Anda di halaman 1dari 8

1.

Soal Cerita
Haji (1994: 13) mengemukakan bahwa soal yang dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam bidang studi matematika dapat berbentuk soal
cerita dan bukan soal cerita/soal hitungan. Soal cerita merupakan modifikasi dari
soalsoal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat menarik kesimpulan
penggertian soal cerita adalah soal matematika yang disajikan dalam bentuk cerita
atau rangkaian kata-kata (kalimat) dan berkaitan dengan keadaan yang dialami siswa
dalam kehidupan sehari-hari mengandung masalah yang menuntut pemecahan.
Untuk sampai pada hasil yang diinginkan, dalam penyelesaian soal cerita
siswa memerlukan kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan tersebut terlihat
pada pemahaman soal yakni kemampuan apa yang diketahui dari soal, apa yang
ditanyakan dalam soal, apa saja informasi yang diperlukan, dan bagaimana akan
menyalesaikan soal. Jadi sentral pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah
pemecahan masalah karena lebih mementingkan proses daripada hasil.
Sebagaimana halnya pengajaran matematika pada umumnya, dalam
pembelajaran soal cerita peserta didik sering berhadapan dengan masalah. Masalah
tersebut bisa muncul dalam kegiatan belajar mengajar tampa disadari dan
sebaliknya bisa juga sengaja dimunculkan oleh guru karena tuntutan strategi belajar
mengajar yang dipergunakan.
2. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan
(Polya, 1973:3).
Pemecahan masalah ini adalah suatu proses kompleks yang menuntut
seseorang untuk mengkoordinasikan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan
intuisi dalam rangka memenuhi tuntutan dari suatu situasi. Sedangkan proses
pemecahan masalah merupakan kerja memecahkan masalah, dalam hal ini proses
menerima tantangan yang memerlukan kerja keras untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Dalam istilah sederhana, masalah adalah suatu perjalanan seseorang untuk
mencapai solusi yang diawali dari sebuah situasi tertentu.
Tidak semua soal matematika dapat dikategorikan sebagai soal pemecahan masalah,
walaupun soal tersebut berupa soal cerita yang penyelesaiannya memerlukan
perhitungan matematika. Jika suatu soal diberikan pada siswa dan siswa langsung
tahu cara pemecahannya, maka soal tersebut tidak termasuk soal yang bertipe
pemecahan masalah.
Misalnya pada suatu bab siswa telah mempelajari cara perhitungan 350 + 124
+ 921 =
Lalu pada persoalan berikutnya diberikan soal cerita
Bibi memiliki tiga kebun jeruk. Kebun pertama menghasilkan 350 buah jeruk, kebun
kedua menghasilkan 124 buah jeruk, dan kebun ketiga menghasilkan 921 buah jeruk.
Berapa banyak buah jeruk yang dihasilkan dari ketiga kebun tersebut?
Dari soal tersebut tidak termasuk pemecahan masalah, karena siswa akan langsung
tahu bahwa penyelesaiannya menggunakan operasi hitung penjumlahan yang baru
saja mereka pelajari.
Bandingkan dengan persoalan di bawah sama-sama soal mengenai
penjumlahan, berbeda jika siswa diberikan soal : Berapa hasil dari penjumlahan 1 + 2
+ 3 + 4 +... + 50 ?
Untuk memperoleh jawaban yang benar, siswa akan menggunakan berbagai
strategi yang mungkin berbeda-beda. Dari strategi yang digunakan, guru akan dapat
melihat tingkat kreativitas siswa. Mungkin ada siswa yang akan menghitungnya satu
persatu, mulai dari l+2, lalu ditambah 3, dan seterusnya. Siswa yang kreatif mungkin
akan mengelompokkannya menjadi lima puluh, yaitu (1 +49), (2+48), dan
seterusnya.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu soal dapat dipandang
sebagai suatu "masalah" jika soal tersebut bukan merupakan suatu soal yang rutin
belaka, yang dimaksudkan soal rutin adalah soal yang sering dipelajari siswa dan soal
yang sudah diketahui jawabannya dari pelajaran yang pernah didapatkan siswa. Bisa
jadi suatu soal menjadi "masahh" bagi siswa yang satu, tapi tidak bagi siswa yang
lain.
Ada empat tahap pemecahan masalah yaitu;
a. Memahami masalah (understand the problem)
Pada langkah pertama ini, pemecah masalah harus dapat menentukan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan. Untuk mempermudah pemecah masalah
memahami masalah dan memperoleh gambaran umum penyelesaiannya dapat
dibuat catatan-catatan penting dimana catatan-catatan tersebut bisa berupa
gambar, diagram, tabel, grafik atau yang lainnya. Dengan mengetahui apa yang
diketahui dan ditanyakan maka proses pemecahan masalah akan mempunyai arah
yang jelas.
b. Membuat rencana (devise a plan)
Untuk dapat menyelesaikan masalah, pemecah masalah harus dapat menemukan
hubungan data dengan yang ditanyakan. Pemilihan teorema-teorema atau konsep-
konsep yang telah dipelajari, dikombinasikan sehingga dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi itu. Jadi diperlukan aturan-aturan agar
selama proses pemecahan masalah berlangsung, dapat dipastikan tidak akan ada
satupun alternatif yang terabaikan.
c. Melaksanakan rencana (carry out the plan)
Berdasarkan rencana, penyelesaianpenyelesaian masalah yang sudah
direncanakan itu dilaksanakan. Didalam menyelesaikan masalah, setiap langkah
dicek, apakah langkah tersebut sudah benar atau belum. Hasil yang diperoleh
harus diuji apakah hasil tersebut benar-benar hasil yang dicari.
d. Melihat kembali (looking back)
Tahap melihat kembali hasil pemecahan masalah yang diperoleh mungkin
merupakan bagian terpenting dari proses pemecahan masalah. Setelah hasil
penyelesaian diperoleh, perlu dilihat dan dicek kembali untuk memastikan semua
alternatif tidak diabaikan.
Aspek-aspek berikut perlu diperhatikan ketika mengecek kembali langkah-
langkah yang sebelumnya terlibat dalam menyelesaikan masalah, yaitu: (1)
mengecek kembali semua informasi yang penting yang telah teridentifikasi; (2)
mengecek semua perhitungan yang sudah terlibat; (3) mempertimbangkan apakah
solusinya logis; (4) melihat alternatif penyelesaian yang lain; dan (5) membaca
pertanyaan kembali dan bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaannya sudah
benar-benar terjawab.
Contoh Soal
1. Geometri
Pak Ahmad memiliki kebun berbentuk persegi panjang. Jika keliling kebun 144 m

2
dan luasnya 1.260 m , tentukan panjang dan lebar kebun tersebut.
Jawab:
Kebun berbentuk persegi panjang. Keliling kebun sama dengan keliling persegi
panjang dan luas kebun sama dengan luas persegi panjang.
Langkah ke-1
Misalkan: panjang kebun x
Lebar kebun y

Keliling kebun ( K )=2 ( panjang+lebar ) atau K=2 ( x + y )


Sehingga diperoleh:
144=2 ( x + y )
x + y=72
x=72 y

Langkah ke-2
Luas persegi panjang ( L )= panjang lebar atau L=x y .

Substitusi x=72 y ke persamaan L=x y maka diperoleh: L=( 72 y ) y

atau L=72 y y 2 .

Diketahui luasnya 1.260 sehingga diperoleh:


2
1.260=72 y y
2
y 72 y+1.260=0 (model matematika dari persoalan tersebut)
Langkah ke-3
y 272 y+ 1.260=0
( y30 ) ( y42 )=0

y30=0 atau y42=0


y=30 atau y=42
untuk y=30, maka x =72 y=7230=42
untuk y=42, maka x=72 y=7242=30

Langkah ke-4
Biasanya panjang lebih besar dari lebar. Dengan demikian yang mungkin adalah

panjangnya 42 m dan lebarnya 30 m .


Jadi, ukuran kebun Pak Ahmad panjang 42 m dan lebar 30 m .
2. Terapan
Keuntungan mingguan k (dalam jutaan) diperoleh apabila x mobil diproduksi

dirumuskan dengan k =x 2 +40 x150 . Berapa banyak mobil yang harus

diproduksi dalam satu minggu untuk mendapatkan keuntungan 250 juta rupiah?
Jawab:
2
Substitusi k =250 (dalam jutaan) ke persamaan k =x +40 x150 diperoleh:
2
250=x + 40 x150
2
x 40 x+ 400=0
2
( x20 ) =0
x20=0
x=20

Jadi, mobil yang harus diproduksi dalam satu minggu 20 buah.


3. Bilangan
Jumlah dari dua bilangan adalah 60, dan bilangan yang lebih besar adalah empat kali
dari yang lebih kecil. Bilangan berapakah itu?
Jawab:
Langkah ke-1

Misal x= bilangan yang lebih kecil;

Langkah ke-2
Menentukan model matematika

Berdasarkan ketentuan pada soal diperoleh 4 x = bilangan yang lebih besar;

Langkah ke-3
Menyelesaikan permasalahan
4 x + x=6 0

5 x=60

x=12 (bilangan kecil)

4 x =4 ( 12 )=48 (bilangan yang besar)


Langkah ke-4
Penafsiran solusi masalah
Jadi, Bilangan tersebut adalah 12 dan 48.
4. Aljabar
Santi memiliki beberapa potong pita yang membentuk barisan aritmetika. Panjang
pita-pita tersebut masing-masing adalah 30 cm, 50 cm, 70 cm, , 170 cm. Panjang
pita Santi seluruhnya adalah ....
Jawab :
Langkah ke-1
Misalkan suku pertama = a dan beda=b
Langkah ke-2
a=30 dan b=20 .

Langkah ke-3
Dari ilustrasi, tampak bahwa barisan aritmetika 30, 50, 70, , 170
Menentukan panjang seluruh pita Santi sama dengan menentukan hasil jumlah deret
aritmetika 30 + 50 + 70 + + 170.
Mula-mula tentukan nilai n-nya, agar kita dapat menggunakan

1
s n= n ( a+ Un )
rumus 2 untuk menentukan hasil jumlahannya.

Cara menentukan nilai n adalah sebagai berikut . Ternyata, 170 adalah suku ke-8
(U8 = 170) atau n = 8.
Selanjutnya, tentukan hasil penjumlahan kedelapan suku (S8) dari 30 + 50 + 70 +
+ 170 dengan mengganti a = 30,Un = 170 dan n = 8 ke rumus Sn .
1
s 8= 8 (30+170)
2
s 8=80 0

Langkah ke-4
Jadi, panjang pita Santi seluruhnya ada 800 cm.
5. Statistika
Dalam sebuah ruangan pertunjukkan teater, masih tertinggal 5 kursi kosong, tetapi
masih ada 9 orang yang akan memasuki ruangan pertunjukan tersebut. Tentukan ada
berapa cara kursi kosong tersebut dapat diduduki oleh kesembilan orang tersebut.
Penyelesaian :
Langkah ke-1
Masalah di atas tidak mempertimbangkan urutan orang yang akan menduduki kelima
kursi di ruang pertunjukan
Langkah ke-2
Maka masalah tersebut merupakan masalah kombinasi.
Langkah ke 3
Dari sini diperoleh

9! 9.8.7.6.5.4.3.2.1
9C5 = =
(9 5)! . 5! 4.3.2.1.5.4.3.2.1
9.8.7.6
= = 126
4.3.2.1
Langkah ke-4
Jadi banyak cara 5 kursi kosong di ruangan pertunjukan dapat diduduki oleh
kesembilan orang tersebut adalah sebanyak 126 cara.

Anda mungkin juga menyukai