Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA

ANALISIS JURNAL

Disusun Oleh:

Nama : Rico Satrianto

NPM : 37413614

Kelas :4ID14

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA

TANGERANG

2016
Berdasarkan jurnal Analisa dan Perbaikan Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada PT. Alisons dengan pendekan HAZOP (Hazard and
Operability Study) diketahui perusahan yang di bidang konstruksi ini berdiri sejak
tahun 2010. Perusahaan ini telah menangani 34 proyek dengan 8 proyek berkategori
middle risk, diantaranya
Adanya pekerja yang masih melanggar peraturan K3 yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Adanya pekerja yang tidak memahami kebijakan mengenai keselamatan kerja
yang ditetapkan oleh perusahaan dalam hal penggunaan APD.
Adanya sarana yang sudah disediakan oleh perusahaan tidak pernah
dijaga/dirawat dengan baik oleh pekerja.
Adanya pekerja yang mempunyai keahlian yang tida sesuai dengan kebutuhan
pekerjaannya.
Setelah mengetahui permaslah yang dihadapi PT.Alisons penulis melakukan
penelitian yang bertujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi penerapan K3 yang
ada di PT.Alisons, langkah-langkah yang dilakukan dalam mengevaluasi system
manajemen K3 ini meliputi:
Mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) terkain dengan keselaman dan
kesehatan kerja di PT.Alisons.
Melakukan penilaian penerapan K3 melalui pendekan HAZOP.
Memberikan rekomendasi perbaikan terhadap penerapan K3 dilapangan.
Berdasarkan hasil pengolahan data identifikasi risiko/bahaya dan penentuan
tingkat risiko menggunakan metode HAZOP (Hazard and Operability Study),
didapatkan dari 8 jenis pekerjaan dengan total 23 proses yang diamati terdapat 49
macam sumber hazard yang ditemukan dengan tingkat risiko yang berbeda-beda.
Setelah dilakukan rekapitulasi tingkat risiko dari seluruh proses yang telah
dianalisa, terdapat 9 macam sumber hazard dengan tingkat risiko low risk, 33
macam sumber hazard dengan tingkat risiko moderate risk, 6 macam sumber
hazard dengan tingkat risiko high risk, dan 1 macam sumber hazard dengan
tingkat risiko extreme risk. Titik risiko atau bahaya yang akan menjadi perhatian
adalah sumber hazard yang memiliki tingkat risiko high risk dan extreme risk.
Sumber hazard tersebut antara lain perilaku pekerja pada saat proses perangkaian
struktur atap, perilaku pekerja pada saat proses pengeboran, proses pencampuran
material (semen dan pasir), perilaku pekerja pada saat proses pengecoran, proses
pemilihan material (baja), proses pemilihan material (galvalum), proses pemilihan
material (baja), perilaku pekerja pada saat proses pemasangan genteng, dan
perilaku pekerja pada saat proses pemasangan plavon.
Sesuai dengan data pengolahan yang telah dilakukan, terdapat 6 sumber
hazard yang memiliki tingkat risiko high risk. Sumber hazard tersebut yang
selanjutnya akan dianalisa penyebabnya dan selanjutnya diberikan saran perbaikan
untuk mengurangi risiko kecelakaan yang mungkin dapat terjadi. Berikut adalah
beberapa contoh sumber hazard dengan tingkat risiko high risk beserta analisa
penyebab dan saran perbaikannya:
a) Perilaku Pekerja pada Saat Proses Pengeboran untuk Pekerjaan Pembangunan
Pondasi
Dalam proses ini sering terjadi kecelakaan kerja berupa tersengat listrik, tergores,
mengalami kebisingan, dan terkilir. Hal ini dikarenakan adanya kecerobohan
pekerja di dalam melakukan proses pengeboran dengan tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD), yaitu antara lain berupa helm, sarung tangan, masker,
safety shoes, dan safety glass. Selain itu juga terdapat pekerja yang tidak
memahami prosedur kerja didalam proses pengeboran.
Berikut ini terdapat beberapa standar prosedur kerja terkait dengan K3 di
dalam proses pengeboran antara lain:
Pekerja harus diinformasikan secara jelas tentang prosedur pengeboran
dan penggalian.
Memeriksa stabilitas tanah terlebih dahulu sebeum dilakukan penggalian
Menggunakan pelindung kepala dan kaki pada saat penggalian berlangsung.
Tepi penggalian atau saluran harus dibuat dengan kemiringan tertentu,
biasanya 450.
Tanah hasil galian dan pengeboran tidak diletakkan di tepi galian.
Penggalian di atas 1,2 m harus dipasang percancah bai yang terbuat dari kayu.
Material dan peralatan harus diletakkan berjauhan dari pinggir galian.
Tersedia penerangan yang cukup.
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja, maka diperlukan pengawasan
yang lebih ketat terhadap penerapan standar prosedur proses pengeboran dan
penggunaan APD secara tepat serta tambahan fasilitas keamanan, antara lain:
Pembangunan dinding penahan, perancah, dan tangga kerja.
Pembuatan pagar pengaman di sekitar lokasi pengeboran.
Pembuatan sirkulasi udara dan penerangan yang cukup.
Pemasangan rambu-rambu untuk mencegah orang terjatuh.
Pemasangan papan pengumuman berupa poster standar K3 dan metode.
Melakukan pengecekan pada kelengkapan APD pekerja secara rutin sebelum
pekerjaan dimulai.
Pemberian sangsi (punishment) jika terjadi pelanggaran lebih dari jumlah yang
telah disepakati sebelumnya.
b) Proses Pemilihan Material (Baja) pada proses pemotongan baja untuk pekerjaan
fabrikasi atap Pemilihan baja yang tidak sesuai dengan standar SNI akan
mengakibatkan pada saat digunakan plat penahan kondisi baja akan melengkung
sehingga struktur atap menjadi kurang kuat dan roboh. Berikut merupakan
karakteristik baja yang tidak berstandar SNI:
Ukuran ketebalan tidak memenuhi standar.
Tinggi gelombang tidak memenuhi standar.
Massa per luas barang tidak memenuhi standar.
Tidak terdapat penandaan SNI yang jelas.
Sehingga untuk menghindari risiko kecelakaan terkait dengan penggunaan baja
yang tidak terstandar maka diperlukan inspeksi dini untuk memastikan bahwa baja
memang layak digunakan dan memenuhi standar. Selain itu PT. Alisons juga harus
mengetahui supplier yang memiliki reputasi penyediaan bahan baja yang baik dan
standar.
c) Perilaku Pekerja pada Saat Proses Pemasangan Genteng untuk Pekerjaan
Pemasangan Atap
Proses pemasangan genteng merupakan proses penutupan pada bagian atap
bagian luar suatu bangunan dimana proses ini memiliki tingkat risiko yang sangat
tinggi, dikarenakan pekerjaan dilakukan di ketinggian. Risiko yang dapat terjadi
yaitu terpeleset, terjatuh, dan tertimpa. Hal ini dikarenakan adanya kelalaian
pekerja di dalam melakukan proses pemasangan genteng dengan tidak
menggunakan APD, antara lain berupa helm, harness/safety belt, dan sarung
tangan. Berikut ini merupakan beberapa stadar prosedur kerja terkait dengan K3
di dalam proses pemasangan genteng, antara lain:
Pembuatan scafolding atau tangga, hal ini dimaksudkan untuk memindahkan
genteng dari bawah ke atas.
Pembuatan struktur atap yang tepat, hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pemasangan genteng sehingga menjadi lebih presisi.
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja, maka diperlukan pengawasan
yang lebih ketat terhadap penerapan standar prosedur proses pemasangan genteng dan
penggunaan APD secara tepat dengan cara sebagai berikut:
Pemasangan papan pengumuman berupa poster standar K3 dan metode
terkait dengan instruksi kerja.
Melakukan pengecekan pada kelengkapan APD pekerja antara lain antara
lain berupa helm, harness/safety belt, dan sarung tangan secara rutin sebelum
pekerjaan dimulai.
Pemberian sangsi (punishment) jika terjadi pelanggaran lebih dari jumlah yang
telah disepakati sebelumnya.
Sesuai dengan data pengolahan yang telah dilakukan, terdapat 1 sumber hazard
yang memiliki tingkat risiko extreme risk. Sumber hazard tersebut yang selanjutnya
akan dianalisa penyebabnya dan selanjutnya diberikan saran perbaikan untuk
mengurangi risiko kecelakaan yang mungkin dapat terjadi.
Di dalam pengamatan yang dilakukan di salah satu proyek konstruksi PT. Alisons,
ditemukan adanya pekerja yang melakukan kelalaian yaitu dengan tidak
menggunakan APD standar seperti helm, harness/safety belt, dan sarung tangan. Hal
tersebut dapat menimbulkan risiko yang berbahaya bagi pekerja, antara lain
terpeleset, terjatuh, dan tertimpa pada saat proses perangkaian struktur atap. Untuk
itu perlu dilakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap penerapan standar
prosedur pada proses perangkaian struktur atap serta dilakukan pengawasan dalam
penggunaan APD yang tepat. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja pada saat proses perangkaian struktur
atap:
Pembuatan scafolding atau tangga, hal ini dimaksudkan untuk memindahkan
plavon dari bawah ke atas.
Pemasangan papan pengumuman berupa poster standar K3 dan metode terkait
dengan instruksi kerja.
Melakukan pengecekan pada kelengkapan APD pekerja antara lain helm,
harness/safety belt, dan sarung tangan secara rutin sebelum pekerjaan dimulai.
Pemberian sangsi (punishment) jika terjadi pelanggaran lebih dari jumlah yang
telah disepakati sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai