PENDAHULUAN
Ekologi Arsitektur 1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.2.1 Untuk mengetahui saja prinsip pengertian, sejarah dan elemen ekologi
arsitektur.
1.3.1. Untuk mengetahui apa saja prinsip ekologi arsitektur dalam Setting dan
Contexts.
1.3.2 Untuk mengetahui unsur-unsur ekologi yang ada pada objek.
1.3.3 Untuk mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan ekologi arsitektur
pada objek.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagi Penulis
Menfaat makalah ini bagi penulis adalah dapat menambah ilmu dan
wawasan mengenai desain dengan alam yang kemudian dapat dijadikan bekal
dalam mendesain bangunan dan dapat mempraktekkannya dalam mata kuliah
Studio Perancangan Arsitektur ataupun di dunia kerja.
1.4.2 Bagi Lembaga Universitas
Menfaat penelitian ini bagi lembaga adalah dapat menjalankan tugasnya
dalam mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pembelajaran,
penelitian, dan pengabdian masyarakat.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Menfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah masyarakat dapat
memahami apa yang dimaksud desain dengan alam itu sendiri, serta dapat
dijadikan pertimbangan dalam membangun rumah hunian
Ekologi Arsitektur 2
1.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengamatan sistem utilitas yang bertujuan untuk memperdalan
pemahaman materi di lapangan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode
diharapkan dapat membantu dalam mengumpulkan informasi yang akurat tanpa
adanya opini.Beberapa metode yang dipilih adalah sebagai berikut.
1.6.1 Observasi
Metode pendataan dengan cara observasi adalah metode yang
efektif. Itu di karenakan terjunnya langsung pengamat ke lapangan,
sehingga data yang diperoleh dapat dilihat langsung dengan jelas. Bukti
dan data dari metode observasi adalah berupa foto objek dan sket
bangunan.
1.6.2 Wawancara
Setelah memperoleh data melalui observasi dimana keseluruhan
data adalah data yang kasat secara penglihatan. Lalu dilakukan metode
yang kedua yaitu dengan metode wawancara yang dimana diperlukannya
narasumber sebagai pemberi info. Disini narasumber yang digunakan
adalah pemilik dari rumah ini yaitu Bapak Made Sukarma, ST.
Ekologi Arsitektur 3
Bab II berisi tentang teori-teori mengenai Ekologi Arsitektur dan Prinsip
serta Permasalahan....
BAB III ( KONDISI FOKUS )
Bab III membahas tentang keadaan atau data-data yang ada pada obyek
observasi yaitu rumah bapak Made Sukarma, ST .
BAB IV (ANALISIS SESUAI FOKUS)
Bab ini membahas lebih spesifik tentang Rumah ini serta kecocokannya
terhadap teori Desain dengan Alam.
BAB V (PENUTUP)
Memuat hasil kesimpulan dari analisis fokus observasi berdasarkan teori
pada uraian teori.
Ekologi Arsitektur 4
BAB II
URAIAN TEORI
Ekologi Arsitektur 5
alam. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio-kultural, ruang
dan teknik bangunan. Oleh karena itu eko arsitektur adalah istilah yang
menandung arti sangat luas.Menurut Heinz Frick ada beberapa prinsip bangunan
ekologis yang antara lain seperti :
Penyesuaian bentuk bangunan terhadap lingkungan alam setempat
Menghemat sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui maupun tidak
dapat diperbaharui
Memelihara sumber lingkungan yaitu udara, air dan tanah.
Mengurangi ketergantungan kepada sistem pusat energi (listrik, air) dan
limbah (air limbah dan sampah).
Memanfaatkan sumber daya alam sekitar kawasan perencanaan untuk
sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun
untuk utilitas banguna
Ekologi Arsitektur 6
Prinsip flutuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan
sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Dalam hal ini
bangunan harus dapat mencerminkan proses alami yang terjadi di lokasi dan tidak
menganggap suatu penyajian berasal dari proses melainkan proses benar-benar
dianggap sebagai proses. Flutuasi juga bertujuan agar manusia dapat merasakan
hubungan atau koneksi dengan kenyataan yang terjadi pada lokasi tersebut. Jadi,
flutuasi dapat diartikan bila seorang perancang akan membangun di suatu tempat,
perancang tersebut harus merancang bangunan tanpa merusak lahan sekitar.
2. Stratifikasi (Stratifiction)
Stratifikasi bermaksud untuk memunculkan interaksi dari perbedaan bagian-
bagian dan tingkat-tingkat, bermaksud untuk melihat interaksi antara bangunan
dan lingkungan sekitar.
3.Saling Ketergantungan ( Interdependence )
Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah
hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi
tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara
bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan. Contoh
dsri prinsip misalkan pada suatu bangunan, kita dapat mengimbangi antara lahan
yang terbangun dan tidak terbangun (KDB) sehingga tidak semua lahan tertutup
dengan bangunan dan tidak menyebabkan air susah untuk masuk ke dalam tanah.
Maka dari itu prinsip saling ketergantungan dari masalah ini yatu bangunan tidak
akan merasa sesak dan panas karena tidak adanya lahan hijau, dan tanah pun juga
tidak akan mengalami kerusakan karena air masuk ke dalam tanah dengan lancar
dan tidak akan menyebabkan banjir.
2.4 Dasar Perhitungan
Ekologi Arsitektur 7
sumber: finifio.wordpress.com
2.4.1. Holistik
Istilah eko-arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan
mengandung semua bidang. Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang
seharusnya terjadi dalam arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat
sebagai standar atau ukuran baku. Namun, eko-arsitektur mencakup keselarasan
antara manusia dan lingkungan alamnya. Eko-arsitektur mengandung juga
dimensi yang lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio cultural, ruang, serta
teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa eko-arsitektur bersifat lebih
kompleks, padat, vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya.
2.4.2. Hemat Energi.
Dalam hidupnya manusia akan selalu membutuhkan energi untuk
menunjang kebutuhannya. Seperti contohnya api yang dapat dipergunakan sebagai
bahan bakar. Bahan bakar dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu yang dapat
diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Walaupun manusia telah
mengetahui perbedaan diantara keduanya, manusia tetap cenderung
memanfaatkan energi yang tidak dapat diperbaharui. Maka dari itu manusia harus
menghemat penggunaan energi karena semakin lama energi yang ada di bumi
akan semakin berkurang. Penghematan energi dapat dilakukan dengan cara
mengurangi atau mengganti penggunaan material-material yang tidak dapat
diperbaharui dengan material lain yang dapat diperbaharui.
2.4.3. Material Ramah Lingkungan.
Adapun prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :
Menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin.
Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin
kecil pula limbah yang dihasilkan.
Menggunakan material lokal, dimana material lokal yaitu material yang
terdapat disekitar lokasi bangunan
Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat
didaur ulang.
Ekologi Arsitektur 8
Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan
yang berbahaya
Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama.
Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan
diganti.
Ekologi Arsitektur 9
Pencemaran udara sudah terjadi sejak awal masa industrilisasi. Pencemaran
udara akibat aktivitas manusia semakin hari semakin meningkat dan
mengakibatkan pembersihan udara secara alami tidak berfungsi dengan baik.
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak negatif seperti pemanasan global
dan timbulnya lubang pada ozon bumi.
Pada gambar pertama diatas dapat diketahui bahwa pada masa sebelum
industrilisasi, pencemaran udara dapat diatasi dengan menggunakan pembersihan
secara alami seperti adanya banyak pepohonan yang menghasilkan oksigen dan
pada masa pra-industrilisasi ini belum terdapat pabrik-pabrik yang menghasilkan
zat karbondioksida. Sedangkan pada gambar kedua pembersihan udara secara
alami tidak dapat bekerja secara maksimal karena zat-zat karbondioksida yang
dihasilkan pabrik dan kendaraan lebih banyak dari oksigen yang dihasilkan
tumbuhan.
Untuk menanggulangi pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara
menanam lebih banyak pepohonan baik dengan cara memperbanyak adanya
hutan buatan maupun taman-taman dan mengurangi penggunaan kendaraan
bermotor.
2.5.2 Air
Air memiliki fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup dan alam.
Tanpa air, makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup. Akan tetapi dewasa ini
Ekologi Arsitektur 10
air bersih mulai sulit ditemukan karena tercemarnya air tanah yang diakibatkan
oleh sampah dan limbah. Pencapaian air bersih pada kota kota padat penduduk
terutama pada musim kemarau sangat terbatas dan mengakibatkan masyarakat
berekonomi rendah sulit mendapatkan air bersih untuk dikonsumsi.
Ekologi Arsitektur 11
sehingga menyebabkan pemukiman semakin padat. Oleh karena itu, masyarakat
cenderung meratakan
seluruh halaman rumah dengan paving tanpa menyisakan tanah untuk ditanami
tumbuhan dan mengakibatkan terhalangnya air masuk kedalam tanah sehingga
tanah kondisi tanah menjadi tidak baik. Kasus kerusakan tanah juga bisa terjadi
karena kegiatan cut and fill pada tanah bertransis secara berlebihan tanpa
diimbangi penanaman tumbuhan sebagai penyangga tanah.
Ekologi Arsitektur 12
membuktikan bahwa desain ekologis merupakan sebuah hasil dari
keterlibatan konstruktif dengan alam. Ini membuktikan alam yang
mendasari intergritas dan mencari hal baru untuk merancang.
Ekologi Arsitektur 13
Waste equal foods adalah bagaimana cara untuk mengolah sampah
atau limbah menjadi sesuatu yang berguna bagi lingkungan. metode ini
dapat diaplikasikan dengan melakukan 3R (reuse, reduce, recycle) dimana
sampah sampah tersebut dapat didaur ulang dan dipergunakan kembali.
Beberapa tahun yang lalu di sebuah studio film di Wuxi, China telah
menghadapi sebuah masalah polusi yaitu memproduksi perak yang sudah
terkontaminasi dengan air limbah dalam jumlah yang sangat banyak. Air
limbah ini tentunya dapat merusak ekosistem air. Maka dari itu studio ini
memutuskan untuk melakukan filter untuk menghilangkan zat-zat
berbahaya yang terkandung pada air limbah. Air limbah tersebut dialiri
pada sebuah sungai yang ditanami eceng gondok dan tumbuhan air
lainnya. Air limbah tersebut diproses selama dua hingga tiga hari sebelum
benar-benar dapat dipergunakan. Akar dari enceng gondok ini merupakan
sebuah alat filter alami yang baik. Ketika akar tersebut terbakar,
kandungan perak yang terdapat pada air terperangkap pada abu dimana
abu tersebut menandung 4 persen silver.
Ekologi Arsitektur 14
2.7.4. Eco Tone
Eco tone merupakan pertemuan yang baik antara dua karakter yang
berbeda. Karakter yang dimaksud yaitu lingkungan itu sendiri yang dapat
berarti hutan, kebun, sawah, sungai, danau maupun yang lainnya.
Penerapan prinsip eco tone dalam bangunan dapat dilakukan dengan upaya
menggunakan karakter-karakter tersebut sebagai penunjang dalam
kebutuhan hidup.
2.7.5. Biodiversity (Keanekaragaman Alam)
Biodiversity adalah prinsip bagaimana manusia menjaga
keragaman alam. Alam menyediakan sumber daya yang dapat digunakan
untuk keberlangsungan hidup manuaia. Untuk itu, menjaga keragaman
alam sangat penting karena alam akan memberikan timbal baliknya
terhadap manusia itu sendiri. Keragaman tersebut meliputi tumbuhan,
pepohonan, hewan dan lain-lain.
2.7.6 Partnership With Nature
Dalam buku Ecological Design yang ke -10, prinsip bekerjasama
dengan alam yaitu "we are in nature and nature is in us" yang berarti
bekerjasama dengan alam yaitu suatu hubungan yang mengikat antara
alam dengan manusia maupun manusia dengan alam. Seharusnya desain
tidak boleh merusak kondisi alam karena alam dan manusia bersifat saling
ketergantungan.
2.8 Pendekatan Desain dengan Alam
Menurut David W. Orr, ada dua macam pendekatan dalam
mendesain dengan alam yaitu:
2.8.1 Ecological Sustainable
o Manusia memiliki keterbatasan
o Pembangunan dimulai dari akar masyarakat ke atas, setiap orang memiliki
arkarnya sendiri
o Pengetahuan tradisional, yang berarti dalam suatu proses perancangan
seorang perancang pasti akan membutuhkan bantuan dan masukan dari
masyarakat sekitar mengenai peraturan ataupun hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan dalam membangun di suatu daerah.
Ekologi Arsitektur 15
o Tidak menggunakan nature sebagai sumber daya alam akan tetapi sebagai
partner
2.9.2. Pencahayaan
Cahaya sangat penting bagi makhluk hidup , terutama untuk manusia , cahaya
digunakan untuk mengenali lingkungan sekitar dan juga untuk menjalankan
aktivitas.
a) Cahaya dari permukaaan atap dan dinding
Cahaya berasal dari sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan melalui
lubang atap dan / atau lubang dinding. Berbagai macam variasi bentuk
tergantung dari bentuk dan arah matahari terhadap bangunan itu sendiri.
Pelubangan bangunan untuk cahaya alam berdampak pada kesilauan bila
bentuk dan arah lubang tidak tepat dalam pengguanaanya.
Ekologi Arsitektur 16
b) Perlindungan terhadap silau matahari
Cahaya yang masuk ke dalam bangunan secara berlebihan dapat m
menyebabkan silau. Silau akibat sinar matahari yang berlebihan akan
menyebakan ketidaknyamanan pada mata. Untuk mengatasi hal tersebut
berbagai macam cara untuk menghindari atau mengurangi silau tersebut
menurut buku ekologis heinz frick adalah:
Penyediaan selasar disamping bangunan
Pembuatan atap tritisan atau pemberian sirip/kanopi pada jendela
Menggunakan bahan atau material yang hemat energi atau natur sehingga
dalam proses penggunaannya tidak akan menimbulkan dampak atau efek
samping bagi lingkungan
BAB III
KONDISI FOKUS
Ekologi Arsitektur 17
3.3 Luas Lahan dan Bangunan
Luas lahan pada rumah ini yaitu 320 m2 dengan area terbangun
pada lantai satu mencapai 240 m2 dan lantai 2 mencapai 180 m2
Denah Lantai 1
Denah Lantai 1
Ekologi Arsitektur 18
3.4. Tampak Bangunan
Tampak Depan
Tampak
Samping Barat
Ekologi Arsitektur 19
3.5 Potongan Bangunan
Potongan A-A
Potongan B-B
Ekologi Arsitektur 20
3.6. Sistem Konstruksi
Rangka atap baja ringan adalah struktur atap sebuah bangunan yang
menggunakan konstruksi baja yang kuat tetapi ringan jenis cold rolled coil (CRC)
dengan bentul profil seperti huruf C atau O. Penggunaan kontruksi atap baja
ringan ini tahan rayap berbeda dengan kayu sehingga daya tahan atap lebih
panjang sehingga untuk melakukan perbaikan dilakukan untuk waktu yang cukup
lama. Sehingga lebih dapat menghemat biaya konstruksi dibandingkan dengan
konstruksi kayu. Dengan demikian bangunan akan menjadi lebih hemat energy.
Ekologi Arsitektur 21
3.7 Elemen Bangunan
3.7.1 Elemen
Atas
Plafond Gypsum up ceiling
Ekologi Arsitektur 22
3.7.3 Elemen Bawah
Pada bagian lantai rumah ini menggunakan keramik granit dengan ukuran
60 x 60 cm bertekstur halus dan mengkilap.
Keramik Granit 60 x 60
Ekologi Arsitektur 23
BAB IV
ANALISIS SESUAI FOKUS
Ekologi Arsitektur 24
Foto Ruang Tidur
4.1.2 Ruang Tamu
Sumber : Observasi 28 Pebruari 2017
merupakan ruangan yang bersifat publik atau tempat yang bisa digunakan
oleh seorang yang bukan pemilik rumah itu sendiri.biasanya digunak
sebagai tempat menerima tamu . Terdapat beberapa furniture yaitu sofa
dan sebuah meja
Hal- hal yang mendukung desain dengan alam pada ruang tidur ini antara lain
:
1. Ditinjau dari segi hemat energi :
o Bukaan yang lebar hal ini dapat mengurangi pemakain lampu pada
siang hari dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai penerangan
Selain itu pada ruang ini tidak perlu menggunakan ac dikarenakan
sudah dilengkapi bukaan yang memadai sehingga sirkulasi udara
menjadi efisien.
2. Ditinjau dari segi ramah lingkungan :
Furniture terbuat dari kayu, bahan dari kayu bisa dipakai kembali
sehingga tidak menjadi limbah, selain itu kayu juga tidak memiliki
kandungan zat berbahaya sehingga aman untuk digunakan.
Bahan dinding terbuat dari batu bata yang merupakan bahan dari
material local dan juga ramah lingkungan karna material tersebut
terbuat dari tanah liat yang di bakar.
Kusen dan jendela berbahan kayu
3. Ditinjau dari segi dimensi ruang :
o Jarak antara furniture cukup luas sehingga memberikan ruang gerak
baik terhadap civitas yang melakukan aktivitas di dalam ruang.
Ekologi Arsitektur 25
4.2.1 Kamar Mandi/ WC
Kamar mandi/ WC merupakan ruangan yang digunakan oleh pengguna
yang Berhubungan dengan aktifitas MCK yaitu mandi, cuci tangan dan kaki, dan
kakus. Pada Kamar Mandi ini menggunakan pintu berbahan kayu dan di bagian
samping atas terdapat bukaan ventilas berukuran 60 x 40 cm untuk tempat
memasukkan cahaya matahari sehingga pada siang hari tidak perlu menggunakan
pencahayan lampu listrik agar ruangan ini lebih hemat energi
4.2.1 Tangga
Tangga merupakan alat penghubung antara lantai 1 dengan lantai 2. Pada
bangunan ini tangga terletak di samping bangunan di dekat ruang tamu. Tangga
beton dengan lapisan keramik warna putih ini menggunakan reling dengan
Ekologi Arsitektur 26
berbahan kayu jati yang merupakan kayu local. Pada bagian di lantai 2 terdapat 6
jendela dengan ukuran cukup lebar dan panjang hal ini sangat baik untuk
memaksimalkan cahaya matahari yang masuk sehingga pada siang hari perlu
menggunakan lampu sebagai penerangan pada tangga tersebut.
Ekologi Arsitektur 27
ruang kerja dan hal ini dapat mengurangi pemakain lampu pada siang
hari dan juga penghawan seperti ac dengan memanfaatkan sinar
matahari dan penghawaan buatan sebagai penerangannya serta masuk
udara alami pada ruang kerja
2. Ditinjau dari segi ramah lingkungan
Furniture terbuat dari kayu, bahan dari kayu bisa dipakai kembali
sehingga tidak menjadi,selain itu kayu juga tidak memiliki kandungan
zat berbahaya sehingga aman untuk digunakan
Kusen dan jendela berbahan kayu
3. Ditinjau dari segi dimensi ruang
o Penempatan atau penataan Jarak antara furniture meja di bagian meja
kerja cukup luas sehingga memberikan ruang gerak baik terhadap
civitas yang melakukan aktivitas di dalam ruang dan memperluas
gerak tubuh dalam tempat kerja.
Ekologi Arsitektur 28
4.2 Permasalahan Yang ada Pada Objek
Pada objek rumah tinggal yang menjadi bahan obserfasi memiliki
beberapa permasalahan ekologi. Permasalahan - permasalahan ini antara lain
ketidak tersediaannya system daur ulang sampah rumah tangga, pemanfaatan daur
ulang air kotor yang tidak terlaksanakan dan yang paling penting kurangnya
ketersediaan lahan hijau pada bangunan observasi ini atau penggunaan koefisien
dasar bangunan (kdb) yang sekitar 90%.
1. Pengolahan air kotor
Pengolahan air kotor pada rumah tinggal ini sama sekali tidak ada, di
karnakan sisa - sisa air buangan yang berupa air cucian, dan air bekan
mandi dari rumah tersebut tidak mendapatkan suatu pengolahan yang
istimewa, melainkan di buang begitusaja bersamaan dengan limbah
jamban ke dalam septik tank, hal ini sangat di sanyangkan mengingat
sumber air bersih di wilayah padat penduduk atau perkotaan sudah
semakin sulit di peroleh.
2. Pengolahan limbah rumah tangga
Pengolahan sampah pada rumah tinggal ini tidak dilakukan proses
daur ulang melainkan langsung di kumpulkan di tong sampah
untuk kemudian menunggu petugas kebersihan mengambil sampah
tersebut untuk di bawa ke tpa, seharusnya hal tersebut tidak dilakukan,
mengingat volume sampah yang terdapat di tpa saat ini sudah melebihi
kapasitasnya namun sampah yang di hasilkan oleh setiap rumahtangga
setiap harinya sangat banyak sehingga apabila petugas kebersihan sudah
tidak dapat mengambil setiap sampah rumah tangga di karnakan tpa yang
penuh, maka sampah tersebut akan menumpuk dan tentu saja rumah akan
menjadi kotor tanpa ada penanggulangan. Alangkah baiknya apabila kita
melakukan daur ulang sampah kita dapat memanfaatkannya sebagai pupuk
atau kompos apabila sampah tersebut merupakan sampah organic, namun
apabila sampahan organic atau sintetis kita dapat memanfaatkannya
menjadi suatu bahan keajinan yang dapat menambah perekonomian.
Ekologi Arsitektur 29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan :
5.2 Saran
Ekologi Arsitektur 30
5.3 DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Cowan, Stuart dan Sim Van der Ryn. 2007. Ecological Design: 10th Anniversary
Edition
Frick, Heinz dan FX Bambang Suskiyanto. 1998. Dasar-Dasar Eko Arsitektur.
Yogyakarta: Kansius
Internet :
https://www.finifio.wordpress.com
Ekologi Arsitektur 31