BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Eksplorasi
1
2
Sumber : www.proconprotelindo.com
Foto 2.1
Pengukuran Dimensi Singkapan
2
3
samples) secara sistematis untuk diselidiki di laboratorium agar dapat diketahui data
apa yang tersimpan di dalam contoh batuan itu.
Sumber : tambang.co.id
Foto 2.2
Singkapan
2.3.2 Tracing Float
Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan)
dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air,
maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (hilir). Pada
umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai
Tracing (penjejakan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan
pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal
s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat
pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada
suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu,
maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan tersebut.
Tracing float merupakan metode untuk menemukan letak sumber serpihan
mineral (mineral cuts = float) yang umumnya berupa urat bijih (vein) endapan primer
di tempat-tempat yang elevasinya tinggi. Caranya adalah dengan mencari serpihan
atau potongan mineral-mineral berharga (emas, intan, kasiterit, dll) yang keras, tidak
mudah larut dalam asam maupun basa lemah dan memiliki berat jenis yang tinggi
dimulai dari kelokan di hilir sungai.
3
4
Sumber : oon-line.blogspot.com
Gambar 2.1
Tracing Float
Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah :
1. Peta jaringan sungai.
2. Titik-titik (lokasi) pengambilan float.
3. Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.
4. Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.
5. Lokasi dimana float mulai hilang.
Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona
sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat
dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada
daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).
2.3.3 Parit Uji (Trenching)
Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang
mempergunakan sumur uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda
adalah bentuknya ; parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan bentuk
penampang trapesium dan kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung
dari lebar atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang dicari dan
jumlah (volume) contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Berbeda dengan
sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah dijangkau
oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan
dengandragline atau hydraulic excavator (back hoe).
4
5
Sumber : oon-line.blogspot.com
Gambar 2.2
Bentuk Penampang Parit Uji
Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup
sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar
kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit
uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike) dapat
segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang
lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus terhadap jurus
urat bijihnya.
Sumber : oon-line.blogspot.com
Gambar 2.3
Arah Penggalian Parit Uji
2.3.4 Sumur Uji (Test Pit)
Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan galian
di bawah tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples) biasanya digali sumur
uji (test pit) dengan mempergunakan peralatan sederhana seperti cangkul, linggis,
sekop, pengki, dsb.
5
6
Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar,
bulat atau bulat telur (ellip) yang kurang sempurna. Tetapi bentuk penampang yang
paling sering dibuat adalah empat persegi panjang; ukurannya berkisar antara 75 x
100 m sampai 150 x 200 m. Sedangkan kedalamannya tergantung dari kedalaman
endapan bahan galiannya atau batuan dasar (bedrock) dan kemantapan (kestabilan)
dinding sumur uji. Bila tanpa penyangga kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4 -
5 m.
Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk dan
letak endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan
pola yang teratur seperti empat persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-
sudut pola tersebut digali sumur uji) dengan jarak-jarak yang teratur pula (100 - 500
m), kecuali bila keadaan lapangan atau topografinya tidak memungkinkan.
Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka
volume tanah yang digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit.
Sumber : oon-line.blogspot.com
Gambar 2.4
Macam Bentuk Penampang Sumur Uji
6
7
7
8
permukaan bumi. Bijih yang mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek
langsung pada peralatan, sehingga dengan segera dapat diketahui.
Metoda eksplorasi dengan magneti sangat berguna dalam pencarian sasaran
eksplorasi sebagai berikut :
a. Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
b. Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
c. Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit
sebagai mineral ikutan
d. Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung
magnetit dalam jumlah cukup
e. Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan
beku yang mengandung mineral magnetik.
3. Metode Seismik
Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih
tetapi banyak dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau
getaran buatan dibuat dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3
meter dari permukaan bumi dan kecepatan merambatnya getaran yang terjadi
diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambatan getaran tersebut pada perlapisan-
perlapisan batuan, disekitar titik ledakan dipasang alat penerima getaran yang
disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara teratur di
sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu
ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui
kecepatan rambatan waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan batuan. Dengan
demikian konfigurasi struktur bahwa permukaan dapat diketahui. Gelombang akan
merambat dengan kecepatan yang berbeda pada batuan yang berbeda-beda.
Geophone merupakan alat penerima gelombang yang dipantulkan kepermukaan,
hidrophone untuk gelombang di dasar laut.
Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :
a. Jenis batuan
b. Derajat pelapukan
c. Derajat pergerakan
d. Tekanan
e. Porositas (kadar air)
f. Umur (diagenesa, konsolidasi, dll).
4. Geolistrik
8
9
Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan.
Yang dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh
masa batuan sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi
kalau dialiri listrik dari ujung ke ujung, satuannya adalah Ohm-m 2/m atau disingkat
Ohm-meter.
Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya
dipakai sistem empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua
elektrode dipakai untuk memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode
arus (current electrode) disingkat C, dan dua elektrode lainnya dipakai untuk
mengukur voltage yang timbul karena arus tadi, elektrode ini disebut elektrode
potensial atau potential electode disingkat P. ada beberapa cara dalam penyusun
ke empat elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai adalah cara
Wenner dan cara Shlumberger.
2.4.2 Metode Eksplorasi Tidak Langsung (Geokimia)
Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements)
pada batuan, tanah, stream, air atau gas.
Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur yang
kontras terhadap lingkungannya atau background geokimia.
Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang terkonsentrasi pada
zona mineralisasi. Anomali merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok antara
satu titik atau batuan dengan titik lainnya.
Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk menentukan
perbedaan mendasar (anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau sampel
yang kita cari. Proses untuk membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa
reaksi kimia.
9
10
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN
3.1 Tugas
1. Menentukan IUP
2. Mencari sample endapan Bahan galian
3.2 Pembahasan
Pada pembahasan ini akan di definisikan bagaimana cara menentukan IUP
pada wilayah penyelidikan dikawasan Taman Hutan Raya (THR) ir. H Djuanda
memiliki potensi adanya bahan galian yang bersifat ekonomis untuk ditambang.
3.2.1 IUP
IUP merupakan tahap awal dari kegiatan usahsa pertambangan dimana
untuk mendapatkan izin usaha sari pihak pemerintah berdasarkan undang undang
perizinan yang berlaku.
Pada daerah penyelidikan ditentukan IUP seluas 70 ha, dari luasan tersebut
dapat dicari dan dan ditemukan sampel komoditas yang akan ditambang.
3.2.2 Lokasi Daerah Penyelidikan
Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda terletak di sebelah Utara Kota Bandung
Berjarak 7 km dari pusat kota, secara geografis berada 107 30BT dan 6 52LS,
secara administrasi berada di wilayah Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten
Bandung dan sebagian wilayah masuk Desa Mekatwangi, Desa Cibodas, Desa
10
11
1. Titik pengamatan A
Pada daerah pengamatan A berada di koordinat 791432 mE dan 9241435
mN. Kegiatan pengamatan pada titik A dilakukan pada pukul 16.00 WIB
dengan kondisi cuaca mendung dengan hujan ringan.
Foto 3.1
Titik Pengamatan A
2. Titik Pengamatan B
Pada daerah pengamatan B berada di koordinat 792292 mE dan 9242396
mN. Kegiatan pengamatan pada titik B dilakukan pada pukul 17.00 WIB
dengan kondisi cuaca hujan. Setelah dilakukan penyelidikan awal di atas,
maka jadwal kegiatan.
11
12
Foto 3.2
Titik Pengamatan B
12
13
13
14
BAB IV
ANALISA
Bahan komoditas yang akan ditambang yaitu batu andesit yang merupakan
bahan galian golongan c (industry). Metode eksplorasi yang digunakan yaitu
geolistrik karena dari keterbentukannya termasuk pada tipe endapan primer
magmatic. Dilihat dari kondisi geologi daerah penyelidikan, setelah dilakukannya
eksplorasi umum, ditemukannya singkapan batuan beku dengan jenis batu ekstrusif
yaitu batu Andesit yang merupakan golongan dari bahan galian industry yang dapat
ditambang. Terlebih dilihat dari kondisi geologinya dapat dikorelasikan bahwa daerah
tersebut termasuk pada formasi QVU dan QVl.
Sebelum dilakukannya eksplorasi detail, maka terlebih dahulu melakukan
survey tinjau yang meliputi kegiatan mapping dengan bantuan peta dasar peta
topografi regional untuk mengetahui letak ketinggian daerah penyelidikan, serta peta
geologi regional daerah penyelidikan sehingga diketahui formasi batuan yang ada
pada daerah penyelidikan tersebut.
14
15
BAB V
KESIMPULAN
15
16
DAFTAR PUSTAKA
16