Anda di halaman 1dari 13

Sistem Monitoring Ketinggian Air Melalui SMS Berbasis

Mikrokontroler Arduino Uno

Water Level Monitoring System Via SMS Based Microcontroller Arduino


Uno

DIDI RACHMADI*, KARLISA PRIANDANA

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan peringatan dini banjir dengan menggunakan teknologi yang sesuai.
Sensor ulltrasonic diintegrasikan dengan mikrokontroler untuk mengukur ketinggian air dan menambahkan
modul GSM Shield agar level ketinggian air dapat dipantau melalui SMS. Untuk menambah akurasi sensor
maka dilakukan kalibrasi pada sensor dengan menggunakan regresi linier.

Kata kunci : banjir, sensor ultrasonic, mikrokontroler, GSM Shield, regresi linier.

Abstract
This study to implement an early warning of flooding by using appropriate technology . Ulltrasonic sensor
integrated with a microcontroller to measure the water level and add a GSM module shield so that water levels
can be monitored via SMS . To increase the accuracy, sensor calibration performed using linear regression .

Keywords : flood , ultrasonic sensors , microcontroller , GSM Shield , linear regression .

PENDAHULUAN
Latar belakang
Ruang terbuka hijau yang semakin berkurang, eksploitasi hutan secara besar-besaran,
sampah-sampah semakin menumpuk ditambah dengan perubahan cuaca yang ekstrimdapat
memicu terjadinya bencana alam. Salah satunya adalah banjir yang dapat menghambat
aktivitas, menimbulkan berbagai penyakit serta kerugian secara materi. Menurut data dari
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesa (BNPB), banjir merupakan bencana
alam dengan frekuensi kejadian terbanyak dibandingkan dengan bencana alam lainnya
sekaligus bencana alam yang menelan korban terbanyak ke-3 dalam periode tahun 1815-
2014. Kerugian - kerugian ini dapat dikurangi apabila masyarakat sudah mengetahui terlebih
dahulu bahwa akan terjadi banjir. Oleh karena itu diperlukan suata alat/sistem peringatan
dini yang dapat membaca salah satu tanda datangnya banjir. Salah satu tanda banjir yaitu
ketinggian air pada aliran sungai / bendungan.
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan peringatan dini banjir dengan
menggunakan teknologi yang sesuai. Gabungan antara smart sensor dan mikroprosesor yang
berbasis Field Programmable Gate Array (FPGA) dapat melakukan pemantauan level
ketinggian air (Srikanth et al 2005), tetapi cara itu termasuk mahal untuk implementasinya
sehingga diperlukan alternatif sensor lain yang dapat mengukur ketinggian air tetapi dengan
biaya lebih ekonomis. Cara lain yang pernah dilakukan adalah dengan menggunakan alat
yang mengadopsi prinsip Doppler yaitu radar Doppler (Guochao et al 2013), namun cara
tersebut memiliki kendala karena radar Doppler memerlukan rancangan perangkat keras
yang rumit atau specialized hardware (Raj et al 2012). Taufiqurrahman et al (2013) dalam
penelitiannya menggunakan alternatif yang lebih ekonomis dengan mengintegrasikan sensor
ulltrasonic dengan mikrokontroler untuk mengukur ketinggian air. Penilitian ini

Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
*Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA-IPB; Surel: rachmadi.didi@gmail.com
mengadopsi ide Taufiqurrahman et al dengan menambahkan modul GSM Shield agar level
ketinggian air dapat dipantau melalui SMS.
Akurasi pembacaan ketinggian air juga menjadi poin penting untuk memaksimalkan
kinerja sensor. John et al (2012) dalam penelitiannya menggunakan 4 sensor microwave
radar (H-3611) untuk mengetahui variasi ketinggian air sehingga dapat diambil nilai
ketinggian air yang tepat. Namun karena penelitianini hanya menggunakan sebuah sensor
ultrasonic, maka untuk menambah akurasi akan dilakukan kalibrasi pada sensor dengan
menggunakan regresi linier.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membuat prototype alat peringatan dini banjir.
2. Mengirim peringatan dini melalui SMS kepada nomor ponsel yang telah ditentukan.
3. Menerima SMS dengan format tertentu dari ponsel yang telah ditentukan dan
menerjemahkannya lalu mengirim pesan SMS kembali ke ponsel tersebut dengan output
ketinggian air.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Pihak pengawas bendungan dapat mengecek status ketinggian air dari mana saja melalui
SMS asalkan terhubung dengan jaringan selular, sehingga pengawas dapat lebih cepat
memutuskan tindakan selanjutnya dalam menanggulangi banjir.
2. Kerugian yang dialami masyarakat akibat banjir dapat berkurang dengan dibuatnya
protoype peringatan dini banjir.

Ruang lingkup
1. Alat dibuat menggunakan mikrokontroler Arduino Uno.
2. Penelitian dan pengujian alat dilakukan dengan simulasi berupa miniatur
sungai/bendungan.

METODE PENELITIAN
Tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Metode penelitian


Analisa Kebutuhan dan Perancangan
Tahapan ini menentukan kebutuhan monitoring ketinggian air.

Persiapan Alat dan Bahan


Persiapan alat dan bahan adalah tahapan untuk menentukan komponen yang
diperlukan dalam merakit alat monitoring ketinggian air, diantaranya sensor,
mikrokontroler, GSM shield, serta komponen - komponen tambahan lainnya. Setelah
dilakukan analisa kebutuhan selanjutnya adalah membuat rancangan prototype.Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:

Mikrokontroler Arduino Uno


Arduino Uno merupakan mikrokontroler berbasis ATmega yang dilengkapi dengan
kemampuan interaksi dengan alat lain melalui input/output-nya (I/O). Arduino Uno
memiliki 14 pin I/O (0 -13) yang dapat digunakan untuk mengendalikan sensor, motor dan
berbagai jenis akuator lainnya.Gambar Arduino Uno dapat dilihat pada Gambar 2.

Spesifikasi Arduino Uno


Mikrokontroler ATmega328
Catu daya 5 volt
Tegangan input DC 6-20 volt
Arus DC setiap pin I/O 40 ma
RAM 2 KB
Flash memory 32 KB
EEPROM 1 KB
Clock speed 16 MHz
Bahasa pemrograman C/C++
(Durfee 2011) Gambar 2 Arduino Uno

Sensor Ultrasonic
Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi
besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkain listrik tertentu (Budiarsoet al 2011).
Sensor ultrasonic adalah alat yang terdiri dari 2 unit yaitu, unit pemancar dan unit penerima
yang prinsip kerjanya merupakan pantulan gelombang. Unit pemancar akan memancarkan
gelombang ultrasonic melalui medium udara/gas, jika gelombang tersebut mengenai suatu
objek maka gelombang akan dipantulkan kembali dan diterima oleh unit penerima pada
sensor, sehingga akan menghasilkan tegangan bolak-balik dengan frekuensi yang sama
(Taufiqurrahman et al 2013). Prinsip kerja sensor ultrasonic dapat dilihat pada Gambar 3.
Pantulan gelombang ultrasonic tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengukur jarak antara
sensor dan benda yang secara ideal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
s= 0.5.v.t
keterangan :
s = jarak objek dengan sensor
v = cepat rambat suara pada medium
t = waktu tempuh
Gambar 3 Prinsip kerja sensor ultrasonic

Kalibrasi Sensor Ultrasonic


Kalibrasi sensor diperlukan untuk mengurangi kesalahan pembacaan jarak. Kalibrasi
sensor dilakukan dengan menggunakan regresi linier dengan pengukuran menggunakan alat
ukur/penggaris sampai dengan 50 cm yang diulangi sebanyak tiga kali pengulangan
sehingga dihasilkan 150 nilai jarak sebenarnya dan nilai microsecond. Data kalibrasi dapat
dilihat pada lampiran. Hasil kalibrasi dan regresi liniernya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik dan persamaan regresi linier pada sensor ultrasonic

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa persamaan regresi yang diperoleh adalah
= . + . ,
keterangan
y = return time yang terbaca dari sensor ultrasonic (s)
x = jarak sebenarnya
Sehingga di dapat persamaan:

.
=
.
Rumus bawaan datasheet HC-SR04 dari ITead Studio yaitu dengan membagi return time
dengan 58 sehingga didapat nilai jaraknya. Perbandingan hasil kalibrasi regresi linier dengan
datasheet (Tabel 1).

Table 1 Perbandingan hasil kalibrasi regresi linier dengan datasheet


Pengukuran jarak dengan sensor
Return time (s)
Jarak ultrasonic (cm)
Rataan Return
Sebenarnya
time (s)
(cm) 1 2 3 Kalibrasi Datasheet

1 132 287 312 243.6666667 3 5


2 246 246 241 244.3333333 1 4
3 277 271 301 283 3 5
4 373 354 376 367.6666667 4 6
5 444 413 392 416.3333333 5 8
6 460 438 431 443 6 8
7 550 545 552 549 6 8
8 577 582 600 586.3333333 7 9
9 644 648 648 646.6666667 9 11
10 745 716 767 742.6666667 10 12

Dari tabel diatas dapat dilihat akurasi alat setelah di kalibrasi dengan menggunakan regesi
linier menunjukan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan rumus
bawaan dari datasheet. Data lengkap dapat dilihat pada lampiran.

GSM Shield
GSM Shield merupakan modul yang dapat dipasang ke mikrokontroler Arduino Uno
agar dapat menerima/mengirim SMS, menerima/membuat panggilan suara dan komunikasi
data GPRS dengan terlebih dahulu memasangkan SIM card operator pada GSM shield-nya.
Spesifikasi GSM Shield
Catu daya 5 volt dari mikrokontroler
Frekuensi GSM850MHz dan GSM900MHz

Implementasi
Merupakan tahapan pembuatan sistem monitoring ketinggian air agar dapat
mengirim ketinggian air secara automatis jika dalam ketinggian air tertentu, serta user dapat
melakukan permintaan untuk mengetahui ketinggian air dimanapun dan kapanpun.

Pengujian
Tahapan ini adalah proses pengujian alat yang telah dirakit ditahap sebelumnya.
Pengujian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

Tahap pertama adalah pengujian akurasi. Pengujian dilakukan dengan mengukur


ketinggian air pada suatu bejana (diibaratkan bendungan /sungai) dengan alat ukur
jarak (penggaris/meteran) dan dibandingkan hasilnya dengan nilai ketinggian air
yang didapat dari sensor ultrasonic lalu dihitung RMSE (root mean square error)
untuk melihat nilai kesalahannya. Perhitungan RMSE adalah sebagai berikut:

1
= ( )2

=1

keterangan
yj = nilai perhitungan
yj = nilai aktual
n = banyaknya data nilai perhitungan

Tahap kedua adalah pengujian dalam pengiriman/penerimaan pesan singkat oleh


GSM shield. Pengujian dilakukan dengan cara mengirim pesan singkat ke alat
dengan format tertentu dan dihitung waktu respon rata-rata alat dalam mengirim
pesan balasan dengan hasil yang benar. Alat juga diuji respon pengeriman pesan
automatis pada nomor ponsel tertentu jika ketinggian air menunjukan pada kondisi
Siaga 1 dan Siaga 2.

Evaluasi
Tahapan evaluasi adalah sebagai berikut:
Jika hasil dari pengukuran menggunakan sensor ultrasonic memiliki nilai yang
terlalu jauh (selisih maksimum 2 cm) dengan hasil pengukuran menggunakan alat
ukur jarak. Selisih maksimum 2 cm dipilih karena nilai tersebut masih dapat
dikatakan dalam ambang wajar kesalahan pembacaan ketinggian air jika sistem ini
diimplementasikan dalam lingkungan yang sebenarnya (Tabel 2). Jika hasilnya
sebaliknya maka dianggap akurasinya bagus. Pengujian akurasi dilakukan sebanyak
20 kali ulangan (5 kali setiap status ketinggian).
Jika GSM shield dapat mengirim pesan singkat secara otomatis kepada ponsel
penerima, pada saat ketinggian air sudah masuk pada status ketinggian air yang
sudah ditentukan. GSM shield juga dapat menerjemahkan pesan singkat yang
dikirim ponsel dengan format tertentu dan membalas pesan singkat secara otomatis
dengan nilai ketinggian air secara realtime. Jika GSM shield tidak bisa salah satu
atau keduanya dari fitur yang dijelaskan diatas maka harus dilakukan perbaikan dan
diuji kembali.

Status ketinggian air merupakan indikator pengamatan tinggi muka air yang
dikaitkan dengan peluang terjadinya banjir. Status tinggi muka air berdasarkan informasi
dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta dibedakan menjadi 4
kelompok dan setiap pintu air bisa memiliki status tinggi muka air yang berbeda.

Tabel 2 Perbedaan status ketinggian muka air


Pintu air Siaga IV Siaga III Siaga II Siaga I
Katulampa 79 cm 80 - 149 cm 150 - 199 cm 200 cm
Pesanggrahan 149 cm 150 - 249 cm 250 - 349 cm 350 cm
Angke Hulu 149 cm 150 - 249 cm 250 - 299 cm 300 cm
Cipinang 149 cm 150 - 199 cm 200 - 249 cm 250 cm
Hulu

Untuk evaluasi penelitian, menggunakan nilai status ketinggian air pada pintu air Katulampa
dengan skala perbandingan 1:10.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat dan Bahan
Sistem monitoring ketinggian air dapat mengecek ketinggian air dimanapun dan
kapanpun melalui pesan singkat, serta alat dapat mengirim otomatis ketinggian air jika
permukaan air memasuki level SIAGA I dan SIAGA II. Alat yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Mikrokontroler Arduino Uno
2. Sensor Ultrasonic HC-SR04
3. GSM Shield Icomsat V1.1
Pada penelitian ini menggunakan Sensor ultrasonic HC-SR04 untuk memonitoring
ketinggian air sudah mencukupi karena sensor tersebut memiliki range antara 2 cm 500
cm dalam mendeteksi jarak (ITead Studio 2010).

Perancangan

Gambar 4 Diagram alur perangkat keras

Pada Gambar 4 diatas merupakan perancangan sistem monitoring ketinggian air..


Arus listrik terhubung dengan mikrokontroler, sensor dan GSM sheild mendapat arus listrik
dari mikrokontroler. Sensor ultrasonic secara terus menerus memancarkan gelombang
ultrasonic ke permukaan air lalu dipantulkan dan diterima kembali oleh sensor, maka
didapat waktu tempuh lalu diproses oleh mikrokontroler dengan mencari selisih antara jarak
sensor dengan air dan jarak sensor ke dasar bejana sehingga didapat nilai ketinggian air.
Mikrokontroler memerintahkan GSM shield untuk mengirim pesan singkat ke ponsel secara
otomatis jika ketinggian air memasuki status Siaga 1 atau Siaga 2, ponsel juga dapat
memerintahkan mikrokontroler untuk mengirimkan status ketinggian secara real time
melalui GSM shield dengan mengirimkan pesan singkat dengan format khusus.

Implementasi
Sistem monitoring ketinggian air melalui sms/pesan singkat merupakan hasil
komunikasi antara sensor ultrasonic (HC-SR04) dengan ponsel melalui mikrokontroler
Arduino Uno yang dilengkapi dengan modul GSM shield (Icomsat V1.1) (Gambar 5).
Gambar 5 Skema alat monitoring ketinggian air.
\
Sensor ultrasonic membaca ketinggian air dengan memancarkan gelombang ultrasonic (40
kHz) dari unit pemancarnya menuju ke permukaan air, ketika gelombang mengenai
permukaan air maka terjadi pantulan gelombang menuju unit penerima pada sensor sehingga
didapat waktu tempuh antara air ke sensor. Waktu tempuh tersebut dikirimkan ke Arduino
Uno lalu diperoses sehingga menghasilkan jarak. Nilai jarak lalu ditranslasikan menjadi
bentuk string dan dikirimkan ke ponsel melalui modul GSM shield berupa SMS/pesan
singkat yang berisi nilai ketinggian air. Pengirim nilai ketinggian air ke ponsel terjadi jika
terdapat request ke alat berupa pengiriman SMS dengan format CEK ke nomor yang telah
dipasang ke GSM shield dan pengiriman otomatis ke ponsel dengan nomor yang telah
ditetapkan terjadi ketika ketinggian air mencapai ambang batas SIAGA II atau SIAGA I.
Pengiriman secara otomatis akan dilakukan sebanyak satu kali di setiap ambang batas
SIAGA I (15 - 19.9 cm) dan SIAGA II ( 20 cm) skala 1:10 dari jarak sebenarnya.
Komunikasi antara Arduino Uno dengan sensor ultrasonic dilakukan secara serial
dengan mengubungkan masing-masing kaki trigger dan echo pada sensor dengan pin no 12
dan 13 pada Arduino Uno (Gambar 6),

HC-SR04 Arduino UNO


vcc trig echo gnd Power

gnd
13
12
5V

Gambar 6Komunikasi serial Arduino UNO dengan Sensor ultrasonic.

Penambahan Modul GSM Shield


Komunikasi Arduino dengan GSM shield dilakukan secara serial. Penambahan
modul GSM shield memanfaatkan pin TX dan RX pada masing-masing komponen (Gambar
5). Pada penelitian ini GSM shield diprogram menggunakan bahasa C dengan bantuan
library Marco Martines yang dapat diunduh di https://github.com/MarcoMartines/GSM-
GPRS-GPS-Shield. Pemilihan pin TX dan RX pada GSM shield harus disesuaikan dengan
konfigurasi yang terdapat pada library. Pin TX dan RX dalam penelitian ini menggunakan
pin 2 dan 3 sesuai dengan bawaan pada library tersebut.
Penambahan GSM shield dimaksudkan agar monitoring ketinggian air dapat
dipantau melalui ponsel kapan pun dan dimanapun asalkan area masih terjangkau oleh
jaringan GSM. Dalam penelitian ini terdapat dua fitur monitoring ketinggan air yaitu:
1. Fitur CEK
2. Fitur peringatan otomatis SIAGA I dan SIAGA II

Gambar 7 Flowchart CEK ketinggian air.


Pada Gambar 7, merupakan alur fitur kerja CEK pada sistem monitoring ketinggian
air. Ponsel mengirim pesan kepada alat dengan format CEK, alat akan mengecek apakah
pesan yang diterima sesuai, jika iya maka sistem akan membalas pesan tersebut dengan
mengirimkan nilai ketinggian air, jika pesan yang dikirim tidak sesuai maka sistem akan
menghapus pesan tersebut.

Gambar 8 Flowchart kirim pesan otomatis.

Keterangan:
h : ketinggian air

Pada Gambar 8, merupakan alur kerja fitur kirim otomatis. Sistem akan mengirim
pesan singkat secar otomatis berupa status SIAGA II jika ketinggian air yang dimonitoring
oleh sensor ultrasonic memasuki level 15 - 19.9 cm, jika level ketinggian air mencapai lebih
dari 20 cm maka sistem akan mengirim pesan berupa status SIAGA I. Pesan singkat hanya
dikirim kepada nomor ponsel yang telah ditentukan di sistem.
Pengujian
Tahapan pengujian alat terdiri dari 2 pengujian, yaitu uji akurasi alat dan uji
pengiriman/penerimaan pesan singkat pada alat. Pengujian pengiriman/penerimaan pesan
singkat pada alat dibagi menjadi 2 kali pengujian yaitu , uji fitur CEK dan uji peringatan
otomatis. Keseluruhan pengujian dilakukan dengan memasang alat dengan sensor ultrasonic
mengarah pada bejana yang diisi air secara bertahap dari kosong sampai dengan penuh,
dengan simulasi 4 kondisi ketinggian air yaitu Siaga 1 - Siaga 4 (skala 1:10)

Pengujian Akurasi
Pengujian dilakukan dengan meletakan alat dengan sensor ultrasonic mengarah
kepada bejana yang diisi dengan air secara bertahap. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Hasil pengujian akurasi alat.
Ketinggian air
Ketinggian air dengan RMSE
Kondisi sebenarnya
SMKA (cm) (cm)
(cm)
2 -2 -1 -1
4 3 5 4
Siaga 4 5 5 6 6 1.27
6 5 6 6
7 7 8 8
9 9 9 9
11 11 11 11
Siaga 3 12 12 12 12 0.50
13 13 14 14
14 15 16 16
15 16 17 17
16 17 17 17
Siaga 2 17 19 19 19 1.74
18 21 21 21
19 20 20 20
21 24 24 24
22 24 24 24
Siaga 1 23 24 24 25 0.80
24 25 25 25
25 26 26 26
Rataan error (cm) 1.08

Pengujian terdiri dari 4 kondisi ketinggian air, setiap kondisi dilakukan 3 kali pengulangan
percobaan. Pada pengujian ini selisih ketinggian air yang dianggap benar adalah 2 cm,
selisih lebih dari itu maka dianggap kurang akurat, seperti yang terjadi pada kondisi Siaga 4
terlihat bahwa jarak sebenarnya yang diukur oleh penggaris 2 cm terbaca oleh alat dengan 3
kali pengulangan masing-masing -2, -1, -1 (selisih > 2 cm). Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa secara keseluruhan rata-rata kesalahan pembacaan ketinggian air adalah sebesar 1.08
cm.
Pengujian Fitur CEK
Pengujian dilakukan dengan mengirim pesan CEK ke alat sebanyak 20 kali dengan
4 kondisi yang berbeda lalu dihitung waktu respon alat dalam membalas pesan. Waktu
respon dihitung sejak pesan dikirmkan hingga sistem membalas pesan tersebut ke ponsel
pengirim. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil pengujian fitur CEK.
Waktu respon rata-
Kondisi
rata (s)
Siaga 4 6.23
Siaga 3 5.66
Siaga 2 4.81
Siaga 1 5.72

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa waktu respon rata-rata alat dalam membalas pesan
dengan format CEK tercepat sebesar 4.81 detik.

Pengujian Fitur Peringatan Otomatis


Pengujian ini merupakan pengujian ketepatan alat dalam membaca kondisi
ketinggian air dengan benar dan dikirimkan secara otomatis pada ponsel yang telah
ditentukan sebelumnya dan dihitung waktu respon alat dalam mengirimkan pesan pada
ponsel tersebut. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil pengujian fitu peringatan otomatis.
Ketinggian air Waktu
Pesan diterima
Kondisi sebenarnya Respon
(ponsel)
(cm) (s)
15 SIAGA II
4.60
16 SIAGA II
6.50
SIAGA
17 SIAGA II
2 6.20
18 SIAGA II
5.80
19 SIAGA I
5.00
21 SIAGA I
4.60
22 SIAGA I
5.80
SIAGA
23 SIAGA I
1 6.20
24 SIAGA I
6.30
25 SIAGA I
7.00
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat kesalahan alat dalam mengirim pesan
peringatan ke ponsel, yang seharusnya jarak sebenarnya 19 cm masih masuk dalam kondisi
Siaga 2, tetapi alat mengirimkan pesan peringatan dengan isi pesan SIAGA I, itu
dikarenakan pada saat pengisian bejana dengan air, air mengalami riak-riak sehingga alat
mengalami kesalahan dalam membaca ketinggian air.

Evaluasi
Sistem monitoring ketinggian air dapat membaca ketinggian air dengan akurasi rata-
rata sebesar 85% dengan error tolerance 2 cm, kesalahan atau pembacaan ketinggian air
yang terlalu banyak selisihnya, disebabkan karena air yang bersifat cair dan permukaan yang
berubah-ubah sehingga sensor ultrasonic dalam penerimaan gelombang pantul menjadi
tidak sempurna. Sistem dapat menerima pesan singkat dengan format CEK lalu
diterjemahkan oleh sistem dan membalas pesan tersebut dengan nilai ketinggian air, dengan
waktu respon rata-rata dalam membalas pesan adalah 5.61 detik (waktu respon dihitung
sejak pesan terkirim dari ponsel). Sistem berhasil mengirimkan pesan peringatan dini secara
otomatis dengan waktu respon rata-rata adalah 5.8 detik dan terdapat kesalahan pengiriman
pesan peringatan pada saat ketinggian air menunjukan angka 19 cm yang seharusnya SIAGA
II tetapi pesan yang dikirim SIAGA I, itu disebabkan karena sensor ultrasonic membaca
ketinggiaan air tersebut lebih dari 19 cm, sehingga sistem mengirimkan pesan otomatis
SIAGA 1.

Simpulan
Sistem monitoring ketinggian air dapat berfungsi dengan cukup baik. Sistem dapat
membaca ketinggian air menggunakan sensor ultrasonic dengan akurasi sekitar 85%.
Ditambah modul GSM shield sistem dapat secara otomatis mengirim pesan peringatan pada
ponsel yang telah ditentukan jika ketinggian air memasuki level SIAGA II atau SIAGA I.
User juga dapat memonitoring ketinggian air secara jarak jauh dengan cara mengirimkan
pesan dengan format CEK, sistem menerjemahkan dan membalas pesan tersebut berupa
ketinggian air dengan waktu respon rata-rata 5.61 detik. Lamanya waktu respon sangat
ditentukan oleh jaringan GSM pada provider yang dipakai.

Saran
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan sistem ini dilengkapi dengan database
untuk menyimpan history ketinggian air agar dapat di analisa pola-pola menarik dari
penurunan/pengingkatan muka air.
DAFTAR PUSTAKA

[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2014. Data dan Informasi Bencana
Indonesia. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
[BPBD DKI JKT] Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta. 2014. Arti Status
Siaga Banjir. Jakarta: Pusdalops BPBD DKI Jakarta.
Budiarso Z, Nurraharzo E. 2011. Sistem Monitoring Ketinggian Air Bendungan Berbasis
Mikrokontroler. Jurnal Dinamika Informatika. [internet] 908-943-1-PB. [diunduh 8 Mei
014]. Tersedia pada: http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti2/article/viewFile/
908/462.
Durfee W. 2011. Arduino MicrocontrollerGuide. Minnesota: University ofMinnesota.
http://www.me.umn.edu/courses/me2011/arduin o/arduinoGuide.pdf. [3 Maret 2014].
Guochao W, Changzan G, Jennifer R, Takao I, Changzhi L. 2013. Highly Accurate
Noncontact Water Level Monitoring using Continous-Wave Doppler Radar. IEEE. doi:
10.1109/WiSNet.2013.6488620
ITead Studio. 2010. Ultrasonic ranging module : HC-
SR04.http://www.electroschematics.com/wp-content/uploads/2013/07/HC-SR04-
datasheet-version-2.pdf
John D, Robert M, Winston M. 2012. Multi-Sensor Evaluation of Microwave Water Level
Measurement Error. Proceedings of the Conference will be published in IEEE Xplore
[internet]. [waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2014 Apr 4]. Tersedia
pada:http://ieeexplore.ieee.org/xpl/login.jsp?tp=&arnumber=6405079&url=
http%3A%2F%2Fieeexplore.ieee.org%2Fxpls%2Fabs_all.jsp%3Farnumber%3D64050
79.
Raj B, Kalgaonkar K, Harrison C, Dietz P. Ultrasonic Doppler Sensing in HCI. 2012. IEEE.
doi: 10.1109/MPRV.2012.17
Srikanth A, Byrav R, David G. 2005. Ground Water Monitoring using Smart Sensors. IEEE
International Conference on Electro Information Technology. doi:
10.1109/EIT.2005.1626962.
Taufiqurrahman, Basuki A, Albana Y. 2013. Perancangan Sistem Telemetri Untuk
Pengukuran Level Air Berbasis Ultrasonic. Proceeding Conference on Smart-Green
Technology in Electrical and Information Systems [internet]. [14-15 November 2013].
Bali (ID). hlm 125 - 130; [diunduh 2014 Mei 8]. Tersedia
pada:http://ojs.unud.ac.id/index.php/prosidingcsgteis2013/article/viewFile/7218/5468.

Anda mungkin juga menyukai