Anda di halaman 1dari 5

KOMPARASI TIGA METODE CHEMICAL PRE-TREATMENT PADA PEMBUATAN

BIOKOMPOSIT

Modifikasi permukaan serat dilakukan untuk meningkatkan sifat adhesi antara serat
alami dan matriks untuk mendapatkan panel biokomposit yang dapat memenuhi
standar kelayakan pakai suatu metarial.

Sifat permukaan yang sangat berbeda antara serat alami dan plastik (dimana serat
alami bersifat sangat polar dan hidrofilik sedangkan plastik bersifat non-polar dan
relatif hidrofobik), mengharuskan modifikasi permukaan serat sebagai treatment
yang mutlak harus dilakukan dalam rangka meningkatkan kompatibilitas antara
serat dan matrix. Tanpa adanya pre-tretment, serat alami yang dipakai sebagai
reinforce material hanya dibungkus saja oleh matriks (tanpa ada ikatan kimia)
sehingga menghasilkan ikatan antarmuka yang tidak stabil dan gaya yang diterima
oleh komposit serat tersebut tidak dapat ditransfer oleh matriks ke serat (yang
berperan sebagai penguat) sehingga efek penguatan yang semestinya diberikan
oleh serat tidak dapat dimanfaatkan.

modifikasi serat umumnya melibatkan proses kimia pada permukaan serat sehingga
bisa membentuk ikatan kimia dengan matriks, mengubah sifat termodinamika serat
dan menciptakan fitur mikro-topografi pada permukaan serat. Proses kimia yang
terjadi pada permukaan serat melalui modifikasi permukaan serat berjalan dengan
mekanisme: pada satu sisi bahan kimia tersebut akan berikatan dengan serat alami
dan pada sisi yang lain akan membentuk ikatan dengan matriks. Efektivitas
perlakuan pada permukaan serat tidak hanya menghilangkan bahan-bahan yang
bersifat menghambat pembentukan ikatan dengan matriks pada permukaan serat
dan membentuk serat yang mempunyai gugus fungsional lebih aktif, akan tetapi
juga akan menghaluskan permukaan serat beberapa derajat, sehingga
meningkatkan luasan area permukaan, dan berpotensi meningkatkan ikatan
mekanik (mechanical interlocking) antara serat dan matriks.

Beberapa bahan kimia yang paling utama yang sering dipakai sebagai
bahan untuk meningkatkan sifat permukaan serat alami (kadang-kadang dinamakan
juga sebagai compatibilizer dan atau coupling agent) adalah Silane, Maleic
Anhydride dan Enzyme.

1. Silane
Silane mempunyai rumus kimia umum R(4-n) Si (RX)n; dimana R adalah
alkoxy dan X adalah organofunctionality dan R adalah jembatan alkil yang
menghubungkan antara silikon (Si) dengan organofunctionality. Sisi
organofunctionality pada silane akan berinteraksi dengan matriks (bagian
non polar/ bagian hidrophobik) dengan tingkat interaksi tergantung pada
tingkat reaktivitas dan kompatibilitas matriks
Sedangkan sisi alkoxysilane berperan dalam berikatan dengan serat alami
(serat berlignoselulosa) yang dipakai sebagai bahan penguat

Gambar skematik proses pembentukan kompatibilitas antara serat alam


berlignoselulosa dengan polimer inorganic dengan perantara silane adalah sebagai
berikut:

2. Maleic Anhydride

Maleic Anhydride sebagai bahan kimia yang dipergunakan dalam pre-


treatment serat alami memberikan sifat interaksi yang baik pada permukaan serat
dan matriks. Selama proses pre-treatment dengan maleic anhydride , maleat
anhidrida bereaksi dengan gugus hidroksil (OH) pada bagian amorf seulosa dan
membentuk ikatan dengan kelompok gugus OH dari serat lignoselulosa. Ikatan
kovalen yang terjadi dengan gugus hidroksil pada serat dan kelompok anhidrida
dari maleic anhydride bersifat seimbang sehingga ikatan yang terjadi bersifat
efisien. Pada sisi yang lainnya, maleic anhydride akan membentuk ikatan kovalen
C-C dengan rantai polimer matriks. Gambar skematik proses pembentukan
kompatibilitas antara serat alam berlignoselulosa dengan polimer inorganic dengan
perantara maleic anhydride adalah sebagai berikut:
Saat ini, coupling agent maleic anhydride sudah dipergunakan secara luas untuk
memperkuat sifat-sifat dari Natural Fiber reinforced Polymer Composite. Perbedaan
mendasarkan perlakuan pre-treatment dengan maleic anhydride dibanding dengan
perlakuan kimia lainnya adalah bahwa maleic anhydride tidak hanya digunakan
untuk memodifikasi permukaan serat alami tetapi juga polimer matriks untuk
membentuk ikatan antarmuka yang lebih baik di antara serat dan matriks

3. Enzim
4. Penggunaan teknologi enzim dalam pengolahan serat alami dan di bidang
modifikasi serat (terutama untuk tekstil) meningkat secara substansial pada
beberapa dekade belakangan ini. Alasan utama untuk memanfaatkan
teknologi ini adalah adanya kenyataan bahwa penerapan enzim bersifat
ramah lingkungan dan reaksi katalisnya yang sangat spesifik, sehingga
kinerja terfokus pada peningkatan kualitas permukaan serat dan sangat
berpengaruh terhadap yang sifat lain. Manfaat lain dari teknologi enzim
adalah penggunaan biaya yang relatif rendah, penghematan energi dan air,
meningkatkan kualitas produk dan integrasi proses sangat potensial
dikembangkan.

Pada teknologi pre-treatment dengan menggunakan enzim, enzim yang


dipergunakan akan melarutkan zat-zat yang ada pada permukaan serat
(lemak, lilin, protein dan ekstraktif), melarutkan lignin serta komponen-
komponen non kristalin. Dengan dihilangkannya zat-zat seperti lemak, lilin,
protein dan ekstraktif dari permukaan serat, maka serat akan menjadi lebih
halus permukaannya

Gambar skematik proses pembentukan kompatibilitas antara serat alam


berlignoselulosa dengan polimer inorganic dengan perantara enzim adalah sebagai
berikut:
KOMPARASI SILANE, MALEIC ANHYDRIDE DAN ENZIM SEBAGAI PRE-
TREATMENT PADA SERAT
Struktur selulosa yang merupakan polimer terbesar penyusun serat alami terdapat
pada daerah yaitu pada bagian serat yang bersifat amorf dan bagian serat yang
bersifat kristalin Sebagian besar ikatan intra-molekuler selulosa yang kuat
terdapat pada bagian serat yang bersifat kristalin, sedangkan pada bagian amorf,
ikatan antar molekul selulosa relatif lebih lemah. Ikatan yang intra molekuler yang
kuat pada daerah kristalin ini akan membentuk blocking yang akan menghambat
penetrasi bahan kimia. Akan tetapi pada bagian yang amorf, penetrasi bahan kimia
ini dapat dilakukan dengan mudah. Gugus hidroksil hidrophilik yang terdapat pada
bagian amorf ini akan berinteraksi dan menarik molekul air yang berda diatmosfir.
Komponen kimia serat yang lain seperti hemiselulosa, lignin, pektin dn lilin juga
mempunyai peranan dalam menangkap molekul air ini. Kondisi tersebut
menyebabkan serat menjadi tidak kompatibel dengan bahan/ matriks inorganic
yang sebagian besar bersifat non-polar/ hidrophobik. Dalam komdisi seperti inilah
maka pre-treatment terhadap serat alami sangat perlu dilakukan untuk meningkat
kualitas panel biokomposit yang dihasilkan.

1. Sifat Morfologi Biokomposit


Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa ketiga metode yang
dikomparasikan pada makalah ini secara umum mampu memperbaiki sifat
permukaan serat dan membuat serat menjadi lebih kompatibel dengan matriks
hidrophobik. Berikut adalah perbandingan efektivitas ketiga metode tersebut dalam
meningkatkan kualitas serat alami.

Perlakuan pre-treatment dengan menggunakan silane (-


Methacryloxypropyltrimethoxysilane/ MPS) menghasilkan peningkatan sifat
biokomposit jka dibandingkan dengan yang tidak diperlakukan dengan pre-
treatment. Pada biokomposit yang tidak mengalami pre-treatment, hasil analisis
SEM memperlihatkan adanya lubang-lubang pada permukaan matriks yang
disebabkan oleh hilangnya serat yang semestinya berada disitu, hal ini terjadi
karena interfacial adhesion antara serat dan matriks sangat buruk. Terjadi kondisi
dimana matriks hanya bersifat membungkus serat tanpa ada ikatan yang kuat.
Kondisi yang kurang lebih serupa juga terjadi pada serat untreated pada penelitian
tentang maleic anhydrid dan enzyme. Sifat incompatibel antara serat dan matriks
plastik yang dipergunakan menjadi isu utama yang terjadi pada kasus ini.
Perbaikan sifat permukaan serat yang terjadi dengan melakukan pre-treatment
menggunakan silane antara lain ketika komposit yang telah mengalami perlakuan
dengan silane diamati dengan SEM pada bagian permukaan komposit terlihat
bahwa serat-serat alami berikatan dengan baik dan tidak meninggalkan lubang-
lubang pada permukaan komposit. Hal ini menjadi bukti bahwa telah terjadi ikatan
yang baik antara serat dan matriks dengan perantara silane.
Penggunaan MAPP sebagai coupling agent pada serat alami juga memberikan
dampak yang sangat nyata dalam meningkatkan sifat biokomposit yang dihasilkan.
Penambahan persentase MAPP memberikan hasil yang signifikan terhadp sifat
morfologi komposit yang dihasilkan. Pada persentase MAPP 3%, terlihat masih
banyak lubang yang terbentuk, yang menandakan komposit yang dibentuk
bersifat rapuh. Dengan penambahan persentase menjadi 6% dan 9% terlihat bahwa
lubang yang terbentuk tersebut sudah jarang ditemukan, yang berarti komposit
yang dibentuk lebih kokoh dan homogen. Seperti terlihat pada tabel 1, setelah
modifikasi dengan penambahan MAPP sebesar 9%, kompatibilitas antara serat dan
matriks dapat ditingkatkan dengan drastis, batas antara serat dan matriks menjadi
tidak jelas lagi (dengan kata lain telah menyatu secara lebih baik), dan distribusi
serat meningkat. Hasil ini menegaskan bahwa MAPP dapat meningkatkan
kompatibilitas antarmuka dari matriks dan serat.

Anda mungkin juga menyukai