Anda di halaman 1dari 8

Laporan praktikum ke-4 Tanggal: Senin, 6 Maret 2017

Kesehatan Hewan Laboratorium Dosen : Dr. drh. Erni Sulistiawati, SP1


dan Satwa Aquatik drh. Henny Endah A, Msc
Asisten : Nafisa, A.md

PENGENDALIAN KESEHATAN DALAM PEMELIHARAAN


HEWAN LABORATORIUM TIKUS

Oleh :

Kelompok 2 Praktikum 1

1
1. Dwiky Ramadhan J3P115009
2
2. Fadhilah Dhani SF J3P115018
3
3. Luthfi Fadhillah J3P115031
4
4. M Tio Tigris Manulang J3P115053
5
5. Syifa Fauziah J3P215073

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PENDAHULUAN
Kesehatan hewan laboratorium bergantung pada kualitas pakan, sanitasi,
dan manajemen perawatan lainnya. Kualitas pakan akan memengaruhi bobot
badan tikus. Sanitasi akan memengaruhi jumlah mikroorganisme yang
berkembang di lingkungan kandang. Kebersihan kandang akan berpengaruh
terhadap kesehatan. Perawatan lainnya dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik
harian terhadap tikus.

Tikus merupakan salah satu jenis rodensia yang sering digunakan sebagai
hewan laboratorium atau hewan percobaan. Dalam suatu penelitian, hewan coba
harus dalam keadaan normal dan sehat. Keadaan hewan percobaan akan
memengaruhi hasil uji yang dilakukan. Oleh karena itu, manajemen perwatan
hewan laboratorim harus dilakukan secara rutin dan sesuai dengan aturan yang
belaku.

Tujuan dilakukan praktikum ini ialah untuk mengetahui teknik


pemeriksaan fisik terhadap tikus. Prakitkum ini juga betujuan untuk mengetahui
takaran jumlah pakan yang harus dikonsumsi oleh tikus. Selain itu juga untuk
melatih keterampilan dalam melakukan sanitasi terhadap kadang tikus.

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan di Klinik Hewan IPB. Waktu praktikum yaitu hari
Senin, 6 Maret 2017 pukul 14.00 18.00 WIB.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spidol (merah, biru,
hitam, dan hijau), penggaris, tape, thermometer, kanebo, bak kosong, sikat gigi,
timbangan, meteran, pulpen, pensil, form pencatatan, tisu kering, dan papan jalan.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain tikus, serbuk gergaji,
pakan tikus, air minum, dan alcohol 70%.

Prosedur Kerja
Inspeksi. Tikus dipindahkan dari ruangan tikus ke meja praktikum.
Sebelum dilakukan inspeksi, dilakukan terlebih dahulu adaptasi selama 10 menit.
Inspeksi yang dilakukan adalah melihat tingkah laku dari tikus pada setiap
kandang, makan, minum, defekasi, urinasi, dan bedding.
Sexing. Alat dan bahan yang diperlukan terlebih dahulu dipersiapkan.
Tikus pada setiap kandang dilihat jenis kelaminnya, lalu ditandai dengan spidol
berwarna untuk membedakan jantan dan betina. Tikus jantan pertama diberi tanda
X1, X2 pada tikus kedua, begitupun selanjutnya. Penandaan pada tikus jantan
digunakan spidol berwarna hitam. Tikus betina pertama diberi tanda O1, O2 pada
tikus kedua, begitupun selanjutnya. Penandaan pada tikus betina digunakan spidol
berwarna merah. Jika, tikus yang diperiksa terdapat cacat maka dilakukan
penandaan pada telinga bagian kanan. Spidol biru digunakan untuk penandaan
tikus yang cacat.

Pemeriksaan pada tikus. Alat dan bahan yang digunakan untuk


pemeriksaan dipersiapkan. Tikus diperiksa bobot badan, panjang badan, parameter
(mata, hidung, mulut, testis/vulva, anus/suhu), frekuensi (nafas dan jantung).
Bobot badan setiap tikus diperiksa dengan cara, tikus ditaruh di atas timbangan
baik digital maupun manual. Lalu, bobot badan dicatat pada form pencatatan.
Meteran digunakan untuk pengukuran panjang badan yang diukur dari hidung
hingga pangkal ekor. Parameter seperti mata, hidung, mulut, testis/vulva, dan anus
dilihat ada tidaknya lesio, kebersihan, dan warna mukosa. Pemeriksaan suhu
dilakukan dengan cara, termometer dimasukkan ke dalam anus. Tikus di handle
terlebih dahulu sebelum termometer dimasukkan ke dalam anus dan diarahkan
pada bagian dinding anal, termometer ditunggu hingga suhu tidak naik atau turun
lagi. Pada pemeriksaan frekuensi nafas, dilakukan dengan cara melihat pergerakan
pada bagian thoraks. Pergerakan tersebut digitung selama 15 detik, setelah itu
hasil dikalikan 4 dan dicatat pada form pencatatan. Frekuensi jantung diperiksa
dengan cara palpasi pada bagian sekitar jantung. Jika sudah ditemukan denyut
jantung, denyut jantung dihitung selama 15 detik. Setelah itu hasil dikalikan 4 dan
dicatat di form pencatatan.

Penggantian bedding, pakan, dan minum. Alat dam bahan terlebih dahulu
dipersiapkan sebelum dilakukan penggantian bedding, pakan, dan minum. Tikus
dipindahkan ke dalam bak kosong. Lalu, bedding pada bak lama dikeluarkan dan
bak dibersihkan. Setelah bak bersih, serbuk gergaji dimasukkan ke dalam bak
dengan tinggi 2cm. Tempat pakan dan minum yang kotor dicuci dan dikeringkan.
Tempat makan diisi kembali sesuai dengan takaran per harinya. Takaran pakan
dihitung dengan cara 10% dari total berat badan per kandang. Tempat minum diisi
kembali menggunakan air matang. Tempat makan dan minum yang telah diisi,
disimpan pada bak yang telah diganti beddingnya. Lalu setelah semua selesai,
tikus dipindahkan pada bak yang telah diganti bedding, pakan, maupun
minumnya. Bak ditutup dengan penutup bak, lalu disimpan kembali kedalam rak
yang berada pada ruangan tikus.
No. Hari Pakan* Minum* Defekasi* Urinasi*
Kandang
2 Senin, ++++ ++ +++ +++
6Maret Habis, Tersisa sedikit Ada feces, Bedding
2017 tempat sekali ukuran, lumayan
makan konsistensi, basah,
terbalik bentuk bedding
normal diganti
6 Senin, +++ +++ ++ ++
6Maret
2017
HASIL dan PEMBAHASAN
Hewan laboratorium adalah hewan yang dipelihara secara intensif di
laboratorium dengan lingkungan, pakan, perawatan, prosedur, dan kesehatan yang
standar (mangkoewidjojo 2006).

Tabel 1. Pengamatan Pakan, Minum, Defekasi, dan Urinasi


Keterangan *
+ : Sedikit
++ : Sedang
+++ : Banyak
++++ : Banyak Sekali

Dari hasil yang didapatkan kandang 2 menunjukan hasil yang terbilang


normal karena pakan yang diberikan habis, minum yang diberikan tersisa sedikit,
defekasi dan urin normal. Sedangkan kandang 6 menunjukan hasil yang berbeda
yakni pakan masih tersisa, defekasi dan urinasi yang lebih sedikit dibandingkan
kandang 2 walaupun dikandang 6 jumlahnya lebih banyak dibandingkan kandang
2, hal ini mungkin terjadi karena beberapa hal salah satunya adalah stress.
Penentuan jumlah pakan sudah diperhitungkan dengan perhitungan sesuai dengan
bobot badan. Menurut Priambodo (1995), kebutuhan pakan bagi seekor tikus putih
setiap harinya kurang lebih sebanyak 10% dari bobot tubuhnya., jika pakan
tersebut merupakan pakan kering. Hal ini dapat meningkat sampai 15% dari bobot
tubuhnya, jika pakan yang dikonsumsi berupa pakan basah.

Perhitungan jumlah pakan :

1. Kandang 2
Berat badan total : 197 + 235 + 200 gr = 632 gr
Pakan : 10% dari BB
: 10% dari 632
: 63,2 (63gr) per hari
2. Kandang 6
Berat badan total : 295 + 200 + 350 + 200gr = 1.045 gr
Pakan : 10% dari BB
: 10% dari 1.045
: 104,5 (104gr) per hari

No. No.Hewan Bobot Badan Panjang Badan


Kandang
2 X1 197gr 16.5cm
X2 233gr 19.5cm
X3 200gr 18.0cm
6 O1 295gr 21cm (ekor cacat)
O2 200gr 16cm
O3 350gr 18cm (luka pada punggung)
O4 200gr 17.5cm
Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) air minum untuk mencit
harus selalu tersedia (ad libitum), tidak terkontaminasi, tidak kotor dan disterilkan
sekurang-kurangnya satu kali setiap dua minggu. Tillman (1989) mengatakan
bahwa air adalah salah satu zat makanan yang penting bagi hewan dan kebutuhan
hewan akan air sangat tinggi karena air berfungsi sebagai media untuk aktivitas
metabolik. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), tiap hari seekor tikus
dewasa minum 20-45 ml air. Tingkat konsumsi ransum dan air minum bervariasi
menurut suhu kandang, kelembaban, kualitas makanan, kesehatan, dan kadar air
dalam makanan.

Tabel 2. Pengamatan Bobot Badan dan Panjang Badan

Hewan yang diperiksa pada praktikum kali ini adalah tikus Sparague
dawley (Rattus norvegicus). Pemeriksaan berat badan dari tikus jantan X1, X2,
dan X3 adalah 197 gr, 233 gr, dan 200 gr. Kemudian, berat badan dari tikus betina
O1, O2, O3, dan O4 yang diperiksa adalah 295 gr, 200 gr, 350 gr dan 200 gr.
Tikus tersebut termasuk dalam kondisi normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hafez (1970), bahwa tikus pada usia muda (4 minggu) memiliki berat badan rata-
rata 35-40 gram, sedangkan saat usia dewasa kelamin atau pubertas (50-72 hari)
berat badannya 200-250 gram. Selain itu, Mangkoewidjojo (2006) berpendapat
bahwa tikus Sparague dawley (Rattus norvegicus) memiliki berat badan dewasa
300-400 gr jantan sedangkan betina 250-300 gram.

Panjang badan dari tikus normalnya 15-25 cm , diukur dari hidung hingga pangkal
ekor (Mangkoewidjojo, 2006). Panjang badan dari tikus jantan X1, X2, dan X3
adalah 16,5 cm, 19,5 cm dan 18,0 cm sedangkan panjang badan tikus betina O1,
O2, O3, dan O4 yang diperiksa adalah 21 cm, 16 cm, 18 cm dan 17,5 cm. Panjang
badan tikus jantan dan betina tersebut dapat dikatakan normal karena memasuki
range dari ukuran normal tikus.

Tabel 3. Pengamatan Beberapa Parameter


Hari No. No. Parameter
Kan Hew Mata Hidung Mulut Testis/ Anus/
dang an Vulva Suhu
(C)
Senin, 2 X1 Merah, Mukosa Mukosa Testis Muko
6 Bersinar, rose, rose, turun, sa
Maret Normal Bersih Bersih Bersih, rose,
2017 Normal Bersih
/
36.7
X2 Merah, Mukosa Mukosa Testis Muko
Bersinar, rose, rose, turun, sa
Normal Bersih Bersih Bersih, rose,
Normal Bersih
/
35.7
X3 Merah, Mukosa Mukosa Testis Muko
Bersinar, rose, rose, turun, sa
Normal Bersih Bersih Bersih, rose,
Normal Bersih
/
35.3
6 O1 Normal, Mukosa Bersih,Tid Mukosa Muko
Tidak rose, ak ada rose, sa
ada lesio Bersih lesio Bersih rose,
Bersih
/
37.8
O2 Sebelah Mukosa Bersih,Tid Mukosa Muko
kanan rose, ak ada rose, sa
cacat Bersih lesio Bersih rose,
Bersih
/
37.4
O3 Normal, Mukosa Bersih,Tid Mukosa Muko
Tidak rose, ak ada rose, sa
ada lesio Bersih lesio Bersih rose,
Bersih
/
37.4
O4 Normal, Mukosa Bersih,Tid Mukosa Muko
Tidak rose, ak ada rose, sa
ada lesio Bersih lesio Bersih rose,
Bersih
/
37.9
Dari hasil pengamatan data yang diperoleh semua tikus menunjukan hasil
yang normal terlihat dari matanya yg normal bersinar dan tidak ada lesio, mukosa
hidung yang bersih dan juga pink, mukosa mulut yang bersih dan berwarna rose
pink, testis yang bersih dan normal, mukosa vagina yang bersih dan berwarna rose
pink. Menurut Malole (1989), Pramono (1989), dan Sudrajat (2008), tikus
Sprague dawley (Rattus norvegicus) memiliki suhu tubuh 35.9-37.5C jika
dibandingkan dengan data suhu yang diperoleh semua normal kecuali tikus O1
san O4, perbedaan tidak terlalu jauh hal ini mungkin terjadi karena tikus stress
saat sedang diukur suhunya.

Denyut nadi dari tikus jantan X1, X2, dan X3 adalah 308x/menit, 216
x/menit, dan 320 x/menit sedangkan tikus betina O1, O2, O3, dan O4 yang
diperiksa adalah 196 x/menit, 204 x/menit, 272 x/menit, dan 268 x/menit. Hasil
tikus X2, O1 dan O2 tidak masuk range 250-450x/menit sedangkan tikus selain
itu dapat dikatakan normal karena memasuki range tersebut, karena menurut
Sudrajat (2008), denyut nadi normal dari tikus adalah 250-450x/menit. Hasil
dibawah range ini bisa terjadi kemungkinan karena kesalahan saat menghitung.

Frekuensi pernafasan dari tikus jantan X1, X2, dan X3 adalah 120x/menit,
180x/menit, dan 112x/menit sedangkan tikus betina O1, O2, O3, dan O4 yang
diperiksa adalah 124x/menit, 132x/menit, 132x/menit, dan 136x/menit. Menurut
Sudrajat (2008), Frekuensi pernafasan normal pada tikus 70-115x/menit. Pada
pemeriksaan pernafasan hanya tikus X3 yang dapat dikatakan normal dikarenakan
memasuki range tersebut sedangkan tikus yang lainnya melebihi dari range, hal
ini dapat terjadi dikarenakan terjadi kesalahan dalam menghitung ataupun tikus
tersebut mengalami stress yang dapat meningkatkan frekuensi pernafasan hingga
150x/menit(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Hafez ESE. 1970. Reproduction and Breeding Techniques for Laboratory


Animal. Philadelphia(USA): Lea and Febiger

Mangkoewidjojo S. 2006. Hewan Laboratorium dalam Penelitian Biomedik.


Yogyakarta(ID): FKH UGM.

Malole MBM, Pramono USC. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di


Laboratorium. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Priambodo S. 1995. Pengendalian Tikus Terpadu. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.

Sudrajat J. 2008. Profil Lemak, Kolestrol Darah, dan Respon Fisiologi Tikus
Sparague Dawley yang diberi Ransum Mengandung Gula Daging Sapi Lean
[skripsi].Bogor(ID): IPB.

Smith BJ, Mangkowidojojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan


Hewan Percobaan di Daerah Tropis Indonesia. Jakarta(ID): UI Press.

Tillman A, Hartadi D, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo S. 1989. Ilmu Makanan


Ternak Dasar. Yogyakarta(ID): Universitas Gadjah Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai