1
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), hlm., 712
2
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007),
hlm., 245.
17
*)+% # % & ! % & " ( # !
Manajemen menurut istilah adalah suatu aktivitas yang
mengakibatkan pengarahan, pengawasan, dan pengerahan
segenap kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas dalam
organisasi.7
3
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, ( Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), hlm, 3.
4
Ibid,,
5
Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan (Bandung: CV Alfabeta, 2003), Cet.
1, hlm. 188-189.
6
Heidjrachman Ranupandojo, Teori dan Konsep Manajemen, (Yogyakarta: UPP-AMP
YKPN, 1996), Cet 2, hlm, 41.
7
Ibrahim Ishmat Mutowi, Al-Ushul al Idariyah li al Tarbiyah, (Riyad: Dar al Syuruq,
1996), hlm, 13
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 1232-1233.
18
9
M. Sulthon Masyhud, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka,
2004), Cet 2, hlm, 187.
10
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung; Jurusan
Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, 2003), hlm, 16.
11
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry. Op.Cit, 206.
12
Hamid Hasan, Ubah Definisi Sekolah Gratis, http://www.mailarchive.com/cikeas
@yahoogroups.com/msg20514.html, hlm, 1.
19
3. Pengelolaan Keuangan
Sekolah merupakan sistem yang terdiri atas serangkaian komponen
yang saling terkait, dan membutuhkan masukan dari lingkungan untuk
melakukan proses transformasi serta mengeluarkan hasil. Kebutuhan akan
masukan dan keluaran merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri
dari ketergantungan sekolah terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Masukan terhadap sistem sekolah mencakup lunak, keras, dan manusia
yang selaras dengan perkembangan lingkungan terhadap keluaran.14
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya
yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan
13
M. Sulthon Masyhud, dkk., Op.Cit, hlm, 187.
14
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet 7, hlm. 172.
20
15
M. Nurdin Matry, Implementasi Dasar-Dasar Manajemen Sekolah Dalam Era
Otonomi Daerah. (Makassar: Aksara Madani, 2008), hlm. 171.
21
16
Ibid, 172.
17
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Pendidikan
Islam, (Malang: PT Gelora Aksara Pratama, 2007), hlm, 166.
22
$ %
Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan maka pikirkanlah
akibatnya, maka jika perbuatan tersebut baik, ambillah dan jika
perbuatan itu jelek, maka tinggalkanlah. (HR Ibnu Mubarak).18
"#$ !
/ 01235 %&'()*+-
;= 67 &$89 :
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh. (QS. Ash-shof. 4).20
18
Didin Nafidhuddin, dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2003), Cet 1, hlm, 77.
19
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Op.Cit, Cet 7, hlm, 173.
20
Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya
Agung, 2004), Cet 73, hlm, 826.
23
harus disusun dengan rapi dan teratur yang sesuai dengan peraturan
yang telah ada.
Sedangkan fungsi perencanaan dalam bidang keuangan
khususnya dana dari APBN dilakukan dengan cara pengisian data
kebutuhan keuangan selaku bahan pembuatan usul kebijakan angsuran
yang akan diajukan kepada instansi yang berwewenang, sedangkan
dana-dana lainnya ditetapkan setiap tahun dalam bentuk Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah yang disusun bersama-
sama antara pimpinan sekolah dengan pengurus komite sekolah.21
Adapun perencanaan keuangan sekolah setidaknya mencakup
dua kegiatan, yakni penyusunan anggaran dan pengembangan Rencana
Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS). Kedua kegiatan pokok tersebut
diuraikan sebagai berikut:
1) Penyusunan RAPBS
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
adalah suatu hal yang penting keberadaannya dalam aplikasi fungsi
perencanaan dalam manajemen keuangan di sekolah. Suatu
tuntutan manajemen pendidikan modern bahwa lembaga
pendidikan formal memiliki Rencana Anggaran setiap tahun baik
berupa rencana pendapatan/penerimaan, maupun rencana
belanja/pengeluaran, sehingga program kegiatan di sekolah
disusun dengan memperhatikan unsur pembiayaan, agar program
kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Program kegiatan sekolah
dan sumber pendapatan untuk membiayai program itu, merupakan
suatu sistem yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yang
disebut dengan Program Budgeting Sistem (PBS).22
21
M. Nurdin Matry, Op.Cit, hlm. 174-175.
22
Ibid,.
24
23
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), Cet 9, hlm, 198.
25
24
M. Nurdin Matry, Op. Cit, hlm, 175-176.
26
25
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, Op.Cit, Cet 9, hlm, 199.
27
26
M. Nurdin Matry, Op.Cit, hlm, 177.
27
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, Op.Cit, Cet 9, hlm. 200.
28
28
Ibid, hlm. 200-201.
29
29
Hasbullah, Otonomi Pendidikan : Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya
Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), hlm, 122.
30
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, Op. Cit, Cet 9, hlm, 201.
31
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, menjelaskan bahwa pada umumnya penerimaan
dana dari pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu: pemerintah umum dan pemerintah khusus.
Yang termasuk dalam golongan pemerintah umum adalah semua penerimaan pemerintah dari
pajak, pajak pendidikan dari perusahaan-perusahaan, dan iuran-iuran pembangunan daerah.
Sedangkan yang dari pemerintah khusus pendidikan antara lain bantuan atau pinjaman luar negeri,
seperti bantuan dari badan internasional PBB (UNICEP dan UNESCO), pinjaman dari bank dunia.
Lebih lengkapnya baca: Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op.Cit, hlm, 136-137.
32
Termasuk dalam golongan ini adalah Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) atau
BP3 yaitu bantuan dana yang diterima dari peserta didik atau orang tua siswa pada setiap bulan
yang disetorkan ke Kantor Dinas Pendidikan. Ibid.,
30
33
Sumbangan-sumbangan swasta, perorangan atau keluarga, perusahaan, badan-badan
sukarela dan kelompok-kelompok. Sumbangan perorangan atau keluarga siswa tidak hanya bentuk
uang, tetapi juga tanah, tenaga dan bahan bangunan untuk mendirikan sekolah. Ibid., hlm,138.
34
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, Op.Cit, Cet 9, hlm, 202.
31
35
Ibid, hlm, 203.
32
36
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op.Cit, hlm, 138.
37
Hasbullah, Op. Cit, hlm, 123.
38
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op.Cit, hlm, 139.
39
Ibid,.
40
M. Nurdin Matry, Op. Cit, hlm, 178.
33
*. - % %, * + ) '(%
Hak atau kebenaran yang tidak diorganisir dengan rapi, bisa
dikalahkan kebatilan yang lebih diorganisir dengan rapi.41
41
Didin Nafidhuddin, dan Hendri Tanjung, Op.Cit, Cet 1, hlm, 100.
42
M. Nurdin Matry, Op.Cit, hlm, 178.
34
43
Ibid, 179.
35
44
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional.Op.Cit, hlm, 203.
45
Tata cara pembukuan harus dikuasai benar oleh seorang bendaharawan. Dalam pasal 77
ayat (1) ICW yang dimaksud dengan bendahara adalah orang-orang dan badan-badan yang
karena negara ditugaskan untuk menerima, menyimpan, membayar (mengeluarkan) atau
menyerahkan uang, atau kertas-kertas berharga dan barang-barang didalam gudang atau tempat-
tempat penyimpanan yang lain sebagai dimaksud dakam pasal 55 ICW dan selaku demikian
diwajibkan memberi perhitungan (pertanggung jawaban) tentang hal pengurusannya kepada
badan pemeriksa keuangan. Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op.Cit, hlm, 143.
46
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah,. Op.Cit, hlm, 49.
47
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional: pada pasal 56
ayat (3) komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam
meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,
sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.. baca: Tim
Redaksi Maarif Press, Kompilasi Kebijakan Pendidikan Nasional, (Semarang: PW LP Maarif
NU Jawa Tengah, 2006), Cet 1, hlm, 19.
48
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional. Op.Cit, hlm, 204.
36
49
M. Nurdin Matry, Op.Cit, hlm, 179.
50
Ibid,. hlm, 180.
51
Ibid,.
37
52
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional. Op.Cit, hlm, 206.
38
53
M. Nurdin Matry, Op.Cit, hlm, 180-182.
40
54
Mujamil Qomar, Op.Cit, hlm, 167-168.
41
Perencanaan: Penyusunan
anggaran keuangan dan Pelaksanaan: penerimaan
Pengembangan RAPBS dan pengeluaran keuangan
Strategi
penggalian dana
bagi sekolah
Evaluasi dan gratis
Pertanggungjawaban
keuangan
55
Ibid,.