Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN EMULSI

MINYAK IKAN

l. Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui dan membuat sediaan emulsi yang


baik dan benar.
Mahasiswa dapat melakukan evaluasi terhadap sediaan suspensi
yang meliputi : organoleptis, homogenitas, berat jenis, uji pH, tipe
emulsi, viskositas dan presipitasi.

II. Dasar Teori

Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia


terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain.
(Anief, M, 2005)

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan


suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan
tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah
kelarutan pada suhu 20oc, kecuali dinyatakan lain menunjukan 1 bagian
bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume
tertentu pelarut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut
adalah kelarutan pada suhu kamar. (Anief, M., 2005).

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau


larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (Anonim. 1979 )

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya


terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika
minyak yang meruapakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase
pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air
atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan
seperti minyak sebagai fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam
minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi
yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan
besardan akhirnya menjadi suatu fase tunggal yang memisah (Levine,
1983).

Emulsi merupakan preparat farmasi yang terdiri 2 atau lebih zat cair
yang sebetulnya tdk dapat bercampur (immicible) biasanya air dengan
minyak lemak. Salah satu dari zat cair tersebut tersebar berbentuk
butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain distabilkan dengan zat
pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactant. Dalam batas emulsi, fase
terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai
fase luar atau kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan
fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan biasanya diberi tanda
sebagai emulsi m/a. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air
dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai
emulsi a/m. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu, suatu
emulsi minyak dalam air diencerkan atau ditambahkan dengan air atau
suatu preparat dalam air. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang
stabil, perlu fase ketiga atau bagian dari emulsi, yakni: zat pengemulsi
(emulsifying egent). Tergantung pada konstituennya, viskositas emulsi
dapat sangat bervariasi dan emulsi farmasi bisa disiapkan sebagai cairan
atau semisolid (setengah padat) (Ansel, 1989).

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling


penting agar memperoleh emulsa yang stabil. Zat pengemulsi adalah
PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsa dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria
(emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat
disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat
seperti putih telur (Anief, 2000).
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah
dituang hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam
airdibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian
didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya
solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan
volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk
menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim stearat atau krim
pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya hanya 15%.
Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh
fase eksternal setengah padat (Atmadja, 2000).

Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air


mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan
sangat penting untuk emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase
eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan
daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau
bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn pengemulsi ionik
dan nonionik, gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam seperti
tragakan dan gom (Oktavia, 2006).

Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang terbagi-
bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal)); Fase
kontinyu (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari
emulsi tersebut (fase eksternal)); dan Emulgator (zat yang digunakan
dalam kestabilan emulsi). Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi
sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan
menjadi 2 : Emulsi tipe w/o (emulsi yang terdiri dari butiran air yang
tersebar ke dalam minyak, air berfungsi sebagai fase internal & minyak
sebagai fase eksternal) dan Emulsi tipe o/w (emulsi yang terdiri dari
butiran minyak yang tersebar ke dalam air) (Ansel, 1989).

Macam-macam emulsi:

Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak
enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi
dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor
misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki.
Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan
efek lokal.
Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.Contoh : Vit. A diserap
cepat melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.
(Syamsuni, A. 2006)
Tipe-tipe emulsi:
Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak
yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase
internal, air sebagai fase eksternal.
Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang
tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase
internal, minyak sebagai fase eksternal. (Syamsuni, A. 2006)
Metode pembuatan emulsi:
1. Metode GOM kering 4:2:1
~ GOM dicampur minyak sampai homogen
~ Setelah homogen ditambahkan 2 bagian air, campur sampai
homogen
2. Metode GOM basah
~ GOM dicampur dengan air sebagian
~ Ditambahkan minyak secara perlahan, sisa air ditambahkan lagi
3. Metode botol
~ GOM dimasukkan ke dalam botol + air, dikocok
~ Sedikit demi sedikit minyak ditambahkan sambil terus dikocok.
(Ansel, Howard. 2005)
Adapun keuntungan Sediaan Emulsi :
a. Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang
tidak menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian
oral bila diformulasikan menjadi emulsi.
b. Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat
tersebut diberikan secara oral dalam bentuk emulsi.
c. Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah discuci bila
diinginkan.
d. Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan
kekasaran (greasiness) dari emulsi kosmetik maupun emulsi
dermal.
e. Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak
secara intravena akan lebih mudah jika dibuat dalam bentuk
emulsi.
f. Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih
besar daripada jika dibandingkan dengan sediaan lain.
g. Emulsi juga memiliki keuntungan biaya yang penting daripada
preparat fase tunggal, sebagian besar lemak dan pelarut-pelarut
untuk lemak yang dimaksudkan untuk pemakaian ke dalam tubuh
manusia relatif memakan biaya, akibatnya pengenceran dengan
suatu pengencer yang aman dan tidak mahal seperti air sangat
diinginkan dari segi ekonomis selama kemanjuran dan
penampilan tidak dirusak.\
Adapun kerugian emulsi :
Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan tehnik
pemprosesan khusus. Untuk menjamin karya tipe ini dan untuk
membuatnya sebagai sediaan yang berguna, emulsi harus memiliki sifat
yang diinginkan dan menimbulkan sedikit mungkin masalah-masalah yang
berhubungan.( Lachman.2008)
Emulsi yang tidak memenuhi persyaratan
1. Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian
mengandung fase dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang
lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok perlahan akan
terdispersi kembali.
2. Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena film
yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak
berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah.
Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :
a. Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH
b. Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan
c. Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi
3. Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o
secara tiba-tiba atau sebaliknya sifatnya irreversible.
Komponen emulsi
A. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus
terdapat di dalam emulsi, terdiri atas :
a. Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran
kecil di dalam zat cair lainnya.
b. Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi
sebagai bahan dasar ( bahan pendukung ) emulsi tersebut.
c. Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi.
Contoh emulgator :
Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM
Tragacanth : Cara Pembuatan air 20 kali bobot
tragacanth
Agar-agar :Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang
digunakan
Condrus : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang
digunakan
CMC-Na : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang
digunakan
Emulgator alam
Kuning telur : Cara Pembuatan emulsi dengan kuning telur
dalam mortir luas dan digerus dnegan stemper kuat-kuat,
setelah itu dimasukkan minyaknya sedikit demi sedikit, lalu
diencerkan dengan air dan disaring dengan kasa.
Adeps lanae
Emulgator mineral
Magnesium Aluminuin Silikat ( Veegum ) : Cara Pembuatan
diapaki 1%
Bentonit : Cara Pembuatan 5% bentonit yang
digunakan
Emulgator buatan/sintesis
Tween : Ester dari sorbitan dengan asam lemak
disamping mengandung ikatan eter dengan oksi etilen,
berikut macam-macam jenis tween :
a. Tween 20 : Polioksi etilen sorbitan monolaurat,
cairan seperti minyak.
b. Tween 40 : Polioksi etilen sorbitan monopalmitat,
cairan seperti minyak.
c. Tween 60 : Polioksi etilen sorbitan monostearat,
semi padat seperti minyak.
d. Tween 80 : Polioksi etilen sorbitan monooleat, cairan
seperti minyak.
Span : Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut jenis
span :
a. Span 20 : Sorbitan monobiurat, cairan
b. Span 40 : Sorbitan monopulmitat, padat seperti
malam
c. Span 60 : Sorbitan monooleat, cair seperti minyak
B. Komponen Tambahan yaitu bahan tambahan yang sering
ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih
baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan pengawet.

Anda mungkin juga menyukai