Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Fasies Formasi Kerek


Dalam hal ini pembahasan fasies berperan untuk menentukan model
lingkungan pengendapan dari Formasi Kerek. Acuan penentuan model lingkungan
pengendapan Formasi Kerek di daerah penelitian adalah model lingkungan
submarine fan (Mutti dan Ricci Lucchi, 1972). Penentuan acuan ini didasarkan
pada penelitian terdahulu mengenai Formasi Kerek dimana telah dinyatakan
bahwa Formasi Kerek merupakan endapan flysch yang mempunyai banyak
struktur turbidit yang termasuk kedalam fasies D dari Walker dan Mutti (1973)
(Pringgoprawiro, 1992). Setelah diketahui model lingkungan pengendapan
Formasi Kerek pada lokasi pengamatan, akan diketahui pula mekanisme pemicu
pembentuk Soft-Sediment Deformation Structures.

Analisis fasies Formasi Kerek pada daerah penelitian, dilakukan dengan


melakukan pembuatan penampang stratigrafi terukur. Pengukuran penampang
stratigrafi terukur dilakukan pada beberapa bagian lintasan pengamatan dan titik
singkapan yang ideal di sepanjang lintasan pengamatan di Sungai Gayam, Desa
Miyono, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro. Terdapat lima lokasi
pengukuran penampang stratigrafi. Lihat indeks lokasi pengukuran penampang
stratigrafi terukur pada gambar 4.1.

Secara keseluruhan, litostratigrafi daerah penelitian tersusun atas


perselingan batuan berbutir lempungan serta lanauan (napal, batulempung,
batulanau, batulempung karbonatan) dan batupasir; tuff; konglomerat, dan breksi.
Hampir keseluruhan singkapan menunjukan sekuen turbidit (High Density dan
Low density) Bouma (1962), endapan debris, slump, Soft-Sediment Deformation
Structures yang banyak berkembang termasuk slump. Deskripsi lebih rinci akan
dijelaskan pada setiap lokasi pengukuran penampang stratigrafi terukur.
Gambar 4.1
Peta Indeks Lokasi Pengukuran Penampang Stratigrafi Terukur

4.1.1 Lintasan A

Pada lintasan A, batuan tersusun atas perselingan batupasir, batulempung


dan napal dengan tebal kurang lebih 3 meter (lihat gambar 4.2). Bagian bawah
batupasir menyisip pada napal; napal keabuan, masif, berbutir lempungan;
batupasir kekuningan, berlaminasi, berbutir pasir halus; diatasnya terdapat
batupasir masif tebal berwarna kekuningan kompak. Bagian tengah didominasi
oleh batupasir berstruktur graded bedding, laminasi dan konvolut, bagian ini
memiliki sekuen turbidit Bouma hampir lengkap, dan ditutup oleh lapisan
batulempung sebagai fasies Te (Bouma, 1962). Bagian atas disusun oleh
perselingan batupasir dan napal; Batupasir berwarna kuning keabuan laminasi,
berbutir pasir halus, terdapat Rafted Mud Clasts; napal berwarna keabuan,
berstruktur konvolut.

Fasies turbidit pada lintasan ini hampir menunjukkan sekuen lengkap


terutama pada bagian tengah penampang yang menunjukkan fasies Ta, Tb, Tc,
dan Te (Bouma, 1962). Secara keseluruhan stratigrafi pada lintasan ini
digolongkan kedalam fasies D2 (Mutti dan Ricci Luchi, 1972) sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa batuan pada lintasan ini diendapkan pada lower fan,
lobe fringe (Mutti dan Ricci Luchi, 1972).

4.1.2 Singkapan B

Pada singkapan B sama dengan pada lintasan A, yaitu terdapat


perselingan batupasir, batulempung dan batulanau hanya napal yang
membedakan (Lihat Gambar 4.3). Karena lokasinya yang juga masih
berdekatan.

Bagian bawah merupakan sekuen Bouma lengkap, Ta-Tb tersusun atas


batupasir bergradasi normal, Tc-Td berupa batupasir membentuk struktur
convolute laminae dan cross laminae pada bagian atas dan bawah, Te disusun
oleh batulempung. Bagian tengah tersusun atas perselingan batupasir dan
batulanau; batupasir berbutir pair sedang, laminasi, sortasi baik; batulanau
berbutir lanauan setempat masif setempat berlaminasi. Bagian atas tersusun
atas batulempung berseling dengan batupasir; batulempung berbutir lempungan
masif setempat bergradasi dengan batupasir; batupasir setempat berstruktur
laminasi setempat berstruktur cross laminae dan convolute laminae dengan
ukuran butir pasir halus.

Bagian bawah terdapat sekuen Bouma lengkap (Ta, Tb, Tc, Td, Te)
(Bouma, 1962). Secara keseluruhan penampang merupakan fasies D 2 (Mutti
dan Ricci Luchi, 1972) yang dapat diinterpretasikan batuan pada singakapan B
terbentuk pada lower fan, lobe fringe (Mutti dan Ricci Luchi, 1972).
Gambar 4.2
Penampang Stratigrafi Terukur Lintasan A
Gambar 4.3
Penampang Stratigrafi Terukur Singkapan B
4.1.3 Singkapan C

Tersusun atas peselingan batupasir, napal, dan batulempung dengan


ketebalan kurang lebih 3 meter (Lihat gambar 4.4). Batupasir berkarbonatan
berwarna kekuningan pada lapisan bagian atas berstruktur laminasi, bagian
tengah perselingan membentuk struktur konvolut bedding dan berkembang
struktur loadcasts pada batas dengan batulempung. Napal berwarna keabuan,
masif, berbutir lempungan, sortasi baik. Batulempung berwarna keabuan ,
berbutir lempungan, masif.

Secara keseluruhan tidak menampakkan struktur turbidit yang kompleks,


hanya beberapa fasies yang terlihat Te, Tc, dan Td (Bouma, 1962). Berdasarkan
keseluruhan penampang stratigrafi, singkapan ini termasuk kedalam fasiess D2
(Mutti dan Ricci Luchi, 1972) sehingga bisa dinterpretasikan, lingkungan
pengendapan batuan singkapan ini adalah lower fan, lobe fringe (Mutti dan
Ricci Luchi, 1972).

4.1.4 Singkapan D

Berbeda dengan lintasan dan singkapan sebelumnya, pada singkapan ini


menampakan slump, water escape structures, dan pseudonodule (Rafted Mud
Clasts, lihat gambar 4.5. Slump terbentuk pada lapisan batu pasir membentuk
perlipatan. Water escape structures, terbentuk pada lapisan batulempung
berwarna keabuan masif yang tersisip diantara batupasir. pseudonodule (Rafted
Mud Clasts) terdapat pada batupasir berbutir pasir sedang, pseudonodules
berupa batulempung keabuan, masif. Water escape structures, dan
pseudonodule (Rafted Mud Clasts) menunjukkan mekanisme liquified flow.

Sekuen turbidit tidak begitu berkembang hanya fasies Ta yang


ditunjukkan oleh batupasir bergradasi dan rafted mud clasts (Bouma, 1962).
Untuk batuan yang terdapat struktur slump digolongkan kedalam fasies F
sedangkan bagian bawah digolongkan kedalam fasies A dengan ciri liquified
flow (Mutti dan Ricci Luchi, 1972). Secara keseluruhan singakapan ini
diendapkan pada Upper Fan, Channel (Mutti dan Ricci Luchi, 1972
Gambar 4.4 Gambar 4.5
Penampang Stratigrafi Terukur Singkapan C Penampang Stratigrafi Terukur Singkapan D
4.1.5 Singkapan E

Pada singkapan ini disusun oleh breksi, batulempung, batupasir dan


batulanau tebal singkapan kurang lebih 250 meter. Berbeda dengan lintasan
dan singkapan sebelumnya, pada lintasan ini sudah menampakkan breksi yang
dianggap sebagai endapan debris (lihat gambar 4.6).

Bagian bawah singakapan terdapat batulanau dengan struktur konvolut


laminasi, berwarna keaban berbutir lanauan sortasi baik. Bagian tengah
singkapan terdapat batupasir dengan struktur konvolut laminasi dan laminasi.
Bagian atas singkapan terdapat breksi berwarna kemerahan, clats supported,
fragmen berukuran krikil krakal berupa batulempung, batugamping, dan
batulanau, matrik berbutir pasiran. Terdapat rafted mud clasts berupa
batulempung berwarna keabuan. Batuan ini diinterpretsikan sebagai endapan
debris flow serta liquified flow. Dibawah breksi terdapat batulempung dengan
batas base scour.

Singkapan ini tidak menampakkan sekuen bouma dengan lengkap, hanya


fasies Te, Ta, Tb, Tc (Bouma, 1962) dengan sekuen yang rancu. Bagian atas
singkapan ini, yaitu breksi digolongkan kedalam fasies A dan bagian tengah
serta bawah digolongkan kedalam fasies D (Mutti dan Ricci Luchi, 1972).
Secara keseluruhan singkapan ini diinterpretasikan diendapkan pada upper fan,
channel (Mutti dan Ricci Luchi, 1972).

4.1.6 Singkapan F
Pada singkapan ini, tersingkap lapisan batupasir yang menyisip diantara
batulempung yang menunjukkan struktur slump serta konglomerat (lihat
gambar 4.7). Tersingkap dengan tebal kurang lebih 250 meter.
Bagian bawah tersingkap konglomerat berarna kemerahan, berfragmen
dengan ukura krikil membulat, terdapat rafted mud clasts berupa batulempung
keabuan, masif. Diinterpretasikan sebagai hasil dari proses liquified dan debris
flow yang merupakan fasies A submarine fan (Mutti dan Ricci Luchi, 1972).
Bagian tengah dan sedikit di atas terdapat batupasir keabuan berbutir pasir
Gambar 4.6 Gambar 4.7
Penampang Stratigrafi Terukur Singkapan E Penampang Stratigrafi Terukur Singkapan F
sedang yang membentuk struktur slump, digolongkan kedalam fasies F
submarine fan (Mutti dan Ricci Luchi, 1972). Bagian atas singkapan ini
terdapat batulempung kebiruan masif, berbutir lempungan, sortasi baik,
digolongkan kedalam fasies G submarine fan (Mutti dan Ricci Luchi, 1972).
Secara keseluruhan singkapan diinterpretasikan terendapkan pada
lingkungan slope (Mutti dan Ricci Luchi, 1972) berdasarkan penggolongan
fasies pada singkapan dengan ciri penguat hadirnya fasies G berupa
batulempung masif.

4.2 Soft-Sediment Deformation Structures (Deskripsi, Klasifikasi, dan


Mekanisme pembentukan)

Hampir di seluruh singkapan pada lintasan Sungai Gayam banyak sekali


dijumpai Soft-Sediment Deformation Structures yang berkembang pada
perselingan endapan turbidit. Beberapa struktur deformasi telah dicantumkan pada
beberapa penampang stratigrafi di atas. Struktur yang berkembang diantaranya
slump (fault dan fold), loadcasts, pillow structures, pseudonodules, flame
structures, crystall-filled srinkage, dyke, convolute laminae, water escape
structures, Conglomerate Autoclastic.

4.2.1 Slump Fold dan Fault


a. Deskripsi
b. Interpretasi
c. Penggolongan
4.2.2 Pseudonodules
a. Deskripsi
b. Interpretasi
c. Penggolongan
4.2.3 Convolute Laminae
a. Deskripsi
b. Interpretasi
c. Penggolongan
4.2.4 Loadcasts
a. Deskripsi
b. Interpretasi
c. Penggolongan
4.2.5 Pillow dan Dish Structures
4.2.6 Flame Structures
a. Deskripsi
b. Interpretasi
c. Penggolongan
4.2.7 Water Escape Structures
a. Deskripsi
b. Interpretasi
c. Penggolongan
4.2.8 Sediment Dyke
a. Deskripsi
b. Interpretasi
c. Penggolongan
4.2.9 Crystall-Filled Srinkage
a. Deskripsi
b. Interpretasi
c. Penggolongan

Anda mungkin juga menyukai