Anda di halaman 1dari 16

makalah malnutrisi

Juni 22, 2013tugas

BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki berbagai
sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual UNICEF
dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung
(underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause).

Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang kurang
mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap kondisi biasa dan
dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat bahwa
anak yang buncit perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit cacingan.

Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang
mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan
yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya
penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan
nutrien oleh tubuh.

2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Malnutrisi?

2. Etiologi dari Malnutrisi?

3. Apa tanda dan gejala dari Malnutrisi?

4. Patofisiologi dari Malnutrisi?

5. Bagaimana Klasifikasi dari Malnutrisi?

6. Bagaimana insiden terjadinya Malnutrisi?

7. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat penderita Malnutrisi?

3. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas Sistem Pencernaan yang berupa makalah tentang malnutrisi.

2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengertian dari Malnutrisi.

2. Untuk mengetahui penyebab dari Malnutrisi.

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Malnutrisi.

4. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Malnutrisi.

5. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Malnutrisi.

6. Untuk mengetahui Insiden terjadinya Malnutrisi.

7. Untuk mengetahui tatalaksana yang tepat pada Malnutrisi.

4. Manfaat Penulisan

1. Bagi institusi : Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan

2. Bagi pembaca : Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian, penyebab,


patofisiologi, tanda gejala, serta tatalaksana dari Malnutrisi tersebut.

3. Bagi penulis :Terpenuhinya tugas sistem pencernan yang berupa makalah Malnutrisi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Malnutrisi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan kurang nutrisi,
terutama energi dan protein. Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan keadaan tidak
cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama
marasmus dan kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi
kualitas maupun segi kuantitas, sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan
protein.

B. Etiologi

Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup, informasi
teknik pemberian makan yang tidak cukup atau hiegene jelek. Gambaran klinik marasmus
berasal dari masukan kalori yang tidak cukup karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan
yang tidak tepat seperti mereka yang hubungan orang tua-anak terganggu dan anak dari
keluarga sosial ekonomi rendah, atau karena kelainan metabolik atau malformasi congenital.
Gangguan berat pada sistem tubuh dapat mengakibatkan malnutrisi.

Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala
utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai biologis
baik. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik,
kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar,
dan gagal mensintesis protein seperti pada penyakit hati kronik.

Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan atau
dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi
kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan
gejala-gejala tersebut. Bentuk malnutrisi yang paling serius dan paling menonjol di dunia saat
ini terutama berada di daerah industri belum berkembang. Kwashiorkor berarti anak
tersingkirkan, yaitu anak yang tidak lagi mengisap; dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal
sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari ASI. Walaupun penambahan
tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi
dan berat badan anak yang secara tetap bergizi baik.

C. Manifestasi klinis

Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:

1. Kelelahan dan kekurangan energi

2. Pusing

3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik

5. Gusi bengkak dan berdarah

6. Gigi yang membusuk

7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat

8. Berat badan kurang

9. Pertumbuhan yang lambat

10. Kelemahan pada otot

11. Perut kembung

12. Tulang yang mudah patah

13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

D.Patofisiologi

Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar proteinnya kurang
dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel. Kemudian produksi albumin dalam hati
pun berkurang, sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang dapat
menyebabkan edema dan akhirnya menyebabkan asites, gangguan mata, kulit, dan lain-lain.
Penyakit kwashiorkor umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang
rendah karena tidak mampu membeli bahan makanan yang mengandung protein hewani
(seperti daging, telur, hati, susu, dsb.). Sebenarnya protein nabati yang terdapat pada kedelai,
kacang-kacangan juga dapat menghindarkan kekurangan protein tersebut apabila diberikan,
tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak menderita defisiensi protein ini.
Kwashiorkor biasanya dijumpai pada anak dengan golongan umur tertentu, yaitu bayi pada
masa disapih dan anak prasekolah (balita), karena pada umur ini relatif memerlukan lebih
banyak protein untuk tumbuh sebaik-baiknya. Walaupun defisiensi protein menjadi penyebab
utama penyakit ini, namun selalu disertai defisiensi berbagai nutrient lainnya. Pada
kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai
asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Karena dalam diet terdapat cukup
karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum
yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino
dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hepar sehingga
kemudian timbul edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein
beta hingga transport lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan terjadi akumulasi
lemak dalam hepar.

E.Klasifikasi

Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan kwashiorkor.
a. Marasmus

adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan kalori
daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :

1. Intake kalori yang sedikit.

2. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.

3. Kelainan struktur bawaan.

4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates

5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan

6. Gangguan metabolism.

7. Tumor hipotalamus.

8. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.

9. Urbanisasi.

b. Kwashiorkor

adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu,
penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya adalah :

1. Intake protein yang buruk.

2. Infeksi suatu penyakit.

3. Masalah penyapihan.

Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO :

Klasifikasi IMT (kg/ m2)


Malnutrisi berat < 16,0
Malnutrisi sedang 16,0 16,7
Berat badan kurang/ malnutrisi ringan 17,0 18,5
Berat badan normal 18,5 22,9
Berat badan kurang 23
Dengan resiko 23 24,9
Obes I 25 29,9
Obes II 30
F.Tanda dan Gejala

Baik pasien dengan kurang gizi maupun gizi buruk, hampir selalu disertai defisiensi nutrient
lain selain kalori dan protein. Gejala yang timbul bergantung pada jenis nutrient yang kurang
di dalam dietnya, seperti :

1. Kekurangan vitamin A, akan menderita defisiensi vitamin A (xeroftalmia). Vitamin A


berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya).
Xeroftalmia berlanjut menjadi keratomalasia (buta).

2. Defisiensi vitamin B1 (tiamin) disebut atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai koenzim


dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan
mengakibatkan kelainan saraf, mental, dan jantung.

3. Defisiensi vitamin B2 atau ariboflavinosis. Vitamin B2 atau riboflavin berfungsi sebagai


koenzim pernapasan.

Kekurangan vitamin B2 menimbulkan stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut),


glositis, kelainan kulit dan mata.

4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.

5. Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi anemia pernisiosa. Vitamin B12 dianggap sebagai
komponen antianemia dalam faktor ekstrinsik.

6. Defisiensi asam folat akan menyebabkan timbulnya anemia makrositik megaloblastik,


granulositopenia, dan trombositopenia.

7. Defisiensi vitamin C menyebabkan skorbut (scurvy). Vitamin C diperlukan untuk


pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblast karena merupakan bagian dalam pembentukan
zat intrasel. Kekurangan vitamin C akan mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C
diperlukan pula pada proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang, dan dentin. Vitamin C
mempunyai peranan penting dalam respirasi jaringan.

8. Defisiensi mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dengan segala akibatnya
missal osteoporosis tulang dan anemia, yang paling serius adalah kekurangan yodium karena
dapat menyebabkan gondok (goiter) yang merugikan tumbuh kembang anak.

G. Gambaran Klinis

Gambaran klinis anak penderita malnutrisi adalah sebagai berikut:

1.Pertumbuhan terganggu, berat dan tinggi badan kurang dibandingkan dengan anak normal.

2. Perubahan mental (cengeng dan apatis).

3. Edema ringan maupun berat.


4. Gejala gastrointestinal, seperti anoreksia kadang hebat sehingga berbagai makanan ditolak.
Makanan hanya dapat diberikan melalui sonde.

Terkadang makanan yang sudah masuk dimuntahkan kembali. Diare hampir selalu ada. Hal
tersebut mungkin karena adanya gangguan fungsi hati, pancreas, dan usus. Sering terjadi
intoleransi susu sehingga pemberian susu menyebabkan diare bertambah.

5. Perubahan rambut, sering dijumpai baik bentuk bangun maupun warna. Khas pada pasien
kwashiorkor, rambut kepala mudah dicabut, tampak kusam, kering, halus, jarang, dan
berubah warnanya menjadi putih. Tetapi pada bulu mata lebih panjang dari anak normal.

6. Kulit pasien biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih dalam dan
lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan bersisik. Yang khas untuk penyakit kwashiorkor
yaitu crazy pavement dermatosis berupa bercak-bercak putih merah muda dengan tepi hitam
yang ditemukan pada bagian tubuh yang sering tertekan, misalnya di bokong, fosa poplitea,
lutut, buku kaki, dan lipat paha.

7. Pembesaran hati , kadang-kadang batas hati setinggi pusat. Hati teraba kenyal,
permukaannya licin dan tepinya tajam. Pada hati yang membesar terdapat perlemakan hebat
begitupun hati yang tidak membesar.

8. Anemia; bila pasien menderita cacingan, anemia lebih menjadi berat. Jenis anemia pada
pasien kwashiorkor yang terbanyak normositik normokrom, jumlah sel sistim eritropoietik
berkurang dalam sumsum tulang. Hypoplasia atau aplasia sumsum tulang ini disebabkan oleh
defisiensi protein dan infeksi yang menahun, defisiensi zat besi, kerusakan hati, insufisiensi
hormon, dan sebagainya.

9. Kelainan kimia darah; kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit
meninggi, sehingga perbandingan albumin/globulin terbalik kurang dari 1. Kadar kolestrerol
serum rendah.

10. Pada biopsy hati ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian hebat, hampir
semua sel hati mengandung vakuol lemak besar, sering ditemukan tanda fibrosis, nekrosis,
dan infiltrasi sel mononukleus.

11. Hasil autopsy pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan hampir semua organ
mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, dan sebagainya.

manifestasi klinik marasmus pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan,
disertai dengan kehilangan berat sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor
pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang.

manifestasi khusus klinik kwashiorkor tidak jelas tetapi meliputi letargi, apatis atau
iritabilitas. Bila terus maju, mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup, kurang
stamina, kehilangan jaringan muskuler, bertambah kerentanan terhadap infeksi, dan
edema. Imunodefisiensi sekunder merupakan salah satu dari manifestasi yang paling
serius dan konstan. Misalnya campak. Penyakit yang relatif benigna pada anak gizi
baik, dapat memburuk dan mematikan pada anak malnutrisi.

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pada data laboratorium penurunan albumin serum merupakan perubahan yang paling khas.
Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi seringkali menghilang
pada stadium akhir. Harga glukosa darah rendah, tetapi kurva toleransi glukosa dapat bertipe
diabetic. Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka
asam amino esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam amino non-esensial, dan
dapat menambah aminoasiduria. Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar
kolesterol serum rendah, tetapi kadar ini kembali ke normal sesudah beberapa hari
pengobatan. Angka amilase, esterase, kolinesterase, transaminase, lipase dan alkalin fosfatase
serum turun. Ada penurunan aktivitas enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi angka ini
kembali normal segera sesudah mulai pengobatan. Anemia dapat normositil, mikrositik, atau
makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang
biasanya terlambat. Sekresi hormon pertumbuhan mungkin bertambah.

Diagnosa banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit yang menyebabkan
kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja, dan keadaan ketidakmampuan
metabolik untuk mensintesis protein.

I.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis

Prinsip pengobatan adalah makanan yang mengandung banyak protein bernilai tinggi, banyak
cairan, cukup vitamin dan mineral, masing-masing dalam bentuk yang sudah dicerna dan
diserap. Karena toleransi makanan masih rendah pada permulaan, maka makanan jangan
diberikan sekaligus banyak, tetapi dinaikkan bertahap setiap hari. Diperlukan makanan yang
mengandung protein 3-4 gram/ kg BB/ hari 150-175 kalori. Antibiotik diberikan jika terdapat
infeksi penyakit penyerta marasmus. Antibiotik efektif harus diberikan parenteral selama 5-
10 hari.

Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan diberikan secara oral atau dengan pipa
nasogastrik. Bayi ASI harus disusui sesering ia menghendaki. Untuk dehidrasi berat, cairan
intravena diperlukan. Jika cairan intravena tidak dapat diberikan, infuse intraosseus (sumsum
tulang) atau intaperitoneal 70 ml/ kg larutan Ringer Laktat setengah kuat dapat
menyelamatkan jiwa.

Penatalaksanaan Keperawatan

Pasien yang menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali yang
menderita malnutrisi berat, kwashiorkor/ marasmik kwashiorkor atau melnutrisi dengan
komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah memenuhi
kebutuhan gizi, bahaya terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman/ psikososial, dan
kurangnya pengetahuan orang tua pasien mengenai makanan anak.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

Data-data yang perlu dikaji adalah data-data yang didapatkan pada anak berkaitan dengan
malnutrisi (khas), sebagai berikut.

Anamnesa :

1. Identitas.

2. Keluhan utama.

3. Riwayat kesehatan sekarang.

4. Riwayat kesehatan yang lalu.

5. Riwayat kesehatan keluarga.

Pemeriksaan fisik :

a. Pada anak penderita kwashiorkor ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :

1) Muka sembab.

2) Letargi.

3) Edema.

4) Warna rambut pirang seperti rambut jagung.

5) Alopesia (botak).

6) Anoreksia (kurang nafsu makan).

7) Anemia (anemis).
8) Apatis.

9) Gagal tumbuh.

10) Pada pemeriksaan antropometri, berat badan dan tinggi badan mengalami keterlambatan.

11) Jaringan otot mengecil (atrofi).

12) Jaringan subkutan tipis dan lembut.

13) Kulit bersisik.

b. Pada anak penderita marasmus ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :

1) Kurus (perubahan berat badan).

2) Tampak seperti orang tua (old face).

3) Letargi.

4) Ubun-ubun cekung pada bayi.

5) Malaise.

6) Asites.

7) Apatis dan kelaparan.

8) Pada pemeriksaan antropometri status gizi kurang.

9) Turgor kulit rusak.

10) Kulit berkeriput.

11) Jaringan subkutan hilang.

Penunjang diagnosis; pemeriksaan yang sering dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan darah, umumnya didapatkan hasil :

a) Hb dan eritrosit menurun.

b) Leukosit normal, menurun, atau meningkat.

c) Kadar albumin rendah.

d) Kadar glukosa darah rendah.


e) Kadar kolesterol serum rendah.

2. Pemeriksaan urin, umumnya didapatkan hasil :

a) Berat jenis urin.

b) pH urin.

c) Ketonuria.

d) Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin turun.

3. Pemeriksaan Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien.

B. Diagnosis/Masalah Keperawatan

Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan malnutrisi energi protein
(kwashiorkor dan marasmus) antara lain :

1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan).

2. Kurang volume cairan.

3. Gangguan integritas kulit.

4. Risiko infeksi.

5. Kurang pengetahuan.

C. Intervensi/Rencana Tindakan Keperawatan

1. Kurang Nutrisi (Kurang Dari Kebutuhan)

Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) pada anak dengan malnutrisi energi dan
protein (kwashiorkor dan marasmus) ini disebabkan nafsu makan menurun yang juga
dikarenakan gangguan pada saluran pencernaan, kurangnya enzim yang diperlukan dalam
pencernaan makanan atau juga adanya atrofi vili usus sehingga dapat mengganggu proses
penyerapan. Tujuan rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatasi masalah
kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) agar proses metabolisme dalam tubuh kembali
normal..

2. Kurang Volume Cairan


Kekurangan volume cairan pada malnutrisi energi protein dapat disebabkan karena
kemampuan proses penyerapan yang kurang dan berkembang biaknya flora usus yang
selanjutnya menimbulkan diare. Untuk itu, rencana tindakan yang dapat dilakukan adalah
mengatasi kekurangan volume cairan melalui peningkatan hidrasi. Tanda keberhasilan upaya
hidrasi yang ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah ubun-ubun, turgor kulit normal,
membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat jenis urin kembali normal.

3. Gangguan Integritas Kulit

Terjadinya gangguan integritas kulit disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan zat gizi
zeperti kalori dan protein sehingga memudahkan terjadi kerusakan pada kulit, sangat mudah
lecet. Untuk mengatasi masalah tersebut, integritas kulit perlu ditingkatkan. Peningkatannya
dapat ditunjukkan oleh kulit yang tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitasnya normal.

4. Risiko Infeksi

Risiko infeksi ini kemungkinan dapat ditemukan pada kurang kalori protein karena
penurunan daya tahan tubuh khususnya sistem kekebalan seluler, mengingat kekurangan zat
gizi. Risiko infeksi yang dapat ditimbulkan seperti bronkopneumonia, dan tuberculosis.

5. Kurang Pengetahuan

Masalah kurang pengetahuan pada anak dengan malnutrisi energi protein ini banyak dijumpai
pada anak dengan keluarga berpendidikan rendah dengan sosial ekonomi lemah. Hal tersebut
dapat juga disebabkan karena minimnya informasi tentang penyediaan cara pemberian makan
pada anak dengan gizi yang seimbang. Untuk itu, rencana keperawatan yang dapat dilakukan
adalah dengan meningkatkan pengetahuan keluarga.

D. Implementasi/Tindakan Keperawatan

a. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan), tindakan yang dilakukan :

1) lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap, salah satunya adalah tahap
penyesuaian yang dimulai dari pemberian kalori sebanyak 50 kal/ kg bb/ hari dalam cairan
200 ml/ kg bb/ hari pada kwashiorkor dan 250 ml/ kg bb/ hari pada marasmus.

2) Berikan makanan tinggi kalori (3-4 gram/ kg bb/ hari) dan tinggi protein (160-175 gram/
kg bb/ hari) pada kekurangan energi dan protein berat, serta berikan mineral dan vitamin.

3) Pada bayi berat badan kurang dari 7 kg berikan susu rendah laktosa (low lactose milk-
LLM) dengan cara 1/3 LLM ditambah glukosa 10% tiap 100 ml susu ditambah 5 gram
glukolin untuk mencegah hipoglikemia selama 1-3 hari kemudian, pada hari berikutnya 2/3.

4) Apabila berat badan lebih dari 7 kg maka pemberian makanan dimulai dengan makanan
bentuk cair selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim, dan seterusnya, dan lakukan
pemberian kalori mulai dari 50 kal/ kg bb/ hari.

5) Lakukan evaluasi pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan nutrisi; seperti
turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi, bising usus, dan tanda vital
b. Kurang volume cairan, tindakan yang dilakukan :

1) Berikan cairan tubuh yang cukup melalui rehidrasi jika terjadi dehidrasi.

2) Monitor keseimbangan cairan tubuh dengan mengukur asupan dan keluaran, dengan
cara mengukur berat jenis urin.

3) Pantau terjadinya kelebihan cairan serta perubahan status dehidrasi.

4) Berikan penjelasan terhadap makanan yang dianjurkan untuk membantu proses


penyerapan, seperti tinggi kalori, tinggi protein, mengandung vitamin, dan mineral.

5) Lihat pengelolaan diare.

1. Gangguan integritas kulit, tindakan yang dilakukan :

1) Pertahankan agar kulit tetap bersih dan kering dengan cara memandikan dua kali sehari
dengan air hangat dan apabila kotor atau basah segera ganti pakaian. Keringkan daerah basah
dengan memberikan bedak (krim kulit).

2) Lakukan pergantian posisi tidur setiap 2-3 jam dengan dan lakukan pembersihan pada
daerah yang tertekan dengan air hangat, jika perlu gunakan alat matras yang lembut.

3) Berikan suplemen vitamin.

4) Berikan penjelasan untuk menghindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit.

5) Monitor keutuhan kulit setia 6-8 jam.

d. Risiko infeksi, tindakan yang dilakukan :

1) Gunakan standar kehati-hatian umum (universal precaution) seperti dalam mencuci


tangan, menjaga kebersihan, cara kontak dengan pasien, dan menghindarkan anak dari
penyakit infeksi.

2) Berikan imunisasi pada anak yang belum diimunisasi sesuai dengan jadwal imunisasi.

3) Pantau adanya tanda lanjut dari infeksi, seperti mengkaji suhu, nadi, leukosit, atau tanda
infeksi lainnya.

e. Kurang pengetahuan, tindakan yang dilakukan :


1) Ajarkan pada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan gizi yang
seimbang dengan mendemonstrasikan atau memberikan contoh bahan makanan, cara memilih
dan memasak, serta tunjukkan makanan pengganti protein hewani apabila dirasakan mahal,
seperti tempe, tahu, atau makanan yang dibuat dari kacang-kacangan.

2) Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar pemantauan status gizi dan
pemberian makanan tambahan dapat diatasi.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan intervensi dari setiap
diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut.

1. Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) teratasi ditandai dengan proses
metabolisme dalam tubuh kembali normal.

2. Peningkatan hidrasi ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah ubun-ubun, turgor


kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat jenis urin kembali normal.

3. Integritas kulit meningkat ditunjukkan oleh kulit yang tidak bersisik, tidak kering, dan
elastisitasnya normal.

4. Risiko infeksi berkurang atau tidak ada sama sekali ditandai dengan peningkatan daya
tahan tubuh.

5. Meningkatnya pengetahuan keluarga tentang malnutrisi, cara pencegahan, dan cara


mengatasinya.
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN
Lansia mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka beresiko tinggi menderita
malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak malnutrisi. Salah satu indicator yang sangat
penting pada status nutrisi adalah berat badan. Perawat berperan sangat penting dalam
pemenuhan nutrisi lansia terutama di Rumah Sakit.
Setiap orang harus makan. Makanan merupakan bagian yang paling penting dalam kehidupan
sebagian lansia dan saat-saat bersantap menjadi bagian penting yang dialami manula setiap
harinya. Makanan juga harus menjadi sumber kesehatan serta kegembiraan bagi orang-orang
yang berusia lanjut ini.

DAFTAR PUSTAKA
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri Untuk Dokter
dan Perawat. Jakarta
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk
Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico
Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika

Tentang iklan-iklan ini

Anda mungkin juga menyukai