Bronko Pneumonia
Bronko Pneumonia
PENDAHULUAN
BAB II
1
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. MA
Jenis kelamin : perempuan
Usia : 1 tahun 2 bulan
Nama Orang tua : Ny. Aryani
Pekerjaaan : Petani
Alamat : Ds. Tipo
Tanggal masuk : 9 Mei 2015
Tanggall Keluar : 14 Mei 2015
Ruangan : Nuri Bawah, RS Anutapura
B. Anamnesis
- Keluhan utama : sesak napas.
- Riwayat penyakit sekarang :
Pasien anak perempuan usia 1 tahun 2 bulan masuk rumah sakit dengan
keluhan sesak napas. Sesak dirasaakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, sesak dirasakan memberat 2 hari terakhir. Pasien juga mengeluhkan
batuk bersamaan dengan sesak. Awalnya batuk tidak berlendir, setelah 2 hari
batuk berlendir. Darah (-), flu (+), muntah (+) 2 kali di rumah, berupa lendir.
Pasien juga mengalami panas sejak 3 hari yang lalu. Pasien telah diberi obat
penurun panas, panas turun namun kembali naik beberapa jam kemudian.
Kejang (-). Nafsu makan menurun. BAB dan BAK biasa.
- Riwayat penyakit dahulu : Pasien pernah dirawat selama 10 hari karena ISPA
saat berusia 1 bulan. 2 minggu yang lalu pasien mengalami BAB cair,
sebanyak 4 kali, berlendir, berwarna hijau.
- Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
riwayat batu lama.
- Riwayat sosial ekonomi : Menengah
- Riwayat kehamilan dan persalinan : Anak pertama. Lahir dengan spontan di
rumah di tolong bidan, Berat badan lahir 3.000 gram, panjang badan lahir
tidak diketahui. Saat lahir pasien tidak menangis, setelah dirangsang taktil
bayi kemudian menangis. Ikterik (-).
- Kemampuan dan kepandaian anak :
Tengkurap pada usia 4 bulan,
merangkak pada usia 8 bulan,
Duduk pada usia 8 Bulan,
2
Berbicara 1 tahun,
Berjalan pada usia 1 tahun 1 bulan.
- Anamnesis makanan :
ASI : 0 1 bulan.
Susu formula: 2 bulan sekarang.
Bubur saring : 9 bulan 10 bulan.
Bubur 11 bulan - sekarang.
- Riwayat imunisasi : Imunisasi dasar lengkap.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sakit sedang
Berat badan : 8 kg
Panjang badan : 72 cm
Status gizi : Gizi baik (Z score +1 s/d +2)
Tanda Vital
Denyut nadi : 112 kali/menit
Pernapasan : 63 kali/menit
Suhu : 38,20C
Pemeriksaan Sistemik
Kulit : sianosis (-), pucat (-), ikterus (-), turgor <2 detik, efloresensi (-)
Kepala : normocephal, mata cekung (-), rhinorrhea (+), otorrhea (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid
(-),
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tampak
retraksi interkosta dan subkosta.
Palpasi : Ekspansi paru
Perkusi : sonor kanan dan kiri
Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Ronkhi basah halus (+/+) di lobus
medius dan basal paru dextra et sinistra, wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
3
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), galop (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen cembung
Auskultasi : peristaltik usus (+), kesan normal
Perkusi : timpani
Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-).
Genitalia : normal
Anggota Gerak : Ekstremitas atas : akral hangat, edema (-)
Ektremitas Bawah : akral hangat, edema (-)
Otot-otot : eutrofi
D. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin (9 Mei 2015) :
- WBC 9,7 x 103/L
- HGB 10,4 g/ L
- HCT 29,2 %
- PLT 455 x 103/mm3
E. Resume
Pasien anak perempuan usia 1 tahun 2
bulann masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas. Sesak dirasaakan sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan batuk bersamaan
dengan sesak. Batuk berlendir. flu, muntah lendir 2 kali. Pasien juga panas sejak 3
hari yang lalu. Pasien telah diberi obat penurun panas, panas turun sebentar
namun kembali beberapa jam kemudian. Tanda vital: denyut nadi 112 kali/menit,
suhu 38,2o C, respirasi 63 kali/menit. Dari pemeriksaan fisik tampak adanya
retraksi interkosta dan subkosta, dan auskultasi paru bunyi Bronkovesikuler (+/+)
dan ronkhi (+/+) basah halus.
F. Diagnosis
4
Bronkopneumonia
G. Terapi
- IVFD Dextrosa 5% + Meylon 10 cc 12 tetes/menit
- O2 0,5-2 L/menit
- Injeksi Ceftriaxon 300 mg/12 jam/IV
- Injeksi Gentamicin 20 mg/12 jam/IV
- Injeksi dexametason 2 mg/8 jam/IV
- Novalgin 60 mg/8 jam/IV (Kalau Perlu)
H. Follow Up
10 Mei 2015 (Hari ke 2)
S : Panas (+) Hari-4, batuk (+), berlendir (+), sesak (-), retraksi
(+).
O : TD 100/60 mmHg, N 114 x/menit, R 55 x/menit S: 380C
Rh +/+, retraksi subkosta dan interkosta (+)
A : Bronkopneumonia
P : IVFD Dextrosa 5% + Meylon 10 cc 12 tpm
O2 0,5-2 L/menit
Injeksi Ceftriaxon 300 mg/12 jam/IV
Injeksi Gentamicin 30 mg/12 jam/IV
Injeksi dexametason 2 mg/8 jam/IV
Novalgin 60 mg/8 jam/IV (Kalau Perlu)
Puyer batuk :
Salbutamol 0,6 mg
Histapan 10 mg
Metil prednisolon 4 mg 1/5 tab 3x1 Pulv
Ambroxol 4 mg
B-Com 2x1 tablet
11 Mei 2015 (hari ke 3)
S : Panas (-), batuk (+), berlendir (+), sesak (-)
O : TD 90/60 mmHg, N 116 x/menit, R 42 x/menit S: 36,50C
Rh +/+ (berkurang), retraksi subkosta dan interkosta berkurang.
A : Bronkopneumonia
P : IVFD Dextrosa 5% 10 tetes/menit
5
Injeksi Ceftriaxon 300 mg/12 jam/IV
Injeksi Gentamicin 20 mg/12 jam/IV
Puyer batuk :
Salbutamol 0,6 mg
Histapan 10 mg
Metil prednisolon 4 mg 1/5 tab
3x1 Pulv
Ambroxol 4 mg
B-Com 2x1 tablet
12 Mei 2015 (Hari ke 4)
S : Panas (-), batuk (+), berlendir (+), sesak (-)
O : TD 90/60 mmHg, N 104 x/menit, R 40 x/menit S: 37,10C
Rh -/-, retraksi (-)
A : Bronkopneumonia
P : IVFD Dextrosa 5% 10 tpm
Injeksi Ceftriaxon 300 mg/12 jam/IV
Injeksi Gentamicin 20 mg/12 jam/IV
Puyer batuk :
Salbutamol 0,6 mg
Histapan 10 mg
Metilprednisolon 4 mg 1/5 tab
3x1 Pulv
Ambroxol 4 mg
B-Com 2x1 tab
13 Mei 2015 (Hari ke 5)
S : Panas (-), batuk (+), berlendir (+), sesak (-)
O : TD 90/60 mmHg, N 100 x/menit, R 32 x/menit S: 36,70C
Rh -/-, retraksi (-)
A : Bronkopneumonia
P : IVFD Dextrosa 5% 10 tpm
Injeksi Ceftriaxon 300 mg/12 jam/IV
Injeksi Gentamicin 20 mg/12 jam/IV
Puyer batuk :
Salbutamol 0,6 mg
Histapan 10 mg
Metilprednisolon 4 mg 1/5 tab
3x1 Pulv
Ambroxol 4 mg
B-Com 2x1 tablet
6
14 Mei 2015 (Hari ke 6)
S : Kondisi umum baik, panas (-), batuk berkurang, sesak (-),
BAB dan
BAK biasa.
O : TD 90/60 mmHg, N 100 x/menit, R 35 x/menit S: 36,90C
Rh -/-, retraksi (-)
A : Bronkopneumonia
P : Pasien di pulangkan dan diberi obat oral untuk dilajutkan setelah
keluar dari RS :
Cefadroxil syrup 125 mg 3x1 cth
Puyer batuk :
Salbutamol 0,6 mg
Histapan 10 mg
Metilprednisolon 4 mg 1/5 tab
3x1 Pulveres
Ambroxol 5 mg
B-Com 2x1 tablet
Anjuran jika batuk belum sembuh, konsul di poliklinik anak.
7
BAB III
DISKUSI KASUS
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang. Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme. Penyebab
noninfeksi ini meliputi aspirasi makanan atau asam lambung, benda asing,
hidrokarbon. Pneumonia dapat diawali oleh infeksi virus yang kemudian
mengalami komplikasi infeksi bakteri. Spektrum etiologi pneumonia pada anak
meliputi Streptococcus pneumonia, haemophilus influenza tipe B, Staphilococcus
aureus, Mycoplasma Pneumoniae,merupakan etiologi pneumonia atipik yang
cukup signifikan.[2]
Pertahanan paru meliputi refleks epiglotis, yang mencegah aspirasi, gerak
silia yang berperan membersihkan epitel pernapasan dari mikroorganisme yang
teraspirasi; refleks batuk, yang mendorong benda asing keluar saluran pernapasan
bawah; mukosa saluran pernapasan. Infeksi virus mengganggu mekanisme
pertahanan ini, dan sering mendahului perkembangan pneumonia bakteri.[4]
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer
melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi penumpukan sel
polimorfonuklear, fibrin, eritrosit, cairan edema dan ditemukannya kuman di
alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin
semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit polimorfonuklear di alveoli dan
terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut
stadium resolusi. [2]
8
Pneumonia secara tradisional telah diklasifikasikan menjadi dua subtipe:
Pneumonia Komunitas dan pneumonia nosokomial. Pneumonia nosokomial
mengacu pada infeksi yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit. [5]
a) Pneumonia lobaris: Terjadi akibat infeksi bakteri akut pada sebagian lobus
atau seluruh lobus. Seluruh lobus sering terpengaruh karena peradangan
menyebar melalui pori-pori Khon dan saluran Lambert. Umumnya
Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, streptokokus hemolitik
dan yang jarang Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae bertanggung
jawab untuk pneumonia lobaris. [6]
b) Bronkopneumonia: infeksi bakteri akut pada bronkiolus terminal ditandai
dengan eksudat purulen yang meluas ke alveoli sekitarnya melalui rute
endobronkial yang menyebabkan gambaran patchy consolidation. Hal ini
biasanya terjadi pada usia ekstrim. Umumnya Streptococcus, Staphylococcus
aureus, Streptokokus hemolitik, Haemophilus influenzae, Klebsiella
pneumonia dan Pseudomonas bertanggung jawab terrhadap
Bronkopneumonia. [6]
c) Pneumonia interstitial: perubahan inflamasi Patchy, disebabkan oleh infeksi
virus atau Mycoplasma, sebagian besar terbatas pada jaringan interstitial
paru-paru tanpa eksudat alveolar. Hal ini ditandai dengan edema septum
alveolar dan infiltrat mononuklear. Umumnya Mycoplasma pneumoniae,
Respiratory syncytial virus, virus Influenza, adenovirus, cytomegaloviruse
dan yang penyebab yang jarang seperti Chlamydia dan Coxiella bertanggung
jawab untuk pneumonia interstitial. [6]
Berdasarkan etiologinya pneumonia diklasifikasikan menjadi : [6]
a) Pneumonia Bakterial
- Lobar pneumonia
- Bronchopneumonia
b) Pneumonia Viral dan Mycoplasma
c) Pneumonia lainnya
- Pneumocystis pneumonia
9
- Legionella pneumonia
- Aspiration pneumonia
- Hypostatic pneumonia
- Lipid pneumonia. [6]
Hasil anamnesis pada pasien pneumonia yaitu batuk yang awalnya kering,
kemudian menjadi produktif dengan dahak purulen bahkan bisa berdarah; sesak
napas. Demam, menggigil, sakit kepala, anoreksia, dan kadang-kadang disertai
keluhan gastrointestinal seperti muntah dan diare. Kesulitan makan/minum; dan
tampak lemah.[2,7]
Pada pasien ini dari hasil anamnesis ditemukan adanya keluhan batuk yang
awalnya berupa batuk kering namun setelah dua hari menjadi batuk produktif.
Ditemukan pula adanya sesak napas dan demam. Sejak keluhan dialami pasien
menjadi lemas dan nafsu makannya menurun. Keluhannya sesuai dengan teori
gejala klinis bronkopneumonia. [2]
Hasil pemeriksaan fisik pada pasien pneumonia yaitu penilaian keadaan
umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus dilakukan pada saat awal
pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang dapat menyebabkan anak gelisah
atau rewel. Penilaian keadaan umum antara lain meliputi kesadaran dan
kemampuan makan/minum. Gejala distres pernapasan seperti takipnea, retraksi
subkostal, batuk, krepitasi, dan penurunan suara paru. Demam dan sianosis. Anak
di bawah 5 tahun mungkin tidak menunjukkan gejala pneumonia yang klasik.
Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat gejala nyeri yang diproyeksikan
ke abdomen. Pada bayi muda, terdapat gejala pernapasan tak teratur dan hipopnea.
[6]
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
- Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare.
- Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis.[2]
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara napas melemah dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala
10
dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi
dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.[2]
Pneumonia pada anak umumnya didiagnosis berdasarkan gambaran klinis
yang menunjukkan keterlibatan sistem respiratori, serta gambaran radiologis.
Gejala klinis meliputi napas cepat, sesak napas dan berbagai tanda bahaya agar
anak segera dirujuk ke pelayanan kesehatan. Napas cepat dinilai dengan
menghitung frekuensi napas selama satu menit penuh ketika bayi dalam keadaan
tenang. Sesak napas dinilai dengan melihat adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam ketika menarik napas (retraksi epigastrium). Tanda bahaya pada
anak berusia 2 bulan sampai 5 tahun adalah tidak dapat minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor dan gizi buruk; tanda bahaya untuk bayi di bawah 2 bulan adalah
malas minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi dan demam/badan
terasa dingin. Pada pasien ini dari hasil pemeriksaan fisis ditemukan adanya napas
cepat yaitu frekuensi napas 53 x/menit. Dan adanya suaraa paru tambahan berupa
rhonki basah halus. [2]
Foto rontgen toraks AP dan lateral hanya dilakukan pada pasien dengan
tanda dan gejala klinik distress pernapasan seperti takipnea, batuk, dan ronkhi
dengan atau tanpa suara napas yang melemah. Bronkopneumonia, ditandai dengan
gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat
meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial. Pada pasien ini tidak dilakukan foto toraks. [2]
Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu dilakukan
untuk membantu menentukan pemberian antibiotik. Pemeriksaan kultur dan
pewarnaan Gram sputum dengan kualitas yang baik direkomendasikan dalam
tatalaksana anak dengan pneumonia yang berat.Pada pneumonia virus umumnya
ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada
pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000-
40.000/mm3 dengan predominan sel polimorfonuklear. Leukositosis
(>30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering
ditemukan pada bakteremia. [2,7]
11
Pada pasien ini ditemukan jumlah hitung leukosit yang berada dalam
batas normal yaitu Leukosit 9,7 103/mm3. Hasil ini menunjukkan
kemunkinan bahwa pada pasien tersebut disebabkan oleh infeksi virus.
[2]
12
Anak yang berusia 259 bulan dengaan pneumonia berat
harus diterapi dengan ampisilin parenteral (atau penicillin) and gentamicin sebagai
first-line treatment.[7]
Ampicillin: 50 mg/kg, atau benzyl penicillin: 50.000 units per kg IM/IV
setiap 6 jam hingga hari ke 5. [7]
Gentamicin: 7.5 mg/kg IM/IV sekali sehari selama 5 hari. [7]
Ceftriaxone 5075mg/kgBB per hari harus digunakan
sebagai terapi second-line pada anak dengan pneumonia berat yang gagal dengan
terapi lini pertama. [7]
13
1. Kemenkes. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2. Soeto Rahajoe, N. N., Supriyatno, B., Setyanto, D. B. 2013. Buku Ajar
Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
3. Tim Adaptasi Indonesia. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta: WHO Indonesia
4. Rudolph, A. M. et al. 2009. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
5. Cascini, Silvia, dkk. 2013. Pneumonia burden in elderly patients: a
classification algorithm using administrative data. Biomedical Science.
6. Singh, Dev, Yudh., 2012. Pathophysiology of Comunity Acquired Pneumonia.
JAPI. Vol 60. Hal 7-9.
7. Pudjiadi, A. H. et al. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
8. WHO. 2012. Revised WHO classification and treatment of childhood
pneumonia at health facilities. Switzerland.
14