Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan sebagai
penahan sakit. Obat analgesik termasuk oban antiradang non-steroid (NSAID). NSAID seperti aspirin,
naproksen, dan ibuprofen bukan saja melegakan sakit, malah obat ini juga bisa mengurangi demam dan
kepanasan. Analgesik bersifat narkotik seperti opoid dan opidium bisa menekan sistem saraf utama dan
mengubah persepsi terhadap kesakitan (noisepsi). Obat jenis ini lebih berkesan mengurangi rasa sakit
dibandingkan NSAID.
Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya bersama parasetamol dan
kodeinpseudoefedrin untuk obat sinus, atau obat antihistamin untuk alergi. dijumpai di dalam obat
penahan sakit (tanpa resep). Gabungan obat ini juga turut dijumpai bersama obat pemvasocerut seperti
A. ASPIRIN
Pemakaian aspirin yang lama dan kemudahan memprolehnya tanpa resep telah menghapus
daya tariknya di bandingkan dengan NSAID yang lebih baru. Akan tetapi, aspirin adalah standart ukuran
bagi semua agen-agen antiinflamasi, hingga mulai adanya ibuprofen bebas yang seefektif aspirin tetepi
lebih aman. Aspirin sekarang kurang dipakai sebagai pengobatan antiinflamasi daripada sebelumnya.
Ibuprofen dan naproxen mengikuti aspirin sebagai NSAID bebas di Amerika Serikat. Keduanya memiliki
catatan keamanan yang baik hingga baik sekali., dan khusus ibuprofen sekarang merupakan setandart
umum terhadap NSAID lain yang dibandingkan.
Farmakokinetika
Asam salisilat adalah asam organic sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin mempunyai pKa 3,5.
Sodium salisilat dan aspirin adalah obat antiinflamasi yang sama efektifnya , walaupun aspirin mungkin
lebih efektif sebagai analgesik. Salicylate dengan cepat diserap oleh lambung dan usus kecil bagian atas,
menghasilkan kadar puncak plasma salysilate dalam 1-2 j1m. Aspirin diserap dalam cara yang sama dan
dihidrolisis cepat menjadi acetic acid dan salicylate oleh esterase-esterase dalam jaringan dan darah.
Farmakodinamika
1) Efek-efek anti inflamasi. Aspirin adalah penghambat non-selektif kedua isoform COX , tetapi salicylate
jauh lebih kurang efektif dalam menghambat kedua isoform. Salicylate yang tidak di asetilasi mungkin
bekerja sebagai pemangsa (scavenger) radikal oksigen. Dari catatan diketahui bahwa berbeda dari
kebanyakan AINS lainnya, aspirin menghambat COX secara irreversible, dan bahkan dosis rendah bisa
efektif dalam keadaan tertentu, misalnya penghambatan agregasi platelet.
Selain mengurangi sintesis mediator-mediator eicosanoid, aspirin juga mempengaruhi mediator-mediator
kimia dari sistem kallikrein. Sebagai akibatnya, aspirin menghambat melekatnya granulosit pada
vasculature yang rusak, menstabilkan lysosome, dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear danb
makrofag ke dalam daerah inflamasi.
2) Efek-efek analgesik. Aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan intensitas ringan sampai
sedang. Ia bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap inflamasi, tetapi mungkin juga menghambat
rangsangan nyeri pada daerah subkortikal.
3) Efek-efek antipiretik. Aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan suhu badan normal hanya
terpengaruh sedidkit. Efek antipiretik aspirin mungkin diperantarai oleh hambatan kedua COX dalam
sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama episode inflamasi). Turunnya
suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah
permukaan (superfisial) dan disertai keluarnya keringat yang banyak.
4) Efek-efek platelet. Aspirin mempengaruhi hemostasis. Dosis rendah tunggal aspirin (kira-kira 80 mg
sehari) menyebabkan sedikitnya perpanjangan waktu pendarahan, yang menjadi dua kali lipat bila
pemberiannya dilanjutkan selama seminggu. Perubahan disebabkan oleh hambatan platelet COX yang
irreversible, sehingga efek antiplatelet dari aspirin berlangsung 8-10 hari (umur platelet). Secara umum,
aspirin harus dihentikan satu minggu sebelum pembedahan untuk menghindari komplikasi perdarahan.
Pemakaian Klinis
Aspirin adalah salah satu dari obat-obat yang paling sering dipakai untuk meredakan nyeri ringan
sampai nyeri sedang yang sebabnya beragam,tetapi tidak efektif untuk nyeri organ dalam, seperti
infraktus miokardium atau kolik ginjal atau empedu. Aspirin sering dikombinasikan dengan analgesik
ringan lain dal lebih dari 200 produk semacam itu bisa dibeli tanpa resep. Kombinasi yang lebih mahal ini
tidak pernah menunjukkan lebih efektif atau kurang toksik daripada aspirin saja. Aspirin dan NSAID
lainnya telah dikombinasikan dengan analgesik opoid untuk meredakan nyeri pada kanker, yang efek
antiinflamasi mereka bekerja secara sinergis dengan opoid untuk menungkatkan analgesia.
Dosis
Dosisi analgesik atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang secara umum dipergunakan
adalah kurang dari 0,6 gram dosisi oral. Dosis yang lebih besar mungkin memprpanjang efek. Dosisi biasa
tersebut bisa di ulang setiap 4 jam dan dosisi yang lebih kecil (0,3 g) setiap 3 jam sekali. Dosisi untuk
anak-anak adalah 50-75 mg/kg/hari dalam dosisi yang terbagi.
Dosis antiinflamasi rata-rata dapat sampai 4 gram per hari. Untuk anak-anak 50-75 mg/kg/hari.
Kadar dalam darah 15-30 mg/dl. Waktu paro 12 jam. Biasanya dosi terbagi 3 kali/hari, sesudah makan.
Pemilihan Obat
Aspirin dapat diperoleh dari berbagai macam pabrik, dan meskipun bisa bervariasi dalam tekstur
dan penampilan, kandungn aspirin tetap. Tes disintegrasi adalah bagian dari standart resmi, dan sedikit
bukti yang menunjukkan bahwa perbedaan antara tablet tersebut memiliki keamanan klinis. Buffered
Aspirin yang paling popular tidak mengandung cukup alkali untuk mengurangi iritasi lambung dan tidak
ada bukti bahwa preparat yang lebih mahal ini dikaitkan kadar darah yang lebih tinggi atau evektivitas
klinis yang lebih besar.
Aktifitas anti inflamasi dari obat NSAID tersebut mempunyai mekanisme yang sama dengan
aspirin, terutama karena kemampuannya menghambat biosintesis prostaglandin.
Proses inflamasinya dikurangi dengan penurunan pelepasan mediator dari granulosit, basofil, dan
sel must. Obat-obat NSAID juga menurunkan sensitivitas pebuluh darah terhadap bradikinin dan
histamine, mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T dan meniadakan vasodilatasi. Semuanya ialah
penghambat sintesis protrombin, walau derajatnya berbeda-beda. Mereka semua juga :
1. Analgesik
2. Antiinflamasi
3. Antipiretik
4. Menghambat agregasi platelet
5. Menyebabkan iritasi lambung
6. Bersifat nofrotoksik
1. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivate dari asam fenilpropionat. Pada dosis 2400 mg, efekantiinflamasinya
setara dengan 4gr aspirin. Pada dosis lebih rendah, hanya efek analgesiknya yang jelas, sedangkan efek
antiinflamasinya sedikit. Waktu paro 2 jam , metabolism di hati, 10% diekskresi tanpa di ubah.
2. Fenoprofen
Merupakan derivate asam propionate. Waktu paronya 2 jam . Dosis anti atritis (inflamasi) ialah 600-
800 mg, 4 kali sehari. Efek smpingnya menyerupai ibuprofen yaitu nefrotoksis, interik, nausea, dispepsi,
udema perifer, rash pruritas, efek sistem saraf pusatdan kardiovaskuler.
3. Indomethacin
Indometasin merupakan derifat indol. Walaupun lebih toksik dari aspirin, tetapi efektivitasnya juga
lebih tinggi. Ia juga penghambat sintesis prostaglandin. Metabolisme di hati. Waktu paro serum 2 jam.
4. Sulindac
Suatu obat sulfosid, yang baru aktif setelah di ubah oleh enzim hati menjadi sulfide, duraksi aksi 16
jam. Indikasi dan reaksi buruknya menyerupai obat NSAID yang lain. Dapat juga terjadi sindrom Stevens-
Jhonson, trombositipenia, agranulositosi dan sindrom nefrotik. Dosis rata-rata untuk arthritis inflamasi
ialah 200mg, 2 kali sehari.
5. Maclofenamate
Derifat fenamat, mencapai kadar puncak dalam plasma darah 30-60 menit, waktu paro 2 jam.
Ekskresi lewat urin sebagai besar dalam bentuk konjungasi glukuronid. Efek sampingnya menyerupai obat
NSAID lain, nampaknya tidak mempunyai keistimewaan disbanding yang lain.
Kontraindikasi : hamil, belum terbukti keamanan dan efekasinya pada anak. Dosis untuk atritis
inflamasi ialah 200-400 mg/hari, terbagi dalam 4 dosis.
6. Asam Mefenamat
Juga drifat fenamat, mempunyai efek analgesik, tapi sebagai antiinflamasi kurang kuat disbanding
aspirin serta lebih toksik. Obat ini tidak boleh di berikan berturut-turut lebih dari 1 minggu dan tidak
diindikasikan untuk anak-anak. Dosis awal 500mg 9dewasa), selanjutnya 250 mg.
7. Tolmetin
Suatau derivate dari asam pirololkanoat, menyerupai aspirin dalam efektivitasnya terhadap arthritis
rematoid dan osteortritis pada penderita dewasa dan remaja. Waktu paronya pendek 1 jam. Rata-rata
dosis dewasanya ialah 400mg, 4 kali sehari
8. Fenilbutazon
Merupakan derifat pirazolon, mempunyai efek antiinflamasi yang kuat. Akan tetapi di temukan
berbagai pengaruh buruknya seperti : agranulositosis, anemia aplastika, anemia hemolitik, sindrom
nefrotik, neuritis optic, tuli, reaksi alergi serius, dermatitis eksfoliotif serta nekrosis hepar dan tubuler ren.
9. Piroxicam
Waktu paronya 45 jam, oleh karena itu pemakaiannya cukup sekali sehari. Obat ini cepat
diabsorbsidari lambung, dan dalam 1 jam konsentrasi dalam plasma mencapai 80% dari kadar
puncaknya. Keluhan gastrointestinal di alami oleh sekitar 20 % penderita, efek buruk lainnya ialah
dizziness, tinnitus, nyeri kepala dan ruam kulit.
10. Diflunisal
Diflunsial ialah derivate difluorofenil asam salisilat. Waktu paronya dalam plasma ialah 8-12 jam dan
mencapai steady state setelah beberapa hari. Seperti halnya aspirin, ia mempnyai efek analgesik dan
antiinflamasi akan tetapi efek antipiretiknnya kecil. Indikasinya ialah nyeri dan osteoarthritis. Efek
buruknya menyerupai NSAID yang lain
11. Meloxicam
Merupakan generasi baru NSAID. Suatu penghambat sikloogsigenase-2 selektif (COX-2). Banyak
study menunjukkan bahwa meloxicam mempunyai efek samping pada saluran gastrointestinal lebih
renfdah di banding dengan NSAID yang lain, dengan kekuatan antiinflamasi, analgetik dan antipiretik.
Pemakaian meloxicam 15 mg tidak memperlihatkan perbedaan dalam hal efek sampingnya terhadap
saluran gastrointestinal yang dinilai sebelum dan sesudah pengobatan.
2. ANALGESIK LAIN
Acethaminophen adalah salah satu obat yang paling penting untuk mengobati nyeri ringan
sampai sedang bilaman efek antiinflamasi tidak diperlukan. Phenacetin, sebuah produk yang
dimetabolisme menjadi acetaminophen, lebih toksik daripada metebolit aktifnya dan tidak mempunyai
indikasi rasional.
A. ACETAMINOPHEN
Acetaminophen adalah metabolit aktif dari phenacetin yang bertanggung jawab akan efek
analgesiknya. Ia adalah penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan perifer dan tidak memiliki efek
inflamasi yang signifikan.
Farmakokinetik
Acetaminophen di berikan secara oral. Penyerapan dihubungkan dengan tingkat pengosongan
perut, dan konsentrasi daerah puncak biasanya tercapai dalam 30 60 menit. Acetaminophen sedikit
terikat pada protein plasma dan sebagian di metabolism oleh enzim mikrosomal hati dan di ubah menjadi
sulfat dan glukoronida acetaminophen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang Dari 5 % di
ekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor tetapi sangat aktif adalah penting dalam dosis
besar karena efek toksiknya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh acetaminophen adalah 2 3 jam dan
relative tidak terpengaruh oleh fungsi ginjal.
Indikasi
Sekalipun ekuifalen dengan aspirin sebagai agen analgesik dan antipiretik yang efektif,
acetaminophen berbeda karena sifat antiinflamasinya lemah. Ia tidak mempengaruhi kadar asam urat dan
sifat penghambatan platelatnya lemah. Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti sakit
kepala, mialgia, nyeri pada pascapersalinan dan keadaan lain dimana aspirin efektif sebagai analgesik.
Aceteminophen saja adalah terapi yang tidak adekuat untuk inflamasi seperti atritis rheumatoid, sekalipun
ia dapat di pakai sebagai tambahan analgesik terhadap terapi anti inflamasi. Untuk analgesik ringan
acetaminophen adalah obat yang lebih disukai pada pasien yang alergi terhadap aspirin atau bilaman
salicylate tidak bisa di toleransi.
Dosis
Nyeri akut dan demam bisa di atasi dengan 325 500 mg empat kali sehari dan secara
proporsional di kurangi untuk anak-anak. Keadaan tunak (steady state) dicapai dalam sehari.
B. PHENACETIN
Phenacetin tidak lagi dipakai di Amerika Serikat dan telah di tarik dari berbagai kombinasi
analgesik bebas (OTC) seperti Anacin dan Empirin Compound. Akan tetapi phenacetin masih ada dalam
sejumlah analgesik di Amerika Serikat dan masih banyak di pakai di Negara lain. Kaitan antara pemakaian
berlebih dari kombinasi analgesik terutama yang mengandung phenacetin dan perkembangan
kegagalan ginjal telah di ketahui selama hampir 30 tahun. Perkiraan presentase pasien dengan penyakit
ginjal tahap akhir yang merupakan akibat dari pemakaian analgesik yang salah adalah 5 % hingga 15%.
Setelah larangan pemakaian phenacetin dalam analgesik di Finlandia, Skotlandia, danCanada, Jumlah
kasus baru dari nefropati analgesik di Negara-negara tersebut berkurang secara signifikan.
SUMBER
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2. Jakarta : Salemba Medika.
Widodo, Samekto dan Abdul Gofir . 2001. Farmakoterapi dalam Neurologi . Jakarta : Salemba Medika
Deglin, Judith Hopfer . 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta : EGC