Anda di halaman 1dari 6

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.

1 April 2009 ISSN : 1907-9931

TINGKAT KETAHANAN KESEGARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)


MENGGUNAKAN ASAP CAIR

Riyantono1
Indah Wahyuni Abida2
Akhmad Farid2
1
Alumni Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
2
Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
.
ABSTRAK
Salah satu potensi hayati sumber perikanan yang ada di wilayah perairan Indonesia adalah ikan mas.
Permasalahan yang sering dihadapi pada saat pasca panen ikan mas adalah banyaknya tingkat kerusakan
(pembusukan ikan) karena kurangnya tingkat pemahaman tentang kualitas ikan. Asap cair (Bio-Awet)
merupakan produk penemuan yang digunakan sebagai pengganti formalin, borak, H2O2 Antisept, dan lain
sebagainya yang selama ini masih banyak digunakan masyarakat. Dari hasil pengamatan dengan uji
organoleptik dapat dilihat bahwa ikan mas menggunakan asap cair bertahan hingga jam ke-28, Sedangkan
ikan mas tanpa menggunakan asap cair hanya bertahan sampai jam ke-20. Lama waktu berlangsungnya proses
prorigor motis adalah kurang dari 1jam. Fase rigor motis ikan mas tanpa menggunakan asap cair hanya jam
ke-8, sedangkan ikan mas menggunakan asap cair bertahan hingga ke-16. Untuk ikan mas tanpa
menggunakan asap cair fase autolisis dimulai jam ke-12, sedangkan fase autolisis pada ikan mas dengan
menggunakan asap cair dimulai diatas jam ke 16. Perbedaan lamanya waktu fase penurunan mutu ikan mas
tanpa menggunakan asap cair dengan ikan mas menggunakan asap cair, karena adannya kandungan karbonil,
fenol, asam pada kandungan asap cair yang berperan sebagai antioksidan sehingga dapat memperpanjang
masa simpan produk asapan atau pun ikan.

Kata Kunci : Asap cair, Ikan Mas dan Tingkat Kesegaran ikan.

PENDAHULUAN ikan) karena kurangnya tingkat pemahaman


tentang kualitas ikan. Seperti kita ketahui,
Salah satu potensi hayati sumber ikan merupakan bahan pangan yang mudah
perikanan yang ada di wilayah perairan rusak (membusuk). Hanya dalam waktu
Indonesia adalah ikan mas yang masuk ke sekitar 8 jam sejak ikan ditangkap dan
dalam filum Pisces, genus Cyprinus. Ikan didaratkan sudah akan timbul proses
mas merupakan salah satu ikan air tawar perubahan yang mengarah pada kerusakan.
yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan Pengolahan merupakan salah satu cara
mudah untuk dibudidayakan. Ikan mas untuk mempertahankan ikan dari proses
dapat ditemukan disetiap daerah seperti pembusukan, sehingga mampu disimpan
pulau Jawa, pulau Sumatera dan lama sampai tiba waktunya untuk dijadikan
Kalimantan. sebagai bahan konsumsi. Usaha dalam
Permasalahan yang sering dihadapi melaksanakan pengolahan dapat dilakukan
pada saat pasca panen ikan mas adalah beberapa cara. Misalnya, ikan yang baru
banyaknya tingkat kerusakan (pembusukan ditangkap dapat dipertahankan
66
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

kesegarannya dengan cara didinginkan atau konsentrasi 10% ( perbandingan setara


dibekukan, atau dapat pula diolah menjadi konsentrasi asap cair dengan air) dan Ikan
produk setengah jadi seperti dalam mas segar sebanyak 3 ekor dengan berat
pembuatan ikan pindang dan sebagainya. 80 gram dengan sekitar panjang 15 cm.
Kadang kalanya untuk menjaga kesegaran Metode penentuan kesegaran ikan yang
ikan agar terlihat segar dan memiliki nilai digunakan pada Penelitian ini adalah
jual tinggi, masyarakat atau pedagang dengan menggunakan metode penentuan
memperlakukan ikan tidak sesuai dengan ikan secara fisik. Metode ini lebih banyak
standart kesehatan yaitu dengan kearah visual. Sebagai parameter dalam
menggunakan Formalin, Borak, H2O2, pengujian sensorik/ organoleptik berupa
Antisept, dan lain sebagainya penampakan warna, cita rasa, kelenturan
Akan tetapi, pada saat sekarang ini dan tekstur. Secara fisika kesegaran dapat
telah ditemukan produk yang aman terhadap ditentukan dengan mengamati tanda-tanda
produk perikanan yaitu asap cair. Asap cair visual melalui lembar penilaian ikan segar
(Bio-Awet) merupakan produk penemuan (Addawiyah, 1997).
yang digunakan sebagai pengganti formalin, Penelitian ini akan dibagi dalam tiga
borak, H2O2 Antisept, dan lain sebagainya bagian kelompok, yaitu :
yang selama ini masih banyak digunakan 1. Pembuatan larutan asap cair dengan
masyarakat. Asap cair mengandung konsentrasi 10%.
kelompok fenol alami 0,11%, karbonil 2. Perlakuan perendaman ikan mas
alami 0,038% dan kelompok asam alami kedalam asap cair dengan konsentrasi
yang secara simultan mempunyai aktiftas 10% selama 3 menit dan ditiriskan.
antioksiadan dan anti mikroba 3. Uji karakteristik mutu dan evaluasi
(Darmaji,1997). keberhasilan dengan uji organoleptik
Asap cair memiliki bentuk cair dengan dan kuisioner.
tingkat konsentrasi tertentu. Perbedaan
tingkat konsentrasi pada larutan akan HASIL DAN PEMBAHASAN
mempengaruhi kekentalan asap cair,
sehingga berpengaruh juga pada bahan yang Hasil Uji Organoleptik
akan diberi perlakuan dengan menggunakan Penilaian organoleptik yang dilakukan
asap cair. Penelitian ini mempunyai tujuan terhadap ikan mas segar pada perlakuan
yaitu untuk mengetahui tingkat ketahanan dengan dan tanpa menggunakan asap cair
kesegaran ikan dalam penggunaan asap cair meliputi penilaian terhadap rupa, rasa dan
terhadap mutu ikan mas setelah mati bau yang dilakukan oleh 10 orang panelis
dibandingkan dengan tanpa penggunaan agak terlatih. Panelis memberikan nilai
asap cair. organoleptik yang semakin rendah dengan
semakin lamanya waktu penyimpanan
METODE PENELITIAN untuk semua perlakuan. Namun demikian,
hingga jam ke-12, nilai organoleptik ikan
Penelitian akan ini dilaksanakan pada segar dengan menggunakan asap cair masih
bulan September 2008 di Laboratorium menunjukkan kesegaran ikan yang masih
Dasar Universitas Trunojoyo Bangkalan. dapat diterima konsumen. Batas penerimaan
Bahan utama yang digunakan dalam pada pengujian organoleptik adalah 5 dari
Penelitian ini adalah Asap cair dengan skala hedonic 9 (Kartika et al., 1988).
68
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

Penurunan nilai organoleptik selama Proses Perubahan Setelah Ikan Mati


penyimpanan disebabkan karena terjadinya Proses perubahan pada tubuh ikan
perubahan-perubahan kimia dan terjadi karena adanya aktifitas enzim,
mikrobiologi pada ikan tersebut. Perubahan mikroorganisme dan kimiawi. Penurunan
atau penguraian lemak dapat mempengaruhi tingkat kesegaran mutu ikan ini terlihat
bau dan rasa suatu bahan makanan, dengan adanya perubahan fisik, kimia dan
sehingga kerusakan lemak dapat organoleptik ikan. Setelah ikan mati, proses
menurunkan nilai gizi serta menyebabkan perubahan fisik, kimia dan organoleptik
penyimpangan rasa dan bau. Menurut berlangsung dengan cepat yang akhirnya
Fardiaz (1992), mikroorganisme memiliki mengarah ke pembusukan.
berbagai enzim yang dapat memecah Hasil pengamatan organoleptik ini
komponen-komponen makanan menjadi terlihat bahwa ikan mas dengan
senyawa sederhana yang mengakibatkan menggunakan asap cair dapat bertahan
perubahan-perubahan sifat makanan, seperti sampai jam ke-16. Pada saat diatas jam ke-
warna, bau, rasa dan tekstur. 16 seterusnya sudah dapat dideteksi adanya
Warna ikan mas dengan menggunakan kemunduran mutu atau pembusukan yaitu
asap cair yang dihasilkan adalah warna daging sudah nampak kusam dan pucat,
kuning kecoklatan. Warna kuning berbau busuk, mata cekung dan insang
kecoklatan tersebut dihasilkan dari karbonil berwarna kecoklatan. Sedangkan ikan mas
yang bereaksi dengan protein dan segar tanpa menggunakan asap cair hanya
membentuk pewarnaan coklat dan fenolat dapat bertahan sampai jam ke-12. Urutan
yang merupakan pembentuk utama aroma proses perubahan yang terjadi pada ikan
dan menunjukan aktivitas antioksidan. Hasil setelah mati meliputi perubahan prarigor
analisis organoleptik menunjukkan bahwa motis (Hyperaemia), rigor motis, aktivitas
waktu penyimpanan selama 12 jam pada enzim (autolisis), dan aktivitas mikroba
suhu ruang (250C) memberikan pengaruh (Moeljanto, 1982).
yang nyata terhadap penilaian panelis Perbedaan waktu pembusukan ikan
pada warna ikan mas dengan pada sampel dikarenakan adanya perlakuan
menggunakan asap cair. terhadap ikan mas dengan menggunakan
Hasil uji organoleptik terhadap asap cair setelah ikan mati. Dengan adanya
warna, bau dan tekstur menunjukkan bahwa perlakuan setelah ikan mati akan dapat
ikan mas dengan menggunakan asap cair menambah kekuatan penyangga pada tubuh
yang disimpan 0 jam memiliki nilai rata- ikan, sehingga senyawa enzim dalam tubuh
rata yang tertinggi yaitu 9.0, demikian ikan dapat terkontrol dan aktifitas mikroba
ikan mas dengan menggunakan asap cair dapat terkontrol.
yang paling disukai panelis adalah yang
disimpan 0 jam, hal ini diduga sampel yang A. Prarigor motis (Hyperaemia)
telah disimpan selama 12 jam telah Perubahan prorigor motis merupakan
mengalami perubahan dari warna yang fase ikan setelah mati. Aliran oksigen
seharusnya sehingga panelis lebih didalam jaringan peredaran darah karena
menyukai warna ikan mas dengan aktivitas jantung dan kontrol otak terhenti.
menggunakan asap cair yang disimpan 0 Sehingga lendir dari kelenjar dibawah
jam. permukaan kulit terlepas. Fase ini ialah fase
yang pertama kali dialami ikan ketika
69
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

pertama kali ikan mati. Pada fase ini sifat mempertahankan kekenyalannya.
dari ikan masih menyerupai ikan Waktu yang diperlukan ikan untuk
hidup/masih bersifat segar. masuk dan melewati fase rigor motis ini
Ciri-ciri dari ikan segar itu sendiri berbeda-beda. Hasil pengamatan
yakni bola mata yang menonjol, warna bola organoleptik pada lampiran 3 terlihat bahwa
mata cerah dan bening, insang berwarna ikan mas menggunakan asap cair bertahan
merah cemerlang, tekstur daging elastis, hingga jam ke-16. Sedangkan ikan mas
sedikit lendir pada tubuh ikan, serta baunya tanpa menggunakan asap cair hanya
spesifik jenis. Lama waktu berlangsungnya bertahan sampai jam ke-12. Hal ini
proses ini adalah kurang dari 1jam. dikarenakan asap cair mengandung senyawa
Perubahan ini ditandai dengan peristiwa fenol dan formaldehide dengan gugus
terlepasnya lendir dari kelenjar dibawah amino yang terdapat pada ikan yang
permukaan kulit. Perbedaan fisik ikan mas berperan sebagai anti oksidan sehingga
yang menggunakan asap cair dengan ikan dapat memperpanjang masa simpan produk
mas tanpa asap cair dapat dilihat dari bau asapan atau pun ikan.
dan warna. Ikan mas dengan menggunakan Ikan mas dengan perlakuan asap cair
asap cair memiliki bau sedikit asap dan mengalami penyerapan terhadap zat-zat
memiliki warna agak kecoklatan. Hal ini aldehid fenol maupun asam organik.
dikarenakan adannya senyawa karbonil Senyawa phenol merupakan senyawa
didalam asap cair. aromatik dengan satu atau beberapa gugus
Menurut Darmaji (1997) untuk hidroksil yang terikat secara langsung pada
perubahan warna tampilan ikan dari warna cincin benzena (C6H5OH). Senyawa ini
asli menjadi kekuning kuningan dan bau mudah mengalami oksidasi sehingga dapat
seperti asap adalah disebabkan oleh bereaksi dan membentuk senyawa alkhol
kelompok karbonil yang terdapat pada yang dapat menghambat pertumbuhan
kayu. Kelompok karbonil dari senyawa gula bakteri. Senyawa-senyawa fenol yang
dan kabohidrat bereaksi dengan asam-asam terdapat dalam asap kayu umumnya
amino pada protein, sehingga menghasilkan hidrokarbon aromatik yang tersusun dari
warna colat. Senyawa fenol dan oksigen cincin benzena dengan sejumlah gugus
yang terdapat dalam sebuah substrat atau hidroksil yang terikat (Fessenden dan
bahan akan mengakibatkan proses Fessenden, 1992).
pencoklatan. Fase rigor motis dimulai setelah ikan
mati hingga mulai busuk. Ciri dari fase ini
B. Rigor motis adalah tekstur ikan yang utuh hingga mulai
Perubahan rigor motis merupakan lunak, bau spesifik ikan sampai mulai
akibat dari suatu rangkaian perubahan kimia berbau amoniak, mata yang masih cembung
yang kompleks di dalam otot ikan sesudah hingga mulai cekung.
kematiannya. Setelah ikan mati, sirkulasi Perubahan tekstur ikan dan bau tersebut
darah terhenti dan suplai oksigen berkurang disebabkan pada fase ini pH ikan menurun
sehingga terjadi perubahan glikogen menjadi 6,2 6,5 dari pH sebelumnya 6,9
menjadi asam laktat. Sehingga pH tubuh 7,2. Tinggi rendahnya pH ikan tergantung
ikan menurun, diikuti pula dengan dari kekuatan penyangga (buffering power)
penurunan jumlah Adenosin TriPhosfat pada daging ikan. Setelah fase rigormotis
(ATP) serta ketidakmampuan jaringan otot mulai berakhir maka pH ikan akan naik
70
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

perlahan hingga menjadi basa. Hal ini dibuat perlakuan pada ikan adalah tingginya
dikarena adanya penguraian senyawa dalam daya tahan ikan sehingga awet dalam
tubuh ikan akibat menurunya kekuatan penyimpanan akibat adanya senyawa
penyangga. Selain itu kelenturan pada karbonil dan fenol. Karbonil dan fenol
tekstur ikan dikarenakan terputusnya bersifat anti oksidan yang dapat berperan
jaringan pengikat daging dan dinding selnya sebagai donor hidrogen dan efektif untuk
banyak yang rusak. Perubahan warna insang menghambat oksidasi lemak. Sedangkan
menjadi kecoklatan disebabkan oleh ikan mas tanpa menggunakan asap cair
terhentinya peredaran darah dan suplai lebih cepat karena aktivitas enzim
oksigen dari insang, sehingga terjadi reaksi berlangsung cepat akibat kekuatan
reduksi oksidasi. penyangga sangat cepat kehilangan
kekuatannya.
C. Proses perubahan karena aktivitas
enzim (Autolisis) D. Perubahan karena aktivitas mikroba
Autolisis adalah proses penguraian Fase pembusukan berikutnya ialah
organ-organ tubuh ikan oleh enzim-enzim perubahan yang disebabkan oleh aktivitas
yang terdapat didalam tubuh ikan sendiri. mikroorganisme, terutama bakteri. Dalam
Proses ini biasanya terjadi berlangsung keadaan hidup bakteri tidak bisa memasuki
setelah ikan melewati fase rigor motis. organ-organ penting tubuh ikan. Hal ini
Setelah ikan mati, enzim masih mempunyai disebabkan organ-organ penting tubuh ikan
kemampuan untuk bekerja secara aktif. tersebut mempunyai batas pencegah
Namun, sistem kerja enzim menjadi tidak terhadap penyerangan bakteri. Setelah ikan
terkontrol karena organ pengontrol tidak mati, kemampuan bertahan terhadap bakteri
berfungsi lagi. Akibatnya, enzim dapat tadi hilang sehingga bakteri segera masuk
merusak organ tubuh ikan lainnya, seperti organ-organ penting tubuh ikan melalui
dinding usus, otot daging dan insang. insang, kulit dan saluran pencernaan.
Ciri yang terjadi perubahan secara Akibat serangan bakteri, ikan
autolisis ini adalah dengan dihasilkannya menggalami berbagai perubahan yaitu
amoniak sebagai hasil akhir. Penguraian lendir menjadi pekat, bergetah, amis, mata
proteiidrogen dan lemak dalam autolisis terbenam dan pudar sinarnya, serta insang
menyebabkan perubahan rasa, tekstur, dan berubah warna dengan susunan tidak teratur
penampilan ikan. Dari hasil pengamatan dan bau menusuk. Hasil pengamatan
terlihat bahwa ikan mas tanpa menggunakan organoleptik terlihat bahwa tingkat
asap cair, fase autolisis dimulai jam ke-12 kesegaran ikan mas dengan menggunakan
warna insang agak kusam, dengan sedikit asap cair jauh lebih lama hingga jam ke-28
lendir, Bola mata agak cekung, daging dari pada ikan mas segar tanpa
Lunak, bekas jari terlihat bila ditekan dan menggunakan asap cair yang hanya tahan
daging mudah disobek serta bau amoniak sampai jam ke-20. Hal tersebut dikarenakan
mulai tercium. adanya perlakuaan pengawetan dengan
Fase autolisis pada ikan mas dengan mengunakan asap cair yang memiliki
menggunakan asap cair dimulai jam ke-20. kandungan fenol, karbonil pada saat fase
Waktu memasuki fase ini lebih lambat dari prorigormotis.
ikan mas tanpa menggunakan asap cair.
Salah satu sifat penting dari asap cair yang
71
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

KESIMPULAN Darmaji P., 1997. Kemampuan


Penghambatan Asap Cair.
Dari hasil pengamatan dengan uji
organoleptik dapat dilihat bahwa ikan mas Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S. 1992
menggunakan asap cair bertahan hingga jam Kimia Organik, Jilid II. Jakarta.
ke-28, Sedangkan ikan mas tanpa Penerbit Erlangga.
menggunakan asap cair hanya bertahan
sampai jam ke-20. Lama waktu Junianto. 1996. Pengaruh Penambahan
berlangsungnya proses prorigor motis Garam Pada Es dan Jenis
adalah kurang dari 1jam. Fase rigor motis Kemasan Terhadap Karakteristik
ikan mas tanpa dan dengan menggunakan Kesegaran Ikan Kembung
asap cair masing-masing pada jam ke-8 dan (Restrellingger sp) Yang Tidak
ke-16. Untuk fase autolisis masing-masing Habis Terjual Selama
dimulai jam ke-12 dan diatas jam ke 16. Penyimpanan, Tesis Pasca sarjana
Unpad. Bandung.
Saran
Asap Cair dapat digunakan sebagai ------------, 2003. Teknik Penanganan
alternatif pengganti formalin dan borak Ikan. Jakarta. PT Penebar Swadaya
serta perlu diteliti lebih lanjut tentang
pemanfaatan pada jenis ikan laut. Kartika, B., Hastuti P dan Supartono W,
1988. Pedoman Uji Indrawi
Bahan dan Pangan. Proyek
DAFTAR PUSTAKA
Peningkatan Pengembangan
Adawyah R., 2007. Pengolahan dan Perguruan Tinggi, Universitas
Pengawetan Ikan. Bandung. Bumi Gajah Mada, Yogyakarta.
Aksara.
Moeljanto, R. 1982. Penanganan Ikan
Afrianto, A dan Liviawaty E., 1989. Segar. Jakarta. PT Penebar
Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Swadaya.
Yogyakarta. Penerbit Kanisius
Saleh, M, 1979. Studi Kemunduran Mutu
Annonymous, 2006. Aplikasi Asap Cair Daging Ikan Cucut Segar Pada
BioShell pada berbagai makanan. Berbagai Kondisi Penyimpanan,
Yogyakarta. Coconut Center Jurnal Penelitian Lembaga
Penelitian Tehnologi Perikanan.
Jakarta. Lembaga Penelitian
Tehnologi Perikanan Departemen

72

Anda mungkin juga menyukai