SKRIPSI
SKRIPSI
PENDAHULUAN
periode transisi pergantian gigi sulung menjadi gigi permanen terdapat banyak
rongga mulut. Seringkali, kebiasaan dilakukan tanpa disadari yang ternyata dapat
yang mengganggu. Bila orangtua tidak mengambil sikap berlebihan, maka si anak
kebiasaan anak akan menghilang ketika anak mencapai usia sekolah, namun
dampak dari kebiasaan buruk ini akan berpengaruh pada perkembangan rongga
mulut, seperti pada jaringan keras (gigi dan tulang alveolar), jaringan pendukung
gigi (gingival dan ligamentum periodontal) maupun mukosa mulut lainnya (lidah,
psikologis.4
1
Kebiasaan dapat timbul sebagai suatu cara bagi anak untuk tetap
Tetapi pada sebagian besar anak, kebiasaan tersebut biasanya dilakukan untuk
menenangkan diri ketika ia merasa tertekan, sedang stres, bosan, lelah, frustasi
tetapi ada juga kebiasaan yang tidak mudah dihilangkan. Beberapa kebiasaan anak
harus tetap diperhatikan karena dapat bertahan lama bila tidak ditangani segera,
dapat mengganggu otot yang terkait dengan pertumbuhan tulang yang salah, gigi
wajah dan psikologis. Kebiasaan seperti mengisap ibu jari, menggigit bibir,
merupakan kebiasaan yang dapat menimbulkan terjadinya anomali letak gigi dan
hubungan rahang. Kebiasaan ini harus segera dihentikan apabila gigi permanen
2
pertama sudah nampak erupsi di mulut. Aktivitas orofasial yang abnormal
kebiasaan buruk. Dalam bidang kedokteran gigi, semakin banyak ahli orthodontik
gigi geligi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan aktivitas bibir dan lidah pada
Orang tua, ahli anak, psikiater, ahli patologi, dan dokter gigi telah
berdasarkan disiplin ilmunya. Dari segi pandangan dokter gigi, yang menjadi
fokus utamanya dari kebiasaan buruk ini terbagi dua, yaitu : (1) bagaimana
buruk anak; (2) apa saja manifestasi dan implikasi dari kebiasaan buruk tersebut
kesehatan gigi anak. Bahaya dari kebiasaan buruk ini tergantung dari seberapa
ataupun kerusakan pada jaringan lunak. Setiap kebiasaan buruk harus dinilai
secara individual pada masing-masing anak, karena setiap anak memiliki cara
yang berbeda dalam melakukan kebiasaannya. Oleh karena itu, kita harus
3
Sebagai dokter gigi, kita harus dapat mendiagnosa apa saja dampak yang
ditimbulkan dari kebiasaan dalam rongga mulut. Jika tidak yakin dari segi
pengaruhnya, maka kita harus menyusun suatu konsultasi gigi yang tepat.
Konsultasi ini harus dilakukan bersama-sama ahli anak, psikiater, ataupun ahli
patologis. Jika semua konsultasi yang tepat telah diselesaikan, klinisi bekerja
akan menentukan rencana perawatan yang sesuai pada anak. Tentu saja banyak
kebiasaan dalam rongga mulut yang sederhana dan tidak membutuhkan konsultasi
yang berlebihan.9
sehingga memerlukan pemahaman bagi setiap orang tua akan kesehatan gigi dan
mulut anaknya.
fisiologi oklusi, interaksi sosial, etiologi dan cara menangani kebiasaan buruk
4
I.2. Rumusan Masalah
anak, baik pada jaringan lunak maupun jaringan keras rongga mulut.
mulut anak.
Referensi yang digunakan oleh penulis antara lain buku-buku teks, dan jurnal,
serta artikel-artikel dari internet yang memuat informasi yang relevan sebagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
II.1 Kebiasaan Buruk Pada Anak
disebabkan oleh proses alami yang kompleks dimana melibatkan kontraksi otot
yang dapat berefek pada fungsi mastikasi, respirasi, fonetik, dan estetik.2
Oral habit sering kali ditemukan pada anak-anak sejak berusia satu bulan.
Hal ini tidak akan menyebabkan masalah yang berarti dalam rongga mulut saat
itu, karena pada dasarnya tubuh dapat memberikan respon terhadap rangsangan
dari luar sejak masih dalam kandungan. Respon tersebut merupakan pertanda
bahwa perkembangan psikologis anak sudah dimulai, terlihat dari tingkah laku
tersebut terus berlanjut hingga anak mulai memasuki usia sekolah dimana
kebiasaan ini terus dilakukan karena orang tua kurang memperhatikan anaknya.
6
Jika kebiasaan tersebut dihentikan sebelum masa erupsi gigi permanen, hal
tersebut tidak akan memberikan efek jangka panjang. Namun jika kebiasaan
Menurut Christensen dan Fields, oral habit dideteksi pada usia 3-6 tahun
melalui pemeriksaan klinis yang merupakan masalah penting karena pada usia ini
berkembang sejak bayi masih trimester ketiga dalam kandungan ibu. Kebiasaan
fase mulut pada bayi yang baru lahir terpenuhi dengan baik. Keahlian mengisap
jari ini dimulai sejak minggu ke-19 karena otak bayi telah mencapai jutaan saraf
motorik sehingga ia mampu membuat gerakan sadar tersebut. Masa transisi dari
periode mengisap ke periode menggigit terjadi dalam periode yang singkat dan
disebut sebagai periode transisi. Periode menggigit berkembang sejak usia pra-
sekolah (4-5 tahun) dan berakhir pada usia sekolah (6-12 tahun).10,12
mengisap ibu jari atau jari tangan (thumb or finger sucking), mengisap bibir atau
7
menggigit bibir (lip sucking or lip biting), mengisap botol susu (bottle sucking),
Oral habit telah berkembang sejak bayi masih dalam kandungan ibunya
yaitu refleks mengisap ibu jari, dimana lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan
membuatnya tertidur. Apabila kebiasaan ini tetap bertahan hingga tumbuhnya gigi
permanen maka akan dapat menimbulkan masalah dengan lengkung gigi dan
pertumbuhannya dalam mulut. Seberapa sering seorang anak mengisap ibu jari
menempatkan jari atau ibu jarinya di belakang gigi, kontak dengan bagian atas
mulut, mengisap dengan bibir, dan gigi tertutup rapat. Aktivitas mengisap jari dan
8
Gambar 1. Kebiasaan thumb and finger sucking.
Sumber : http://travel.okezone.com/read/2009/12/29/196/289072/ayo-cegah-anak-mengisap-
jempol. Accessed on 20th Jun 2011
dilakukan pada saat bayi baru lahir untuk mendapatkan makanan. Mengisap ibu
jari pada tahun-tahun pertama haruslah dipandang sebagai hal yang normal dan
belum perlu untuk dicegah. Karena kalau dicegah, akan menyebabkan kekacauan
Mengisap ibu jari pada bayi kurang dari 6 bulan merupakan salah satu
ekspresi bayi untuk kebutuhan mengisap, terutama kalau sedang lapar. Tetapi
setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan, mengisap jari memberikan arti lain. Bayi
ini membutuhkan ketentraman dan kenikmatan sama seperti yang pernah mereka
alami dulu sewaktu masih kecil. Kini mereka akan mengisap jari kalau sedang
lelah atau mengantuk. Bagi mereka ibu jari merupakan salah satu benda
penghibur. Seringkali nilai ibu jari sedemikian pentingnya bagi anak, sehingga
9
setelah bertahun-tahun kemudian mereka baru ingin berhenti melakukan
kebiasaan tersebut.19
dengan sendirinya. Kebiasaan ini sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan
bisa dianggap normal pada masa bayi dan akan menjadi tidak normal jika
berlanjut sampai masa akhir anak-anak. Hal ini sering terjadi dalam masa
pertumbuhan, sebanyak 25-50% pada anak-anak yang berusia 2 tahun dan hanya
yang tidak memberi nilai nutrisi (non-nutritive), sebagai suatu kebiasaan yang
dapat dianggap wajar. Akan tetapi, kebiasaan mengisap yang berkepanjangan akan
tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan bibir dan pipi pada saat
istirahat.62 Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan tekanan yang tertinggi.
Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi posterior rahang atas ini meningkat akibat
kontraksi otot buccinator selama mengisap pada saat yang sama, sehingga
dalam.21,22
Ada beberapa variasi maloklusi tertentu tergantung jari yang diisap dan
juga penempatan jari yang diisap. Sejauh mana gigi berpindah tempat berkorelasi
dengan lamanya pengisapan per hari daripada oleh besarnya kekuatan pengisapan.
10
Seorang anak yang mengisap kuat-kuat tetapi hanya sebentar tidak terlalu banyak
berpengaruh pada letak giginya, sebaliknya seorang anak yang mengisap jari
meskipun dilakukan tidak terlalu kuat tetapi dalam waktu yang lama (misalnya
selama tidur malam masih menempatkan jari di dalam mulut) dapat menyebabkan
Bila jari ditempatkan di antara gigi atas dan bawah, lidah terpaksa
diturunkan yang menyebabkan turunnya tekanan lidah pada sisi palatal geligi
posterior atas. Pada saat yang sama tekanan dari pipi meningkat dan muskulus
buccinator berkontraksi pada saat mengisap. Tekanan pipi paling besar pada sudut
mulut dan mungkin keadaan ini dapat menjelaskan mengapa lengkung maksila
mulut. Aktivitas ini sangat sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa
dianggap normal pada masa bayi, meskipun hal ini menjadi tidak normal jika
berlanjut sampai masa akhir anak-anak. Sebagian besar anak akan menghentikan
kebiasaan ini dengan sendirinya pada usia antara 2 hingga 4 tahun, walaupun
demikian lebih mudah untuk menghentikan setiap kebiasaan ketika masih awal.1
merupakan aktivitas bawaan pada banyak anak, tetapi berlanjutnya aktivitas ini
11
setelah masa bayi berlalu adalah hasil belajar. Pada kedua keadaan ini, kebiasaan
mengisap jari yang berlanjut akan mulai terbentuk sejak awal perkembangan
atau menggigit kuku atau pensil. Kebiasaan buruk ini bila tidak lekas dihentikan
kebiasaan ini berlanjut sampai periode gigi geligi tetap. Kelihatannya kebiasaan
ini tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian basal dari rahang, karena efeknya
terbatas pada gigi geligi dan prosesus alveolaris dari rahang. Bila kebiasaan ini
yang tepat, kecuali bila beberapa faktor, seperti aktivitas lidah atau bibir
dengan spontan.24
terlambat memberi minum susu pada anak yang sudah berusia 1-2 tahun sehingga
eratnya jalinan kasih sayang antara orang tua dengan anaknya sehingga anak
12
mencari perhatian dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai orang tuanya.
Anak mengalami gangguan emosi, misalnya merasa sedih dan kesepian sehingga
Bayi kurang puas mengisap susu dari ibu. Hal ini mungkin terjadi karena
hanya sedikit ASI yang keluar akibat adanya gangguan kesehatan pada ibu,
sehingga tidak mencukupi kebutuhan si anak. Mungkin ibu terlalu sibuk bekerja
di luar rumah. Selain itu ada juga ibu yang memang tidak ingin menyusui bayinya
karena takut bentuk buah dadanya menjadi jelek. Sebagai gantinya bayi diberi
susu botol dengan bentuk puting susu ibu, sehingga gerak fisiologis otot-otot
bibir, lidah dan pipi tidak normal. Pada saat bayi mengisap susu ibunya, bibir akan
menempel pada susu ibu dan tumbuh perasaan nyaman. Tetapi jika bayi mengisap
susu dari dot yang tidak sesuai maka perasaan tersebut sama sekali tidak ada.
Apalagi kalau lubang dot terlalu besar maka kebiasaan mengisap dari mulut bayi
mengisap sesuatu, dimana yang paling mudah yaitu ibu jari. 26,27
Hampir 80% bayi mempunyai kebiasaan mengisap ibu jari atau jari
lainnya. Biasanya keadaan ini terjadi sampai bayi berusia sekitar 18 bulan. Akan
tetapi, kadang-kadang masih dijumpai pada anak usia prasekolah bahkan sampai
berumur 4 tahun ke atas. Secara alami ia mulai menggunakan otot bibir dan
mulut. Ketidakpuasan mengisap ASI dapat membuat anak suka mengisap jari
tangannya sendiri. Jika kebiasaan ini berlanjut dapat berakibat pertumbuhan gigi
13
penyusuan ASI pada bayi) atau sebaliknya penyapihan dini menyebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan anak untuk mengisap dan akhirnya bayi mengisap yang
tidak bergizi seperti mengisap ibu jari dan penggunaan botol yang dapat
menghasilkan maloklusi.(28,6,29)
tidak aman, dan sehabis dimarahi atau dihukum. Beberapa psikiater percaya
bahwa mengisap ibu jari untuk menarik perhatian ibu, ini disebabkan oleh
kebutuhan anak untuk dekat pada ibunya. Kurangnya cinta dan perhatian pada
bayi dan anak-anak dapat meningkatkan resiko untuk mengisap jari. Rasa jemu
terhadap permainan dan keadaan sekelilingnya, maka dengan cara mengisap ibu
jari akan merupakan hal yang dapat mengatasi kesukaran yang dihadapinya.
anak untuk bisa tertidur. Namun, akan mengkhawatirkan bila gigi permanen mulai
erupsi (sekitar usia 5 tahun) karena akan mengubah bentuk gigi, palatum, atau
dan durasi pengisapan. Maloklusi yang terjadi juga ditentukan oleh jari mana yang
14
diisap, dan bagaimana pasien meletakkan jarinya pada waktu mengisap yang
menimbulkan adanya tekanan ke arah atas gigi depan, dan bagian bawah jari akan
menekan lidah sehingga mendorong gigi bawah dan bibir sedangkan dagu
terdesak ke dalam. Akibatnya anak dapat memiliki profil muka yang cembung
akibat gigi depan yang maju. Anak yang terbiasa menghisap jempol atau
menghisap dot umumnya lebih besar kemungkinan untuk memiliki wajah yang
kurang proporsional saat remaja hingga dewasa, dibandingkan dengan anak yang
diberi ASI dalam periode waktu yang cukup lama dan tidak pernah memiliki
bervariasi, dan sampai batas tertentu tergantung pada pola aktivitas kebiasaan
yang sesungguhnya. Mengisap ibu jari bisa diperkirakan akan memberi efek yang
berbeda daripada mengisap jari lain. Kadang-kadang tidak terlihat adanya efek
sama sekali. Tapi yang paling sering terjadi adalah adanya ibu jari di antara gigi-
gigi yang sedang bererupsi akan membuat timbulnya gigitan terbuka anterior,
yang biasanya asimetris, lebih nyata pada sisi yang digunakan untuk mengisap ibu
jari. Jika lidah juga protrusi, gigitan terbuka cenderung lebih besar, sehingga gigi-
gigi anterior rahang atas protrusif. Di samping itu palatum bagian depan menjadi
tinggi, sehingga bentuk lengkung rahang menjadi segitiga tidak oval dan susunan
gigi depan menjadi lebih maju dari sebagaimana seharusnya, area untuk tumbuh
15
barangkali terkombinasi dengan aktivitas otot-otot bukal. Penyempitan ringan dari
lengkung gigi ini bisa menyebabkan rahang bawah menempati jalur penutupan
translokasi, dengan disertai perkembangan gigitan terbalik pada salah satu sisi
Sumber : http://apotek-tunas.blogspot.com/2008/11/rapikan-gigi-sejak-dini.html.
Accessed on 20th Jan 2011
Kebiasaan mengisap jari pada fase geligi sulung tidak mempunyai dampak
pada gigi permanen bila kebiasaan tersebut telah berhenti sebelum gigi permanen
erupsi. Bila kebiasaan ini terus berlanjut sampai gigi permanen erupsi akan
terdapat diastema, gigitan terbuka, lengkung atas sempit serta retroklinasi insisivi
bawah. 31
16
Bila kebiasaan mengisap ibu jari bertahan sampai umur 4 tahun maka akan
masalah pada tulang-tulang di sekitar mulut. Resiko tinggi ditemukan pada anak
yang mengisap ibu jari pada waktu siang dan malam. Dengan pengisapan yang
terus menerus terjadi jari abnormal seperti hiperekstensi jari, terbentuk callus,
iritasi, eksema, dan paronikia (jamur kuku). Efek psikologis pada anak akan
menimbulkan menurunnya kepercayaan diri anak karena anak sering diejek oleh
saudara atau orangtuanya. Dapat juga terjadi keracunan yang tidak disengaja, anak
yang mengisap ibu jari terpapar tinggi terhadap keracunan yang tidak disengaja,
Perawatan psikologis
Bila kebiasaan ini menetap setelah anak berumur 4 tahun, maka orang tua
17
memberikan hukuman pada anak karena anak akan makin menolak untuk
d) Berikan penghargaan. Orang tua dapat memberikan pujian dan hadiah yang
Perawatan ekstra oral yang dapat dilakukan pada anak yang memiliki
kebiasaan mengisap ibu jari atau jari tangan lainnya, antara lain17,20 :
a) Ibu jari atau jari diolesi bahan yang tidak enak (pahit) dan tidak berbahaya,
18
Gambar 3. Thumb guard dan finger guard
Sumber : http://www.plioz.com/braeak-the-habit-thumbguard-and-fingerguard/#more-376.
Accessed on 20th Jun 2011
d) Sarung tangan.
Sumber : http://www.medicalera.com/info_answer.php?thread=13548.
19
kerjasama yang baik dengan anak mengenai kebiasaan buruk mengisap ibu jari,
misalnya kotoran pada sela-sela kuku akan masuk ke mulut dan menyebabkan
sakit perut. Usahakan anak sadar dan tahu betul mengapa ia harus menghentikan
secara logis, namun tidak ada salahnya memberitahukan bahwa akan jauh lebih
baik gigi yang terlihat di masa depan jika mereka menghentikan kebiasaan itu.33,27
Jangan sekali-kali melarang secara langsung dengan keras misalnya mencabut ibu
jari yang sedang diisap dengan kasar atau mengejek dan memperolok-olok. Hal
telinga, menarik ke arah baju, ujung bantal dan lain-lain maka usaha pertama ialah
diberi baju kaos, tanpa kerah, tidur tanpa bantal dan lain-lain maka kebiasaan
primernya akan berhenti. Dapat pula kita memberikan permen atau kue sebagai
pengganti ibu jari yang diisapnya, memberikan pujian, upah atau hadiah kecil
jari pada anak antara lain; mengusahakan agar bayi mengisap susu ibu selama
mungkin maksimal 2 tahun. Jika ibu terpaksa tidak dapat menyusui, berikan dot
yang sesuai dengan bentuk puting susu ibu. Kalau keluarnya air susu ibu terlalu
deras sehingga anak cepat kenyang, berilah dot latihan yang bentuknya sesuai
20
dengan bentuk puting susu ibu untuk menyalurkan kemampuan naluri mengisap
dari si bayi. Ibu harus mengusahakan pemberian makan dan minum tepat pada
tersebut pada kisaran umur 2-4 tahun, namun lebih mudah jika orang tua
dapat berhenti sebelum anak berusia 5 tahun, maka kelainan yang timbul dapat
membaik dengan sendirinya karena fungsi otot-otot sekitar mulut yang normal.
Namun tidak demikian bila gigi tetap telah muncul dan kegiatan mengisap ibu jari
maupun botol susu masih berlanjut hingga melewati usia 6 tahun dan berlangsung
intensif akan merupakan kebiasaan buruk dan akibat yang ditimbulkan tidak dapat
Anak yang berusia 3 tahun berilah perhatian dan kasih sayang yang lebih.
Akan tetapi, apabila kebiasaan tersebut masih terus berlanjut, orangtua dapat
mencoba mengoleskan bahan-bahan atau obat pada permukaan ibu jari dengan
cairan yang pahit (kina), pedas (lada) atau rasa getir (minyak kayu putih) pada jari
yang sering mereka isap. Usaha lain yaitu memberi sarung tangan atau membalut
Jika anak yang berumur 4 tahun keatas masih juga melakukan kebiasaan
mengisap ibu jari, dimana seharusnya anak ini sudah mengalihkan perhatiannya
dengan bermain, maka secara psikologis ada sesuatu yang tidak normal. Untuk
21
dahulu. Apabila penyebabnya sudah diketahui, secara bertahap orangtua dapat
anak.14,25
Apabila usia anak lebih dari 7 tahun dan masih melakukannya, sebaiknya
anak. Dokter gigi akan membuat alat ortodonti untuk mencegah berkontaknya ibu
jari dengan langit-langit rongga mulut sehingga kenikmatan mengisap jari akan
terhalangi oleh alat tersebut. Perawatan ini baru dilakukan apabila metode
menangani kasus ini adalah removable appliance atau palatal arch modified yang
Dapat juga digunakan perban AceTM yang dibungkus pas tapi tidak terlalu
ketat pada pertengahan lengan yang biasa digunakan untuk kegiatan mengisap
jari. Tangan tidak tercakup, dan perban tidak menghambat aliran darah di lengan.
Setelah di tempat tidur, anak akan berpikir bahwa ia dapat menempatkan jari pada
mulutnya. Namun dengan adanya perban Ace yang memiliki elastisitas cukup
tinggi akan mengeluarkan jari dari mulutnya sehingga memungkinkan untuk jatuh
Sudah banyak waktu dan usaha yang dicurahkan untuk mendorong anak-
anak berhenti mengisap jari, tapi efek mengisap bibir biasanya kurang disadari.
kebiasaan mengisap jari biasanya gagal kecuali jika si anak sendiri yang ingin
22
menghentikannya. Pada kasus ini, pemasangan piranti di dalam mulut anak
menghentikan kebiasaan tersebut. Dengan kata lain, ini berarti menunda setiap
usaha untuk menghentikan kebiasaan tersebut sampai anak berusia 8 tahun atau
lebih, dimana pada usia tersebut kebanyakan anak memang sudah menghentikan
kebiasaan ini. 24
psikologis penderitanya. Kebiasaan yang sering dilakukan pada anak usia 4-6
tahun ini, dapat merubah kedudukan gigi depan atas ke arah depan, sedang gigi
depan bawah ke arah dalam. Gigi yang protrusi akibat dari kebiasaan mengisap
bibir bawah sejak kecil menyebabkan anak sering menjadi bahan pembicaraan
Oleh sebab itu, intensitas mengisap bibir bawah juga semakin meningkat. Selain
menjadi tertahan. Salah satu penelitian menunjukkan 50% anak-anak tuna wisma
yang mempunyai oral habit, prevalensi mengisap atau menggigit bibir sebanyak
17,37%.(20,6,2)
sekitarnya. Kekuatan dari otot-otot orbicularis oris dan otot-otot buccinator yang
23
diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Keseimbangan otot-
otot daerah sekitar mulut dapat mengganggu apabila pasien memiliki kebiasaan
buruk seperti mengisap ibu jari, menjulurkan lidah, mengisap bibir, dan bernafas
melalui mulut.36
otot buccinator. Dalam mekanisme ini, kekuatan yang mendorong gigi dihasilkan
oleh otot orbicularis oris, otot buccinators, otot penarik superior pharyngeal yang
diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Kerja yang berlebihan
penyempitan lengkung gigi, mengurangi ruang untuk gigi dan lidah serta
24
B. Etiologi Lip Sucking/Lip Biting
a) Stress. Cobalah untuk mencari tahu apa yang mungkin membuat anak stress
dan bantu mereka untuk menghadapinya. Dalam hal ini orang tua harus
mendengarkan.
b) Variasi atau sebagai pengganti dari kebiasaan mengisap ibu jari atau jari. Hal
hipertonicity otot-otot mentalis. Kebiasaan buruk dapat menjadi faktor utama atau
merupakan faktor yang kedua. Kebiasaan mengisap bibir yang menjadi faktor
utama akan terdapat overjet yang besar dengan gigi anterior rahang atas condong
25
ke labial dan gigi anterior rahang bawah condong ke lingual diikuti perbedaan
Kebiasaan mengisap bibir sebagai faktor kedua biasanya terjadi disebabkan oleh
atas bisa normal dan jarak antara gigi rahang atas dan rahang bawah terjadi setelah
proses adaptasi.36
b) Orang tua harus berperan aktif mencari tahu tentang sebab-sebab yang
satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.
26
A. Gambaran Umum Tongue thrusting
Sejak tahun 1958, istilah tongue thrust atau menyodorkan lidah telah
dijelaskan dan dibahas dalam pembicaraan dan diskusi dalam bidang kedokteran
gigi serta dipublikasikan oleh banyak penulis. Telah dicatat bahwa sejumlah besar
literatur baru-baru ini, sebanyak 67-95% dari anak-anak yang berusia 5-8 tahun
melakukan kebiasaan tongue thrust dalam jangka waktu yang lama akan
tongue thrust.37
lebih berupa adaptasi terhadap adanya gigitan terbuka misalnya karena mengisap
jari. Kebiasaan menjulurkan lidah biasanya dilakukan pada saat menelan. Pola
menelan yang normal adalah gigi pada posisi oklusi, bibir tertutup, dan lidah
yaitu13,7 :
lama pada gigi dapat menyebabkan adanya perubahan letak gigi dan
menghasilkan efek yang nyata. Dorongan lidah yang hanya sebentar tidak akan
27
menghasilkan perubahan pada letak gigi. Tekanan lidah pada penelanan yang
tidak benar hanya berlangsung kira-kira 1 detik. Penelanan secara ini hanya terjadi
kurang lebih 800 kali pada saat seseorang terjaga dan hanya sedikit pada waktu
tidur sehingga sehari hanya kurang dari 1000 kali. Tekanan selama seribu detik
tekanan yang terus-menerus pada gigi, meskipun tekanan yang terjadi kecil tetapi
berlangsung lama, dapat menyebabkan perubahan letak gigi baik jurusan vertikal
maupun horizontal. Pada pasien yang posisi lidahnya normal pada saat menelan
depan dan menekan gigi-gigi seri pada waktu istirahat, selama berbicara atau
mulut, sehingga dapat mempengaruhi posisi gigi. Gigi depan atas akan merongos
ke depan dan terjadi gigitan terbuka. Dan apabila menekan lidah ke pipi sambil
dalam. Terjadi penyimpangan pola menelan dan berbicara yang tidak normal.
(19,32,38,27)
ekspresi wajah pada saat menelan, yaitu bibir menutup dan otot-otot sekeliling
mulut tegang pada posisi istirahat kedua bibir dan lidah menutupi permukaan gigi-
28
gigi bawah atau lidah menjulur ke depan, bernapas melalui mulut, dan mengisap
ibu jari. Kebiasaan menjulurkan lidah ini biasanya timbul karena adanya
pembesaran amandel atau tonsil, lengkung gigi atas yang menyempit, lidah yang
yang salah pada saat menelan, terlalu jauh ke depan atau ke samping.
Diperkirakan bahwa setiap 24 jam menelan 1.200 hingga 2.000 kali, dengan
tekanan sekitar 4 pon tiap kali menelan. Tekanan ini konstan sehingga lidah akan
memaksa gigi keluar dari kesejajaran lengkung gigi. Selain tekanan yang
diberikan saat menelan, mengganggu saraf dan juga mendorong lidah terhadap
gigi ketika sedang beristirahat. Ini merupakan kebiasaan, spontan dari alam bawah
Sebenarnya, tidak ada penyebab spesifik dari masalah tongue thrust ini.
Namun diduga hal-hal yang dapat menyebabkan tongue thrust tersebut antara lain
yaitu(40,7,13) :
2. Kebiasaan mengisap ibu jari. Walaupun mengisap jari tidak dilakukan lagi,
akan tetapi telah terbentuk openbite maka lidah sering terjulur ke depan untuk
29
4. Tonsil yang besar, adenoid, atau infeksi tenggorokan yang menyebabkan
untuk lidah dapat terjulur ke depan selama menelan, agar didapat posisi yang
lebih nyaman.
bergerak ke labial.
sehingga dapat mempengaruhi posisi gigi. Gerakan menelan dengan posisi lidah
menjulur akan menimbulkan maloklusi pada gigi anak seperti gigi-gigi seri atas
dan bawah terdorong ke arah bibir (protrusi) dan terjadi gigitan terbuka (open
bite).19,32
kencang, tetapi tidak dapat melakukan prosedur penelanan mekanis sampai bibir-
30
bibir membuka rongga mulut. Dalam mekanisme penelanan yang normal, lidah
berada di atap mulut dan ketika pasien menelan, maka lidah akan melebar dan ikut
secara vertikal ke arah palatum. Lidah malah bergerak melewati gigi-gigi anterior
kebiasaan mengisap ibu jari, meski tidak semua anak yang mengisap ibu jari
melakukan tongue thrust. Diagnosa tongue thrust dapat diketahui oleh dokter gigi
dengan alat khusus untuk memeriksa tongue thrust, yaitu dengan alat Linguometer
a) Anterior openbite merupakan kasus yang paling umum terjadi akibat tongue
thrust. Dalam kasus ini, bibir depan tidak menutup dan anak sering
membiarkan mulutnya terbuka dengan posisi lidah lebih maju daripada bibir.
b) Anterior thrust. Gigi incisivus atas sangat menonjol dan gigi incisivus bawah
tertarik ke dalam oleh bibir bawah. Jenis ini paling sering terjadi disertai
31
c) Unilateral thrust. Secara karakteristik, ada gigitan terbuka pada satu sisi.
d) Bilateral thrust. Gigitan anterior tertutup namun gigi posterior dari premolar
pertama ke molar dapat terbuka pada kedua sisinya. Kasus seperti ini pada
e) Bilateral anterior openbite, dimana hanya gigi molar yang berkontak. Pada
f) Closed bite thrust menunjukkan protrusi ganda yang berarti gigi-gigi rahang
gerakan lidah yang normal saat menelan telah lama terkait dengan openbite
anterior dan protrusi incisivus rahang atas. Prevalensi posisi lidah secara anterior
relatif tinggi pada anak-anak, Proffit menyatakan bahwa kondisi ini sering disebut
tongue thrust, deviate swallow, visceral swallow, atau infantile swallow. Dia juga
dan anatomi (pertumbuhan) anak itu sendiri. Bayi normal memposisikan lidahnya
32
Gambar 6. Kebiasaan tongue thrust
Sumber : Palmer, B. The importance of breastfeeding as it relates to the total health
section B Missouri J. 2002
a) Terapi bicara
b) Latihan myofunctional
Menarik bibir bawah pasien. Sementara bibir menjauh dari gigi, pasien
diminta untuk menelan. Jika pasien biasa menyodorkan lidahnya, bibir akan
menarik bibir pada saat pasien berusaha menelan. Pasien yang menyodorkan lidah
rongga mulut.
c) Latihan lidah
Berlatih meletakkan posisi lidah yang benar saat menelan. Pasien harus
lidah pada atap mulut dan menghentakkannya lepas dari palatum untuk membuat
suara klik. Posisi lidah pada palatum selama aktivitas ini kira-kira seperti posisi
jika menelan dengan tepat. Pasien juga diminta membuat suara gumaman dimana
pasien akan mengisap udara ke dalam atap mulutnya di sekeliling lidah. Selama
33
latihan ini, lidah secara alamiah meletakkan dirinya ke atap anterior palatum.
Selanjutnya pasien akan meletakkan ujung lidah di posisi ini dan menelan.
Penanganan kebiasaan buruk dapat dikoreksi oleh dokter gigi namun harus
dikonsultasikan terlebih dahulu. Dapat pula diatasi dengan cara mekanik berupa
alat-alat khusus yang diberikan dokter gigi untuk dipakai anak, meski tetap ada
kemungkinan gagal. Cara kedua adalah dengan myotherapy. Myoterapi ini adalah
latihan otot-otot lidah dan mulut untuk meletakkan lidah pada waktu menelan dan
istirahat pada posisi yang benar. Latihan menelan ini dilakukan setelah penyebab-
thrust pada anak di atas usia 8 tahun yang menunjukkan bahwa kebiasaan tongue
34
dapat terlihat pada orang dengan kebiasaan ini. Perubahan-perubahan pada
anterior adalah daerah yang sering terlibat. Efek merusak pada kebiasaan ini
biasanya karena iritasi pada daerah yang mengalami kekeringan atau dehidrasi
pada permukaannya. 1
Anak yang bernapas melalui mulut biasanya berwajah sempit, gigi depan
atas maju ke arah labial, serta bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di
belakang insisivus atas. Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah
dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar oleh otot
orbicularis oris dan buccinator, maka segmen bukal dari rahang atas berkontraksi
sebagai saluran pernapasan normal. Hal ini dapat terjadi karena adanya kelainan
anatomi hidung atau penyakit-penyakit hidung, antara lain polip hidung, sinusitis,
rhinitis kronis dan pembesaran tonsil di belakang hidung. Pada beberapa orang,
melalui hidung akibat adanya obstruksi pada saluran pernafasan atas. Kebiasaan
35
ini disebabkan oleh penyumbatan rongga hidung, yang dapat mengganggu
pertumbuhan tulang di sekitar mulut dan rahang, wajah menjadi sempit dan
panjang, dan gigi bisa jadi tonggos. Pernafasan mulut menghasilkan suatu
model aktivitas otot wajah dan otot lidah yang abnormal. Bernafas melalui mulut
menyebabkan mulut sering terbuka sehingga terdapat ruang untuk lidah berada di
pengunyahan dan menelan serta postur lidah dan bibir yang melibatkan aksi
pernafasan mulut menyebabkan terjadinya beberapa hal yang tidak sehat, seperti
infeksi telinga tengah yang kronis, sinusitis, infeksi saluran nafas atas, gangguan
disebabkan oleh alergi, hipertrofi dan inflamasi tonsil atau adenoid, diviasi septum
nasal, pembesaran konka dan hipertrofi membran mukosa nasal. Jika obstruksi
tersebut bersifat sementara, seperti pada waktu flu dan alergi, maka perubahan
struktur ini tidak permanen, tetapi dapat juga menjadi permanen setelah obstruksi
36
Kegagalan hidung untuk berfungsi sebagai saluran pernafasan utama, akan
sebagai saluran untuk bernafas. Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh karena
adanya hambatan atau obstruksi pada saluran pernafasan atas. Obstruksi pada
trauma kecelakaan.
disebabkan oleh keadaan dari gigi dan mulut, meliputi : pencabutan gigi
oklusal, seperti kontak prematur antara gigi atas dan bawah, adanya mahkota
penutupan sutura, resorpsi akar gigi sulung, dan erupsi gigi permanen.
37
b. Defisiensi nutrisi, akibat konsumsi nutrisi yang tidak adekuat atau
konsumsi nutrisi yang tidak efisien. Nutrisi yang baik ikut menentukan
Pada anak yang menderita penyakit kronis hampir semua energi yang
bertumbuh.
c. Gangguan temporomandibular.
Salah satu penyebab obstruksi jalan nafas hidung pada anak adalah alergi
binatang.
38
5. Malformasi kongenital dan tumor seringkali muncul pada masa kanak-kanak.
Malformasi kongenital seperti stenosis koanal dan atresia bisa hilang cepat.
mulut pada orang yang bernafas melalui mulut karena adanya plak yang melekat
pada gigi dan lidah. Akibat lain yang ditimbulkan yaitu rahang atas sempit, gigi
belakang atas miring ke arah dalam, gigi depan atas tonggos (protrusif) dan terjadi
39
Gambar 7. Akibat mouth breathing
Sumber: http://atlantagentledental.com/articles/airway/. Accessed on 20th Jun 2011
dapat bernapas melalui hidungnya, jika mungkin dengan kedua bibir sama sekali
rileks. Oleh karena itu, semua pasien yang bernapas melalui mulut dianjurkan
untuk memeriksakan diri pada spesialis telinga, hidung dan tenggorokan sebelum
yang sering berperan dalam obstruksi nasal. Jaringan adenoid telah ada setelah
umur 6-12 bulan yang kemudian akan membesar dan kemudian pada umur 2-3
pertumbuhan fasial (dengan meningkatnya jarak antara basis krani dan palatum)
cukup untuk memenuhi jalannya udara pernafasan. Jika ekspansi terjadi, apakah
tinggi wajah posterior, atau dengan adanya kombinasi kedua hal tersebut, maka
jalan nafas akan menjadi inadekuat. Anak dengan keadaan seperti ini akan
40
Bernafas melalui mulut diperkirakan dapat mempengaruhi aktivitas otot-
otot orofasial seperti otot bibir, lidah, dan lain-lain. Perubahan aktivitas otot-otot
tersebut akan menuntun terjadinya modifikasi pola pertumbuhan wajah dan postur
Proffit, bernafas merupakan penentu utama postur rahang dan lidah (dan sedikit
mempengaruhi kepala), oleh sebab itu mungkin saja perubahan cara bernafas,
seperti bernafas melalui mulut dapat merubah postur kepala, rahang, dan lidah.
Hal ini akan merubah ekuilibrium tekanan pada rahang dan gigi dan
merupakan salah satu faktor yang memberi kontribusi terjadinya pernafasan oral
atau oronasal. Penelitian yang dilakukan oleh Leite et al yang menganalisis 100
dapat terjadi perubahan dimana bibir atas dan bibir bawah berada dalam posisi
41
terbuka, akibatnya penderita akan mengalami kesulitan dalam menelan makanan
b) Adenoid facies
Hal ini ditandai dengan penyempitan lengkung rahang atas, hipertrofi dan
keringnya bibir bawah, hipotonus bibir atas dan tampak memendek, tampak
adanya overbite yang nyata. Dikarenakan adanya fungsi yang abnormal, penderita
hidung mengecil dan kurang berkembang, arkus faring tinggi dan pasien tampak
Gambar 8. Anak dengan wajah adenoid. Ciri khas anak yang bernafas melalui mulut
Akibat dari fungsi yang abnormal ini, anak-anak yang bernafas dengan
wajah adenoid atau sindrom muka panjang. Individu ini dapat ditandai dengan
42
posisi mulut yang terbuka, nostril yang kecil dan kurang berkembang, bibir atas
yang pendek, gummy smile, ketinggian muka vertikal yang meningkat pada 1/3
wajah bagian bawah, ketinggian dentoalveolar yang berlebihan, dan palatum yang
dalam. Selain itu terjadi gingivitis marginal anterior di sekitar gigi anterior.
c) Maloklusi
gigi incisivus bawah beroklusi dengan rugae palatum. Ketidakteraturan gigi geligi
juga dapat ditemui pada maksila yang kurang berkembang, utamanya pada
poliklinik telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) untuk mengetahui ada tidaknya
dengan dokter gigi. Dokter gigi akan membuat alat ortodonti untuk menutup jalan
hidungnya kembali.25,41
43
Perawatan untuk menghentikan pernafasan mulut pada anak dilakukan
nasal pada anak dapat ditentukan melalui pemeriksaan riwayat menyeluruh dan
alergi dapat membantu mengembalikan pola pertumbuhan yang normal dan postur
lidah lebih ke belakang sehingga erupsi gigi geligi anterior tidak terganggu.
44
topical dan dekongestan. Antihistamin yang sering digunakan adalah
sering terlihat adalah rasa ngantuk, kehilangan nafsu makan, konstipasi, efek
dimana terjadi crossbite, dan malposisi gigi yang haru dikoreksi dengan tindakan
orthodontik.
Bruksisme atau yang paling sering dikenal dengan istilah kerot (tooth
grinding) adalah mengatupkan rahang atas dan rahang bawah yang disertai dengan
adalah kebiasaan bawah sadar (sering tidak disadari) walaupun ada juga yang
keras sehingga menimbulkan suara yang keras, tapi dapat juga tanpa suara yang
45
berarti. Jika bruksisme dilakukan dengan tekanan kerot yang keras, akan terjadi
Bruksisme biasa terjadi pada anak. Kebiasaan ini biasanya muncul pada
malam hari, dan berlangsung dalam periode waktu yang lama, sehingga dapat
menyebabkan gigi sulung dan gigi permanen abrasi. Kebiasaan ini timbul pada
masa gigi-geligi sedang tumbuh. Dan jika bertahan hingga anak dewasa biasanya
disertai dengan adanya stres emosional, parasomnia, trauma cedera otak, ataupun
cacat neurologis, dengan komplikasi erosi gigi, sakit kepala, disfungsi sendi
rahang atas dan rahang bawah, bisa timbul pada masa anak-anak maupun dewasa.
Reding, Rubright, and Zimmerman melaporkan 15% anak dan remaja dalam studi
malam hari dan jika dilanjutkan dalam jangka waktu yang lama bisa berakibat
abrasi gigi permanen. Ketika kebiasaan tersebut berlangsung hingga masa dewasa
dewasa.(47,40,4)
dari gigi yang bersifat non-fungsional. Istilah ini dalam literatur sering disebut
dengan beberapa istilah yang lain, yaitu neuralgia traumatic, occlusal habit
46
tidak menyadari kebiasaan buruk yang dimilikinya tersebut, walaupun bruxism
orang tua atau teman tidurnya. Bruxism dapat juga terjadi pada siang hari,
misalnya pada saat individu yang bersangkutan mengalami stress, namun bruxism
yang paling parah adalah bruxism yang terjadi pada malam hari.48
Bruxism pada malam hari terjadi selama tidur dan anak biasanya tidak
menyadari masalah ini. Kejadian ini biasanya singkat, berlangsung 8-9 detik,
dengan terdengar suara grinding. Bruxism pada siang hari terutama terkait dengan
Bruxism yang diamati pada 5-20% anak-anak. Peningkatan frekuensi selama masa
kanak-kanak, memuncak pada usia 7-10 tahun dan menurun setelah itu.4
Pada saat tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan suara
gigi-gigi yang beradu. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya abrasi pada
permukaan atas gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah. Bila lapisan email yang
47
hilang cukup banyak dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi yang mengalami
abrasi. Kadang terlihat adanya jejas atau tanda yang tidak rata pada tepi lidah.47
grinding dan ada juga yang memperlihatkan gerakan static clenching, lebih
muskulus yang kuat dan berkelanjutan adalah lebih berbahaya. Bruxism lebih
B. Etiologi Bruxism
langsung dengan kondisi stres harian. Ada satu penelitian yang membuktikan
antara aktivitas otot masseter yang nonfungsional (dikunyahkan tapi tidak untuk
48
hubungan oklusal yang malrelasi atau adanya sangkutan oklusal atau interferens,
yang dapat memicu terjadinya bruksisme jika dikombinasikan dengan stres atau
kondisi cemas.1
Pada anak-anak, kadang kebiasaan ini timbul pada masa gigi-geligi sedang
1. Faktor psikologis
(gangguan tidur yang muncul pada ambang batas antara saat terjaga dan tidur,
misalnya gangguan mimpi buruk dan gangguan berjalan sambil tidur). Menurut
2. Faktor morfologi
Oklusi gigi geligi dan anatomi skeletal orofasial dianggap terkait dalam
49
dapat berupa trauma oklusal ataupun tonjol yang tajam, gigi yang maloklusi
secara historis dianggap sebagai penyebab paling umum dari bruxism. Disharmoni
lokal antara bagian-bagian sistem alat kunyah yang berdampak pada peningkatan
tonus otot di region tersebut juga dipandang sebagai salah satu etiologi yang
3. Faktor patofisiologis
endokrin. Penyelidikan efek gangguan gizi dan endokrin bersama dengan parasit
pencernaan pada fungsi otot mastikasi, serat kepekaan terhadap trigeminal sampai
Penderita TMD cenderung memiliki insiden bruxism yang lebih tinggi dari
50
faktor etiologi yang diperlukan untuk menyebabkan terjadinya bruxism, tetapi
C. Akibat Bruxism
dan rahang bawah, baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan email yang
melindungi permukaan atas gigi hilang, sehingga dapat timbul rasa ngilu pada
gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus dan berlangsung dalam waktu
pasien dengan bentuk tonjol yang curam, luka pada periodonsium, pulpitis,
maloklusi, patahnya gigi akibat tekanan yang berlebihan, dan kelainan pada sendi
temporomandibular joint.47,48
pengunyahan, sakit kepala, dan sakit pada telinga; (2) gangguan bentuk gigi,
karena bruksisme menyebabkan mahkota gigi menjadi pendek dan hilang nilai
terbuka; (3) Kadang terlihat adanya jejas atau tanda yang tidak rata pada tepi
lidah; (4) gigi menjadi lebih sensitif dan terasa ngilu terhadap dingin, tekanan, dan
stimulus lainnya; (5) fraktur gigi dan tambalan. Tekanan besar yang dihasilkan
51
tambalannya; (6) terjadi kegoyangan gigi; (7) ketidaknyamanan dan nyeri pada
sendi TMJ yang biasanya dirasakan ketika mengunyah atau berbicara. (1,51,46)
D. Penanganan Bruxism
Pendekatan perilaku biasanya diawali oleh dokter giginya melalui penjelasan dan
pada pasien untuk mendapatkan terapi perilaku yang spesifik, seperti hipnosis,
dengan cara bimbingan psikologi. Hal ini bertujuan agar pasien dapat mengelola
bite guard (splin stabilisasi maksila) untuk melindungi permukaan gigi dan untuk
individu. Terapi dengan menggunakan splin gigitan (night guard) secara signifikan
mengurangi tingkat bruksisme ketika splin tersebut dipakai, tapi jika splin dilepas,
bruksisme kembali terjadi. Pada penerapannya, night guard dipakai lebih banyak
parafungsi siang hari. Dari hasil suatu penelitian disebutkan bahwa tekanan
kunyah pada saat tidur 6 kali lebih besar daripada tekanan kunyah pada saat
pasien bruksisme terhadap terapi oklusal dengan alat splin sangat bervariasi. 1,51
52
Biasanya kasus-kasus bruxism terlambat didiagnosa karena penderita tidak
menyadari bahwa mereka memiliki kebiasaan tersebut. Untuk perawatan kasus ini
dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang didesain dan dibuat khusus sesuai
dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut night-guard dan digunakan saat
tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk batas antara gigi-gigi rahang atas
dan rahang bawah sehingga tidak akan saling beradu. Pemakaian alat ini akan
mencegah kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi dan membantu pasien dalam
stres, maka melakukan konsultasi dengan psikolog merupakan salah satu hal yang
dengan restorasi gigi yang kurang baik. Terapi oklusal, bahkan setelah
efektif pada sebagian pasien. Pada pasien yang tidak berespons terhadap
a) Penggunaan Night-guard
Perawatan untuk kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang
didesain dan dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini
53
disebut night-guard dan digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan
membentuk batas antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sehingga tidak
akan saling beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah kerusakan yang lebih jauh
b) Bila penyebab utama dari bruxism adalah stress. Cobalah untuk mencari tahu apa
Konsultasi dengan psikolog merupakan salah satu hal yang dapat membantu
seorang anak yang baik, pintar dan berpenampilan menggemaskan serta memiliki
54
senyuman menarik dengan barisan giginya yang putih dan rapi. Namun
ditemui memiliki gigi yang tumbuh tidak teratur. Sehingga, menyebabkan posisi
gigi-gigi tersebut berjejal. Dalam istilah medisnya situasi seperti ini disebut
dengan maloklusi.52
geligi di saat rahang atas dan rahang bawah bertemu. Orangtua perlu mengetahui
gejala awal dari gangguan ini. Di antaranya yaitu gigi sering tumbuh di tempat
yang salah, mengakibatkan gigi atas dan gigi bawah tidak bertemu dengan
mengigit. Akibatnya dapat terjadi gangguan makan, karena gigi tidak dalam posisi
menyebabkan anak menjadi susah berbicara. Kondisi rahang dan gigi yang
kata-kata tertentu.52
adanya ketidaksesuaian antara lengkung gigi dan lengkung rahang pada masa
malrelasi rahang pada ketiga bidang yaitu ruang sagital, vertikal atau transversal.
Maloklusi juga bisa merupakan variasi biologi sebagaimana variasi biologi yang
55
terjadi di bagian tubuh yang lain, tetapi karena variasi letak gigi mudah diamati
Gigi merupakan satu kesatuan dengan struktur sekitar seperti jaringan otot
pengunyah, tulang rahang, wajah yang memiliki hubungan erat dan timbal balik.
pengunyahan yang normal. Pasien diharapkan dapat memiliki susunan gigi yang
dapat diperbaiki, dan hilangnya rasa sakit yang mungkin terjadi akibat gigitan
yang tidak seimbang karena susunan gigi yang tidak rata. Susunan gigi tidak
masalah psikososial bagi penderita. Gigi yang berjajar rapi dengan senyum yang
menarik biasanya dihubungkan dengan status sosial yang positif, dan hal ini dapat
1. Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat
56
2. Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme
4. Jika ada gigi-gigi yang berjejal atau tidak teratur, yang bisa merupakan
5. Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi.
gigitan yang tidak normal, misalnya crossbite atau gigitan bersilang baik anterior
maupun posterior.27
tentang pasien yang akan dirawat dan seberapa jauh terjadi penyimpangan dari
keadaan normal. Data yang perlu diketahui meliputi; (1) alasan perawatan
ortodontik, (2) riwayat kesehatan umum, (3) riwayat kesehatan gigi, (4)
pemeriksaan ekstra-oral dan intra-oral, (5) hubungan rahang dengan gigi geligi.13
57
beberapa golongan saja. Banyak klasifikasi telah diajukan akan tetapi sampai saat
ini Klasifikasi Angle merupakan klasifikasi yang paling luas digunakan di dunia
dengan melihat relasi molar dapat dilihat pula relasi rahang, kecuali jika gigi
Sumber : http://www.uitdev.com/clients/dentistassoc/orthodontics.html.
Accessed on 20th Jan 2011
mesial dari posisi klas I telah melewati puncak tonjol mesiobukal molar
pertama bawah, atau gigi molar pertama bawah lebih ke distal (Distoklusi)
Klas III Angle : Tonjol mesiobukal molar pertama atas berada lebih ke
distal dari posisi klas I telah melewati puncak tonjol distobukal molar
(Mesioklusi)
58
Gambar 12. Klasifikasi Maloklusi
Sumber : http://luv2dentisha.wordpress.com/2010/05/08/maloklusi/.
Accessed on 20th Jan 2011
Dalam kedokteran gigi, susunan gigi yang tidak beraturan dan hubungan
gigi antara rahang atas dan bawah tidak ideal disebut maloklusi. Maloklusi
faktor-faktor tertentu. Secara garis besar etiologi atau penyebab suatu maloklusi
dapat digolongkan dalam faktor herediter (genetik) dan faktor lokal. Kadang-
kadang suatu maloklusi sulit ditentukan secara tepat etiologinya karena adanya
anak. Dimensi kraniofasial, ukuran dan jumlah gigi sangat dipengaruhi faktor
genetik sedangkan dimensi lengkung gigi dipengaruhi oleh faktor lokal. 13,54
dimana ada ketidaksesuaian besar rahang dengan besar gigi-gigi di dalam mulut.
Genetik gigi adalah kesamaan dalam bentuk keluarga sangat sering terjadi tetapi
jenis transmisi atau tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa
59
kasus. Misalnya, ukuran rahang mengikuti garis keturunan Ibu, dimana rahang
berukuran kecil, sedangkan ukuran gigi mengikuti garis keturunan bapak yang
giginya besar-besar. Maka perkiraan keturunan bisa terjadi keadaan anak dimana
memiliki rahang yang kecil namun gigi geliginya besar-besar sehingga terjadi gigi
berjejal yang dapat menyebabkan maloklusi karena gigi-gigi tersebut tidak cukup
maloklusi berupa diastema multipel meskipun ini jarang dijumpai. Dapat juga
terjadi disproporsi ukuran, posisi dan bentuk rahang atas dan rahang bawah yang
Pola skeletal dari rahang, bentuk otot mulut, dan ukuran dari gigi-geligi,
semuanya dipengaruhi oleh faktor genetik. Pengaruh genetik pada skeletal yaitu
mandibula yang prognatik, muka yang panjang serta adanya deformitas muka.
Pada populasi primitif yang terisolasi jarang dijumpai maloklusi yang berupa
relasi yang sama. Pada populasi modern lebih sering ditemukan maloklusi
60
Adapun faktor lokal yang menjadi penyebab terjadinya maloklusi yaitu;
(1) Gigi sulung tanggal prematur, dapat berdampak pada susunan gigi permanen.
Semakin muda umur pasien pada saat terjadi tanggal prematur gigi sulung
semakin besar akibatnya pada gigi permanen; (2) persistensi gigi, berarti gigi
permanen pengganti telah erupsi tetapi gigi sulungnya tidak tanggal; (3) kelainan
gigi, seperti hipodontia, supernumerary gigi, bentuk gigi konus, bentuk gigi
tuberkel, mikrodontia dan makrodontia; (4) trauma, jika terjadi trauma pada saat
gigi permanen sedang terbentuk maka dapat terjadi gangguan pembentukan pada
mahkota dan akar gigi; (5) pengaruh jaringan lunak, berarti tekanan dari otot
bibir, pipi dan lidah memberi pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun
tekanan dari otot-otot ini jauh lebih kecil daripada tekanan otot pengunyah tetapi
menerima evaluasi ortodonti pada usia 7 tahun. Pemeriksaan dan perawatan sedini
mungkin akan membantu mencegah keparahan maloklusi pada gigi tetap. Pada
evaluasi dini, dokter gigi atau ahli ortodonti dapat menentukan kapan perawatan
Perawatan pencegahan dengan ortodonti dapat dimulai ketika gigi sulung belum
61
tanggal. Seringkali perawatan pencegahan yang efektif selesai dilakukan selama
perawatan yang berlanjut hingga berbulan-bulan atau lebih. Usia awal dimulainya
perawatan, jenis alat yang digunakan, waktu yang digunakan, dan biaya perawatan
yang dikeluarkan tergantung dari tingkat keparahan maloklusi yang akan dirawat.
Pada sebagian besar kasus, umumnya kerja sama pasien dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut yang baik dan pengaturan jadwal kunjungan ke dokter
BAB III
PEMBAHASAN
bercampur dimana merupakan masa kritis dan sangat rentan terjadi saat gigi
62
sulung berganti menjadi gigi permanen. Kebiasaan ini sangat penting untuk
diketahui oleh dokter gigi jika telah terjadi deformitas. Tingkat deformitas skeletal
dan dentoalveolar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain frekuensi, durasi,
arah dan tipe, serta intensitas dari kebiasaan tersebut. Selain itu, masih banyak
faktor yang mempengaruhi yaitu caranya, kesehatan umum anak, ada tidaknya
sangat jelas bahwa semakin sering anak melakukan kebiasaannya, maka semakin
besar pula deformitas yang terjadi. Durasi atau berapa lama kebiasaan tersebut
besar pula deformitasnya. Intensitas atau seberapa sering kebiasaan itu dilakukan,
diberikan juga semakin besar. Arah dan tipe merupakan proses remodeling tulang
sebagai respon terhadap tekanan akan terjadi pada tulang. Suatu kebiasaan yang
oral dengan melihat bentuk wajah, bibir, hidung, dan jari-jari tangan yang
protrusi gigi anterior rahang atas, retrusi gigi anterior rahang bawah, openbite
63
Pada kelompok usia 3-6 tahun, anak mulai memasuki lingkungan sekolah
yaitu taman kanak-kanak dimana masa ini anak mulai beradaptasi dan beraktifitas
akan membuat anak merasakan kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.
Anak yang merasa dirinya banyak kekurangan daripada kelebihan dan tidak
orang tua yang kurang dapat meningkatkan resiko untuk anak melakukan
kebiasaan buruk tersebut. Selain karena kurangnya perhatian, biasanya orang tua
juga lebih memanjakan anaknya sehingga tidak mau melarang si anak yang sering
penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut secara intensif pada anak-anak agar
menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Penyuluhan terhadap orang tua juga sangat
penting, mengingat anak lebih dekat dan lebih banyak waktunya bersama orang
masalah yang akan timbul, manifestasi oral, dan penanganannya pada anak yang
mempunyai kebiasaan buruk. Hal ini dapat membantu anak untuk mencegah dan
64
Maloklusi yang terjadi tergantung pada kebiasaan buruk tersebut. Kelainan
yang timbul akibat kebiasaan buruk tergantung pada pola rangka wajah, dan
suatu kebiasaan buruk, apalagi bila hal tersebut dirasakan si anak membawa
geligi sulung tidak mempunyai dampak pada gigi permanen bila kebiasaan
tersebut telah berhenti sebelum gigi permanen erupsi. Bila kebiasaan ini terus
berlanjut sampai gigi permanen erupsi akan terdapat maloklusi dengan tanda-
tanda berupa incisivus atas proklinasi dan terdapat diastema, lengkung atas
sempit, protrusi gigi anterior rahang atas, incisivus rahang bawah retrusi atau
besar, gigitan terbuka anterior, palatum tinggi, dan gigitan silang posterior
bilateral. Maloklusi yang terjadi ditentukan oleh jari mana yang diisap dan
65
B. Akibat Lip Sucking/Lip Biting
atas disertai jarak gigit yang bertambah, retroklinasi incisivus bawah, gigitan
terbuka (openbite), protrusi gigi anterior rahang atas, retrusi gigi anterior rahang
bawah, inflamasi jaringan lunak, dan bekas gigi pada bibir bawah merah
meradang.13,17
a) Multiple diastema.
e) Overjet besar.17
Bernafas melalui mulut yang kronis secara jelas akan merubah keadaan
gigi geligi dan lengkung gigi. Individu yang bernafas melalui mulut menunjukkan
66
overjet dan timbul notching pada bibir atas. Kelainan klinis yang paling sering
terlihat pada individu yang bernafas melalui mulut adalah retrognati mandibula,
dataran mandibula yang curam dan sudut gonial bertambah besar, protrusi gigi
anterior maksila, palatal vault yang tinggi, anterior openbite, posterior crossbite,
konstriksi lengkung maksila berbentuk V, bibir atas flasid atau hipotonus, bibir
bawah hipertrofi, dan penampilan wajah yang bodoh dengan postur mulut terbuka.
melalui mulut, tetapi hubungan sebab akibat antara perubahan cara bernafas
dengan kelainan perkembangan dentofasial yang terjadi masih belum jelas karena
lingkungan.44,17
E. Akibat Bruxism
gigi, mengauskan email gigi, fraktur gigi, cedera pada ligamen periodontal dan
yang bersangkutan biasanya juga memberikan suara perkusi yang tidak nyaring
dan terasa sakit untuk menggigit terutama pada waktu pagi hari, disfungsi dari
sendi rahang dan juga bisa terjadi sakit kepala berulang. Komplikasi lainnya
adalah kerusakan pada struktur sekitar gigi, yang meliputi resesi dan radang gusi,
67
resorpsi tulang alveolar, hipertrofi otot-otot pengunyahan dapat terjadi, dan
III.3.
perawatan akan meningkat bila dokter, penderita, dan orang tua secara antusias
ikut terlibat. Menurut Kreit, bila hubungan ibu dan anak (penderita) erat maka
beberapa peneliti telah mencoba dengan suatu bentuk program modifikasi perilaku
gigitan terbuka. Terapi bicara, latihan lidah, dan berbagai piranti ortodontik bisa
68
tetapi juga operator telah dikemukakan oleh para ahli sehingga senantiasa menjadi
bahan penelitian yang menarik. Berbagai metode alat telah diciptakan untuk
anak.41,60
berbagai problem yang ditimbulkannya antara lain gangguan estetik, bicara, dan
Berbagai faktor yang perlu diperhatikan untuk mengoreksi kebiasaan mulut ini
antara lain usia, genetik, ras, kepribadian, motivasi, kerjasama anak, orang tua,
dan ortodontis, filosofi alat, adanya kebiasaan mulut lain yang terkait, besarnya
a) Usia pasien
Pasien sebaiknya berusia 7 tahun ke atas, karena pada usia ini, anak sudah
dapat lebih menerima berbagai alasan dan mengerti akan pentingnya perawatan.
b) Kematangan pasien
Hal ini penting bahwa pasien mengerti masalah yang terjadi dan memiliki
melakukan perawatan.
69
c) Orang tua yang kooperatif
mendapatkan dukungan dan dorongan penuh dari orang tua. Hal ini akan
d) Pertimbangan waktu
berkenalan dengan pasiennya selama beberapa bulan atau lebih dan mencatat
kebiasaan umum dari pasien tersebut serta kebiasaan spesifiknya untuk mengatasi
Seorang dokter gigi harus dapat menafsirkan seberapa luas kerusakan yang
kerusakan akibat kebiasaan buruk. Penafsiran yang benar akan terdengar sebagai
suatu prosedur yang menjadi petunjuk pasien bagi dokter gigi sebagai penunjuk
dan keperluan evaluasi. Jika kerusakan yang terjadi tidak berarti, dokter gigi harus
70
Berikut beberapa piranti orthodontik yang dapat digunakan untuk
Salah satu solusi untuk menghilangkan kebiasaan mengisap ibu jari adalah
alat yang disebut "fixed palatal crib". Alat ini diletakkan oleh seorang dokter gigi
pada gigi atas anak dan ditempatkan di belakang gigi atas dan palatum. Alat ini
terdiri dari setengah lingkaran kawat stainless steel yang tersambung dengan steel
band dan disemen pada gigi molar. Alat ini membantu untuk menghentikan
71
Gambar 13. Thumb/Finger Habit Appliance
Sumber : http://www.stratfordorthodontics.ca/Treatment/OrthodonticAppliances.aspx.
2. Lip Bumper
Lip bumper adalah busur lepasan yang disisipkan ke dalam tube tambahan
yang dikombinasi dengan kawat orthodonsia berupa klamer adams untuk retensi
pada gigi-gigi molar pertama bawah. Bagian labial anterior dari busur tersebut
piranti orthodonsi lain berupa busur labial di rahang atas. Lip bumper tidak
disolder ke band molar dan dapat dilepas. Lip bumper merupakan suatu pilihan
yang tepat. Pemakaian lip bumper dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada
kebiasaan buruk tersebut. Maka dari itu, sekali lagi dikatakan, diperlukan motivasi
72
b) Untuk melebarkan lengkung gigi baik pada rahang atas ataupun pada rahang
ruang bagi gigi-gigi permanen yang erupsi dan mengatasi gigi-gigi yang
berjejal.
mentalis.
d) Mengurangi overjet.
3. Oral screen
73
Oral screen merupakan salah satu alat efektif yang paling mudah
digunakan untuk mengoreksi protrusi gigi anterior rahang atas. Alat ini
pergerakan gigi dengan bantuan kawat, tetapi menghasilkan gaya yang menahan
rahang atas dan openbite. Ada beberapa metode dan bahan yang digunakan untuk
membuat oral screen (karet, akrilik, flexiglass, dan plastik tidak tahan panas).
Penggunaan oral screen sebagaimana mestinya setiap malam dan pada waktu
74
serta odem pada gingival yang terlihat pada pasien mouth breathing akan
berkurang.
jempol dan menjulurkan lidah adalah menggunakan tongue crib yang dinilai
efektif untuk kasus gigitan terbuka anterior tipe dental pada gigi bercampur. Cara
menjulurkan lidah.41,60
75
Gambar 15. Tongue Thrusting Appliance
Sumber:http://www.stratfordorthodontics.ca/Treatment/OrthodonticAppliances.aspx.
5. Pre-Orthodontic Trainer
oleh Dr.Chris Farrell. Alat tersebut merupakan alat yang siap pakai, tidak perlu
dicetak maupun dibentuk sehingga tidak perlu dikerjakan di laboratorium. Alat ini
berbentuk seperti parabolik menyerupai lengkung rahang atas dan rahang bawah
yang alami, yaitu sempit di bagian anterior dan lebar di bagian posterior. Tersedia
dalam satu ukuran yang universal sehingga sesuai untuk semua rahang anak-anak
76
a) Memperbaiki keadaan profil wajah yang konveks dan gigi geligi dengan cara
Bruxism
c) Membantu penentuan posisi rahang agar gigi tetap berada pada lengkung
77
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Posisi gigi geligi yang baik merupakan faktor yang penting untuk estetis,
yang kurang baik bisa ditimbulkan oleh adanya kebiasaan buruk anak sejak kecil
yaitu oral habit dimana merupakan penyimpangan fungsi serta perilaku yang
rahang, misalnya seperti mengisap jari, mengisap botol susu, menjulurkan lidah,
bernapas melalui mulut, dan bruksisme. Namun tidak semua kebiasaan buruk
78
seperti lamanya kebiasaan itu berlangsung, frekuensi kebiasaan yang sering
III.2 Saran
yang sedang dalam masa tumbuh kembang dimana sering melakukan kebiasaan
perkembangan mereka, dan apabila dibiarkan begitu saja akan sangat sulit untuk
dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
3. Donald J.F, Mark L.W, James F. Pediatric Dental Medicine. Lea &
20th.
79
6. Prevention Indonesia. Menyelamatkan si kecil dari kebiasaan buruk
Juni 20th.
2009.
10. Foster, TD. Buku Ajar Ortodonsi. Third Edition. Penerbit Buku
11. Machfoedz, Ircham. Yetti Zein, A. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut
12. Suryawati, Ni Putu. Perawatan Gigi Anak. Tim Dian Rakyat: Jakarta
2010.
Pediatric Dentistry.
14. Gartika, Meirina. The effect of oral habits in the oral cavity of
80
15. Pinkham, J.R. Pediatric Dentistry, Infancy Through Adolescence.
16. McDonald, Avery, Dean. Dentistry For The Child And Adolescent
17. McDonald, R.E. Avery, D.R. Dentistry For The Child And Adolescent
19. Steven, MA. Clinical Section. The AceTM Bandage approach to digit-
25. Foster, TD. Buku Ajar Ortodonsi. Third Edition. Penerbit Buku
81
26. Rahardjo, Pambudi. Ortodonti Dasar. Airlangga University Press:
2008.
82
37. Belindch. Pengaruh Kebiasaan Mengisap Ibu Jari Sebagai Faktor
asi.org.
http://www.medicalera.com.
43. Blog Dondy. Kebiasaan buruk pada gigi (Bruksism). Available from:
44. Travel Okezone. Ayo cegah anak mengisap jempol. Available from:
from: http://praktekdoktergiginurfaisah.blogspot.com.
47. Apotek Tunas. Rapikan Gigi Sejak Dini. Available from: http://apotek-
83
48. Achmad, Harun. Maloklusi, Gigi Tonggos pada anak. Available from:
http://www.med.umich.edu/yourchild/topics/badhabit.htm. Accessed on
Dec 2010
http://www.dentiadental.com/2010/general/gigi-susu-anak/. Accessed on
84
57. Bahirrah, S., Oeripto, A. Perawatan open bite anterior dengan teknik
p.1-5;21
59. Ruslan, K., Zen, Y. Efek alat pre-orthodontic trainer pada perawatan dini
2006. p.160-9
60. O.P., Kharbanda, dkk. Oral habits in school going children of Delhi : a
prevalence study. J Indian soc pedo prev dent, vol.3-no.21. 2003. p. 120-4.
61. Onyeaso, C.O. Oral habits among 7-10 year-old school children in
March 2011
2010
85
64. Hidajah, Norman. Gambaran klinis, etiologi dan perawatan maloklusi
p.89-90
67. Budhiawan, M., Krisnawati. The use of lip bumper to overcome lower
p.62-7
p.223-6
70. Achmad, H. Pernafasan mulut pada anak akibat obstruksi saluran nafas
atas. Jurnal kedokteran gigi Indonesia kongres XXII PDGI. 2005. p.478-483
86
72. NN. Bruxism. Available from : URL :
2010
2011
http://www.stratfordorthodontics.ca/Treatment/OrthodonticAppliances.aspx.
79. Williams, J.K., dkk. Alat-alat ortodonsi cekat: prinsip & praktik. Jakarta
87
80. Barrowes, J. Kendall. Appliances. Available from : URL :
81. Achmad, H., Runkat, J. Koreksi protrusif dengan oral screen pada anak
88