Judul New approach to analyzing physics problems: A Taxonomy of Introductory
Physics Problems Jurnal American Physical Society Volume & hal 9; 1-20 Tahun 2013 Penulis Raluca E. Teodorescu, Cornelius Bennhold,Gerald Feldman, dan Larry Medsker Reviewer Yudi Guntara
Tujuan Mengembangkan taksonomi baru yang melibatkan pemecahan masalah
secara konteks dan penelitian yang menjelaskan hubungan antara proses kognitif dan pengetahuan Metode Metode penelitian pengembangan Instrumen TIPP (taxonomy of Introductory Physics Problem Pedoman wawancara Prosedur 1. Peneliti mempertimbangkan proses kognitif dan ranah pengetahuan yang PER selidiki yang berhubungan dengan pemecahan masalah fisika. 2. Mencari beberapa taksonomi mengenai target pendidikan dan menemukan bahwa salah satu taksonomi tersebut ada yang berhubungan dengan proses pemecahan masalah. 3. Mengembangkan sebuah algoritma yang menggunakan taksonomi ini untuk mengklasifikasi soal-soal fisika berdasarkan pada proses kognitif dan pengetahuan yang melibatkannya. 4. Membuat TIPP yang merupakan sebuah database yang mengandung pemecahan masalah berbasis bacaan dan penelitian yang menjelaskan hubungan antara proses kognitif dan pengetahuan. 5. Mengukur validitas dan reliabilitas dar TIPP Hasil TIPP hanya fokus pada interaksi antara sistem kognitif dan pengetahuan. Ciri-ciri TIPP diantaranya: 1. Tujuan: TIPP merupakan sebuah database soal-soal fisika yang memberikan penjelasan dan contoh soal yang melibatkan beberapa proses kognitif. Data base ini dapt digunakan untuk menetapkan tujuan pendidikan, assessment, dan sebagai pemandu dalam mendesain kurikulum untuk pembelajaran fisika. Selain itu TIPP dapat mengdentifikasi gap dalam material kurikulum yang sudah ada. 2. Struktur: mengutamakan perluasan pendefinisian mengenai proses kognitif yang diaplikasikan pada fisika. TIPP mengorganisasi soal- soal fisika. 3. Penerapan: Pembelajaran Fisika Level pada TPP Level 1 a. Recalling and recognizing Retrieval b. Executing Level 2 a. Integrating Comprehension b. Symbolizing Level 3 a. Matching Analysis b. Classifying c. Analyzing errors d. Generalizing e. Specifying Level 4 a. Decision making knowledge b. Overcoming obstacle utilization (problem solving) c. Experimenting d. Investigating Pendekatan yang cocok untuk TIPP 1. Mapping meaning to mathematics, 2. Mapping mathematics to meaning, 3. Physical mechanism game 4. Pictorial analysis, 5. Recursive plug and chug, and 6. Transliteration to mathematics. Validitas 1. Tahap 1: 1 mahasiswa pasca dan 6 profesor, dengan mengirimkan email, dan hasilnya memuaskan (tanggapan positif) 2. Tahap 2, diskusi dengan 1 orang peneliti senior (500 jam interview dengan subjek), dan sependapat bahwa dalam pemecahan masalah, siswa melibatkan proses yang sesuai dengan TIPP. 3. Tahap 3, menginterview 3 orang pengembang soal-soal fisika, dan mendapatkan respon positif. Reliabilitas dicari dengan menggunakan Cohens kappa coefficient dari inter-rater reliability agreement coefficient, hasilnya koefisien yang diperoleh sebesar 0.70 and 0.85, dan menunjukkan bahwa TIPP relabel. Temuan Berdasarkan NTEO, pengetahuan itu spesifik untuk semua mata pelajaran dan dapat diorganisasi menjadi 3 kategori umum atau ranah pengetahuan yaitu informasi, prosedur mental dan prosedur psikomotorik. Dasar pengembangan taksonomi mengikuti The new Taxonomy of Educational Objectives (NTEO), yang terdiri dari Level 6:Self-system Level 5:Metacognitive system Level 4: Knowledge utilization (cognitive system) Level 3: Analysis (cognitive system) Level 2: Comprehension (cognitive system) Level 1: Retrieval (cognitive system) Kelemahan taksonomi sebelumnya: 1. Bloom, mengkombinasi antara proses kognitif dan ranah pengetahuan, tapi kriterianya tidak memuaskan 2. Anderson, tidak memasukkan problem solving 3. Haladyna dan Hannah & Michaelis, tidak menjurus ke domain pengetahuan 4. Bigg dan Collis, memperlakukan proses pemecahan masalah berdasarkan perspektif Pieget a. Praoperasional b. Early concrete c. Middle concrete d. Concrete generalization e. Formal operation
Judul Classtalk: A Classroom Communication System for Active Learning
Jurnal Jurnal of computtting in higher education Volume & hal 7(2), 3-47 Tahun 1996 Penulis Robert J. Dufresne, William J. Gerace, William J. Leonard, Jose P. Mestre, and Laura Wenk Reviewer Yudi Guntara
Tujuan Menjelaskan hasil pengembangan classtalk dalam pembelajaran matakuliah
penelitian pengantar fisika tingkat universitas. Subjek 18 mahasiswi non-sains tingkat akhir pada tahun 1995 penelitian 7 mahasiswa jurusan MIPA tahun 1994 2 dosen Metode Penelitian pengembangan Instrumen Software classtalk, kuesioner, dan tes Langkah- 1. Merencanakan bentuk pembelajaran menggunakan classtalk langkah 2. Membuat sofware, hardware, dan bentuk operasional dari sistem classtalk 3. Menjelaskan tujuan instruksional dan strategi pembelajaran yang mendasari penggunaan classtalk 4. Mendeskripsikan hasil penggunaan classtalk 5. Meninjau faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan selanjutnya untuk berbagai kelas, disiplin ilmu dan institusi. Hasil Dengan menggunakan classtalk pemahaman konsep mahasiswa meningkat Meningkatkan komunikasi antar mahasiswa dan mahasiswa dengan dosen Meningkatkan keterlibatan mahasiswa di dalam kelas Meningkatkan sikap dan motivasi mahasiswa Efektif untuk manajemen kelas Inovasi CCs dapat digunakan untuk mahasiswa yang memiliki kemampuan yang berbeda. Jawaban mahasiswa ditampilkan dalam histogram sehingga mudah untuk dianalisis Mengkonstruksi pengetahuan dapat difasilitasi dengan instruksi/ pembelajaran. Pembuatan classtalk dipengaruhi oleh penelitian tentang miskonsepsi, tingkat pengetahuan ahli dan pemula, efek dari motivasi dan faktor-faktor dalam konteks pembelajaran kelas Dalam penggunaan classtalk dikenal istilah Siklus pertanyaan yang terdiri dari tahapan; Pengembangan dan pemilihan permasalahan, Pengiriman permasalahan, Kerja kelompok secara kooperatif, Pengumpulan jawaban, Menampilkan histogram berdasarkan data respon, Diskus kelas, Penutupan.
Judul Peer Instruction: Ten years of experience and results
Jurnal American Journal Physics Volume & hal 69(9), 970-977 Tahun 2001 Penulis Catherine H. Crouch and Eric Mazur Reviewer Yudi Guntara
Tujuan Menyelidiki pengaruh penggunaan peer instructions terhadap pemahaman
konsep dan motivasi mahasiswa. Subjek Mahasiswa yang mengambil mata kuliah pengantar fisika berbasis aljabar dan pengantar fisika berbasis kalkulus. Metode Eksperimen kuasi, dengan desain pretes dan postes grup kontrol. Variabel bebas Penggunaan peer instruction Variabel terikat Pemahaman konsep (penguasaan konsep) dan motivasi mahasiswa. Instrumen Force Concept Inventory, Mechanics Baseline Test, tes biasa, dan tes konsep. Langkah- Persiapan langkah Pemberian soal pretes dengan menggunakan FCI dan MBT Dosen memberikan permasalahan kemudian dijawab oleh masing-masing individu dalam waktu 1 menit. Jawaban dikumpulkan Setiap individu mendiskusikan dengan kelompok mengenai jawaban permasalahan yang dijawab tadi dengan waktu 4 menit Melakukan sharing antar kelompok yang dipandu oleh dosen Melanjutkan pada permasalahan selanjutnya Pada akhir perkuliahan diberikan postes Analisis data Hasil Mahasiswa mengalami peningkatan skor pada tes FCI dan MBT, serta pemecahan masalah berbasis perhitungan. Meningkatnya pemahaman mahasiswa Meningkatnya motivasi mahasiswa Inovasi Penggunaan peer instructions dapat disesuaikan dengan gaya pengajarnya/ dosen (dinamis) Dapat dikolaborasikan dengan Tutorials in Introductory Physics dan group problem-solving activities
Judul Just-in-Time Teaching (JiTT): Using the Web to Enhance Classroom
Learning Sumber Proceedings of the 2003 American society for Engineering Education Annual conference and Exposition Tahun 2003 Penulis A. Gavrin, Jeffrey X. Watt, Kathleen Marrs, Robert E. Blake, Jr. Reviewer Yudi Guntara
Tujuan Menjelaskan bagaimana cara mengaplikasikan JiTT dan bagaimana cara
mengevaluasi sikap dan kemampuan mahasiswa. Subjek Mahasiswa IUPUI dan mahasiswa United States Air Force Academy (USAFA) Metode Penelitian eksperimen kuasi Variabel bebas Penggunaan strategi JiTT Variabel terikat Sikap dan peningkatan kognitif mahasiswa Instrumen Survei, pretes dan postes, dan lembar observasi kelas Langkah- 1. Latihan pemanasan 1 atau 2 jam sebelum perkuliahan dimulai (tergantung langkah dosen) 2. Fakultas mengatur dan mengorganisasi perkuliahan berdasarkan respon dari latihan pemanasan 3. Melakukan perkuliahan dan menindaklanjuti hasil dari respon mahasiswa sebelumnya 4. Mengadakan evaluasi 5. Analisis data Hasil JiTT dapat menumbuhkan motivasi mahasiswa JiTT efektif digunakan untuk meningkatkan sikap dan kemampuan mahasiswa dengan berbagai disiplin ilmu terutama IPA dan matematika. Inovasi JiTT merupakan strategi pembelajaran dengan media online WWW WWW sebagai media komunikasi membantu dosen untuk melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran. JiTT dapat membantu dosen untuk mensetting pembelajaran sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa.
Judul Classroom demonstrations: Learning tools or entertainment?
Jurnal American. Journal. Physics Volume & hal 72 (6), 835-838 Tahun 2004 Penulis Catherine H. Crouch, Adam P. Fagen, J. Paul Callan, Eric Mazur Reviewer Yudi Guntara
Tujuan Menguji tiga macam mode presentasi, 1) observasi (mengamati demonstrasi
dan mendengarkan penjelasan dosen, 2) prediksi (mahasiswa mencatat prediksi mereka mengenai hasil demonstrasi, mengamati demonstrasi dan mendengarkan penjelasan dosen), 3) diskusi (mahasiswa mencatat prediksi mereka mengenai hasil demonstrasi, mengamati demonstrasi, berdiskusi dengan mahasiswa lain, dan mendengarkan penjelasan dosen). Subjek 133 mahasiswa yang mengambil matakuliah pengantar fisika jurusan kedokteran. Metode Eksperimen kuasi Variabel bebas Penggunaan mode observasi, prediksi dan diskusi Variabel terikat Kemampuan kognitif dan motivasi mahasiswa Instrumen Tes hasil belajar dan kuesioner Langkah- Dosen memberikan sebuah pertanyaan kepada kelas untuk memunculkan langkah suatu prediksi dan memberikan beberapa menit supaya mahasiswa dapat berpikir dan mencatat prediksinya. (tanpa diskusi). Dalam mode prediksi, pertanyaan ditampilkan dalam bentuk grafik yang disertai dengan jawaban pilihan ganda yang mirip dengan ConcepTest. Hasil prediksi mahasiswa dicatat dengan menggunakan sistem polling secara elektronik. Dalam mode diskusi, pertanyaan disajikan dengan lembar kerja terbuka dimana mahasiswa mencatat prediksi mereka pada lembar tersebut. Setelah membuat prediksi mahasiswa memilih jawaban yang hampir mendekati prediksi yang telah dibuat. Kegiatan demonstrasi ini dilakukan 2,5 jam kuliah/minggu, kelas dibagi menjadi 3-4 kelompok, dengan masing-masing kelompok berjumlah 15- 20 mahasiswa yang diarahkan oleh asisten dosen Setiap sesi menampilkan 7 demonstrasi Hasil Mahasiswa lebih tertarik terlibat dalam pembelajaran dengan mode diskusi karena mahasiswa merasa lebih terlibat dan dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar mereka. Inovasi Membuat prediksi merupakan kegiatan simpel namun dari kegiatan tersebut dapat meningkatkan keterlibatan dan pembelajaran mahasiswa. Judul Efektivitas Model Pembelajaran Scientific Inquiry Berbasis Pictorial Riddle dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Adimulyo Kebumen Jurnal Jurnal radiasi Volume & hal 6, 92-95 Tahun 2015 Penulis Siska Fitri Rahayu, Sriyono, Nurhidayati Reviewer
Tujuan Melihat efektivitas Model Pembelajaran Scientific Inquiry Berbasis Pictorial
Riddle dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Adimulyo Kebumen Subjek Subjek penelitian ini ada seluruh siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Adimulyo yang berjumlah 32. Metode Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif kuantitatif, yang dalam pengamatannya memerlukan kecermatan dalam mengamati masalah yang diteliti. Disamping itu dalam mendokumentasikan hasil dari penelitian ini dilakukan dengan proses observasi dilapangan saat penelitian berlangsung. Variabel bebas Model Pembelajaran Scientific Inquiry Berbasis Pictorial Riddle Variabel terikat Hasil Belajar Fisika Siswa Instrumen Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar tes, lembar observasi, dan lembar angket yang telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas Hasil Peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebesar 30,41% dari nilai rata- rata awal sebesar 67,8125 menjadi 88,4375. Peningkatan hasil belajar afektif siswa sebesar 23,11% dari nilai rata-rata awal sebesar 68,4 kemudian meningkat menjadi 84,2. Ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 87,5% dimana 28 dari 32 siswa mencapai nilai tuntas. Minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode scientific inquiry berbasis pictorial riddle tergolong baik dengan persentase sebesar 93,90%. Model pembelajaran scientific inquiry berbasis pictorial riddle dapat dikatakan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa Inovasi Pictorial Riddle merupakan pendekatan yang mempresentasikan informasi ilmiah dalam bentuk poster atau gambar yang digunakan dalam sumber diskusi. Alasan peneliti dalam pembelajaran fisika menggunakan model bebasis pictorial riddle sebab fisika tidak terlepas dari gambar.
Judul Pedagogy for the Connected Science Classroom: Computer Supported
Collaborative Science and the Next Generation Science Standards Jurnal Contemporary Issues in Technology and Teacher Education Volume & hal 14; 401-418 Tahun 2014 Penulis Brian J. Foley & John M. Reveles
Tujuan Menyediakan sebuah teori perspektif dalam inovasi pendekatan pedagogik
untuk pengajaran sains yang memberikan manfaat dari teknologi dan menghubungkannya dengan ruang kelas Subjek Guru sains preservice maupun inservice Metode Penelitian pengembangan Instrumen Lembar observasi Langkah- Diluar training, peneliti mengobservasi guru kelas untuk melihat bagaimana langkah mereka dapat menggunakan teknologi dan aspek apakah yang menjadi problematik. Membangun persepsi awal yang didukung oleh CSCL, 5 prinsip instruksional telah diidentifikasi sebagai faktor kunci untuk melakukan instruksi kolaborasi sains dalam menghubungkan kelas. Hasil CSCL menyediakan pendekatan umum untuk meningkatkan pembelajaran. Untuk mengadaptasi CSCL ke kelas sains (kota), peneliti bekerja dengan guru kelas untuk merencanakan dan mengobservasi pembelajaran sains dengan menggunakan teknologi CSCL. Model pembelajaran CSCL didasarkan pada 2 teori mengenai pendidikan sains: a. Berpusat pada pengetahuan, berpusat pada siswa yang menyebabkan siswa untu mngkonstruksi pemahaman konsep sains dengan baik b. Alat-alat teknologi kolaboratif dan membentuk kelas sains menjadi pembelajaran berpusat pada pengetahuan dan siswa. Model ini mengikuti sintaks sebagai berikut: a. Informasi disaringkan dengan cara online kepada kelas b. Guru mengecek pemahaman siswa secara rutin c. Data dari eksperimen dan simulasi dikumpulkan d. Analisis data ditekankan e. Penjelasan siswa disaringkan dan dibandingkan Inovasi NGSS akan membantu guru untuk berpindah dari mengajar biasa dengan menekankan perkembangan siswa dalam model eksplanasi yang menunjukkan alasan mereka untuk eksplanasi dan memerlukan alasan tersebut untuk bukti dalam menjustifikasi idenya.