) 77
ABSTRAK
Penggunaan obat yang tidak tepat (PIMs) pada geriatri merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius karena secara intrinsik terkait dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, dan
biaya kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jumlah obat yang
diresepkan, dan durasi rawat inap dengan penggunaan PIMs pada pasien geriatri rawat inap
osteoarthritis (OA) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian
analitik observasional dengan studi cross- sectional. Beers Criteria 2012 digunakan untuk
mengidentifikasi penggunaan PIMs pada pasien geriatri rawat inap osteoarthritis. Analisis regresi
logistik digunakan untuk mengetahui hubungan jumlah obat yang diresepkan dan durasi rawat inap
dengan penggunaan PIMs. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 (38,9%) dari total 18 pasien geriatri
rawat inap OA teridentifikasi menggunakan PIMs dan dan semua pasien hanya menerima satu PIM.
PIMs yang paling umum digunakan adalah estazolam (11,1%) dan metoklopramid (11,1%). Pada
penelitian ini, polifarmasi adalah faktor prediktor utama penggunaan PIMs (p=0,049).
ABSTRACT
Potentially inappropriate medications (PIMs) use among elderly is a serious public health
problem because it is intrinsically linked to increased morbidity, mortality, and healthcare costs. This
study aims to determine the association between number of drug prescribed, duration of hospital stay
and PIMs use among elderly hospitalized patients at PKU Muhammadiyah Yogyakarta General
Hospital. This study was analytic observational with cross-sectional study. Beers criteria 2012 were
used to identify PIMs use among elderly hospitalized patients with osteoarthritis. Logistic regression
analysis were used to determine association between number drugs of prescribed, duration of hospital
stay and PIMs use. The results showed that 7 (38.9%) out of 18 hospitalized elderly patients were
identified PIMs use and all of patients received atleast one PIM. The most common agents involved in
PIMs were estazolam (11.1%), and metoclopramide (11.1%). Polypharmacy is a major predictor factor
of PIMs use in this study.
METODE PENELITIAN yang masuk kriteria inklusi dan eksklusi. Dari total
18 kunjungan pasien, se
Alat Penelitian
muanya memenuhi kriteria inklusi dan
Alat yang digunakan untuk penelitian eksklusi. Penelitian ini adalah penelitian analitik
berupa rekam medik pasien, form observasional yang hanya menggunakan data
pengambilan data, dan daftar Beers criteria sekunder (rekam medik pasien) atau tidak ada
2012. intervensi dengan pasien sehingga tidak dilakukan
proses informed consent.
Bahan Penelitian
3. Definisi operasional variabel penelitian
Bahan yang digunakan dalam
penelitian adalah data dari rekam medik a. Jumlah obat yang diresepkan adalah
pasien geriatri yang berusia 65 tahun atau banyaknya obat yang diterima dan
lebih (data sekunder) yang mencakup nama digunakan oleh pasien geriatri selama rawat
pasien, umur, jenis kelamin, jaminan, lama inap di rumah sakit akibat penyakit tertentu.
rawat inap, tanggal masuk dan keluar rumah
sakit, diagnosis, dan jumlah peresepan. Jumlah obat yang diterima pasien dibagi
menjadi 2 interval kelas (<10, dan 10
Jalannya Penelitian macam). Satuan banyaknya obat yang
diresepkan adalah macam.
1. Rancangan penelitian
b. Durasi rawat inap adalah lamanya waktu
Penelitian ini adalah penelitian yang dibutuhkan pasien selama
analitik observasional dengan studi cross- mendapatkan terapi oleh tenaga kesehatan
sectional. Pengambilan data secara profesional akibat penyakit tertentu, dimana
retrospektif dengan mengambil data rekam pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah
medik pasien geriatri rawat inap dari tahun sakit.
2011-2014 yang di diagnosa oleh dokter Lama rawat inap pasien dibagi menjadi 2
menderita OA di RS PKU Muhammadiyah interval kelas (<7, 7 hari). Satuan lamanya
Yogyakarta. Penelitian ini telah mendapatkan rawat inap adalah hari.
persetujuan dari komite etik penelitian
Universitas Ahmad Dahlan dengan nomor c. Potentially inappropriate medications
registrasi EA/011501003 tanggal 01/02/15. (PIMs) adalah obat-obat yang harus
dihindari atau dapat digunakan dengan hati-
2. Pengambilan sampel hati pada pasien geriatri yang berusia >65
tahun.
Pengambilan sampel dilakukan Prevalensi kejadian PIMs diperoleh
dengan metode purposive sampling, dimana berdasarkan perbandingan antara jumlah
pemilihan sampel ditentukan berdasarkan ciri- pasien yang teridentifikasi PIMs (n=7)
ciri spesifik dan karakteristik tertentu dari dengan total sampel penelitian (n=18) dalam
sampel yang dianggap mewakili satuan persen (%). Kejadian PIMs
populasi.Sebanyak 18 data kunjungan pasien diidentifikasi menggunakan Beers Criteria
geriatri yang berusia 65 tahun dengan 2012.
diagnosis OA diperoleh melalui penelusuran
komputer menggunakan nomor ICD OA 4. Analisis data
(M19.9).
Data dianalisis menggunakan SPSS versi
Data tersebut adalah data total
kunjungan pasien selama periode tahun 2011- 20.0. Hubungan variabel bebas (jumlah obat yang
2014. Selanjutnya, data kunjungan tersebut diresepkan, dan durasi rawat inap) dengan variabel
digunakan untuk menyeleksi pasien geriatri terikat (penggunaan PIMs) diidentifikasi
80 Pharmaiana, Vol. 5, No. 1, 2015: 77-84
menggunakan analisis bivariat (Fishers Exact acting) dapat meningkatkan risiko gangguan
Test). Nilai p<0,05 dianggap signifikan secara kognitif, delirium, jatuh, fraktur, dan kecelakaan
statistik. bermotor pada geriatri. Selain itu, geriatri sensitif
terhadap benzodiazepin dan cenderung memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN metabolisme yang lambat terhadap golongan
benzodiazepin aksi panjang sehingga
1. Prevalensi potentially inappropriate meningkatkan risiko efek sampingnya.
medications
Pada beberapa kasus yang berhubungan
Sebanyak 18 pasien geriatri rawat inap dengan gangguan tidur pasien, terapi non
yang memenuhi kriteria inklusi diikutkan pada farmakologi (sleep hygiene) direkomendasikan
penelitian ini. Tabel I menggambarkan secara
untuk mengatasi problem medik pasien
terperinci demografi sampel penelitian. Hasil
identifikasi PIMs menggunakan Beers criteria tersebut, bila terapi non farmakologi ini tidak
2012 diperoleh bahwa dari total 18 pasien geriatri efektif, maka terapi farmakologi menjadi pilihan.
rawat inap dengan diagnosis OA, sebanyak 7 Beberapa obat alternatif yang aman dan efektif
(38.9%) pasien menggunakan PIMs. bisa digunakan diantaranya adalah zolpidem (5
mg/hari), trazodon, mirtazapin dan doksepin
2. Jenis potentially inappropriate (dosis rendah).
medications
Bila obat alternatif tersebut tidak tersedia
Estazolam (11.1%), dan metoklopramid
di rumah sakit, maka perlu dilakukan penurunan
(11,1%), adalah PIMs yang paling umum
digunakan untuk kategori obat-obat yang harus dosis obat benzodiazepin hingga 1/2 dari dosis
dihindari secara umum pada pasien geriatri lazim, selanjunya ditappering dan dihentikan.
(Tabel II). Penggunaan PIMs untuk kategori Selama penggunaan obat benzodiazepin, harus
obat-obat yang harus dihindari pasien geriatri dilakukan monitoring efek samping obat (fungsi
dengan penyakit atau sindrom tertentu, dan obat- kognitif, kewaspadaan, riwayat jatuh, ataxia)
obat yang digunakan dengan hati-hati pada serta durasi terapi diperpendek (Holt, 2010).
pasien geriatri, tidak ditemukan pada penelitian
ini. Dari total 18 pasien geriatri rawat inap Food and Drug Association (2007),
dengan OA, sebanyak 7 (38.9%) pasien melaporkan bahwa penggunaan metoklopramid
menerima 1 macam PIM (Tabel III). American
sebagai antiemetik pada geriatri berisiko
Geriatrics Society (2012), menjelaskan bahwa
semua jenis benzodiazepin (short dan long menyebabkan efek ekstrapiramidal
Penggunaan Potentially Inappropriate Medications ... (Andi Namirah Muh. Syuaib AS, dkk.) 81
Tabel II. Frekuensi penggunaan PIMs (Beers criteria 2012) pada 18 pasien geriatri rawat inap
OA di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Kategori PIMs Frekuensi (N) %
Obat-obat yang dihindari secara umum pada geriatri
(Independent of diagnosis)
Antikolinergik
Antiparkinson
Triheksifenidil 1 5,6
Anxiolitik (Benzodiazepin)
Short dan Intermediate acting
Alprazolam 1 5,6
Estazolam 2 11,1
Long acting
Diazepam 1 5,6
Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Antipsikotik
Haloperidol 1 5,6
Gastrointestinal (GI)
Metoklopramid 2 11,1
Obat-obat melebihi dosis yang direkomendasikan
Digoxin >0,125 mg/hari 1 5,6
Doxepin >6 mg/hari 1 5,6
Spironolakton >25 mg/hari 1 5,6
Tabel III. Presentasi PIMs (macam PIMs) pada 18 pasien geriatri rawat inap OA di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
Macam PIMs (Beers criteria 2012) Jumlah pasien (n) % PIMs
a. 1 macam 7 38,9
b. 2 macam 0 0
82 Pharmaiana, Vol. 5, No. 1, 2015: 77-84
termasuk tardive dyskinesia. Tardive dyskinesia Namun demikian, review terapi obat dianjurkan
(TD), merupakan gangguan yang berpotensi pada pasien yang menerima polifarmasi (6 obat
ireversibel yang ditandai dengan gerakan tak atau lebih), dengan maksud untuk menghindari
terkendali dari wajah, lidah, atau ekstremitas. peresepan yang berlebihan dan efek samping
Risiko terjadinya TD meningkat dengan durasi yang tidak diinginkan.
pengobatan dan total dosis kumulatif. Orang tua,
Hasil analisis bivariat (Fishers Exact
terutama perempuan usia lanjut serta geriatri Test) menunjukkan bahwa jumlah obat yang
dengan kondisi fisik lemah yang paling berisiko diresepkan secara signifikan berhubungan dengan
mengembangkan TD. Terapi metoklopramid penggunaan PIMs (p=0,049). Pasien yang
harus dihentikan pada pasien yang mengalami menerima peresepan 10 macam obat atau lebih
tanda-tanda atau gejala tardive dyskinesia. Tidak (polifarmasi) berisiko 11 kali lebih besar
ada pengobatan yang diketahui untuk tardive mendapatkan peresepan PIMs dibandingkan yang
dyskinesia. Namun, pada beberapa pasien gejala menerima peresepan <10 macam obat (OR,
dapat dikurangi atau diatasi setelah pengobatan 11,25: 95% CI 1,19-106,12). Pada penelitian ini,
durasi rawat inap tidak berpengaruh secara
metoklopramid dihentikan. Bila terapi alternatif
signifikan terhadap penggunaan PIMs (p=0,145).
yang aman dan efektif tersedia, sebaiknya
Parthasarathi et al 2011 dalam penelitiannya juga
metoklopramid tidak digunakan lagi sebagai tidak menemukan hubungan yang signifikan
antiemetik pada geriatri, kecuali untuk terapi antara durasi rawat inap dengan penggunaan
gastroparesis. Terapi alternatif ondansetron dan PIMs (p=0,071). Hasil analisis ditampilkan pada
granisetron dapat menjadi pilihan jika tidak ada Tabel III.
kontraindikasi (Anonim, 2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
3. Prediktor peresepan yang tidak tepat prevalensi PIMs pada geritari rawat inap OA di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tergolong
Pada penelitian ini, jumlah obat yang tinggi. Faktor utama yang berhubungan dengan
diresepkan (polifarmasi) adalah faktor prediktor penggunaan
utama yang berhubungan dengan PIMs pada
pasien geriatri dan sesuai dengan temuan dari KESIMPULAN
beberapa peneliti lain diantaranya Bhavya dan
Torgal (2014), menemukan bahwa polifarmasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
adalah faktor prediktor utama yang berhubungan prevalensi PIMs pada geritari rawat inap OA di
dengan PIMs (p=0,024). Penelitian yang RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tergolong
dilakukan oleh Lima et al 2013 juga tinggi. Faktor utama yang berhubungan dengan
menyimpulkan bahwa polifarmasi berhubungan penggunaan PIMs adalah polifarmasi. Pedoman
dengan PIMs (p<0,001). peresepan khusus geriatri diperlukan untuk
memberikan informasi kepada dokter dokter
Namun, hubungan sebab akibat antara tentang efek samping dari obat yang umum
polifarmasi dan PIM belum jelas. Dapat diresepkan ketika merawat pasien geriatri. Beers
dibayangkan, PIM pertama bisa menyebabkan criteria tidak boleh dianggap sebagai pedoman
efek samping dimana obat sekunder ditambahkan peresepan mutlak, karena dokter selalu memiliki
untuk mengurangi efek samping dari obat kebebasan untuk memilih obat yang paling tepat
pertama, sehingga memunculkan peresepan untuk pasien mereka.
cascade. Alternatifnya, beberapa obat kategori
PIMs masih diperlukan, setelah Selain itu, Beers criteria mungkin tidak
memperhitungkan risiko dan manfaat, serta sesuai dengan pasien geriatri lokal di Indonesia,
kompleksitas kondisi klinis pasien yang ditinjau dari segi farmakokinetik dan
memerlukan kombinasi terapi. Penelitian klinis farmakodinamik obat yang berbeda. Idealnya,
terperinci yang meliputi urutan terapi obat para ahli dalam bidang perawatan geriatri dan
diperlukan untuk memperjelas masalah ini. farmakologi perlu mempersiapkan kriteria
Penggunaan Potentially Inappropriate Medications ... (Andi Namirah Muh. Syuaib AS, dkk.) 83