OLEH :
KELOMPOK I
I NYOMAN ARYA PURNATA MEGANTARA (1208505017)
KADEK MEGAYANTI (1408505009)
RAHAYU WIRAYANTI (1408505047)
IDA BAGUS DHARMA ESA (1408505055)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
I. TUJUAN
1.1 Untuk mengetahui formulasi sediaan sabun padat yang baik dan menarik.
0
1.2 Untuk mengetahui cara pengolahan ekstrak etanol manggis dalam pembuatan
produk kosmetik berupa sabun padat transparan.
1.3 Untuk mengetahui hasil evaluasi pada pengujian produk sabun padat
transparan dari ekstrak etanol manggis.
1
Penyebarannya kemudian meliputi juga Srilanka, Filipina dan India bagian
Selatan. Bahkan kini kebun manggis sudah bisa ditemui di Australia bagian Utara,
Amerika Tengah hingga ke Florida (Alida, 2013).
Tanaman manggis tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter dengan
buah berwarna merah keunguan ketika matang meskipun ada pula varian yang
kulitnya berwarna merah. Manggis merupakan tanaman yang hampir seluruh
bagian tanamannya dapat dimanfaatkan, mulai dari daging buah, kulit luar, daun,
batang hingga akar. Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak kulit manggis
mempunyai aktivitas melawan sel kanker payudara, liver, dan leukemia. Selain
itu, juga biasa digunakan sebagai antihistamin, antiinflamasi, menekan sistem
saraf pusat, dan penurun tekanan darah tinggi. Kulit buah manggis mengandung
getah yang warnanya kuning dan cita rasanya pahit. Kulit manggis mengandung
senyawa yang rasanya pahit, yaitu tanin. Kulit manggis menghasilkan warna
merah keunguan, dan amat sulit dibersihkan, karena mengandung tanin, resin, dan
crystallizable mangostin (C20H22O5). Selain itu, kulit buah manggis juga
mengandung senyawa polifenol seperti santon sebagai antioksidan yang kuat
(Yunitasari, 2011).
Kandungan gizi yang terdapat dalam daging buah manggis antara lain,
sakrosa, dekstrosa, dan levulosa. Dalam setiap 100 gr buah manggis mengandung
79,2 gram air, 0,5 gr protein, 19,8 gr karbohidrat, 0,3 gram serat, 11 mg kalsium,
17 mg Fosfor, 0,9 mg besi.14 IU vitamin A. 66 mg vitamin C, 0,09 mg vitamin B1
(thiamin), 0,06 vitamin B2 (riboflavin), dan 0,1 mg vitamin B5 (niasin) (Setiawan,
2011).
2.2 Sabun
Sabun adalah garam logam alkali (Li, Na, atau K) dari asam-asam lemak.
Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung
beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Berbagai jenis sabun yang
beredar di pasaran dalam bentuk yang bervariasi, mulai dari sabun cuci, sabun
mandi, sabun tangan, sabun pembersih peralatan rumah tangga dalam bentuk
krim, padatan atau batangan, bubuk dan bentuk cair (Fessenden and Fessenden,
2
1989). Sabun dihasilkan dari proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi
asam lemak dan gliserol dalam NaOH (minyak dipanaskan dengan NaOH) sampai
terhidolisis sempurna. Asam lemak yang berikatan dengan natrium ini dinamakan
sabun (Ketaren, 1996).
Dewasa ini sabun dibuat dengan memanaskan lelehan lemak dengan
natrium hidroksida dan terhidrolisis menjadi gliserol dan garam natrium dari asam
lemak. Gliserol digunakan sebagai pelembap dalam tembakau, industri farmasi
dan kosmetik. Sifat melembapkan timbul dari gugus hidroksil yang dapat
berikatan-hidrogen dalam air dan mencegah penguapan air (Fessenden and
Fessenden, 1989).
3
2.4 Reaksi Penyabunan
Proses pembentukan sabun dikenal sebagai reaksi penyabunan atau
saponifikasi. Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus
diperhatikan pada saat penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas
yang berlebihan. Pada proses penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH atau
NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi untuk
menghasilkan sabun cair. Untuk membuat proses yang lebih sempurna dan merata
maka pengadukan harus lebih baik. Sabun cair yang diperoleh kemudian
diasamkan untuk melepaskan asam lemaknya (Wasitaatmadja, 1997).
4
Kelarutan : Praktis larut dalam air, sangat larut dalam diklorometana dan
petroleum (titik didih:65-700 C); larut dalam eter, karbon
disulfide dan kloroform larut dalam 2 bagian etanol (95%) pada
suhu 600 C tetapi sedikit larut dalam suhu rendah.
Stabilitas : Minyak kelapa dapat dimakan, memiliki rasa dan bau ringan,
berlaku untuk beberapa tahun penyimpanan dibawah kondisi
penyimpanan pada umumnya. Jika tercemar udara, minyak dapat
mengalami reaksi oksidasi dan menimbulkan bau tengik.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya pada
suhu tidak lebih dari 250 C. Minyak kelapa mungkin mudah
terbakar pada suhu tinggi.
Inkompatabilitas: Minyak kelapa dapat bereaksi dengan agen pengoksidasi, asam
dan polietilen yang dapat diserap oleh minyak kelapa.
Fungsi : Emollient dan ointment base
Titik leleh : 23-260 C
(Rowe et al., 2009)
5
Kelarutan : Larut dalam 7,2 bagian etanol, praktis tidak larut dalam eter, larut
dalam gliserin, larut dalam 0,9 bagian air dan 0,3 bagian pada
suhu 1000 C.
Stabilitas : Jika terpapar cahaya diudara natrium hidroksida akan dengan
mudah menyerap sehingga menjadi lembab dan mencair, tapi
kemudian dapat memedat kembali apabila menyerap karbon
dioksida.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat tidak berbahan logam dalam
ruangan sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Natrium hidroksida merupakan basa kuat yang tidak kompatibel
dengan bahan-bahan yang mudah mengalami hidrolisis atau
oksidasi. Dapat bereaksi dengan asam, ester, eter dan terutama
dengan air.
Fungsi : Agen alkali dan buffer
Titik leleh : 3180 C
(Rowe et al., 2009).
3.5 Gliserin
Pemerian : Berupa cairan bening, kental, tidak berwarna, tidak berbau, cairan
higroskopis, dan rasa manis.
Kelarutan : Sedikit larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam benzen dan
kloroform, mudah larut dalam ethanol 95%. Mudah larut dalam
methanol, mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam
minyak.
Stabilitas : Gliserin merupakan cairan yang higroskopis. Gliserin murni tidak
mudah teroksidasi pada suasana basa. Stabil jika dicampur
dengan air, etanol 95% dan propilenglikol.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan agen oksidasi kuat, seperti kromium
trioksida, potassium permanganat.
Fungsi : Sebagai humektan dengan konsentrasi <20%
6
Titik didih : 2900 C
Titik leleh : 17,80 C
(Rowe et al., 2009)
3.6 Etanol
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap
walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78 oC serta
mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua
pelarut organik
Stabilitas : Etanol memungkinkan disterilisasi menggunakan autoclav atau
dengan metode filtrasi
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah terlindung dari udara dan ditempat sejuk
Inkompatibilitas : Dalam suasana asam, dengan pengocokan yang kuat etanol
dapat berinteraksi dengan material pengoksidasi. Pencampuran
dengan alkali akan merubah warna menjadi gelap sehingga
bereaksi dengan gugus aldehid. Apabila dicampur dengan garam
organik dapat membentuk endapan. Etanol tidak kompatibel
dengan alumunium dan dapat berinteraksi dengan beberapa obat
Fungsi : Sebagai antimikroba pada konsentrasi 10% ; desinfektan pada
konsentrasi 60-90%; pelarut dalam lapisan film (variable);
pelarut dalam sediaan topical pada konsentrasi 60-90% (Rowe et
al., 2009).
Titik Didih : 78,150 C
(Rowe et al., 2009)
3.7 Gula/Sukrosa
Pemerian : Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari tebu (Saccharum
officinarum Linne (Fam. Gramineae)), bit gula (Beta vulgaris
Linne (Fam.Chenopodiaceae)), dan sumber lain. Tidak
7
mengandung ditambahkan zat. Sukrosa berbentuk kristal tidak
berwarna, seperti kristal massa atau blok, atau sebagai bubuk
kristal putih,itu tidak berbau dan memiliki rasa manis.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform. Larut dalam 400 bagian
etanol. Larut dalam 0,5 bagian air.
Penggunaan : Agen lapisan; bantuan granulasi; menangguhkan agen; pemanis
agen; pengikat tablet, tablet dan kapsul pengencer; pengisi tablet;
agen terapeutik; viskositas meningkat agen.
Stabilitas : Sukrosa memiliki stabilitas yang baikpada suhu kamardan pada
kelembaban yang sedang. Menyerap kelembaban hingga 1%,
pada pemanasan pada 900C. Sukrosa akan menjadi caramel bila
dipanaskan hingga suhu di atas 1600C. Pada kenaikan suhu dari
110 sampai 1450C, menyebabkan beberapa inversi untuk
membentuk dekstrosa dan fruktosa (gula invert. Inversi
dipercepat terutama pada temperaturdi atas 1300C dan dengan
adanya asam.
Inkompatibilitas : Sukrosa bubuk mungkin terkontaminasi dengan jejak berat
logam, yang dapat menyebabkan ketidak cocokan dengan bahan
aktif, misalnya asam askorbat. Sukrosa juga dapat terkontaminasi
dengan sulfit dari proses pemurnian. Dengan tinggi sulfit konten,
perubahan warna dapat terjadi pada gula-tablet salut, karena
warna-warna tertentu digunakan dalam sugar coating batas
maksimum untuk sulfit konten, dihitung sebagai belerang adalah
1ppm. Dengan keberadaan asam encer atau pekat, sukrosa
dihidrolisis atau terbalik untuk dekstrosa dan fruktosa (gula
invert).
Titik Leleh : 160-1860 C (dengan dekomposisi)
(Rowe et al., 2009).
8
3.8 Diethanolamine (DEA)
Struktur Kimia :
9
garam kompleks. Perubahan warna dan endapan akan
berlangsung di dengan adanya garam-garam dari logam berat.
Stabilitas : Dietanolamina bersifat higroskopis dan ringan serta sensitive
terhadap oksigen
Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya,
ditempat yang sejuk dan kering
(Rowe et al., 2009).
3.10 Air/Aquadest
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau
Struktur Molekul : Struktur molekul H2O
10
Berat molekul : Berat molekul: 18.02 gram/mol
pH : Antara 5-7
Penyimpanan : Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat pelarut
(Depkes RI, 1995).
IV. Formula
4.1 Formula Standar
Ekstrak Lengkuas 3 gram
Minyak Kelapa 19,4 gram
Asam Stearat 6,4 gram
Minyak Jarak 6 gram
NaOH 30% 19,7 gram
Gliserin 9,4 gram
Gula 13,4 gram
Etanol 96% 15 gram
DEA 1 gram
NaCl 0,2 gram
Aquadest ad 100
(Hernani, 2010)
11
NaCl 0,2 gram
Aquadest 6,5 gram
12
5.3 Penimbangan Bahan
8.2 Kemasan Sekunder
IX. HASIL
PENGAMATAN
Warna
Coklat
transparan
9.2 Uji Daya Busa atau Stabilitas Busa
Sabun padat transparan
Sabun dan 210 mL
Aquades
190 mL
Setelah 5 menit
40 mL
Sabun dan Air sadah
30 mL
Setelah 5 menit
9.3 Uji pH
Sediaan sabun padat transparan yang dibuat memiliki pH 10,34
9.4 Uji Kadar Air
Kadar air yang diperoleh dari sabun padat transparan yang dibuat adalah
20,5%
X. PEMBAHASAN
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan
mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan
rantai karbon dan sodium atau potasium. Sabun merupakan pembersih
yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam
lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang dibuat dengan
NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap). Sabun dibuat dengan dua
cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses
saponifikasi minyak akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol,
sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses
saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali,
sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas
dengan alkali (Qisti, 2009).
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan sabun padat, sabun yang
dibuat adalah jenis sabun transparan. Sabun transparan merupakan salah
satu inovasi baru produk kecantikan, dapat berupa sediaan emulsi maupun
padat yang difungsikan sebagai pembersih dan menjaga kesehatan kulit.
Sabun jenis ini memiliki tingkat transparansi paling tinggi sehingga
memiliki penampilan lebih menarik, obyek dapat terlihat hingga berjarak
sampai panjang 6 cm. Sabun transparan mempunyai nilai tambah yang jadi
pemikat karena memiiliki permukaan yang halus, penampilan yang
bewarna dan ketransparanannya dapat membuat kulit menjadi lembut
karena didalamnya mengandung gliserin dan sukrosa yang berfungsi
sebagai humektan dan sebagai komponen pembentuk transparan
(Wasitaatmadja, 1997).
Bahan dasar dalam pembuatan sabun adalah lemak dan minyak,
dimana asam lemak yang beraksi dengan basa akan menghasilkan gliserol
dan sabun. Pada formulasi yang diajukan minyak kelapa berfungsi sebagai
fase minyak. Sedangkan basa yang berfungsi sebagai agen pereaksi
dengan fase minyak sehingga akan terjadi proses saponifikasi garam
Natrium dan Kalium adalah penggunaan NaOH 30% sebanyak 19 gram
(Barel et al., 2009).
Prosedur kerja dari pembuatan sabun padat transparan ini pertama-
tama, ditimbang semua bahan yang akan digunakan sesuai dengan
perhitungan. Selanjutnya, asam stearat dipanaskan hingga mencair lalu
ditambahkan minyak kelapa pada suhu 70o yang berfungsi sebagai fase
minyak lalu ditambahkan NaOH 30% diaduk hingga homogen. Fungsi
penambahan asam stearat, minyak kelapa dan NaOH adalah sebagai bahan
pembentuk stok sabun dimana adonan akan menjadi lebih lengket dan
keras (Hambali, 2005). Selanjutnya, ditambahkan etanol dan sukrosa yang
telah dilarutkan dengan air yang berfungsi sebagai agen transparansi,
pengadukan dilakukan dengan konstan dan suhu tetap dijaga agar stabil.
Tahap selanjutnya ditambahkan NaCl dan DEA yang berfungsi sebagai
pembentuk busa dan penstabil busa yang akan dihasilkan oleh sabun
(Rowe et al, 2009).
Bahan aktif ditambahkan paling akhir hal ini disebabkan karena
pelarut dari ekstrak manggis adalah etanol, dimana etanol bersifat mudah
menguap, dan juga ditambahkan essential oil rossa untuk memberikan bau
harum pada sabun. Setelah semua bahan tercampur, pengadukan terus
dilakukan hingga semua bahan tercampur sempurna. Tahap akhir yang
dilakukan adalah proses pencetakan sabun, sabun yang masih berbentuk
cair dimasukkan ke dalam cetakan yang telah disiapkan dan didiamkan
selama 1 hari agar dihasilkan sabun padat transparan.
Setelah proses formulasi dilakukan proses evaluasi sediian yang
bertujuan untuk menjaga kualitas sediaan yang telah diproduksi. Evaluasi
sediaan yang dilakukan adalah meliputi uji pH, uji kadar air, uji busa, dan
uji organoleptis.
Uji pertama yang dilakukan adalah uji organoleptis menggunakan
panca indra yang meliputi bau, warna, dan tekstur. Berdasarkan hasil
pengamatan organoleptis terhadap sediaan sabun padat transparan
diperoleh bau sediaan yang berbau harum seperti bunga mawar, karena
adanya penambahan corigen odoris yaitu Oleum rosae, sedangkan warna
sabun padat yang diperoleh adalah warna coklat transparan, dan
konsistensi sediaan yang dihasilkan padat. Konsistensi sediaan yang padat
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pemanasan pengadukan, dan
jumlah bahan yang digunakan sebagai bahan pengeras sabun (Nurhadi,
2012).
Uji yang kedua adalah uji pH. Persyaratan pH sabun mandi padat
menurut SNI adalah berkisar antara 8-11. Derajat keasaman atau pH
merupakan salah satu syarat mutu sabun cair. Hal tersebut karena sabun
padat kontak langsung dengan kulit dan dapat menimbulkan masalah
apabila pH-nya tidak sesuai dengan pH kulit. Sediaan sabun padat yang
telah dibuat kemudian dilakukan pengukuran pH dengan menggunakann
alat pH meter yang telah dikalibrasi dengan menggunakan larutan dengan
pH 4 dan 10 untuk memastikan alat dapat mengukur larutan uji dengan
baik. Diperoleh pH sediaan sabun cair adalah 10,43. Nilai pH yang
diperoleh sudah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI, sehingga
aman untuk digunakan topikal dan tidak memimbulkan iritasi pada kulit.
Selanjutnya dilakukan uji evaluasi stabilitas tinggi busa dilakukan
dengan mengambil 5 gram sediaan sabun cair dari formula uji dilarutkan
dalam 250 mL aquadest pada beaker glass. Dipindahkan 50 mL larutan uji
kedalam gelas ukur 1 liter kemudian diteteskan 200 mL larutan uji dengan
bantuan buret pada ketinggian 90 cm (dari batas atas larutan uji pada gelas
ukur 1 liter). Busa yang diperoleh sebanyak 210 mL setelah 5 menit
volume busa berubah menjadi 190 mL, terjadi penurunan busa yang
dihasilkan. Stabilitas busa juga diuji menggunakan air sadah diperoleh
volume busa sebanyak 40 mL lalu setelah 5 menit volume busa berubah
menjadi 30 mL, terjadi penurunan busa yang dihasilkan. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan busa yang dihasilkan bila didiamkan beberapa
waktu akan mengalami perubahan volume (busa yang dihasilkan tidak
stabil).
Uji terkahir yang dilakukan adalah uji kadar air. Uji kadar air
dilakukan dengan cara menimbang 1 gram sabun padat lalu dimasukkan ke
dalam alat pengukur kadar air. Kadar air yang dihasilkan sebesar 20,5 %
sedangkan kadar air sabun mandi menurut SNI ditetapkan bahwa kadar air
sabun mandi memiliki batas yaitu maksimal 15%. Diperolehnya kadar air
melebihi batas dapat disebabkan karena kandungan air dalam sabun masih
cukup tinggi. Kadar air yang lebih tinggi ini dapat berasal dari bahan-
bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun transparan yang
bersifat higroskopis yaitu seperti gliserin, DEA, gula, dan NaCl.
XI. KESIMPULAN
Alida. 2013. Terapi Herbal ragam Kanker pada Wanita 2013. Yogyakarta:
Fashbook.
Juanda, D., dan Cahyono, B. 2000. Manggis: Budidaya dan Analisis Usaha
Tani. Yogyakarta: Kanisius
Muslimah, U., dan Guntarti, A. 2014. Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis
(Garcinia Mangostana L.) Sebagai Antioksidan Alami Pada Minyak
Krengseng. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan
Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV tahun 2014. 21-30
Nurhadi, S.C. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami Dengan Bahan
Aktif Mikroalga Chlorella Pyrenoidosa Beyerinck Dan Minyak Atsiri
Lavandula Latifolia Chaix. Skripsi. Program Studi Teknik Industri Fakultas
Sains Dan Teknologi Universitas Ma Chung Malang.
Qisti, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan
Madu
pada Konsentrasi yang Berbeda. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Rowe, R.C., P. J. Sheskey, M. E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Sixth Edition. USA: Pharmaceutical Press
LAMPIRAN