PADMA D. LIMAN
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1
- kwalitas barang yang tadinya menghendaki mutu terbaik diganti dengan
mutu standard
- tujuan pemakaian barang semula untuk kamar anak diganti kamar makan.
b. Paksaan / Ancaman
Yang dimaksud dengan paksaan adalah paksaan psychis/rohani/jiwa bukan karena
paksaan pfisik. Oleh karena itu istilah yang lebih tepat adalah ancaman.
Ps. 1324 BW Paksaan yang berakibat dapat dibatalkannya suatu perjanjian ada
lah paksaan yang dapat menimbulkan ketakutan pada seseorang
yg berpikiran sehat bahwa dirinya/kekayaannya terancam dengan
suatu kerugian yang terang dan nyata.
Jadi paksaan ini menyebabkan orang berada dalam ketakutan dan akibatnya per-
janjianpun terjadi. Ini berarti terjadinya perjanjian tersebut karena dalam keadaan
ketakutan yang berarti tidak ada pernyataan kehendak yang bebas dalam membuat
perjanjian. Seandainya tidak ada perassaan takut tersebut maka ia tidak akan me-
nutup perjanjian tersebut atau perjanjian tetap ditutup tetapi dengan syarat-syarat
yang berbeda.
Hal yang diancam harus merupakan hal yang tidak diperkenankan oleh hukum,
mis. mengancam akan melakukan kejahatan terhadap diri atau kekayaan pihak
lain. Kalalu hanya diancam tidak diajak nonton, tidak ditraktir makan, tidak diajak
keliling dunia dan lain-lain atau diancam dipailitkan maka ini tidak termasuk dalam
pengertian ancaman yang dapat membatalkan suatu perjanjian. Karena ancaman
yang demikian tidak dilarang oleh hukum.
Jika seseorang tangannya dipegang dan dipaksa untuk tanda tangan dalam suatu
perjanjian maka ia tidak bisa minta pembatalan perjanjian tersebut dengan alasan
ada unsur paksaan berdasarkan Ps. 1324 BW. Karena dalam hal ini meskipun ia
memang tidak setuju dengan perjanjian tersebut tetapi hanya karena tangannya
dipegang dan dipaksa untuk menanda tangani perjanjian. Jadi dalam keadaan
2
yang demikian yang bersangkutan tidak pernah ada rasa setuju untuk membuat
perjanjian. Sedangkan berdasarkan :
- Ps. 1324 BW harus ada persetujuan tetapi persetujuan ini diberikan dalam
keadaan takut/dalam keadaan tidak bebas karena kalau tidak
disetujui maka akan dibuka rahasianya dimuka umum.
- Ps. 1323 BW Yang melakukan paksaan itu bukan hanya pihak dalam per-
janjian tetapi juga kalau dilakukan oleh pihak ketiga maka
perjanjian tersebut dapat dibatalkan.
- Ps. 1325 BW Perjanjian dapat dibatalkan meskipun yang dipaksa bukan pi-
hak dalam perjanjian tetapi suami/istri/sanak keluarga dalam
garis keturunan keatas atau kebawah dari pihak dalam
perjanjian.
c. Penipuan
Penipuan merupakan suatu bentuk khusus dari kekhilafan. Dikatakan demikian
karena penipuan baru ada jika gambaran yang salah (kekhilafan) ditimbulkan
dengan sengaja oleh tipu muslihat pihak lain. Harus ada hubungan kaussal antara
penipuan dengan terjadinya perjanjian atau dengan kata lain pihak yang ditipu
ttidak akan mengadakan perjanjian bila tidak dilakuan dengan tipu muslihat (ps.
1328 BW)
Pengertian tipu muslihat adalah harus ada suatu rangkaian pembohongan yang
dalam hubungannya satu dengan yang lain merupakan suatu tipu muslihat.
Menurut Hoge Raad Jika hanya terjadi satu pembohongan saja tidak merupakan
penipuan.
Mis. Jual beli kendaraan bermotor.
Tetapi ada juga sarjana hukum lainnya yang berpendapat bahwa hanya dengan
satu pembohongan saja maka tipu muslihat sudah terjadi.
Mis. Pembelian jeans yang impor dicampur dengan yang buatan dalam negeri atau
memuji-muji terus barang dagangannya secara berlebihan.
Didalam mengajukan gugatan pembatalan perjanjian yang berdassarkan penipuan
sebaiknya juga diikutkan karena berdasarkan kekhilafan sehingga kalau tidak
terbukti adanya unsur kesesngajaan (tipu muslihat) maka dapat didasarkan pada
kekhilafan.
3
Orang yang belum dewasa;
Ps. 330 BW Orang yang belum dewasa adalah umurnya belum genap 21
tahun dan belum kawin. Kalau sudah kawin sebelum usia 21 tahun dan
kemudian perkawinan tersebut bubar maka ia dianggap sebagai orang yang
sudah dewasa
Menurut hukum adat, kedewasaan seseorang tidak berdasarkan pada umur-
nya tetapi berdasarkan pada keadaan atau kemampuan mandiri dari orang
tersebut. Kalau ia sudah meninggalkan rumah orang tuanya dan telah mampu
berdiri sendiri maka ia telah dewasa.
Sejak berlakunya UU Perkawinan No. 1 tahun 1974, maka kedua ketentuan
tersebut diatas tidak berlaku lagi. Berdasarkan Ps. 47 UU No. 1 tahun 1974,
yang termasuk anak yang belum dewasa adalah anak yang belum berumur 18
tahun dan belum pernah melangsungkan perkawinan.
Untuk anak yang belum dewasa dalam membuat perjanjian, diwakili oleh :
a. Orang tuanya kalau ia berada dibawah kekuasaan orang tuanya.
b. Walinya kalau ia berada dibawah perwalian.
Untuk perjanjian yang dibuat oleh seorang sakit jiwa yang tidak ditaruh dibawah peng-
ampuan adalah dapat dibatalkan, sepanjang bisa dibuktikan bahwa pada saat menga-
dakan perjanjian ia dalam keadaan sakit jiwa dan hal ini diketahui atau dapat diketahui
oleh pihak lain.
4
Ad. 3. Mengenai Suatu Hal Tertentu (Objek perjanjian
harus ada/jelas)
Ps. 1333 BW Yang dimaksud dengan suatu hal tertentu adalah perikatan yg
ditimbulkan oleh perjanjian harus mempunyai objek atau pres-
tasi yang tertentu atau dapat ditentukan.
Jadi apa yang diperjanjikan itu harus jelas, sehingga hak-hak dan kewajiban
kedua belah pihak jika timbul perselisihan dapat diketahui dengan jelas.
Mis. Perjanjian untuk menanggung sebagian kerugian yang timbul ini
merupakan perjanjian yang tidak jelas karena :
a. Tidak jelas sebagian itu berapa besarnya;
b. Tidak jelas kerugian yang timbul itu yang bagaimana.
Kalau suatu perjanjian jual beli yang belum menyebutkan jumlah barang atau
harga barang yang tertentu dan nanti kemudian baru disebutkan maka ini
bukan berarti tidak menyebutkan suatu hal tertentu dan ini sudah merupakan
suatu perjanjian yang sah.
Mis. a. Tidak menyebutkan jumlah barang :
A akan membeli beras yang seharga Rp. 2.500,--/Kg pada B; tetapi
jumlahnya berapa kilo belum disebutkan. perjanjian jual beli ini su-
dah sah.
b. Tidak menyebutkan harga barang :
Dalam perjanjian hanya disebutkan harganya ditentukan pada waktu
harga pasar saat penyerahan barang 3 bulan kemudian. perjanjian
jual beli ini sudah sah.
Ps. 1334 : 1 BW Barang yang belum ada dapat dijadikan objek perjanjian.
Barang yang belum ada ini ada 2 jenis, yaitu :
5
- dalam sewa menyewa rumah diberikan untuk ditempati karena
telah menerima pembayaran
c. Sebab dari perjanjian adalah causa finalis yaitu sebab yang menunjukkan suatu
hubungan tujuan maksudnya tujuan kedua pihak dengan mengadakan perjanjian.
Misalnya : A dan B mengadakan kerja sama mendirikan PT karena sama-sama
mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencari keuntungan.
Sedangkan untuk perjanjian Cuma-Cuma, karena tidak ada kontra prestasi maka sebab
disini adalah menunjukkan kehendak untuk membantu.
Misalnya : - Perjanjian pinjam pakai, perjanjian pinjam uang tanpa bunga,
- Perjanjian hibah kehendak untuk memberi.
Perjanjian jual beli pisau adalah sah kalau dalam perjanjian jual beli tersebut tidak
diperjanjikan bahwa penjual menjual pisauynya hanya kalau digunakan pembeli untuk
membunuh orang.
Dalam Pasal 1335 KUHPerdata mengatakan bahwa suatu perjanjian batal demi hukum
jika :
a. Perjanjian tanpa sebab
b. Perjanjian dengan sebab yang palsu
c. Perjanjian dengan sebab yang terlarang.
6
Mis. Karena A banyak utangnya pada orang lain maka ia berpura-pura
menjual sebagian hartanya kepada B unrtuk menghindari pelunasan
utangnya kepada orang lain tetapi maksud mereka (A dan B) harta
tersebut masih tetap milik A.
2. Untuk menutupi suatu sebab yang terlarang
Mis. A memeras B untuk memperoleh sejumlah uang tetapi karena B tidak
mempunyai uang tunai maka dibuatlah perjanjian pinjam uang yang
isinya B mengaku telah meminjam uang A.
3. Untuk menutupi suatu sebab yang diperbolehkan
Mis. A ingin menghibahkan barangnya kepada B, tetapi A tidak mau
diketahu bahwa ia menghibah barangnya tersebut maka dibuatlah
perjanjaina jula beli antara A dengan B.
Tanggapan terhadap ketiga kemungkinan ini adalah :
Menurut Ps. 1335 BW, maka ketiga kemungkinan ini adalah perjanjian
uyang batal demi hukum karena mempunyai sebab yang palsu.
Menurut doktrin dan Yurisprudensi adalah bahwa hanya point 1 dan 2
adalah batal sedangkan kemungkinan point 3 adalah sah, karena hal yang
sebenarnyalah yang menentukan hubungan hukum antara kedua belah
pihak. Jadi B sah menjadi pemilik barang tidak berdasarkan jual beli tetapi
berdasarkan hibah.
Apabila dalam kemungkinan 1 dan 2 tersebut, barang atau objek perjanjian
telah berpindah tangan ke pihak ketiga yang beritikad baik maka pihak
ketiga ini harus dilindungi sehingga jual beli dengan pihak ketiga yang
beritikad baik adalh sah.