PENDAHULUAN
sebelumnya / purba. Fosil sangat berguna dalam mengenal kehidupan masa lampau.
Dalam mempelajari ilmu tentang fosil dan hubungannya tentang penentuan umur
suatu lingkungan yang ada di sekitarnya terlebih dahulu kita harus mengetahui
bagaimana proses terbentuknya fosil tersebut, unsur apa yang terkandung di dalam
fosil tersebut dan dimana lingkungan hidup dari fosil itu sebelumnya.
Untuk mempelajari hal tersebut kita harus mengenal fosil tersebut termasuk
taksonominya. Mulai dari kingdom, filum, kelas, ordo, family, genus hingga nama
spesies organismenya harus kita ketahui. Kita juga harus mengenal bagian-bagian
tubuh yang ada pada tubuh fosil tersebut agar dapat diklasifikasi dengan baik dan
Fosil terbagi dua yaitu fosil tubuh dan fosil jejak. Tidak semua fosil mengalami
sehingga komposisi kimia fosil berbeda pula. Proses pemfosilan ini memiliki
karbonisasi dan lain- lain. Dari proses pemfosilan inilah kita tentunya juga dapat
lingkungan pada saat fosil tersebut masih hidup meskipun belum spesifik.
Pengenalan fosil seperti ini sangat penting untuk mengenal fosil lebih baik lagi
nantinya sehingga akhirnya kita bisa mencapai tujuan yaitu mengetahui kondisi
kehidupan pada masa lampau. Untuk lebih memahami mengenai fosil dan proses
pemfosilan maka dilakukanlah Praktikum Paleontologi Acara Fosil dan Proses
Pemfosilan.
mengenai fosil dan proses pemfosilan. Sedangkan tujuan dari praktikum ini agar
mengklasifikasikan fosil.
1. Lap Kasar
2. Lap Halus
4. Kertas F4
5. Format praktikum
1. Sampel
2. Larutan HCl
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fosil
2.1.1 Pengertian Fosil
Fosil berasal dari kata Fossa yang berati menggali keluar dari dalam tanah.
terawetkan dalam lapisan kulit bumi, terjadi secara alami dan mempunyai umur
geologi. Pada umumnya semua fosil memberi kita petunjuk tentang dunia lampau.
kehidupan serta evolusi dari kehidupan purba. Berkat fosil, kita tahu bahwa berbagai
bentuk kehidupan telah menduduki planet ini. Fosil menceritakan kita bahwa
kehidupan telah berkembang dari waktu ke waktu. Fosil telah berkontribusi dalam
2. Tidak menjadi mangsa binatang lain, karena apabila dimangsa maka tidak ada
4. Terendapkan pada batuan sedimen. Hal ini karena fosil akan mengalami
5. Terbebas dari bakteri pembusuk agar tidak terjadi proses kimiawi seperti
Secara umum dalam ilmu paleontologi, fosil ini dibagi menjadi dua jenis yang
umum yaitu:
1. Fosil tubuh
material organisme aslinya, seperti; cangkang, tulang, dan gigi. Dimana tulang
sebagai bagian keras dan jaringan organik sebagai bagian lunak. Mereka juga
istilah ini adalah cara yang berguna untuk membedakan tulang dan jaringan
hewan.
2. Fosil jejak
aktivitas atau perilaku organisme pada jaman dulu, seperti; jejak, jalur, liang,
pengerekan, sarang, dan koprolit (fosil kotoran). Setiap sisa-sisa organisme dan
segala macam jalur atau jejak, bahkan jika ahli paleontologi tidak dapat
syarat sebagai fosil jika itu dibentuk oleh suatu bentuk kehidupan dari waktu
geologi sebelumnya.
Gambar 2. Fosil tubuh
Proses bagaimana fosil terbentuk dapat kita lihat pada gambar di bawah ini.
Proses pemfosilan fosil dimulai dari organisme mati lalu jatuh ke tanah. Jasad
organismen ini pun terhindar dari bakteri pembusuk dan organisme pemakan bangkai
yang kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin,
dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini
akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan, setelah itu akan
asalnya yakni berupa cekungan, yang stabil kemudian mengalami leaching yakni
proses pencucian fosil sehingga material yang tidak resisten tergantikan oleh material
yang lebih resisten. Kemudian mineral tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian
terlitifikasi menjadi batu (fosil). Fosil ke permukaan dipengaruhi oleh gaya endogen
berupa tektonik, mengakibatkan fosil yang awalnya berada pada laut dangkal menjadi
daratan tetapi fosil tersebut masih tertutup oleh lapisan-lapisan sedimen. Seiring
berjalannya waktu terjadi proses eksogen seperti pelapukan dan erosi sehingga lama-
kelamaan lapisan-lapisan sedimen akan habis terkikis oleh udara,air dan angin
sehingga terendapkan ke permukaan dan tidak hancur, serta bisa dilihat oleh kita
Fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu batuan yang
terdapat/terkandung dalam fosil. Batuan yang berasal dari suatu jaman tertentu
mengandung kumpulan fosil yang tertentu, yang lain dari fosil yang terkandung
beberapa daerah yang disitu ditemukan fosil yang sama, maka lapisan batuan
Para ahli paleontologi, setelah meneliti isi fosil dari lapisan batuan batuan yang
mengandung fosil yang lebih sedikit, bentuknya lebih primitip. Semakin muda
umur batuannya, isi fosilnya semakin banyak dan strukturnya semakin canggih.
Dari sini kemudian para ahli tersebut berkesimpulan bahwa organisme yang
pernah ada di bumi kita ini mengalami perkembangan, mulai dari sederhana
menunju ke bentuk yang lebih kompleks dalam waktu yang sangat lama. Hal ini
organisme.
4. Menentukan keadaan lingkungan dan ekologi yang ada ketika batuan yang
1. Permineralisasi
Pada umumnya tulang memiliki pori dengan derajat yang beda-beda. Tulang
yang berpori adalah tulang manusia dan cangkang-cangkang dari berbagai jenis
hewan invertebrata. Ketika air tanah merembes masuk ke dalam fosil berpori,
biasanya air akan mengendapkan material mineral ke dalam pori-pori, proses ini
berkomposisi sama seperti tulang yang ditempatinya, atau dapat sangat berbeda.
2. Petrifikasi
ini menyiratkan bahwa suatu zat yang membatu harus dimulai tanpa mineral yang
keras. Artinya, organisme yang terpetrifikasi adalah organisme yang bertubuh lunak.
Petrifikasi adalah proses dimana bagain lunak dari objek terubah dengan mineral,
contohnya mineral silika dalam bentuk mikrokristalin kuarsa, kalsit atau kadang-
kadang apatit - mineral kalsium fosfat dengan campuran beberapa elemen lain,
3. Rekristalisasi
berbagai jenis mineral lainnya. Contohnya pada cangkang yang tersusun dari mineral
aragonit, dalam proses fosilisasinya mineral tersebut akan merekristalisasikan mineral
kalsit. Kebanyakan keong, kerang, kelompok cumi, dan koral dari era Mesozoikum
dan Kenozoikum memiliki kerangka yang tersusun dari mineral aragonit. Aragonit
dan kalsit memiliki komposisi kimia yang sama (CaCO3), akan tetapi kalsit memiliki
Cast dan mold adalah bentuk tiga dimensi dari hasil pengawetan suatu
terperangkap dalam batuan sedimen. Sebagian besar dari kerangka ini terdiri dari zat-
zat yang mudah larut dalam air berkarbonasi. Pada umumnya proses fosilisasi ini
terjadi pada batuan yang berpori, contohnya batupasir. Sifat batuan yang berpori
memudahkan air berkarbonasi untuk melarutkan cangkang dan jaringan asli dari
organisme. Cast adalah bentuk cetakan bagian eksternal organisme, sedangkan mold
5. Karbonisasi
organisme terkubur lebih dalam. Kemudian, semua material yang mudah menguap
terpanaskan oleh panas bumi, dan menyisahkan carbon film. Fosil daun merupakan
6. Frozen Mammoth
Pembekuan adalah jenis khusus dari proses mumifikasi. Lebih spektakuler lagi,
fosil yang dihasilkan dari pembekuan tidak mengalami pengeringan. Pada tahun 1900
beberapa orang berburu fosil gading dari taring mammoth di Siberia Utara, dan
abadi) di tepi sungai. Dalam beberapa tahun terakhir para ilmuwan melakukan projek
menghasilkan banyak kemajuan, para ahli masih optimis, projek ini masih dianggap
sesuatu yang menarik, yang suatu saat akan menghasilkan penemuan-penemuan baru.
7. Fosil Amber
Amber adalah fosil getah pohon. Beberapa jenis pohon, bila kulit atau
tersebut yang membuat serangga terperangkap dalam getah. Amber tertua adalah
yang pernah ditemukan di midcontinent Amerika Utara yang berumur sekitar 300 juta
tahun.
8. Phosphatic fossilization
Mineral yang kaya akan fosfat, terutama mineral kalsium fosfat, terkadang
menembus masuk ke ruang pori pada batuan, dan membentuk nodul fosfat. Ketika hal
tersebut terjadi, pengawetan bisa terjadi dengan sangat baik. Serat otot ikan, larva
invertebrata, dan bahkan semua individual bakteri bisa terawetkan dengan proses ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Fosil adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu
atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus
4.2 Saran
Saran saya untuk paktikum ini akan lebih baik apabila asisten dapat
agar praktikan dapat mengetahui dengan benar mengenai fosil yang diamati. Selain
itu, sampel yang digunakan sebaiknya beragam dari filum-filum yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
http://anakbertanya.com/mengapa-fosil-di-dalam-tanah-tidak-hancur/ Diakses
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UPT Penerbitan dan
Pencetakan UNS.