Bab1 3
Bab1 3
BAB I
PENDAHULUAN
perusahaan. Penelitian Lau dan Sardesai (2012) yang meneliti tentang peran dari
mengukur pada sampel di perusahaan manufaktur besar dan penelitian ini akan
Lau dan Sholihin (2005) ini telah diteliti di Indonesia dan hasilnya adalah
kepada supervisor. Dengan adanya penelitian Lau dan Sholihin (2005) yang
perusahaan dan karena setiap bagian tersebut membutuhkan sumber daya untuk
mencapai tujuan. Fungsi kinerja manajerial adalah untuk mengatur dan menilai
apakah kinerja yang dicapai selama ini telah sesuai dengan tujuan perusahaan
baik maka dapat dipastikan perusahaan tidak dapat mencapai tujuannya. Apabila
kinerja manajerial dalam sebuah perusahaan baik, maka perusahaan akan mampu
mencapai tujuannya. Hal ini disebabkan karena dengan adanya kinerja yang baik
peran dengan optimal sehingga perusahaan akan dapat mencapai tujuannya. Maka
dari itu ada beberapa faktor yang menyebabkan kinerja manajerial tersebut tinggi
bisnis internal, pembelajaran dan bisnis internal ( Kaplan dan Norton 1996).
keadilan organisasi.
3
dan moral dari perilaku manajerial (Cropanzo et al,. 2007). Dalam menilai
Spector, 2001). Penilaian individu terkait alokasi imbalan mengacu pada keadilan
kinerja karyawan. Kepuasan kerja pada dasarnya mengenai rasa bahagia yang
diirasakan setiap karyawan dalam bekerja. Kepuasan kerja adalah sebagai sikap
pada sampel penelitian. Sampel penelitian yang dilakukan oleh Lau dan Sardesai
penelitian bisa di generalisasikan antara manufaktur besar dan kecil yang dapat
sebagai berikut:
a. Apakah terdapat pengaruh positif pengukuran kinerja komprehensif
kepuasan kerja?
c. Apakah terdapat pengaruh positif keadilan organisasi terhadap kinerja
karyawan?
d. Apakah terdapat pengaruh positif pengukuran kinerja komprehensif
karyawan?
Penelitian Lau dan Sardesai (2012): Peran dari keadilan organisasi dalam pilihan sistem
pengukuran kinerja pada perusahaan manufaktur besar (jumlah karyawan lebih dari 100 orang)
6
Bab ini berisikan objek dan lokasi penelitia, poulasi dan sampel,
Bab ini berisikan hasil dan analisis data yang akan menguraikan
telah dikembangkan.
BAB II
LANDASAN TEORI
organisasi banyak memberikan upaya yang cukup dan sumber daya untuk
kinerja dan evaluasi di banyak organisasi yang berat dipengaruhi oleh output dari
(1) apa dapat diukur secara obyektif, (2) apa yang bisa diukur dari segi keuangan
dan (3) hasil keuangan. Ukuran kinerja keuangan yang berasal dari sistem
Oleh karena itu, mereka memberikan sedikit bimbingan kepada karyawan untuk
tindakan masa depan. Kedua, karena mereka dinyatakan dalam istilah moneter,
mereka dapat dengan mudah dikumpulkan dan akuntan sering melakukan agregat
evaluasi karena sulit untuk melacak mereka untuk tindakan tertentu atau karyawan
eksekutif dan paket kompensasi terikat erat kinerja keuangan, manajer mungkin
inovasi dan pertumbuhan, sering tidak memadai ditangkap oleh ukuran keuangan.
pelanggan adalah sumber komponen pendapatan dari tujuan keuangan. Hal ini
organisasi yang masih terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Hasil
berbagai kajian dan tinjauan terhadap konsep dan hasil empiris keadilan
organisasi menunjukkan bahwa konsep ini memainkan peran yang penting dalam
10
tingkat stres yang rendah dan berbagai sikap individu yang lebih baik.
1. Keadilan Distributif
Keadilan distributif mengacu pada persepsi karyawan terhadap keadilan
dengan imbalan dan hasil yang bernilai lainnya yang didistribusikan dalam
aturan, dan menganggap hasil yang relevan adalah adil. Tetapi jika para
dan kebijakan, dan menganggap hasil yang relevan adalah tidak adil.
3. Keadilan Interaksional
Keadilan interaksional adalah interaksi antara sumber alokasi dan orang-
orang yang akan dipengaruhi oleh alokasi keputusan, atau metode yang
11
seluruh persepsi tentang apa yang adil di tempat kerja, yang terdiri atas keadilan
1979). Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan sikap
penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja
termasuk didalamnya masalah upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi
psikologis. Kenyataan ini menunjukkan bahwa orang mau bekerja bukan hanya
mencari dan mendapatkan upah saja (unsur ekonomis) akan tetapi dengan bekerja
sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di
lingkungan kerjanya.
perusahaan dan karena setiap bagian tersebut membutuhkan sumber daya untuk
dan hasil yang diinginkan melalui umpan balik kinerja. Hal ini dapat dilakukan
meningkatkan kinerjanya.
dalam mencapai tujuan dan memenuhi tanggung jawab sosialnya, sebagian besar
dengan baik, maka organisasi akan mampu mencapai sasaran dan tujuan yang
dalam mengantisipasi setiap tantangan dan peluang dalam bekerja. Kinerja juga
kerja yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang telah ditentukan. Kinerja
juga merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang baik kuantitas maupun kualitas
kinerja merupakan prestasi kerja yakni perbandingan antara hasil kerja dengan
kerjanya. Kinerja karyawan dalam hal manajerial adalah kinerja individu anggota
organisasi dalam kegiatan manajemen antara lain : (Mahoney et al, 1963 dalam
Hall, 2004)
pemrograman.
menangani keluhan.
secara kelompok.
bahwa kinerja adalah catatan terhadap hasil produksi dan pekerjaan atau aktivitas
tertentu dalam periode waktu tertentu. Beberapa faktor yang berperan dalam
kinerja antara lain adanya efektivitas keseimbangan antara pekerja dan linkungan
yang berada di dekatnya yang meliputi individu, sumberdaya, kejelasan kerja dan
umpan balik.
keadilan organisasi.
15
pelanggan, pengukuran kinerja seperti ini dinilai obyektif karena hanya diukur
dari segi keuangan. Pengukuran kinerja komprehensif yang diukur dari segi
meningkatkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang perusahaan (Kaplan dan
memberikan karyawan rasa adil dalam tiga komponen, yaitu: keadilan distributif,
yang mereka terima dari organisasi dan perilaku mereka sebagai reaksi dari
berkaitan dengan distribusi hasil yang diterima karyawan (Burney et al., 2009).
bahwa rasio antara input yang mereka berikan (waktu, tenaga, dan keahlian) dan
hasil yang mereka dapatkan sama atau melebihi rasio acuan (Adams, 1965 dalam
dalam pekerjaan dengan imbalan yang diterima, dengan tujuan agar karyawan
perusahaan. Prosedur dianggap adil ketika prosedur tersebut disusun dalam proses
yang konsisten, akurat, bebas dari bias, etis, tidak kaku, dan merepresentasikan
1980 dalam Burney et al., 2009). Adanya penilaian yang konsisten dalam
atasan mereka dalam mengalokasikan level upah, hal ini akan meningkatkan
pengukuran kinerja.
semakin adil.
kerja.
Setiap individu pada umumnya tertarik pada prosedur yang adil dan hasil
yang diperoleh dengan adil. Jika mereka menganggap imbalan, prosedur dan
interaksi antara atasan dan bawahan sebagai hasil yang diperoleh adil, maka
al., 2002) menyatakan bahwa keadilan distributif adalah keadilan yang diterima
anggota organisasi sebagai hasil dari keputusan tertentu, seperti: gaji, reward,
18
jadwal kerja, beban kerja dan tangung jawab lainnya. McFarlin dan Sweeney
prediktor penting bagi perilaku personal karyawan, misalnya kepuasan kerja. Hal
yang sama dikemukakan oleh CohenCarash dan Spector (2001) yang menyatakan
bahwa keadilan distributif merupakan prediktor yang paling kuat bagi kepuasan
sebuah instansi pemerintah di India oleh Aryee et al., (2002); karyawan bank
MBA (Pillai,1999).
cenderung untuk membiarkan orang mendapatkan apa yang mereka inginkan dan
akan membuat mereka lebih bahagia. Menurut McFarlin dan Sweeney (1992),
ketika manajer menerapkan aturan yang konsisten untuk semua karyawan dan
peneliti, misalnya Aryee et al., (2002); Lam et al., (2002); Lowe & Vodanovich
(1995); Moorman (1991); Moorman et al., (1993); McFarlin & Sweeney (1992);
19
Kualitas perlakuan yang diterima bawahan dari interaksi sosial yang terjadi
dan tidak terhadap organisasi secara keseluruhan. Fong & Shaffer (2001); Lamertz
karyawan.
20
kepentingan yang berbeda, tujuan, dan akses ke informasi individu pada tingkat
yang berbeda, hal ini menyebabkan adanya keyakinan yang berbeda tentang apa
yang menjadi adil. Banyak riset yang kemudian menguji keadilan organisasi
Carash dan Spector, 2001). Colquitt (2001) mengkaitkan keadilan dalam tiga hal
dibayarkan oleh perusahaan pada karyawan atas usaha yang mereka berikan
kinerja merupakan prestasi kerja yakni perbandingan antara hasil kerja dengan
standar yang ditetapkan. Burney et al. (2009) juga menemukan bahwa ketika
karyawan merasa bahwa mereka bekerja dalam lingkungan yang adil, mereka
akan bekerja pada level yang lebih tinggi. Beberapa penelitian sebelumnya
pada organisasi, dan kinerja karyawan. Penelitian oleh Aryee et al. (2002)
dengan kepercayaan sebagai variabel mediasi. Dengan adanya rasa adil yang
disimpulkan:
kepuasan kerja.
tindakan dan hasil (Young dan OByrne, 2001). Karyawan yang dievaluasi dengan
tidak hanya berfokus pada satu atau beberapa aspek bisnis, melainkan mengambil
22
pandangan yang lebih luas lagi tentang komponen yang ada diluar aspek bisnis.
Ukuran kinerja dari belanaced scorecard dianggap lebih adil dan memiliki tinggat
mencakup semua aspek penting dari bisnis. Dengan adanya empat perspektif dari
antara aspek penting dari bisnis sehingga dapat membantu perusahaan dalam
disimpulkan:
antara kepuasan kerja karyawan dan kinerja karyawan (Hakim, Bono, &
kepuasan kerja, mereka akan termotivasi untuk melakukan yang lebih baik karena
mereka siap untuk menerima peran yang lebih kompleks dan menantang karena
yang tinggi lebih termotivasi untuk melakukan pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
yang positif cenderung memiliki pandangan yang lebih baik dan meningkatnya
kepercayaan diri dalam diri mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
karyawan yang tinggi merupakan salah satu konsekuensi dari kepuasan kerja
disimpulkan:
baik.
penelitian ini:
(1996) yang dibagi menjadi tiga item, yaitu diukur dari perpektif
Likert dengan skala 7 point dari Sangat Tidak Penting (point 1) sampai
menggunakan Skala Likert dengan skala 7 point dari Sangat Tidak Setuju
(point 1) sampai dengan Sangat Setuju (point 7). Semakin tinggi skor
maupun tidak puas yang dihadapi oleh karyawan dalam bekerja selama ini.
point dari Sangat Tidak Setuju (point 1) sampai dengan Sangat Setuju
puas bekerja.
4. Kinerja karyawan
25
menggunakan Skala Likert dengan skala 7 point dari Sangat Rendah (point
BAB III
METODE PENELETIAN
Dalam penelitian ini, objek penelitian adalah para manajer yang bekerja di
perusahaan manufaktur yang ada di kota Semarang dan telah terdaftar di Badan
sedang dan besar yang ada di kota Semarang yang berjumlah 278 perusahaan dan
perusahaan manufaktur dengan skala besar dan sedang di Semarang. Penelitian ini
atas 100 orang dan dibawah 100 orang). Alasannya karena manager
kinerja.
manufaktur skala besar dengan tenaga kerja diatas 100 orang (Biro pusat
Statistik, 2014).
Jenis data pada penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data
yang diperoleh langsung dari sumbernya tanpa perantara. Sumber datanya adalah
kecermatan suatu instrumen atau alat ukur dalam mengukur konsep yang
seharusnya diukur (Ghozali, 2005). Uji validitas akan dilakukan dengan bantuan
test. Uji validitas ini dapat digunakan ketika memiliki KMO > 0,5 dan Burtletts
test yang signifikan. Jika kedua asumsi telah terpenuhi maka kemudian dapat
pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Uji reliabilitas akan dilakukan dengan menghitung Cronbach Alpha dari masing-
masing instrumen dalam suatu variabel. Instrumen yang dipakai dalam variabel
tersebut dikatakan handal (reliable) apabila memiliki Cronbach Alpha lebih dari
kepuasan kerja.
Ha2: Terdapat pengaruh positif keadilan organisasi terhadap kepuasan
kerja.
Ho3: Tidak terdapat pengaruh keadilan organisasi terhadap kinerja
karyawan.
Ha3: Terdapat pengaruh keadilan organisasi terhadap kinerja karyawan.
29
kepuasan kerja.
Ha4: Terdapat pengaruh pengukuran kinerja komprehensif terhadap
kepuasan kerja.
Ho5: Tidak terdapat pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
Ha5: Terdapat pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
tertentu. Terdapat tiga jenis ukuran goodness of fit yaitu (1) absolute fit measure,
(2) incremental fit measures dan (3) parsimonious fit measure. Penelitian ini akan
menggunakan ukuran yang pertama (1) yakni absolute fit measure karena
absolute fit measure dapat mengukur model fit secara keseluruhan baik model
struktural maupun model pengukuran secara bersama (Ghozali, 2005: 23). Untuk
sebesar 95% yang artinya peneliti menggunakan tingkat error yang dapat
perhitungan nilai statistik, sebagai program komputer yang akan membantu dalam
estimate serta nilai P < 0.10, kedua syarat ini ditunjukkan pada tabel Regression
Weights dalam Amos Text Output. Sedangkan untuk interpretasi dan modifikasi
penjelasan teoritis atau goodness of fit. Modifikasi dari model awal harus