Anda di halaman 1dari 11

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (PPH PASAL 21)


Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 berdasarkan undang-undang pajak
penghasilan adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri.
Pemotong PPh pasal 21, yaitu:
1. Pemberi kerja yang memberi gaji, upah, honor atau imbalan yang sehubungan dengan
pekerjaan baik yang diberikan kepada pegawai/karyawan tetap maupun tidak tetap.
2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honor, maupun imbalan yang
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan baik yang dibayarkan kepada
pegawai tetap/tidak tetap maupun bukan pegawai.
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayar uang pensiunan.
4. Badan yang membayar honor sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas.
5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan kegiatan.
Misalnya pajak hadiah.
Pemberi kerja yang dikecualikan sebagai pemotong, yaotu perwakilan asing, misal: dubes
amerika di Indonesia, dan organisasi internasional (organisasi PBB yang berkedudukan di
Indonesia).

Subjek Pajak dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21


1. Subjek Pajak
a. Yang Termasuk Subjek Pajak
Subjek pajak diartikan orang yang dituju oleh undang-undang untuk dikenakan pajak.
Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan
yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Subjek pajak meliputi :
1) Orang Pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di
Indonesia maupun diluar negeri.
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan.
Warisan yang belum terbagi untuk menggantikan yang berhak. Warisan yang
belum terbagi dimaksud merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka

~Anindita Purwaningrum~ PENGANTAR AKUNTANSI 2


1
yang berhak yaitu ahli waris. Masalah penunjukan warisan yang belum terbagi
sebagai subjek pajak pengganti sebagai pengenaan pajak atas penghasilan yang
berasal dari warisan tetap dapat dilaksanakan.
3) Badan
Pengertian badan mengacu pada undang undang KUP, bahwa badan adalah
sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lain nya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan
nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi
sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan badan lainnya. Dalam hal ini termasuk
reksadana, BUMN atau BUMD sebagai subjek pajak tanpa memperhatikan nama
dan bentuknya.
4) Bentuk usaha tetap
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal Indonesia atau berada diindonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalakan usaha atau melakukan
kegiatan diindonesia. Bentuk usaha tetap ini ditentukan sebagai subjek pajak
tersendiri terpisah dengan dengan badan. Perlakuan pajak nya dipersamakan
dengan subjek pajak badan. Pengenaan pajak penghasilan bentuk usaha tetap ini
mempunyai eksistensi sendiri dan tidak termasuk dalam pengertian badan.

b. Yang Tidak Temasuk Subjek Pajak


Yang tidak termasuk subjek pajak menurut undang-undang pajak penghasilan adalah:
1) Badan perwakilan Negara asing
Pejabat-pejabat perwakilan Negara asing dan diplomatik dan konsulat atau pejabat-
pejabat lain dari Negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat
bukan warga Negara Indonesia dan diindonesia tidak menerima ataumemperoleh
penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaan tersebut, serta Negara yang
bersangkutab memberikan perlakuan timbale balik.
2) Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh menteri keuangan dengan
syarat: Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut tidak menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dana nya berasal dari iuran para
anggota.
3) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi international yang ditetapkan oleh menteri
keuangan dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan

~Anindita Purwaningrum~ PENGANTAR AKUNTANSI 2


2
usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia.
2. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Penghasilan penghasilan wajib pajak orang pribadi yang dipotong pajak penghasilan (
PPh Pasal 21 ) antara lain:
1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur, yang berupa gaji, uang
pension bulanan, upah, honorarium ( termasuk honorarium anggota dewan
komisaris atau anggota dewan pengawas ) premi bulanan, uang lembur, uang
sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, uang tunjangan isteri, tunjangan anak,
tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport,
tunjangan pajak, tunjangan iuran pension, tunjangan pendidikan anak, bea siswa,
premi asuransi yang di bayar pemberi kerja, dan penghasilan tertur lainnya dengan
nama apapaun.
2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur, yang berupas jasa
produksi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi
tahunan, dan penghasilan sejenis lain nya yang sifat nya tidak tetap.
3) Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan,termasuk uang saku
harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan atau
pemagangan yang merupakan calon pegawai.
4) Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang tabungan hari tua atau jaminan hari
tua, pesangon dan pembayaran lainyang sejenis.
5) Honorarium, uang saku, hadiah/penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan wajib pajak dalam negeri yang
terdiri dari:
a) Tenaga ahli (pengacara, akuntan, arsitek, konsultan, notaries, penilai, dan
aktuaris )
b) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,bintang iklan,
sutradara, crew film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,
penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.
c) Olahragawan
d) Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
e) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
f) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, computer dan segala
aplikasi nya, telekomunikasi, elektronik, fotografi, ekonomi dan sosial
g) Agen iklan

~Anindita Purwaningrum~ PENGANTAR AKUNTANSI 2


3
h) Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitian, dan peserta sidang atau rapat.
i) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.
j) Peserta perlombaan/hadiah lomba ( PPh yang besifat Final )
k) Petugas penjaga barang dagangan ( PPh yang bersifat final )
l) Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan
m) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direc selling dari kegiatan
sejenis lainnya.
6) Gaji, gaji kehormatan, dan tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang
diterima oleh pejabat Negara, pegawai negeri sipil, serta uang pension, dan
tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh
pensiuanan termasuk janda/duda dan/atau anak-anaknya.
7) Penerimaan dalam bantuk natura dan kenikamatan lain nya dengan nama apapun
yang diberikan oleh bukan wajib pajak atau wajib pajak yang dikenakan pajak
penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan
norma perhitungan khusus.

b. Penghasilan penghasilan wajib pajak orang pribadi tidak yang dipotong pajak
penghasilan ( PPh Pasal 21 ) antara lain:
1) Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.
2) Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan oleh pemberi
kerja, kecuali pemberi kerja yang dikenakan PPh bersifat final.
3) Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun
yang diberikan oleh pemerintah.
4) Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendirian nya telah
disahkan oleh menteri keuangan dan penyelenggara Taspen, serta iuran tabungan
hari tua atau Tunjangan Hari Tua ( THT ) kepada penyelenggara Taspen dan
Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.
5) Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemberi kerja.
6) Pembayaran Tabungan Hari Tua/Tunjangan Hari Tua dari perusahaan PT.
Taspen/PT. Asabri.
7) Uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun yang pendirian nya
disahkan oleh Menteri Keuangan, Tunjangan Hari Tua/Tabungan Hari Tua yang
dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara Jamsostek, yang jumlah bruto nya
tidak melebihi Rp. 25.000.000

~Anindita Purwaningrum~ PENGANTAR AKUNTANSI 2


4
8) Penghasilan bruto yang diterima pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang,
dan pegawai tidak tetap lain nya yang berupa upah harian, upah mingguan, upah
satuan, borongan, dan upah saku harian yang besar nya tidak melebihi dari Rp.
450.000 perhari, namun tidak melebihi Rp. 4.500.000 sebulan.
9) Penghasilan yang dibayarkan kepada PNS golongan II/d kebawah, anggota ABRI
berpangkat pembantu Letnan Satu kebawah, atau anggota POLRI berpangkat Ajun
Inspektur Satu kebawah yang dibebankan kepada Keuangan Negara / Daerah
berupa honorarium, uang siding, uang hadir, uang lembur, uang imbalan prestasi
kerja, dan imbalan lain selain penghasilan berupa gaji penghormatan, gaji/uang
pensiun dan tunjangan terkait gaji kehormatan.
10) Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

Peraturan pajak Terbaru PPh 21 Per-16/PJ/2016


Dengan adanya kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) per Tahun sebesar Rp.54
Juta atau Rp.4,5 Juta per bulan, maka aturan tentang bagaimana menghitung Pajak
Penghasilan pasal 21 atau PPh 21 juga berubah. Peraturan terbaru PPh 21 yaitu Praturan
Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 ini menggantikan peraturan PPh 21 yang lama yaitu
PER-32/PJ/2015.

PPh 21 Terbaru
Apa perbedaan antara peraturan PPh 21 yang lama yaitu PER-32/PJ/2015 dengan peraturan
terbaru PPh 21 yaitu PER-16/PJ/2016? Perbedaan peraturan PPh 21 itu adalah di setiap pasal
yang mencantumkan perubahan PTKP. Selain Itu lampiran cara menghitung PPh 21 terbaru
pun juga berubah. Perubahan dalam peraturan terbaru PPh 21 itu adalah:

Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh 21 / PPh 26


Dalam Pasal 9 peraturan terbaru PPh 21 PER-16/PJ/2016 diuraikan bahwa Dasar pengenaan
dan pemotongan PPh 21 / PPh 26 adalah
1. Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
a. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi:
1) Pegawai Tetap;
2) penerima pensiun berkala;
3) Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah
kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi
Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah); dan
4) Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima
imbalan yang bersifat berkesinambungan.

~Anindita Purwaningrum~ PENGANTAR AKUNTANSI 2


5
b. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu
rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang
menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang
penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi
Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah);
c. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi Bukan
Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima imbalan yang
tidak bersifat berkesinambungan;
d. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima
penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan huruf c.

2. Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 26 adalah jumlah penghasilan bruto.

Penghasilan Tidak Kena Pajak / PTKP


Perubahan lainnya adalah jumlah besaran PTKP, sesuai Pasal 11 peraturan terbaru PPh 21
PER-16/PJ/2016 sebagai berikut:
1. Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut:
a. Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;
b. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang
kawin;
c. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga.
2. PTKP per bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c adalah PTKP per
tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi 12 (dua belas), sebesar:
a. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang
pribadi;
b. Rp375.000,00 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak
yang kawin;
c. Rp375.000,00 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga.
3. Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;
b. bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP
untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
4. Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah
Daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan bahwa suaminya tidak
menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya
sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya.
5. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.

~Anindita Purwaningrum~ PENGANTAR AKUNTANSI 2


6
6. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), besarnya PTKP untuk
pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender
ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang
bersangkutan.

PPh 21 Pegawai Tidak tetap atau Tenaga kerja Lepas


Dalam Peraturan Terbaru PPh 21 pasal 12 ada perubahan juga mengenai Penghasilan
Pegawai Tidak tetap atau Tenaga kerja Lepas, yaitu:
1. Atas penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang tidak dibayar
secara bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi
Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah), berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-
rata penghasilan sehari belum melebihi Rp450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu
rupiah);
b. dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata
penghasilan sehari melebihi Rp450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu rupiah), dan
jumlah sebesar Rp450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) tersebut
merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
2. Rata-rata penghasilan sehari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah rata-rata upah
mingguan, upah satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.
3. Dalam hal Pegawai Tidak Tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu)
bulan kalender melebihi Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) maka jumlah
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar PTKP yang sebenarnya.
4. PTKP yang sebenarnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah sebesar PTKP untuk
jumlah hari kerja yang sebenarnya.
5. PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar
PTKP per tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dibagi 360 (tiga ratus
enam puluh) hari.
6. Dalam hal berdasarkan ketentuan di bidang ketenagakerjaan diatur kewajiban untuk
mengikutsertakan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas dalam program jaminan
hari tua atau tunjangan hari tua, maka iuran jaminan hari tua atau iuran tunjangan hari tua
yang dibayar sendiri oleh Pegawai Tidak Tetap kepada badan penyelenggara jaminan
sosial tenaga kerja atau badan penyelenggara tunjangan hari tua, dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.

Juga dalam Pasal 15 peraturan terbaru PPh Pasal 21 disebutkan:

~Anindita Purwaningrum~ PENGANTAR AKUNTANSI 2


7
1. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja
Lepas berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku
harian, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan secara bulanan, tarif lapisan pertama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan diterapkan atas:
a. jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp450.000,00 (empat ratus lima
puluh ribu rupiah); atau
b. jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya, dalam hal jumlah
penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp4.500.000,00
(empat juta lima ratus ribu rupiah).
2. Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi
Rp10.200.000,00 (sepuluh juta dua ratus ribu rupiah), PPh Pasal 21 dihitung dengan
menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas
jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.

Tarif Pajak Penghasilan Pph Pasal 21


Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008, tarif pajak penghasilan
pribadi perhitungannya dengan menggunakan tarif progresif sebagai berikut:
Penghasilan Netto Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan 50 juta 5%
50 juta sampai dengan 250 juta 15%
250 juta sampai dengan 500 juta 25%
Diatas 500 juta 30%

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 (PPH PASAL 26)

Menurut hukum Indonesia, Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh Pasal 26)
adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak Luar
Negeri dari Indonesia selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

Yang menentukan seorang individu atau perusahaan sebagai wajib pajak luar negeri, adalah:

seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam setahun/12 bulan, dan perusahaan yang
tidak didirikan atau berada di Indonesia, yang mengoperasikan usahanya melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.
seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam setahun/12 bulan, dan perusahaan yang
tidak didirikan atau berada di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak melalui menjalankan usaha melalui suatu bentuk
usaha tetap di Indonesia.

~Anindita Purwaningrum~ PENGANTAR AKUNTANSI 2


8
TARIF UNTUK PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 (PPH PASAL 26)

Tarif 20% (final) atas jumlah bruto dari:

1. Dividen
2. Bunga, termasuk premium, diskonto, insentif yang terkait dengan jaminan
pembayaran pinjaman
3. Royalti, sewa, dan pendapatan lain yang terkait dengan penggunaan aset
4. Insentif yang berkaitan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
5. Hadiah dan penghargaan
6. Pensiun dan pembayaran berkala
7. Premi swap dan transaksi lindung lainnya
8. Perolehan keuntungan dari penghapusan utang

Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan dari:

1. Pendapatan dari penjualan aset di Indonesia


2. Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui pialang
kepada perusahaan asuransi di luar negeri.

Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan selama penjualan atau pengalihan saham
perusahaan antara perusahaan media atau perusahaan tujuan khusus yang didirikan atau
bertempat di negara yang memberikan perlindungan pajak yang memiliki hubungan khusus
untuk suatu entitas atau bentuk usaha tetap (BUT) didirikan di Indonesia.

Tarif 20% yang dipungut dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi dengan pajak, suatu
bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia.

Tingkat berdasarkan tax treaty (perjanjian pajak) yang dikenal sebagai JGI Penghindaran
Pajak berganda (P3B) antara Indonesia dan negara-negara lain yang berada dalam perjanjian,
mungkin berbeda satu sama lain. Tarif mereka biasanya mengurangi tingkat dari tarif biasa
20%, dan beberapa mungkin memiliki tarif 0%.

Contoh Soal:

1. Bambang Eko pegawai pada perusahaan PT Chandra Kirana, menikah tanpa anak. Memperoleh
gaji sebulan Rp 8.000.000. PT Chandra Kirana mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi

~Anindita Purwaningrum~ PENGANTAR AKUNTANSI 2


9
Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh oleh pemberi kerja dengan
jumlah masing-masing 0,5% dan 0,3% dari gaji. PT Chandra Kirana menanggung iuran Jaminan
Hari Tua setiap bulan sebesar 3,7% dari gaji, sedangkan Bambang Eko membayar iuran Jaminan
Hari Tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Chandra Kirana mengikuti program
pensiun untuk pegawainya. PT Chandra Kirana membayar iuran pensiun untuk Bambang Eko ke
dana pensiun, yang pendiriannya telah disyahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp
200.000, sedangkan Bambang Eko membayar pensiun sebesar Rp 100.000. Pada bulan Juli 2016
Bambang Eko hanya menerima pembayaran berupa gaji. Perhitungan PPh Pasal 21 bulan Juli
2016?

Jawab:

Gaji Rp 8.000.000

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 40.000

Premi Jaminan Kematian Rp 24.000

Penghasilan Bruto Rp 8.064.000

Pengurangan:

1. Biaya Jabatan
5% x Rp 8.064.000 Rp 403.000
2. Iuran pensiun Rp 200.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 160.000
Rp 663.200

Penghasilan neto sebulan Rp 7.400.800

Penghasilan neto setahun:

12 bulan x Rp 7.400.800 Rp 88.809.600

PTKP Setahun :

WP Sendiri Rp 54.000.000

Menikah Rp 4.500.000

Rp 58.500.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 30.309.600

PPh Pasal 21 Terutang:

5% x Rp 30.309.000 Rp 1.515.450

PPh Pasal 21 bulan Januari

Rp 1.515.450 : 12 bulan Rp 126.288

2. Ika karyawati dengan status menikah dan mempunyai tiga anak bekerja pada PT Sinar
Unggul. Suami dari Ika merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang. Ika menerima gaji Rp3.000.000,00 sebulan. PT Sinar Unggul

~Anindita Purwaningrum~ PENGANTAR AKUNTANSI 2


10
mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan membayar iuran pensiun
kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, sebesar
Rp40.000,00 sebulan. Ika juga membayar iuran pensiun sebesar Rp30.000,00 sebulan,
disamping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua karyawannya setiap
bulan sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Ika membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap
bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari
gaji. Pada bulan Juli 2016 disamping menerima pembayaran gaji Ika juga menerima uang
lembur (overtime) sebesar Rp2.000.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2016 ?

Jawab:

~Anindita Purwaningrum~ PENGANTAR AKUNTANSI 2


11

Anda mungkin juga menyukai