasional yang meliputi
Government Finance Statistics Manual (GFSM) yang dikeluarkan oleh International
Monetary Fund (IMF), dan International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)
yang akan dijelaskan lebih lanjut.
B. Perkembangan IPSAS
IPSAS dikembangkan oleh Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB),
sebuah penyusun badan sektor swasta penyusun standar yang independen di
bawah pengawasan International Federation of Accountants (IFAC). IPSAS yang
disusun oleh IPSASB tersebut kini telah semakin banyak diadopsi di barbagai
negara.
Anggaran Berbasis Kas, PSAP 3 tentang Laporan Arus Kas, dan PSAP 12 tetang Laba
Operasional.
Operasi luar negeri adalah sebuah entitas yang dikendalikan, associate, ventura
bersama, atau cabang dari entitas pelapor, atau aktivitas yang dilaksanakan di luar
negeri. Laporan Keuangan operasi luar negeri harus ditranslasikan ke mata uang
pelaporan entitas penyusun laporan keuangan. Isu utama dalam pengaturan ini
adalah nilai tukar mana yang harus digunakan serta bagaimana cara mengakui efek
prubahan nilai tukar mata uang asing dalam laporan keuangan.
Tidak diaturnya perlakuan akuntansi bagi operasi luar negeri oleh pemerintah
Indonesia bukannya tidak beralasan. Tindakan tersebut didasari oleh fakta bahwa
sampai dengan saat ini, Indonesia tidak memiliki operasi luar negeri sebagaimana
dimaksud dalam standar tersebut.
Standar ini diterapkan untuk pendapatan yang berasal dari perubahan nilai tukar
mata uang atas transaksi pemberian jasa, penjualan barang, dan aktivitas lain
berupa penyediaan aset bagi pihak lain yang memberikan pendapatan beruba
bunga, royalti, dan dividen. Oleh karena transaksi-transksi tersebut tidak banyak
dijumpai di Indonesia maka pengaturannya tidak disendirikan. Pengaturan terkait
pendapatan dari nilai tukar mata uang asing terdapat pada PSAP 2 tentang Laporan
Realisasi Anggaran Berbasis Kas, PSAP 3 tentang Laporan Arus Kas, dan PSAP 12
tetang Laba Operasional.
kriteria tersebut tidak dapat terpenuhi maka sewa guna usaha diklasifikasikan
sebagai sewa guna usaha operasi.
13. IPSAS 21: Penurunan Nilai atas Aset yang Tidak Menghasilkan Kas
Penurunan nilai atas aset yang tidak menghasilkan kas adalah selisih antara nilai
terpulihkan aset tersebut terhadap nilai terbawanya. Nilai terpulihkan adalah nilai
yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya-biaya untuk melakukan
penjualan atau nilai gunanya. Nilai guna adalah kemungkinan aliran kas di masa
depan yang dihasilkan yang didiskontokan kenilai kini. Terdapat 3 pendekatan
dalam menghitung nilai guna, yaitu penggantian biaya depresiasi, restorasi biaya,
dan unit pelayanan. Penilaian indikasi penurunan nilai dilakukan setiap tahun.
14. IPSAS 22: Pengungkapan Informasi Keuangan tengan Sektor Pemerintah Umum
Tujuan dari pernyataan ini adalah untuk mengatur pengungkapan bagi pemerintah
yang memilih untuk menyajikan informasi tentang sektor pemerintah umum dalam
laporan konsolidasiannya. Pengunkapan yang tepat terhadap informasi tersebut
dapat menyediakan pemahaman yang lebih baik bagi hubungan antara aktivitas
pasar dan aktivitas nonpasar serta antara laporan keuangan dengan laporan
statistik.
15. IPSAS 23: Pendapatan dari Transaksi Non-Pertukaran (Pajak dan Transfer)
Transaksi pertukaran adalah transaksi yang menyebabkan entitas pelaporan
menerima aset/jasa dan/atau mengalami pengurangan kewajiban, tetapi di sisi lain
harus menyerahkan sesuatu yang memiliki nilai setara baik berupa kas, barang,
atau jasa. Transaksi nonpertukaran adalah transaksi yang tidak memenuhi definisi
tersebut, misalnya transfer dan pajak. Kriteria pengakuan pendapatan yang
diterima dari transaksi nonpertukaran sama dengan kriteria peangakuan aset. Pada
saat diterima, aset yang diperoleh dari transaksi nonpertukaran diukur dalam nilai
wajar.