Anda di halaman 1dari 36

BAB I

TENSILE TEST

1.1 Pendahuluan
1.1.1 Latar belakang
Material merupakan suatu aspek penting dalam suatu proses desain dan
perancangan suatu benda. Dimana setiap karakter dan sifat material tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan yang akan digunakan. Sifat material seperti
kekuatan, kekerasan, kelenturan, tahan panas, dan lain sebagainya menjadi poin
penting yang harus diketahui sebelum proses produksi produk dilakukan.
Salah satu sifat material yang sangat penting untuk diketahui adalah material
logam. Dimana salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui sifat
mekanis logam adalah uji tarik. Uji tarik merupakan salah satu metode pengujian
yang sederhana dan sering dilakukan oleh teknisi, akademisi teknik, dan
mahasiswa. Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material, khususnya
kekuatan tarik, kekerasan, keuletan, dan ketangguhan maka dilakukan pengujian
uji tarik.
Oleh karena itu, maka dilakukan percobaan uji tarik pada mata kuliah Uji
Bahan agar mahasiswa mampu dan menguasai cara mengukur dan mengetahui
kekuatan serta sifat suatu material, khususnya logam.

1.1.2 Tujuan
a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik (tensile test) terhadap suatu
material.
b. Tujuan instruksional khusus
Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik dan
sebenarnya berdasarkan diagram beban-pertambahan panjang yang di dapat
dari hasil pengujian.
Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisa sifat-sifat mekanik material
yang terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik luluh, reduction
of area, elongation dan modulus elastisitas.

Uji Tarik (Tensile Test )| 1


1.2 Dasar Teori
Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik. Kekuatan tarik
suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan berdasarkan
standar pengujian yang telah baku seperti ASTM (Assotiation Society Test and
Material), JIS (Japan Industrial Standart), DIN (Deutches Institut for Nurmunge), dan
yang lainnya. Terdapat beberapa Spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen
sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini

1.2.1 Spesimen plat


Batang uji berupa plat ditentukan dahulu Gauge Lengthnya, yaitu .
Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur kembali panjang
Gauge Lenghtnya apakah tepat atau tidak, setelah itu nilainya
dimasukkan kedalam penandaan ( ). Gambar 1.1 berikut ini merupakan
spesimen plat yang akan mendapat perlakuan uji tarik.

Gauge Length

Gambar 1.1 Spesimen Plat

1.2.2 Spesimen round bar


Batang uji berupa rounded ditentukan dulu Gauge Lenghtnya, yaitu
lalu ditentukan titik tegah Gauge Lenghtnya. Setelah itu dimasukkan kedalam
penandaan ( ). Setelah itu ditandai dengan penitik. Gambar 1.2 berikut ini
merupakan spesimen round bar yang akan mendapat perlakuan uji tarik.

Uji Tarik (Tensile Test )| 2


Gauge Length

Gambar 1.2 Spesimen Round Bar

1.2.3 Spesimen beton neser


Batang uji berupa deformed diratakan dahulu ujung-ujungnya supaya dapat
diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung batang dapat diratakan
dengan cara dikikir maupun dipotong dengan alat pemotong logam, kemudian
timbang massa baja tulangan sirip. Setelah itu diukur panjang batang uji
menggunakan jangka sorong, lalu ditentukan titik tengahnya dan dapat ditandai
dengan menggunakan penitik. Untuk menentukan gauge lenghtnya, kita harus
menghitung diameter baja tulangan sirip terlebih dahulu menggunakan rumus

. Setelah itu tentukan gauge lengthnya menggunakan rumus

Sesuai dengan hasil perhitungan didapatkan dan


sehingga dan adalah masing-masing .
Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur kembali panjang
gauge lenghtnya menggunakan jangka sorong apakah tepat atau
tidak, setelah itu nilainya dimasukkan kedalam penandaan dan .
Gambar 1.3 berikut ini merupakan spesimen baja tulangan sirip yang akan
mendapat perlakuan uji tarik.

Uji Tarik (Tensile Test )| 3


C

A0 B0

Gauge Length

Gambar 1.3 Spesimen Beton Neser

Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin besar
secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen
mengalami perubahan panjang. Perubahan beban dan perubahan panjang
tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang merupakan fungsi beban
dan pertambahan panjang dan disebut sebagai grafik dan kemudian
dijadikan grafik Stress-Strain (Grafik ) yang menggambarkan sifat
bahan secara umum. Gambar 1.4 berikut ini merupakan grafik Stress-Strain
(Grafik ).

Gambar 1.4 Grafik Hasil Pengujian Tarik Beberapa Logam

Uji Tarik (Tensile Test )| 4


Dari Gambar 1.4 diatas tampak bahwa sampai titik perpanjangan

sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum


Hooke, sedangkan titik merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh

karena itu titik di sebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik terdapat

titik yang merupakan batas elastis di mana bila beban dihilangkan maka belum

terjadi pertambahan panjang permanen dan spesimen kembali kepanjang semula.


Daerah dibawah titik disebut daerah elastis. Sedangkan diatasnya disebut

daerah plastis. Di atas titik terdapat titik yang merupakan titik yield (luluh)

yakni dimana logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban


yang berarti. Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan dimana spesimen
terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi yang dimulai dari titik ini

bersifat permanen sehingga bila beban dihilangkan masih tersisa deformasi yang
berupa pertambahan panjang yang disebut deformasi plastis. Pada kenyataannya,
karena perbedaan antara ke tiga titik sangat kecil maka untuk

perhitungan teknik seringkali keberadaan tiga titik tersebut cukup diwakili


dengan titik saja. Dalam kurva titik ditunjukkan pada bagian kurva yang

mendatar atau beban relatif tetap. Penampakan titik ini tidak sama untuk

semua logam. Pada material yang ulet seperti besi murni dan baja karbon
rendah, titik tampak sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik

tidak tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik dengan

menggunakan metode offset. Metode offset dilakukan dengan cara menarik garis
lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah proporsional dengan jarak
dari regangan maksimal. Titik di dapat pada perpotongan garis tersebut

dengan kurva . Gambar 1.5 berikut ini merupakan metode offset.

Uji Tarik (Tensile Test )| 5


Gambar 1.5 Metode Offset untuk Menentukan Titik Yield

Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan


semakin besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum
ditunjukkan dengan puncak grafik sampai pada beban maksimum ini, deformasi
yang terjadi masih homogen sepanjang spesimen. Pada material yang ulet
(ductile), setelahnya beban maksimum akan terjadi pengecilan penampang
setempat (necking), selanjutnya beban turun dan akhirnya spesimen patah.
Sedangkan pada material yang getas (brittle), spesimen akan patah setelah
tercapai beban maksimum.

1.2.4 Grafik tegangan-regangan teknik (grafik )


Hasil pengujian yang berupa grafik tersebut sebenarnya belum
menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan spesimen
saja. Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik tersebut
harus dikonversikan kedalam grafik tegangan-regangan teknik (grafik ).
Grafik dibuat dengan asumsi luas penampang spesimen konstan selama
pengujian ( ). Oleh karena itu penggunaan grafik ini terbatas pada
konstruksi yang mana deformasi permanen tidak diperbolehkan terjadi.
Berdasarkan asumsi luas penampang konstans tersebut maka persamaan yang
digunakan adalah

............................................................................................ (1.1)

Uji Tarik (Tensile Test )| 6


.......................................................................... (1.2)

Dimana :

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan grafik kedalam


grafik adalah sebagai berikut :
a. Menambahkan sumbu tegak sebagai dan sumbu mendatar sebagai .
b. Menentukan skala beban ( ) dan skala pertambahan panjang ( pada grafik
. Untuk menentukan skala beban, membagi beban maksimal yang
didapat dari mesin dengan tinggi grafik maksimal atau membagi beban yield
(bila ada) dengan tinggi yield pada grafik. Sedangkan untuk menentukan
skala pertambahan panjang, membagi panjang setelah patah dengan panjang
pertambahan total pada grafik Dari perhitungan tersebut akan didapatkan data
:
Skala beban ( )

Skala pertambahan panjang ( )


c. Mengambil 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield (termasuk ), 3 titik
di sekitar beban maksimal (termasuk ), dan satu titik patah ( ). Menentukan
besar beban dan pertambahan panjang sepuluh titik tersebut berdasarkan skala
yang telah dibuat diatas. Untuk membuat tampilan yang baik terutama pada
daerah elastis, menentukan terlebih dahulu kemiringan garis proporsional ( )
dengan memakai persamaan Hooke di bawah ini :
....................................................................................... (1.3)

................................................................................... (1.4)

Uji Tarik (Tensile Test )| 7


Dimana :

d. Mengkonversikan sepuluh beban ( ) tersebut ke tegangan teknik ( dengan


menggunakan persamaan 1.1 dan mengkonversikan pertambahan panjangnya
( ke regangan teknik ( dengan menggunakan persamaan 1.2.
e. Membuat grafik dengan sumbu tegak dan sumbu mendatar berdasarkan
sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi pada Gambar 1.6 akan mirip
dengan grafik , karena pada dasarnya grafik dengan grafik
identik, hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda. Gambar 1.6
berikut ini merupakan grafik hasil konversi grafik .

Gambar 1.6 Grafik Hasil Konversi Grafik

1.2.5 Grafik tegangan-regangan sebenarnya (grafik )


Grafik tegangan-regangan sebenarnya (grafik ) dibuat dengan kondisi
luas penampang yang terjadi selama pengujian. Penggunaan grafik ini
khususnya pada manufaktur dimana deformasi plastis yang terjadi menjadi
perhatian untuk proses pembentukkan. Perbedaan paling menyolok grafik ini
dengan dengan grafik terletak pada keadaan kurva setelah titik (beban
ultimate). Pada grafik setelah titik , kurva akan turun sampai patah di

Uji Tarik (Tensile Test )| 8


titik (frakture), sedangkan pada grafik , grafik akan terus naik sampai
patah di titik . Kenaikkan tersebut disebabkan tegangan yang terjadi
diperhitungkan untuk luas penampang sebenarnya sehingga meskipun beban
turun namun karena tingkat pengecilan penampang lebih besar, maka tegangan
yang terjadi juga lebih besar. Berdasarkan asumsi volume konstan maka
persamaan yang di gunakan adalah :

............................................................................... (1.5)
............................................................................... (1.6)

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan grafik ke dalam


grafik adalah sebagai berikut:

a. Mengambil kembali sepuluh titik pada grafik yang merupakan


konversi dari grafik . Untuk menentukan nilai tegangan sebenarnya
gunakan persamaan 1.5, sedangkan untuk nilai regangan sebenarnya gunakan
persamaan 1.6. Persaman tersebut hanya berlaku sampai titik maksimum
yaitu titik 1-8. Sedangkan nilai dua titik lainnya (titik 9 dan titik 10) yang
berada setelah puncak kurva akan mengalami perubahan.

b. Untuk menghitung nilai tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya pada


dua titik tersebut (titik 9 dan titk 10) gunakan persamaan berikut :

........................................................................................ (1.7)

................................................................................ (1.8)

Dimana :
Untuk titik ke-10, adalah luas penampang setelah patah, sedangkan untuk
titik ke-9, nilainya antara dengan .

c. Membuat grafik dengan sumbu mendatar ( ) dan sumbu tegak ( )


berdasarkan sepuluh titik acuan tersebut. Gambar 1.7 di bawah ini
merupakan kesepuluh titik acuan tersebut.

Uji Tarik (Tensile Test )| 9


Gambar 1.7 Grafik Tegangan dan Regangan Sebenarnya

1.2.6 Sifat Mekanik yang didapat dari Uji Tarik


a. Tegangan tarik yield ( )

....................................................................................... (1.9)

Dimana :

b. Tegangan tarik maksimum/ultimate ( )

.................................................................................... (1.10)

Dimana :

c. Regangan ( )

.................................................................... (1.11)

Dimana :

Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.

Uji Tarik (Tensile Test )| 10


d. Modulus elastisitas ( )
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas
menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai , menandakan
semakin kakunya suatu material. Harga ini diturunkan dari persamaan
hukum Hooke sebagaimana telah diuraikan pada persamaan 1.3 dan 1.4. Dari
persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material relatif
terhadap yang lain dapat diamati dari sudut kemiringan ( ) pada garis
proporsional. Semakin besar , semakin kaku material tersebut.

e. Reduksi penampang/reduction of area ( )

.......................................................... (1.12)

Dimana :
Reduksi penampang dapat juga digunakan untuk menetukan keuletan
material. Semakin tinggi nilai , semakin ulet material tersebut.

1.3 Peralatan dan Bahan


1.3.1 Peralatan
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
a Mesin uji tarik
b Kikir
c Jangka sorong
d Ragum
e Penitik
f Palu

1.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
a Spesimen uji tarik pelat
b Spesimen uji tarik round bar
c Spesimen uji tarik deformat
d Spesimen uji tarik beton neser
e Kertas millimeter

Uji Tarik (Tensile Test )| 11


1.4 Prosedur Keselamatan
Sebelum praktikum pengujian bahan dilaksanakan, mahasiswa harus meyakinkan
dahulu telah melengkapi diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut :
1) Pakaian dan celana bengkel.
2) Safety shoes.
3) Kaca mata pelindung harus digunakan bila melakukan penggerindaan dengan
gerinda mesin.

1.5 Prosedur Kerja


Berikut Gambar 1.8 yang menggambarkan tentang alur langkah kerja percobaan uji
tensile.

Gambar 1.8 Bagan Prosedur Kerja

1.6 Langkah Kerja


Berikut ini merupakan tahapan prosedur runtuk melakukan uji tarik (Tensile Test) :
1. Menyiapkan spesimen, dapat dilihat seperti pada Gambar 1.9.
Mengambil spesimen dan jepit pada ragum.
Mengambil kikir, dan mengikir bekas machining pada spesimen yang
memungkinkan menmyebabkan salah ukur
Mengulangi langkah di atas untuk seluruh specimen yang akan diuji.

Gambar 1.9 Pengikiran Bekas Machining

Uji Tarik (Tensile Test )| 12


2. Membuatan gauge length,dapat dilihat seperti pada Gambar 1.10.
Mengambil penitik dan menandai spesimen tensile test berbentuk plat dengan
dua titikan sejuh 60 mm.
Posisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
Ulangi langkah di atas untuk spesimen tensile test berbentuk round bar.
Untuk spesimen deformat, gauge lenght-nya sebesar 8 x D (Diameter).

Gambar 1.10 Pembuatan Gauge Length

3. Mengukur Dimensi
Mengambil spesimen tensile test plat dan mengukur dimensinya dengan
menggunakan jangka sorong. Parameter yang harus diukur meliputi panjang
spesimen, panjang gauge length, diameter (spesimen round bar), tebal dan lebar
(spesimen plat) , dapat dilihat seperti pada Gambar 1.11.
Khusus untuk spesimen berbentuk deformat, menimbangnya terlebih dahulu
untuk mengetahui beratnya dengan menggunakan timbangan digital, yang dapat
dilihat pada Gambar 1.12. Luas penampang deformat ditentukan dari
persamaan berikut :
W = V.
W = (A0.L).
A0 = W/ (L.)

dimana : W = berat spesimen (kg)


V = Volume spesimen (m3)
L = panjang spesimen (m)
= berat jenis baja (kg/m3)
= 7.850 kg/m3

Uji Tarik (Tensile Test )| 13


a) Pengukuran with pada b) Pengukuran Thick c) Pengukuran Diameter
spesimen plat sebelum pada specimen plat pada spesimen round
patah (diuji) sebelum patah (diuji) bar sebelum patah
(diuji)

Gambar 1.11 Pengukuran dimensi pada spesimen yang akan diuji

Gambar 1.12 Pengukuran Berat spesimen Deformat

4. Mencatat hasil pengukuran pada lembar pengamatan yang ada.

5. Pengujian pada mesin uji tarik, dapat dilihat seperti pada Gambar 1.13.
Menyalakan mesin.
Mengambil kertas milimeter dan meletakkannya pada tempatnya.
Meletakkan spesimen tensile test plat pada ragum mesin penarik.
Memberikan beban secara proporsional.

Uji Tarik (Tensile Test )| 14


Sambil memperhatikan beban pada display, juga mengaamati grafik yang terjadi
dan terekam pada kertas milimeter.
Pada saat grafik di kertas milimeter menunjukkan yield, yang ditandai dengan
mulai membeloknya grafik dari garis lurus, maka selanjutnya melihat nilai beban
saat itu dan mencatat pada lembar pengamatan sebagai beban yield.
Saat grafik pada kertas milimeter mencapai puncak dan diperkuat dengan nilai
beban yang maksimal pada display beban, maka pada saat itu pula kita mencatat
nilai beban tersebut pada lembar pengamatan sebagai beban maksimal atau
ultmate.
Mengamati terus grafik dan ketika mulai menunjukan tanda-tanda akan turun,
terus mengamati beban pada display, kemudian mencatat beban yang tampak
pada display pada saat spesimen patah.
Mengulangi langkah tersebut untuk spesimen round bar dan spesimen deformat.

b) Meletakkan spesimen
berbentuk plat pada
ragum mesin uji tarik

a) Menyalakan mesin, dan


meletakkan kertas
milimeter pada tempatnya

c) Grafik yang terjadi &


terekam saat proses uji
tarik berlangsung

Gambar 1.13 Pengujian Pada Mesin Uji Tarik

Uji Tarik (Tensile Test )| 15


6. Mengukur dimensi setelah spesimen patah
- Mengambil spesimen plat yang telah mengalami tensile test, menyatukan
kembali tepat pada patahannya, kemudian dengan mengukurnya dengan
menggunakan jangka sorong :
Mengukur lebar dan tebal pada daerah necking, mencatat hasilnya pada
lembar pengamatan.
Mengukur gauge length setelah patah dan mencatat hasilnya pada lembar
pengamatan
- Mengambil spesimen round bar yang telah menglami tensile test, menyatukan
kembali tepat pada patahannya, kemudia mengukurnya dengan menggunakan
jangka sorong :
Mengukur diameter pada daerah necking dengan dua kali pengukuran pada
lokasi yang berbeda, merata-rata hasilnya serta mencatat pada lembar
pengamatan.
Mengukur gauge length setelah patah dan mencata hasilnya pada lembar
pengamatan
- Mengambil spesimen deformat yang telah menglami tensile test, menyatukan
kembali tepat pada patahannya, kemudia mengukurnya dengan menggunakan
jangka sorong :
Mengukur diameter pada daerah necking dengan dua kali pengukuran pada
lokasi yang berbeda, merata-rata hasilnya serta mencatat pada lembar
pengamatan.
Mengukur gauge length setelah patah dan mencatat hasilnya pada lembar
pengamatan.

7. Mengisi data pada tabel percobaan.


a. Mengisi kolom .
b. Melakukan perhitungan pada kolom
.

Uji Tarik (Tensile Test )| 16


1.7 Perhitungan dan Pembahasan
1.7.1 Perhitungan round bar speciment
a. Perhitungan skala dan

artinya 1 mm sakala = 0,343 mm

artinya 1 mm sakala P = 0,5 kN

Uji Tarik (Tensile Test )| 17


Uji Tarik (Tensile Test )| 18
c. Grafik
Grafik Tegangan-Regangan pada Round Bar Speciment dapat di lihat pada
Gambar 1.14 di bawah ini:

Grafik Tegangan - Regangan Round Bar

1000

800
Tegangan (MPa)

600

400

200

Teknik
Sebenarnya

0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Regangan

Gambar 1.14 Grafik Tegangan - Regangan Teknik dan Sebenarnya Round Bar

Uji Tarik (Tensile Test )| 19


d. Tegangan tarik yield

e. Tegangan tarik maksimum/ultimate

f. Regangan maksimum

Uji Tarik (Tensile Test )| 20


g. Modulus elastisitas
Berikut Gambar 1.15 grafik modulus elastisitas pada round bar speciment.

Gambar 1.15 Grafik Modulus Elastisitas pada Round Bar Speciment

Dari grafik trendline, didapat

h. Reduction of area (RA)

Uji Tarik (Tensile Test )| 21


1.7.2 Perhitungan deformat speciment
a. Perhitungan skala dan

artinya 1 mm sakala = 0,224 mm

artinya 1 mm sakala P = 0,5 kN

Uji Tarik (Tensile Test )| 22


Uji Tarik (Tensile Test )| 23
c. Grafik
Grafik Tegangan-Regangan pada Deformat Speciment dapat di lihat pada
Gambar 1.16 di bawah ini:

Grafik Tegangan - Regangan Deformat

1200

1000

800
Tegangan (MPa)

600

400

Teknik
200
Sebenarnya

0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4

Regangan

Gambar 1.16 Grafik Tegangan - Regangan Teknik dan Sebenarnya Round Bar

Uji Tarik (Tensile Test )| 24


d. Tegangan tarik yield

e. Tegangan tarik maksimum/ultimate

f. Regangan maksimum

Uji Tarik (Tensile Test )| 25


g. Modulus elastisitas
Berikut Gambar 1.17 grafik modulus elastisitas pada deformat speciment.

Gambar 1.17 Grafik Modulus Elastisitas pada Deformat Speciment

Dari grafik trendline, didapat

h. Reduction of area (RA)

Uji Tarik (Tensile Test )| 26


1.7.3 Perhitungan plat speciment
a. Perhitungan skala dan

artinya 1 mm sakala = 0,446 mm

artinya 1 mm sakala = 0,5 kN

Uji Tarik (Tensile Test )| 27


Uji Tarik (Tensile Test )| 28
c. Grafik
Grafik Tegangan-Regangan pada Plat Speciment dapat di lihat pada

Gambar 1.18 di bawah ini:

Grafik Tegangan - Regangan Plat

800

600
Tegangan (MPa)

400

200

Teknik
Sebenarnya

0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

Regangan

Gambar 1.18 Grafik Tegangan - Regangan Teknik dan Sebenarnya Plat

Uji Tarik (Tensile Test )| 29


d. Tegangan tarik yield

e. Tegangan tarik maksimum/ultimate

f. Regangan maksimum

Uji Tarik (Tensile Test )| 30


g. Modulus elastisitas
Berikut Gambar 1.19 grafik modulus elastisitas pada plat speciment.

Gambar 1.19 Grafik Modulus Elastisitas pada Plat Speciment

Dari grafik trendline, didapat

h. Reduction of area (RA)

Uji Tarik (Tensile Test )| 31


1.7.4 Penggunaan Metode Offset pada Grafik dan
Jika pada grafik tidak ditemukan titik yield, maka dapat dicari
dengan metode offset yang sama seperti grafik tegangan-regangan teknik dan
sebenarnya. Jika pada grafik tegangan-regangan teknik dan sebenarnya, metode
offset diambil dari dari regangan maksimum, namun pada grafik
penggunaan rumus yang berlaku adalah sebagai berikut:

= 0.2% .

Hal ini dikarenakan grafik tidak memuat nilai regangan ( ), maka


perlu dilakukan konversi dari regangan sebagai sumbu x grafik tegangan-
regangan teknik ke sebagai sumbu x grafik .

1.8 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh data sifat mekanik masing-masing
spesimen pada Tabel 1.4 sebagai berikut

Tabel 1.4 Data Sifat Mekanik Masing-masing Spesimen

No. Spesimen

1 Round Bara 0,4 0,48 4,0164 29,6 66,05


2 Deformat 0,4 0,54 8,2534 30,42 66,48
3 Plat 0,32 0,36 8,4242 35,7 72,13

1. Dari data yang diperoleh diatas, dapat disimpulkan bahwa :


a Spesimen 3 memiliki kekuatan elastisitas paling tinggi karena nilai tegangan
yieldnya paling besar.
b Spesimen 3 memiliki kekuatan tarik paling tinggi karena nilai tegangan
maksimumnya paling besar.
c Spesimen 3 memiliki kekakuan paling tinggi karena nilai modulus elastisitasnya
paling besar.
d Spesimen 1 memiliki keuletan paling tinggi karena nilai elongationnya dan nilai
reduction of area paling besar.

Uji Tarik (Tensile Test )| 32


2. Ketidaktepatan hasil percobaan disebabkan oleh pembacaan nilai hasil percobaan
yang kurang tepat, ketidaktelitian pengukuran material yang tidak homogen (luasa
yang tidak sama), pembulatan bilangan desimal pada perhitungan dan hasil
perhitungan itu sendiri, kesalahan pembacaan saat pengambilan titik pada kurva
hasil percobaan, serta kesalahan dari praktikan. Bila dalam grafik tidak ada
titik yield, maka dapat dilakukan perhitungan menggunakan rumus =

0.2% . .

Uji Tarik (Tensile Test )| 33


1.9 Lampiran
Gambar 1.20 Kurva Hasil Percobaan

Uji Tarik (Tensile Test )| 34


Gambar 1.21 Work Sheet

Uji Tarik (Tensile Test )| 35


DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Ferdi Agus. 2014. Laporan Resmi Praktikum Uji Bahan. Jurusan Teknik

Pengelasan PPNS

M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan. Vol 1. Jurusan Teknik Bangunan Kapal.

PPNS.

Uji Tarik (Tensile Test )| 36

Anda mungkin juga menyukai