Anda di halaman 1dari 23

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

OBESITAS

REFRAT

MOTYA ALDIARTHI
406127034

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM
PERIODE 17 FEBRUARI 26 APRIL 2014
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEMARANG

1
UNIVERSITAS TARUMANAGARA

OBESITAS

REFRAT

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk tugas kepaniteraan


ilmu penyakit dalam

MOTYA ALDIARTHI
406127034

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM
PERIODE 17 FEBRUARI 26 APRIL 2014
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEMARANG
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Motya Aldiarthi

NIM : 406127034

Fakultas : Kedokteran Umum

Universitas : Tarumanagara

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Dalam

Periode Kepaniteraan Klinik : 17 Februari 2014 26 April 2014

Judul referat : Obesitas

Diajukan : Maret 2014

Pembimbing : dr. Diana Novitasari, Sp. PD

TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL :

Mengetahui,

Ketua SMF Ilmu Penyakit Dalam Pembimbing,

BLU RSUD Kota Semarang,

Dr. Pujo Hendriyanto, Sp. PD dr. Diana Novitasari, Sp. PD

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas RahmatNya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas refrat ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan pembuatan refrat ini adalah untuk melengkapi syarat
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara, dengan judul Obesitas .
Dalam penyusunan refrat ini saya mendapatkan banyak manfaat untuk
meningkatkan pengetahuan saya sebagai dokter di masa yang akan datang, dan saya
juga berharap dan bermanfaat bagi pembaca refrat ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada dr. Diana Novitasari, sp.PD atas
bimbingannya. Saya sadar walaupun telah menyelesaikan refrat ini secara teliti,
namun tidak luput dari kekurangan. Karena itu saran dan kritik yang sangat
menunjang sangat saya harapkan. Semoga refrat ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Jakarta, Maret 2014

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... vi

1. PENDAHULUAN......................................................................................... 1

2. OBESITAS.................................................................................................... 2
2.1 Definisi dan Klasifikasi Obesitas....................................................... 2
2.2 Epidemiologi...................................................................................... 2
2.3 Etiologi............................................................................................... 3
2.4 Patofisiologi Obesitas......................................................................... 5
2.5 Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas..................... 7
2.6 Obesitas Sentral.................................................................................. 10
2.7 Lingar Perut pada Obesitas Sentral.................................................... 10
2.8 Management Berat Badan pada Pasien Overweight dan Obesitas..... 11
2.9 Tujuan Penurunan Berat Badan.......................................................... 11
2.10 Strategi Penurunan dan Pemeliharaan Berat Badan........................... 12
2.10.1 Terapi Diet........................................................................... 12

2.10.2 Aktifitas Fisik...................................................................... 13

2.10.3 Terapi Perilaku.................................................................... 13

2.10.4 Farmakoterapi..................................................................... 13

2.10.5 Terapi Bedah....................................................................... 14

3. KESIMPULAN............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa
Berdasarkan IMT menurut WHO....................................................................... 8
Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan Lingkar
Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik................................................................... 9
Tabel 3. Nilai Lingkar Pinggang Berdasar Etnis................................................ 10
Tabel 4. Indikasi operasi bariatric....................................................................... 16
Tabel 5. Kontraindikasi relatif operasi bariatrik................................................. 16

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengaturan Keseimbangan Energi.................................................... 6


Gambar 2. Jalur Neurohumoral di Hipotalamus yang Mengatur Keseimbangan
Energi ................................................................................................................7
Gambar 3. Teknik Laparoscopic Adjustable Gatric Banding (LAGB)............... 17
Gambar 4. Teknik Roux en Y Gastric Bypass.................................................... 18
Gambar 5. Teknik Sleeve Gastrectomy.............................................................. 19

6
BAB I
PENDAHULUAN

Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat


akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan.
Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang.
Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah
besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak7.
Pada masa kedokteran ilmiah (1500 M hingga sekarang) obesitas dipelajari
dengan menggunakan ilmu anatomi, histology, fisiologi, kimia dan biokimia,
genetika dan biologi molecular, farmakologi, ilmu syaraf dan kedokteran klinik.
Sebelum era ilmiah (awal 1500 M) dilaporkan adanya orang-orag dengan obesitas
massif dengan berat badan berkisar antara 280-485 kg.
Sauvages dan Cullen pertama kali mencoba melakukan klasifikasi obesitas.
Istilah yang dipakai pada saat itu adalah polysarcie. Pada abad ke 19 kata obesitas
mulai menggantikan nama-nama sebelumnya seperti, polysacrie, embonpoint dan
corpulence.
Saat ini kita hidup pada masa dimana berat badan lebih (indeks massa tubuh
(IMT) 23-23.9 kg/m2) sudah menjadi epidemic, dengan dugaan bahwa peningkatan
prevalensi obesitas akan mencapai 50 % pada tahun 2025 bagi negara-negara maju.
Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang sukar diatasi. Kegagalan para
dokter dan spesialis untuk secara sistematis dan efektif mengatasi peningkatan
masalah ini, telah membuat masyarakat berpaling pada banyak program yang
diiklankan, yang menjanjikan keadaan yang kurang pada tempatnya, karena
mengklaim mempunyai efek yang cepat dan menyembuhkan bagi masalah
kosmetik yang menakutkan ini. Belum lagi, mass media didominasi oleh iklan
pengobatan overweight atau obesitas yang tidak jelas dan kurang memiliki bukti-
bukti ilmiah. Saat ini sebenarnya tenaga kesehatan harus bersama-sama lebih tampil
dan lebih tahu mengenai regulasi berat badan, mekanisme perkembangan berat badan
dan obesitas, dan banyaknya komorbiditas yang berhubungan dengan hamper semua
subspesialis. Karena hanya dengan mendalami ini kita dapat melakukan pendekataan
komprehensif pengobatan yang efektif bagi obesitas.

1
BAB II
OBESITAS

I. Definisi dan Klasifikasi Obesitas


Overweight adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi
badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi
kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu
(Mahan et al., 2000)10.
Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan
total lemak tubuh >25% pada pria dan >33% pada wanita (Reilly J.J., 2006).
Obesitas suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolism energy
yang dikendalikan oleh beberapa factor biologic spesifik. Factor genetic diketahui
sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologi, obesitas
didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau
berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat menggangu kesehatan.
Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolic atau sindrom
resitensi insulin yang terdiri dari resistensi insulin / hiperinsulinemia, intoleransi
glukosa / diabetes mellitus, dislipidemia, hiperinsulinemia, gangguan fibronolisis,
hiperfibrinogenemia dan hipertensi.

II. Epidemiologi Obesitas


Obesitas adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di
seluruh dunia karena berperan dalam meningkatnya morbiditas dan mortalitas (Flegal
et al., 2001; Booth et al., 2002). Prevalensi obesitas berbeda-beda di setiap negara,
mulai dari 7% di Perancis sampai 32,8% di Brazil (Saw S.M., 2000). Prevalensi
obesitas meningkat di setiap negara. Sebagai contoh, di Amerika Serikat prevalensi
meningkat dari 12% pada tahun 1991 menjadi 17,8% pada tahun 1998 (Hanley et al.,
2001). Obesitas meningkat di setiap negara, pada setiap jenis kelamin, dan pada
semua kelompok usia, ras, dan tingkat pendidikan.
Saat ini diperkirakan jumlah orang di seluruh dunia dengan IMT 30 kg/m2

2
melebihi 250 juta orang, yaitu sekitar 7 % dari populasi orang dewasa di
dunia.
Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya
mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi
dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di
negara-negara ini, termasuk di Indonesia7.
Pada subyek obesitas, konsentrasi asam lemak bebas, trigleserida, kolesterol
LDL dan apoB lebih tinggi dibandingkan orang non-obes dan terdapat morbiditas
dan mortalitas yang lebih tinggi akibat PJK dan stroke dibandingkan dengan orang
non-obes.
Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas sentral, sangat
erat hubungannya dengan sindrom metabolic. Sindrom metabolic merupakan satu
kelompok kelainan metabolic yang, selain obesitas, meliputi resistensi insulin,
gangguan toleransi glukosa, abnormalitas trigliserida dan hemostasis, disfungsi
endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
merupakan factor resiko utama untuk terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi
penyakit jantung koroner dan / atau stroke.

III. Etiologi
Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor lingkungan
maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas (Mahan et al., 2000)10. Faktor
lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan
ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga sosial
ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga
dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas. Kini diketahui
bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial ekonomi dengan
obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara dramatis pada setiap
kelompok status sosial ekonomi (Zhang, 2004)13. Meningkatnya obesitas tak lepas
dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan
menonton televisi berjam-jam (Saw S.M., 2000).

3
Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal
melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan
banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh (Mahan et al.,
2000)10.
Jika asupan energy melebihi pengeluaran, kelebihan kalori disimpan dalam
jaringan lemak. Ada dua komponen terhadap keseimbangan berat badan dan kelainan
salah satu sisi terhadap asupan atau pengeluaran yang dapat menyebabkan obesitas.
Batas tertentu nafsu makan dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu pusat makan
di nucleus ventrolateral hipotalamus (VLH) dan pusat lapar ventromedial
hipotalamus (VMH). Korteks serebri menerima sinyal positif dari pusat makan yang
merangsang makan dan pusat rasa kenyang mengatur proses ini dengan mengirim
impuls-impuls yang menghambat ke pusat makan. Pusat hipotalamus adalah
sensitive terhadap katekolamin dan rangsangan beta adrenergic menghambat tingkah
laku makan. Hal ini menimbulkan sekurang-kurangnya pemikiran-pemikiran rasional
untuk efek anoreksia dari amfetamin7.
Kebutuhan kalori harian normal berkisar antara 110-130 kj (27-32 kkal) /
kgBB. Kenaikan berat badan yang sering terjadi pada umur pertengahan tampaknya
disebabkan oleh aktifitas fisik yang berkurang.
Ada tiga komponen utama terhadap pengeluaran energy total dari laju
metabolism istirahat, olahraga menginduksi termogenesis, dan respon termik
terhadap makanan sirkulasi.
Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas
menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian
atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity)
(Vague J., 2006).
Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di
truncal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada truncal, yaitu truncal
subcutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal
(abdominal), dan retroperitoneal (Tchernof A., 2007)11. Obesitas tubuh bagian atas
lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal
sebagai android obesity. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes,

4
hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah
(Boivin et al., 2007)3.
Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi
lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada
wanita sehingga sering disebut gynoid obesity. Tipe obesitas ini berhubungan erat
dengan gangguan menstruasi pada wanita (Bergman et al., 2001)2.

IV. Patofisiologi Obesitas


Secara umum, obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori,
yang diakibatkan asupan energy yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi
(infant), penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI
yang terlalu dini, terutama apabila makanan ini memiliki kandungan karbohidrat,
lemak, dan protein yang tinggi. Pada masa anak-anak dan dewasa, asupan energy
bergantung pada diet seseorang.
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan
tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral
(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetic, nutrisi, lingkungan dan sinyal
psikologis. Mekanisme dirangsang oleh respon metabolic yeng berpusat pada
hipotalamus. Mekanisme neurohumoral ini dapat dibagi menjadi 3 komponen sesuai
gambar 1.
a. System perifer/ system aferen menyalurkan sinyal dari berbagai tempat,
dimana komponen utamanya adalah leptin dan adiponektin ( dari adiposity),
ghrelin (dari lambung), peptide YY/PYY (dari ileum dan colon), insulin
(pancreas).
b. Nukleus arkuatus dari hipotalamus merespon dan mengintegrasikan sinyal
peripheral dan menghasilkan sinyal eferen kepada 2 jenis neuron orde
pertama, yaitu (a) POMC (pro-opiomelanocortin) dan CART (cocaine and
amphetamine-regulated transcripts) neuron, (b) neuropeptida Y (NPY), dan
AgRP (Agouli-related peptide). Neuron orde pertama ini akan berkomunikasi
dengan neuron orde kedua.
c. System eferen yang menerima sinyal yang diberikan neuron orde pertama
dari hipotalamus untuk mengontrol asupan makanan dan penggunaan energy.

5
Hipotalamus juga berkomunikasi dengan otak depan dan tengah untuk
mengontrol sistem saraf otonom.

Neuron POMC dan CART meningkatkan penggunaan energy dan penurunan


berat badan dengan menghasilkan MSH (-Melanocyte Stimulating Hormone), dan
mengaktifkan reseptor melanokortin nomor 3 dan 4 (MC3/4R) sebagai neuron orde
ke-2 sebagai efek anoreksigenik. Sedangkan neuron NYP dan AgRP merangsang
lapar (food intake) dan peningkatan berat badan dengan mengaktifkan reseptor Y1/5
pada neuron orde ke2nya sebagai efek oreksigenik6.

6
V. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas
Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan
saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta
perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul (Caballero B., 2005) 4. Sebuah
studi menyatakan bahwa pengukuran lingkar leher dapat digunakan sebagai
skreening obesitas yang mudah dan murah (Sjostrom et al., 2001)12. Berikut ini
penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri tubuh:
a. IMT
Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu BB/TB 2
dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam
meter (Caballero B., 2005)4. Klasifikasi IMT dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1, merupakan klasifikasi yag ditetapkan World Health Organization
(WHO) , nilai IMT 30 kg/m2 dikatakan sebagi obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m2,
sebagai Pra Obese 7.

7
Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa
Berdasrkan IMT menurut WHO
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang <18,5
Kisaran normal 18,5-24,9
Berat badan lebih >25
Pra-obese 25,0-29,9
Obese tingkat I 30,0-34,9
Obese tingkat II 35,0-39,9
Obese tingkat III >40
Sumber : WHO technical series, 2000

IMT merupakan indicator yang paling sering digunakan dan praktis untuk
pengukuran tingkat populasi berat badan lebih dan obese pada orang dewasa. Untuk
orang dewasa berumur 20-29, persentil 85 BMI adalah 27,8 untuk laki-laki dan 27,3
untuk perempuan. Saat ini IMT merupakan indicator yang paling bermanfaat untuk
menentukan berat badan lebih atau obese. Karena IMT menggunakan ukuran tinggi
badan, maka pengukurannya harus dilakukan dengan teliti. IMT dapat diperkirakan
jumlah lemak tubuh yang dapat dinilai dengan menimbang di bawah air (r 2 = 79%)
dengan kemudian melakukan koreksi terhadap umur dan jenis kelamin. Bila
melakukan penilaian, perlu diperhatikan akan adanya perbedaan individu dan etnik.
Meskipun berat badan relative dan BMI berhubungan dengan derajat jaringan lemak,
kelebihan berat badan dapat berupa otot atau jaringan lemak. Penilaian ketebalan
lipatan kulit berbagai daerah tubuh bersama dengan berat badan, tinggi badan, dan
umur dapat digunakan untuk menilai derajat lemak. Lipatan kulit trisep dan
subskapula merupakan tempat yang paling umum dinilai.
Hubungan antara lemak dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan proporsi
tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang
sama bagi semua populasi. IMT dapat memberikan kesan yang umum mengenai
derajat kegemukan yang sama bagi semua populasi, terutama pada kelompok usia
lanjut dan pada atlit dengan banyak otot. IMT dapat memberikan gambaran yang
tidak sesuai mengenai keadaan obesitas karena variasi lean body mass.

8
Meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi
lemak tubuh, usia, dan gender yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit
hitam memiliki IMT lebih tinggi 1,3 kg/m 2 dan etnik Polinesia memiliki IMT lebih
tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik Kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT pada
bangsa Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand adalah 1,9,4,6,3,2 dan 2,9 kg/m 2
lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal itu memperlihatkan adanya nilai cutoff
IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu.
Wilayah Asia Pasifik pada saat ini telah mengusulkan criteria dan klasifikasi
obesitas sendiri.
Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan Lingkar
Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik 7
Resiko ko-morbiditas
Lingkar perut
<90cm (laki-laki) 90cm (laki-laki)
Klasifikasi IMT (kg/m2)
<80cm(perempuan 80cm(perempuan
) )
Berat badan <18.5 Rendah (resiko Sedang
kurang meningkat ada
masalah klinis lain)
Kisaran normal 18.5-22.9 sedang Meningkat
Berat badan lebih 23.0
Berisiko 23.0-24.9 Meningkat Moderate
Obese I 25-29.9 Moderate Berat
Obese II 30.0 Berat Sangat berat
Sumber : WHO WRP/IASO/IOTF dalam The Asia-Pasific Perspective :
Redefining Obesity and its Treatment (2000)

b. Lingkar Pinggang
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan
merupakan indikator terbaik untuk obesitas (Grundy S.M., 2004). Selain IMT,
metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur
lingkar pinggang (Bell et al., 2005). Parameter penentuan obesitas merupakan hal
yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT

9
maupun lingkar pinggang (Khan R. et al., 2005). Sehinggga IDF (Internasional
Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan
etnis (Alberti, 2005; Tjokroprawiro, 2006).
Tabel 3. Nilai Lingkar Pinggang Berdasar Etnis 7
Negara/grup etnis Lingkar pinggang (cm) pada obesitas
Eropa Pria >94
Wanita >80
Asia selatan Pria >90
Populasi China, Melayu, dan Asia-India
Wanita >80
China Pria >90
Wanita >80
Jepang Pria >85
Wanita >90
Amerika Tengah dan Selatan Gunakan rekomendasi Asia Selatan
hingga tersedia data spesifik
Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga
tersedia data spesifik
Timur Tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga
tersedia data spesifik
Sumber : IDF, 2005

c. Lingkar Leher
Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah untuk
skreening individu dengan obesitas (Liubov et al., 2001). Lingkar leher sebagai
index untuk obesitas tubuh bagian atas merupakan salah satu prediktor terjadinya
penyakit kardiovaskuler (Sjostrom et al., 2001). The North Association for The Study
of Obesity menyatakan bahwa dari uji statistik, koefisien korelasi pearson
menunjukkan hubungan erat antara lingkar leher dengan IMT (laki-laki, r=0,83;
perempuan, r=0,71; masing-masing, p<0,0001) dan lingkar pinggang (laki-laki,
r=0,86; perempuan, r=0,56; masing-masing, p<0,0001). Lingkar leher 37 cm untuk
laki-laki dan 34 cm untuk wanita merupakan cutt of point yang paling tepat untuk
mengidentifikasi individu dengan IMT 25 kg/m2, lingkar leher 39,5 cm untuk
laki-laki dan 36,5 cm untuk wanita adalah cutt of point paling tepat untuk
mengidentifikasi individu dengan obesitas (IMT 30 kg/m2). Berdasarkan validasi
yang dilakukan pada kelompok yang berbeda, sebagai salah satu metode skreening
obesitas lingkar leher memiliki sensitivitas 98%, spesifitas 89%, akurasi 94% untuk
laki-laki dan 99% untuk perempuan (Liubov et al., 2001)9.

10
VI. Obesitas Sentral
Pada obesitas yang moderat, distribusi lemak regional tampaknya dapat
merupakan indicator yang cukup penting terhadap terjadinya perubahan metabolic
dan kelainan kardiovaskular, walaupun hubungan antara IMT dan komplikasi-
komplikasi tersebut belum tentu meyakinkan.
Lemak daerah abdomen terdiri dari lemak subkutan dan lemak intra
abdominal yang dapat dinilai dengan cara CT dan MRI. Jaringan lemak intra
abdominal terdiri dari lemak visceral atau intraperitoneal yang terutama terdiri dari
lemak omental dan mesenterial serta massa lemak retroperitoneal (sepanjang
perbatasan dorsal usus dan bagian permukaan ventral ginjal).
Pada laki-laki, massa retroperitoneal hanya merupakan sebagian kecil dari
lemak intra abdominal. Kira-kira seperempat terdiri dari lemak visceral. Lemak

11
subkutan daerah abdomen sebagai komponen obesitas sentral mempunyai korelasi
yang kuat dengan resistensi insulin seperti lemak visceral. Keadaan ini tetap berbeda
bermakna setelah disesuaikan lemak viseralnya.
Vena porta merupakan saluran pembuluh arah tunggal bagi jaringan adipose
dan berhubungan langsung denga hati. Mobilisasi asam lemak bebas akan lebih cepat
dari visceral dibandingkan lemak daerah subkutan. Aktivitas lipolitik yang lebih
besar dari lemak visceral, baik pada obes maupun non-obes merupakan contributor
terbesar asam lemak bebas dalam sirkulasi.

VII. Lingkar Perut pada Obesitas Sentral


Obesitas sentral dapat dinilai memakai beberapa cara. Cara yang paling baik
adalah memakai CT atau MRI, tetapi kedua cara ini mahal harganya dan jarang
digunakan untuk menilai keadaan ini. Lingkar perut atau rasio antara lingkar perut
dan lingkar pinggul (WHR-WAIST-Hip ratio) merupakan alternative klinis yang
lebih praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut dengan lingkar pinggul
berhubungan dengan besarnya resiko untuk terjadinya gangguan kesehatan.
WHO menganjurkan agar lingkar perut sebaiknya diukur pada pertengahan
antara batas bawah iga dan krista iliaca, dengan menggunakan ukuran pita secara
horizontal pada saat akhir ekspirasi dengan menggunakan kedua tungkai dilebarkan
20-30 cm. subjek diminta untuk tidak menahan perutnya dan diukur memakai pita
dengan tegangan pegas yang konstans.
Lingkar perut menggambarkan lemak tubuh dan diantaranya tidak termasuk
sebagian besar berat tulang (kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar
yang mungkin akan bervariasi dan mempengaruhi hasil pengukuran.
Pada tahun 1995 penelitian di Belanda mendapatkan bahwa lingkar perut
>102 cm pada laki-laki dan >88 cm pada perempuan, berhubungan dengan
peningkatan substansial resiko obesitas da komplikasi metabolic. Sedangkan Asia
Pasifik memakai ukuran lingkar pinggang laki-laki 90 cm dan perempuan 80 cm
sebagai batasan7.
Walaupun IMT <25 kg/m2, obesitas sentral dapat saja terjadi, sehingga
penyesuaian IMT pada keadaan obesitas sentral perlu diperhatikan, terutama bila
IMT dianatara 22-29 kg/m2. Lingkar perut dikatakan mempunyai korelasi yang tinggi

12
dengan jumlah lemak intra abdominal dan lemak total.

BAB III
KESIMPULAN

Istilah overweight atau obesitas mengandung arti jaringan lemak yang


berlebihan, tetapi arti dari berlebihan sulit untuk dijabarkan. Disamping
pertimbangan estetika, obesitas merupakan kelebihan lemak yang memberikan resiko
kesehatan.
Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor lingkungan
maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor genetik menentukan
mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural.
Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta
distribusi regional lemak tubuh. Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya
gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi
berjam-jam.
Tipe obesitas menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi
obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah
(lower body obesity)
Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan
saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta
perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul, dan pengukuran lingkar leher.
Terapi penurunan berat badan sukses meliputi empat pilar, yaitu diet rendah
kalori, aktivitas fisik, perubahan perilaku, obat-obatan, dan bedah.

2
DAFTAR PUSTAKA

1. Bell, Ge K., Popkin B.M. 2001. Weight gain and its predictors in Chinese
adults. Int J nationed Metabolism Disorder. 25:1079-1086.
2. Bergman, Van C., Mittelman S.D. 2001. Central role of adipocytes in
metabolic syndrome. J Investig Med. 49:119-126.
3. Boivin, Brochu, Marceau P. 2007. Regional differences in adipose tissue
metabolism in obese men. Metabolism. 56:533-540.
4. Brunicardi, F. Charles; Andersen, Dana.K; dkk the surgical mangemen of
obesity in Schwartz priciples of surgery ed.9 . USA. 2010. The McGraw-
Hill companies,Inc.
5. Caballero B. 2005. Nutrition Paradox-underweight and obesity in developing
countries. N Engl. J. Med. 352:1514-1516.
6. Grundy S.M. 2006. Metabolic syndrome: connecting and reconceiling
cardiovaskuler and diabetes world. J Am Coll Cardiol. 47:1093-1110.
7. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic
Basic of Disease. 8th ed. Philadelphia : Saunders, An imprint of Elsevier Inc.
2010 : 438-442.
8. Sugondo Sidarta. Obesitas. Dalam : Sudoyo.A, Setoyohadi.B, dkk. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam jilid III, edisi ke-5, Jakarta, Interna Publishing Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2009 : 1973-82.
9. Liubov, Cikim S., Vakur A., Neze O. 2001. The relationship betwen neck
circumference and body fat ratio in Turkish women. Department of
Endocrinology and Metabolism, Turkey.
10. Liubov, Sohar E., Laor A., 2001. Neck circumference as s simple screening
measure for identifying overweight and obese Patients. The North
Association for The Study of Obesity. 470:477.
11. Mahan, Adair, Popkin B.M. 2002. Ethnic differences in the association
betwen body mass index and hypertension. Am J Epidemiology. 155:346-353.

22
12. Tchernof. 2007. Visceral adipocytes and the metabolic syndrome. Nutrition
Reviews. 24:29-6.
13. Sjostrom, CD, Lassner. 2001. Relationship betwen changes in body
composition and changes in cardiovasculer risk factors: the SOS Intervention
Study: Sweedish obese subjects. Obes Res. 5:519535.

22
17

14. Zhang. 2004. Trends in the association betwen obesity sosioeconomic status
in US adults. Obesity Research. 12:1622-1632.

22

Anda mungkin juga menyukai