Anda di halaman 1dari 6

Lihat! Lihat itu baik-baik! Malapetaka itu ulahku!

kataku sambil menjulurkan


tanganku pada tornado di pantai sana.
Tidak salah lagi, tornado ini lahir berkat ulahku. Ia terbentuk karena aku terlalu
sering mengacak-acak waktu!
Tenang, Max! Chloe menarik tubuhku dengan paksa ke pelukannya.
Ini salahku, Chloe! Salahku! ujarku mulai terisak.
Chloe hanya memelukku tanpa mengatakan apa-apa. Beberapa detik kemudian,
Kau tahu, Max? Tidakkah lebih baik jika ini tak perlu terjadi? ucap Chloe pelan
tanpa melepaskan pelukannya.
Apa maksudmu? Tentu saja ini tak seharusnya terjadi! Jadi begini karena
keteledoranku!
Bukan, Max. Bukan itu maksudku. Cobalah kembali ke awal. Kembali ke saat di
mana semua kemunkinan kini bisa terjadi pada awalnya.
Maksudmu, saat kau tertembak?
Chloe Cuma tersenyum. Tangan kirinya merogoh saku celananya dan menarik
secarik foto.
Kupu-kupu bersayap biru terpampang pada foto itu.
Oh mana mungkin, Chloe! Aku melakukan semua ini demi dirimu. Tak ada gunanya
jika semuanya kembali normal tanpa adanya dirimu!
Berhentilah egois, Max! Ini bukan soal aku atau dirimu lagi. Ini juga tentang
mereka! ucap Max sambil menunjuk tepian kota di kejauhan.
Sayangnya, aku tidak peduli lagi. Tidak bisa peduli lagi. Orang-orang yang
kupedulikan di kota itu sudah tak ada lagi.
Kate, Victoria, Nathan, dan teman-teman yang lain sudah tidak di sana lagi.
Warren mungkin masih berjuang mati-matian di Two Whales atau terserahlah. Aku
tak peduli pada cowok aneh itu.
David harusnya masih di Dark Room. Jauh dari kota dan tornado. Aku yakin dia
selamat.
Joyce masih bersama Warren. Andai ia bisa kuselamatkan, tentu akan
kuselamatkan. Sayangnya tidak bisa, maka sudahlah.
Orang hidup yang kupedulikan di kota ini sedang tidak ada di kota. Maka, tidak ada
alasan untuk mengorbankan Chloe demi kota laknat itu.
Aku sudah tak peduli lagi, Chloe. Aku hanya butuh dirimu.
Jangan egois, Max! Tidak seperti dirimu, aku masih punya banyak orang yang
kupedulikan di Arcadia Bay!
Aku tidak peduli.
Max! Cepat ambil foto ini dan biarkan aku mati!
Kubilang, aku tidak peduli.
Cepatlah Max!
Chloe, tidakkah kau paham bahwa aku benar-benar tidak peduli.
Max! Kau bajingan! Cepat ambil foto ini atau kau akan menyesal!
Diamlah.
Oh baiklah. Kau pikir kau bisa melakukan apapun padaku? Pada semua orang?
Sejak kapan kau diangkat jadi kristus?! Chloe mengguncang-guncang tubuhku.
Dengar Max, aku dan seluruh diriku di segala realitas alternatif bersumpah akan
membencimu sampai mati jika kau tidak mengambil foto ini sekarang juga!
Cukup.
Aku mendorong Chloe hingga tersungkur. Dengan terkejut ia Cuma melihatku
berjalan menjauhinya menuju jalan setapak menuruni lembah.
Aku tidak tahu harus kemana di situasi kacau seperti ini. Tapi yang jelas Chloe
harus hidup.

***

Kenapa jadi begini?


Tidakkah aku sudah melakukan berbagai macam variasi dan pilihan?
Kenapa selalu ini yang terjadi di semua semesta yang kulalui?

Dengar Max, aku dan seluruh diriku di segala realitas alternatif bersumpah akan
membencimu sampai mati jika kau tidak mengambil foto ini sekarang juga!

Bagaimana aku bisa merubahnya?


Haruskah kubongkar konspirasi keluarga Prescott?
Haruskah kuajukan foto untuk nominasi kontes Everyday Heroes?
Atau sebaiknya kuikuti permainan Mr. Jefferson?
Jangan-jangan aku harus mendorong Kate dari atap asrama?!
Victoria sebaiknya kubiarkan menjadi korban Mr. Jefferson!
Seharusnya mayat Rachel jangan sampai kami temukan.
Apa yang akan terjadi jika Frank tidak menemukan kami di pangkalan rongsok itu?
Apa akan ada yang berubah jika saat Kate lompat dari atap, aku memakai kaos
warna hitam dan bukannya putih?
Jika saja pagi itu aku memesan telur mata sapi di Two Whales dan bukannya
pancake!
Aku yakin William masih hidup saat ini jika saja aku menawarkan tubuhku padanya
saat itudia selalu menyukai anak-anak.
Jika aku tidak mengadukannya pada Pak Kepala Sekolah, mungkinkah Nathan akan
tobat sendiri?
Kalau aku tidak memasang ekspresi wajah tersenyum saat selfie pagi itu, kurasa
badainya tak akan kemari.
Andai kupu-kupu bersayap biru itu tak hinggap di bilik toilet, aku yakin semuanya
takkan jadi begini.

Haruskah aku menerima cinta Warren?


Apa jangan-jangan harusnya aku berpacaran dengan Nathan agar dia tidak merasa
terpojok?
Bagaimana kalau aku mulai berdandan necis seperti Victoria?
Mungkinkah aku bisa menggoda Mr. Jefferson?
Barangkali jika ia bercinta denganku ia bakal berhenti melakukan kejahatannya.
Lantas kalau sekalian saja kami menikah bagaimana?
Kira-kira berapa banyak anak-anak kami kelak?
Apakah anak kami kelak adalah seorang cowok atau seorang cewek? Atau seorang
cowok dan seorang cewek. Atau seorang cowok dan dua orang cewek? Atau dua
orang cowok dan dua orang cewek? Atau tiga orang cowok dan seorang cewek?
Atau dua orang cewek saja? atau empat anak cowok saja?
atauassanakkjnsbspsojbhiabckaljpoasjcboasnov asiv aoshvapos v uc-9qwy8-
y2=bu y=
I=
9yvh -
I [ahcasu [pi piahs xpasd [ash dipa[apsa
N asjcnajja
Ouhdnpkqwhd- nq07-8
Psodu ap8-u208t3y8\
0apdu q-08rn2r81= -uos
019h1bd
Sajfh ai hf0 1yr-13ur-13]9u]]=M\=3[0-]iuf[
;
[syntax error]

Atau jangan-jangan Mr. Jefferson mandul?


Atau aku yang mandul?
Dan gara-gara itu, kami berpisah.

Aku mencintaimu, Mr. Jefferson.

Itu aku tidak tahu.

Satu hal yang jelas.

Di mana pun aku berada.

Di realitas yang sini atau yang sana.


Chloe membenciku.

Kalau ia sedang tidak mati.

Kenapa jadi begini?


Kurasa, itu tugasku untuk mencari tahu.
Siapa yang tahu kan? Barangkali ini semacam audisi oleh Yang Maha Kuasa untuk
mencari kandidat-Nya yang baru.
Soalnya, waktu benar-benar cuma otoritasnya Tuhan.
Kalau aku bisa melewati kerumitan ini, dan mengendalikan waktu sesuai
kemauanku, barangkali aku bakalan jadimeminjam istilah Chloeseorang Time
Warrior. Bahkan lebih hebat lagi, Time Emperor.

Tolol.

Kau cuma dibenci.


Biasakan dirimu.
Kota bangsat. Temen-temen bangsat. Chloe bangsat. Nyesel gua balik kemari.
Taik.

Anda mungkin juga menyukai