Anda di halaman 1dari 6

1

Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku


Pada Apron Dengan Metode FAA, PCA dan LCN Dari
Segi Daya Dukung: Studi Kasus Bandara Juanda
Redy Triwibowo, Ervina Ahyudanari dan Endah Wahyuni
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: ervina@ce.its.ac.id, endahwahyuni@ce.its.ac.id

Abstrak Perkerasan apron bisa direncanakan dengan dapat menampung pergerakan pesawat dengan jangka waktu
metode FAA (Federal Aviation Administration), PCA peramalan lebih lama.
(Portland Cement Association), dan LCN (Load Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui tebal perkerasan
Classification Number). Untuk PCA ada dua pendekatan yang diperoleh dari masing-masing metode apabila
yaitu perencanaan dengan dasar Faktor Keamanan dan menggunakan data pergerakan pesawat dan mengetahui jika
Konsep Kelelahan. Ketiga metode perencanaan ini, FAA, terdapat perbedaan dengan tebal perkerasan apron pada
PCA, dan LCN menggunakan variabel yang berbeda, kondisi riil, mengetahui perbedaan dari hasil perhitungan
sehingga perlu dianalisis besarnya perbedaan hasil tebal perkerasan kaku dengan metode FAA, PCA, dan LCN,
perencanaan. Hasil desain dengan ketiga metode tersebut dan mengetahui apakah tebal perkerasan kaku eksisting
juga dievaluasi untuk menampung pergerakan pesawat sebesar 45 cm masih mampu menerima beban lalu lintas
dengan jangka waktu peramalan 12 tahun. pesawat hingga tahun 2026.
Data pergerakan pesawat, spesifikasi apron bandara Studi yang berupa analisis perbandingan metode
Juanda kondisi eksisting, dan spesifikasi pesawat yang perencanaan perkerasan apron ini diharapkan bisa menjadi
didapat, digunakan untuk menentukan ketebalan apron salah satu acuan studi dalam menentukan metode
dengan ketiga metode. Tebal apron yang diperoleh perencanaan perkerasan kaku suatu bandara.
kemudian dievaluasi dan dibandingkan antara ketiga
metode tersebut. Selanjutnya dilakukan peramalan dengan II. METODOLOGI
menggunakan metode Arima untuk mengetahui daya
dukung perkerasan. Studi pembandingan metode penentuan tebal perkerasan
Dari hasil perhitungan didapatkan, tebal struktur apron dengan tiga metode, yaitu FAA, PCA dan LCN,
perkerasan kaku sebesar 44 cm untuk metode FAA, 33,5 memerlukan beberapa tahapan perhitungan. Pemahaman
cm untuk metode PCA dan 32,5 untuk metode LCN. Tebal berkaitan dengan ketiga metode tersebut diperlukan untuk
perkerasana eksisting adalah 45 cm, melebihi ketabalan menentukan data apa saja yang diperlukan, bagaimana
hasil analisis. Tebal perkerasan kaku eksisting sebesar 45 menentukan tebal perkerasan apron, bagaimana membuat
cm masih mampu menerima beban lalu lintas pesawat peramalan beban yang akan diterima apron pada tahun 2026
hingga tahun 2026. dan beberapa analisis lainnya. Tahun 2026 merupakan tahun
ke-20 dari tahun perencanaan (2006) apron Terminal 1
Kata kunci : Apron, Perkerasan Kaku, FAA, PCA, LCN. bandara Juanda saat ini.
Data yang dikumpulkan adalah data jenis pesawat dan
I. PENDAHULUAN jumlahnya masing-masing jenis, karakteristik pesawat, dan
data struktur perkerasan. Data jenis pesawat dan jumlah

P eranan apron pada bandara sebagai tempat parkir


pesawat sangatlah penting karena di tempat inilah
aktifitas menaikkan dan menurunkan penumpang
maupun barang terjadi. Selain itu, aktifitas pengisian bahan
pergerakan selama tahun 2013 ditunjukkan pada Gambar 1.
Data jumlah pergerakan pesawat kemudian diramalkan
untuk mengetahui jumlah dan jenis pesawat yang akan
beroperasi pada tahun yang akan dianalisis. Peramalan
bakar juga dilakukan di apron, sehingga perencanaan apron dilakukan dengan metode regresi linear dan Arima. Tujuan
suatu bandara perlu memperhatikan umur desain dan peramalan dengan dua metode ini adalah untuk mengetahui
kapasitas. Perkerasan pada apron selalu menggunakan metode peramalan yang sesuai dengan karakterisitk
perkerasan kaku dengan beban pesawat sebagai beban statis. pergerakan pesawat di bandara Juanda.
Perkerasan apron bisa direncanakan dengan metode FAA Setelah peramalan dilakukan, perhitungan ketebalan apron
(Federal Aviation Administration), PCA (Portland Cement dengan ketiga metode yang sudah disebutkan tersebut.
Association), dan LCN (Load Classification Number). Untuk Perhitungan dilakukan untuk kondisi saat ini dan kondisi di
PCA ada dua pendekatan yaitu perencanaan dengan dasar tahun rencana.
Faktor Keamanan dan Konsep Kelelahan. Ketiga metode
perencanaan ini, FAA, PCA, dan LCN menggunakan
variabel yang berbeda. Karena variabel yang digunakan
berbeda, perlu dianalisis besarnya perbedaan hasil
perencanaan dan hasil disain dengan metode mana yang
2

Gambar 1. Jumlah Pergerakan Pesawat Bandara Juanda Yi = a + b Xi ; i = 1,2,..n


Tahun 2013 Dimana :
Y = Variabel terikat (dependent variable)
X = Variabel tidak terikat (independent variable)
a,b = Parameter regresi
i = Pengamatan yang ke i
n = Banyaknya pengamatan
Setelah dilakukan perhitungan terhadap semua
jenis pesawat didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Peramalan Menggunakan Metode


Regresi Linier.
JENIS PESAWAT
TAHUN
ATR-
A-320 B-733 B-734 B-735 B-738 B-739
72
2010 2452 507 5669 4275 74 2875 4383

2011 2332 3350 4699 3512 342 4154 6109


Tabel 1. Ringkasan Data Struktur Perkerasan dan Ketentuan
Teknis Desain 2012 4919 4361 3681 1762 1072 5030 8209

Data Struktur Perkerasan 2013 8986 3811 1510 1192 2243 6005 9521

Tebal Lapisan Pondasi Agregrat, D agr (cm) 20 2014 10220 5738 516 -65 2742 7083 11434
[CBR > 80 %]
2015 12439 6831 -834 -1165 3466 8110 13186
Tebal Lapisan ATB, D atb (cm) 4
[Stabilitas Marshall > 500 kg] 2016 14658 7923 -2183 -2265 4190 9136 14937
Modulus Lentur Pelat Beton, MR90 (MPa) 4.86 2017 16877 9015 -3533 -3365 4914 10163 16689
Modulus Reaksi Tanah Dasar, k (MN/m3) 54
Modulus Reaksi Tanah Dasar Gabungan, kgab 80 2018 19096 10108 -4882 -4465 5637 11189 18440

(MN/M3) *) 2019 21314 11200 -6232 -5564 6361 12216 20191


Ketentuan Teknis Desain 2020 23533 12292 -7581 -6664 7085 13243 21943
Faktor Keamanan, FK *) 1,7
2021 25752 13385 -8931 -7764 7808 14269 23694

III. ANALISIS DATA 2022 27971 14477 -10280 -8864 8532 15296 25446

2023 30190 15569 -11630 -9964 9256 16322 27197


A. Pengolahan Data Untuk Peramalan
2024 32409 16661 -12979 -11064 9979 17349 28948
Dalam proses peramalan, perlu ditentukan metode
peramalan yang diharapkan mendekati kondisi riil di 2025 34628 17754 -14329 -12164 10703 18376 30700
lapangan. Menurut laila (2014), metode peramalan untuk 2026 36847 18846 -15678 -13264 11427 19402 32451
fluktuasi penumpang yang paling sesuai adalah
menggunakan Arima. Ada 2 metode yang biasa digunakan Dari hasil perhitungan tersebut ada yang menunjukan
dalam proses peramalan, yaitu metode regresi linier dan nilai negatif. Dalam perhitungan pergerakan pesawat nilai
Arima. Tugas akhir ini menggunakan Arima untuk analisis negatif tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu metode ini
selanjutnya. Metode regresi linier yang dilakukan di sini tidak digunakan dalam peramalan.
adalah untuk menunjukkan alasan mengapa metode ini tidak
digunakan. 2. Metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving
Average)
1. Metode Regresi Linier Model ARIMA adalah model yang secara penuh
Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan mengabaikan independen varibel dalam pembuatan
untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat peramalan. ARIMA menggunakan nilai masa lalu dan
dengan variabel bebas. Pada perhitungan forecasting ini yang sekarang dari variabel dependen untuk menghasilkan
merupakan variabel terikat (dependent variable) adalah nilai peramalan jangka pendek yang akurat. namun untuk
Y yaitu besar nilai pergerakan pesawat, sedangkan variabel peramalan jangka panjang ketepatan peramalannya kurang
bebasnya (independent variable) adalah nilai X yaitu tahun baik. Tujuan ARIMA adalah untuk menentukan hubungan
yang dicari. Jadi, nilai Y dipengaruhi dan ditentukan oleh statistik yang baik antar variabel yang diramal dengan nilai
nilai X, namun tidak berlaku sebaliknya. historis variabel tersebut sehingga peramalan dapat
Metode regresi linier ini hanya memiliki satu varibel dilakukan dengan model tersebut.
bebas. Bentuk umum persamaan regresi linier :
3

Tabel 3. Hasil Peramalan Dengan Metode ARIMA Tahun 2022 a. Menentukan Pesawat Rencana
JENIS PESAWAT
Pemilihan pesawat rencana ini pada dasarnya bukanlah
BULAN
ATR- berasumsi harus berbobot paling besar, tetapi jumlah pesawat
A-320 72 B-733 B-734 B-735 B-738 B-739
yang paling banyak parkir di apron yang direncanakan. Pada
JANUARI 143 191 126 32 97 201 993 perencanaan ini digunakan data pergerakan pesawat di
FEBRUARI 141 190 126 31 97 200 996
Bandara Juanda pada tahun 2013 dan dipilih pesawat Boeing
B-739 dengan konfigurasi roda dual wheel sebagai pesawat
MARET 140 190 126 31 96 200 998
rencana karena memiliki tingkat pergerakan paling tinggi.
APRIL 138 190 126 31 96 199 1001 Pesawat ini kemudian ditetapkan sebagai pesawat yang
MEI 137 190 126 31 95 199 1003
membutuhkan tebal perkerasan yang paling besar.
b. Mengkonversikan Tipe Roda Tiap Pesawat (R2)
JUNI 135 190 125 31 95 198 1006 Tipe roda pendaratan menentukan bagaimana berat
JULI 134 189 125 30 94 198 1008 pesawat dibagi bebannya kepada roda-roda dan diteruskan ke
perkerasan. Tipe roda pendaratan tiap jenis pesawat berbeda-
AGUSTUS 132 189 125 30 93 197 1011
beda, oleh karena itu perlu dikonversikan sesuai dengan tabel
SEPTEMBER 131 189 125 30 93 197 1013 konversi konfigurasi roda pesawat.
OKTOBER 129 189 125 30 92 196 1016 Saat ini di Bandara Juanda juga beroperasi pesawat
Boeing B-777 dengan konfigurasi roda dual tridem.
NOPEMBER 128 189 125 29 92 195 1018
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
DESEMBER 126 189 125 29 91 195 1021 dijelaskan bahwa efek pada perkerasan yang ditimbulkan
Tabel 4. Hasil Peramalan Dengan Metode ARIMA Tahun 2026 oleh pesawat B-777 dengan konfigurasi roda dual tridem,
JENIS PESAWAT sama dengan efek yang ditimbulkan oleh pesawat dengan
BULAN
ATR- konfigurasi roda double dual tandem. Oleh karena itu faktor
A-320 72 B-733 B-734 B-735 B-738 B-739
pengalinya sama dengan konfigurasi roda double dual
JANUARI 83 182 119 22 73 176 1118 tandem, yaitu 1,7 (Gopalakrishnan/Thompson, 2006).
FEBRUARI 82 182 119 22 73 175 1121 c. Menentukan Beban Roda Pendaratan Utama (W2)
Tipe roda pendaratan utama sangatlah menentukan
MARET 81 181 119 22 72 175 1124
dalam perhitungan tebal perkerasan. Hal ini dikarenakan
APRIL 80 181 119 22 72 174 1127 penyaluran beban pesawat melalui roda-roda ke perkerasan.
MEI 79 181 118 21 71 174 1129 Untuk merencanakan kekuatan landasan, dianggap bahwa
5% beban diberikan kepada nose gear sedangkan yang 95%
JUNI 78 181 118 21 71 173 1132
dibebankan kepada main gear. Dalam perencanaan ini
JULI 77 181 118 21 70 173 1135 digunakan tipe pesawat B-739 dengan konfigurasi roda dual
AGUSTUS 76 181 118 21 70 172 1138
wheel dan MTOW sebesar 174.197 lbs, maka beban roda
pendaratan utama pesawat (W2) :
SEPTEMBER 75 180 118 21 70 172 1141
W2 = P MTOW
OKTOBER 75 180 118 21 69 171 1144
W2 = 95% 174.197
NOPEMBER 74 180 117 21 69 171 1146
W2=41.372 lbs
DESEMBER 73 180 117 20 68 170 1149
d. Menentukan Nilai Ekivalen Keberangkatan Tahunan
Pesawat Rencana
B. Perhitungan Tebal Perkerasan Apron Pada lalu-lintas pesawat, struktur perkerasan harus
1. Metode FAA mampu melayani berbagai macam jenis pesawat yang
mempunyai tipe roda pendaratan yang berbeda-beda dan
bervariasi beratnya. Pengaruh dari beban yang diakibatkan
oleh semua jenis model lalu lintas itu harus dikonversikan ke
dalam pesawat rencana yaitu B-739 dengan equivalent
annual departure dari pesawat-pesawat campuran tadi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa perhitungan ini berguna
untuk mengetahui total keberangkatan keseluruhan dari
bermacam pesawat yang telah dikonversikan ke dalam
pesawat rencana. Mencari Wheel Load Rencana (W1)
digunakan nilai wheel load B-739 sebagai pesawat
rencana. Untuk mendapatkan equivalent annual
departure digunakan persamaan :
Log R1 = Log R2 ( )1/2
Log R1 = Log 937 ( )1/2
Gambar 2. Langkah- Langkah Perencanaan Metode FAA R1 = 3847,166 3848
4

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, FK =


didapatkan besar nilai equivalent annual departure (R1)
yaitu 29.713 dengan pesawat rencana B-739. Maka
karakteristik pesawat B-739 yang nantinya akan digunakan Working Stress =
sebagai dasar perhitungan tebal perkerasan.
Dari kurva yang tersedia untuk tingkat kebereangkatan Working Stress =
25.000 pergerakan menunjukan tebal perkerasan beton
sebesar 16,5 inchi. Hasil ini kemudian dikalikan dengan Dengan harga K sesuai ketentuan desain, yaitu 300 pci
presentase pengali sebesar 1,04 karena hasil annual departure dan working stress 414,637 psi, nilai tersebut kemudian
menunjukkan lebih dari 25.000 (diasumsikan 50.000 diplotkan ke dalam grafik PCA tiap jenis pesawat yang
pergerakan). Sehingga hasil akhir dari metode ini terdapat dalam buku spesifikasi pesawat yang diterbitkan
menghasilkan ketebalan sebesar = 16,5 x 1,04 = 17.16 inch oleh pabrik yang memproduksi pesawat tersebut. Dari grafik
(43.58 cm). tersebut akan didapatkan tebal yang dibutuhkan oleh masing-
masing tipe pesawat. Metode ini tidak dipengaruhi oleh
jumlah kedatangan pesawat. Cara yang sama berlaku untuk
tipe pesawat lain dengan nilai K dan working stress sama.
Setelah diperoleh tebal yang dibutuhkan oleh semua jenis
pesawat, dipilih tebal perkerasan yang menghasilkan nilai
paling besar, yaitu 13,2 inch yang dihasilkan oleh pesawat
tipe B-747. Oleh karena itu, hasil tersebut dipilih sebagai
hasil akhir dari metode ini.
b. Perencanaan dengan Fatigue Repetition
Seperti bahan-bahan struktural lainnya, beton pun bisa
mengalami kelelahan. Keruntuhan beton akibat kelelahan
terjadi apabila beton mendapat beban repetisi yang
melampaui ketahanannya.
Gambar 3. Perhitungan Tebal Slab Beton Dalam perhitungan dengan konsep kelelahan, data lalu
2. Metode PCA lintas pesawat campuran yang harus dilayani oleh perkerasan
dibutuhkan. Dasar perencanaannya adalah berdasarkan trial
and error.
Metode konsep kelelahan bisa saling kontrol dengan
metode angka keamanan. Oleh karena itu tebal perkerasan
yang dihasilkan oleh faktor keamanan akan dikontrol dengan
metode konsep kelelahan, yaitu 33,5 cm.
Dari hasil perhitungan dengan ketebalan 33,5
menghasilkan kapasitas struktural total <100%, maka
perkerasan mampu melayani beban lalu lintas pesawat.

3. Metode LCN

Gambar 4. Langkah-Langkah Perencanaan Metode PCA

a. Perencanaan dengan Faktor Keamanan


Nilai angka keamanan dan besarnya modulus of rupture
dipakai sesuai dengan ketentuan teknis desain yaitu 1,7
dengan nilai MR90 sebesar 4,86 Mpa (704,8834 psi). Setalah
didapat nilai FK dan MR90, kemudian dihitung besarnya
working stress atau tegangan kerja yang mampu dilayani
oleh perkersan tersebut. Tegangan kerja didapat dengan cra : Gambar 5. Langkah-Langkah Perencanaan Metode LCN
5

LCN (Load Classification Number ) adalah nilai yang ESWL =


menunjukkan beban tertentu dari pesawat yang harus dipikul
suatu sistem perkerasan bandara. LCN merupakan angka ESWL = = 91.041,82 lbs
yang menunjukkan kekuatan dukung tanah dasar bandar
udara terhadap pesawat yang boleh beroperasi di bandara f. Menentukan LCN (Load Classification Number)
tersebut. Maka bila angka LCN perkerasan lapangan terbang Untuk mendapatkan nilai LCN suatu pesawat yaitu
lebih besar daripada LCN pesawat, maka dapat disimpulkan dengan menghubungkan nilai ESWL dan tekanan roda
pesawat dapat mendarat di lapangan terbang tersebut dengan pesawat lalu memplotkannya ke dalam grafik LCN seperti
selamat. Angka ini dipengaruhi geometri roda pendaratan, yang ditunjukkan gambar 6. Melanjutkan hasil dari langkah
tekanan ban, serta komposisi perkerasan. Frekuensi gerakan sebelumnya digunakan pesawat tipe B-773. Pesawat ini
pesawat tidak menjadi bahan pertimbangan dalam metode memiliki LCN sebesar 112.
ini.
a. Mengumpulkan Data Karakteristik Pesawat dan Data
Perkerasan Struktur
Dalam perencanaan dengan menggunakan metode ini
digunakan data perkersan struktur sesuai dengan kondisi riil
bandara Juanda, yaitu K=300 pci dan flexural strength beton
sebesar 640,5 psi. Untuk data karakteristik pesawat
disesuaikan dengan buku manual tiap jenis pesawat.
b. Menentukan Gear Loads
Untuk merencanakan kekuatan landasan, dianggap
bahwa 5% beban diberikan kepada nose gear sedangkan
yang 95% dibebankan kepada main gear. Digunakan sebagai
contoh perhitungan pesawat tipe B-773, dengan MTOW
632.500 lbs dengan konfigurasi dual tridem, sehingga
didapat nilai gear loads :
Gear Loads =

c. Menentukan Kontak Area Ban


Kontak area ban dapat dihitung dengan cara membagi Gambar 7. Menentukan Nilai LCN Pesawat
gear loads dengan besarnya tekanan ban tipe pesawat g. Menentukan LCG (Load Classification Group) dan
tertentu. Dari perhitungan sebelumnya didapat gear loads Tebal Perkerasan
sebesar 300.438 lbs. Tekanan roda B-773 sebesar 215 psi, Perkembangan terakhir, LCN pesawat dibagi dalam
sehingga didapat : kelompok-kelompok grup. Hal ini disebabkan sejumlah
variabel yang mempengaruhi ketelitian pada waktu
A= inch2
merencanakan perkerasan tidak diperlukan. Maka klasifikasi
perkerasan dan evaluasi pesawat disederhanakan menjadi
d. Menentukan Nilai RF (Reduction Factor) LCG. Pengelompokan pesawat dalam grup-grup, dipilih di
Nilai RF ditentukan berdasarkan hasil yang diperoleh antara pesawat-pesawat yang secara garis besar
dari langkah sebelumnya kemudian diplotkan ke dalam menghasilkan tegangan yang sama pada perkerasan. Untuk
grafik penentuan RF. Gambar 5.9 menunjukan besarnya nilai pesawat B-773 tergolong dalam grup 1.
RF untuk pesawat tipe B-773 sebesar 3,3. h. Menentukan Tebal Perkerasan
Dalam penentuan tebal perkerasan, digunakan batas
teratas LCG terpilih, lalu memplotkannya ke dalam grafik
seperti yang ditunjukkan gambar 7.

Gambar 6. Penentuan Nilai RF


e. Menentukan Nilai ESWL
ESWL adalah nilai yang menunjukkan beban roda
tunggal yang akan menghasilkan respon dari struktur
perkerasan pada satu titik tertentu di dalam struktur
perkerasan,dimana besarnya sama dengan beban yang
dipikul pada titik roda pendaratan. Setelah didapat nilai RF
pesawat B-773 dari langkah sebelumnya, lalu dihitung
Equivalent Single Wheel Load (ESWL) pesawat
menggunakan rumus : Gambar 8. Menentukan Tebal Perkerasan
6

Setelah dilakukan perhitungan, ketebalan terbesar IV. PENUTUP


dibutuhkan oleh pesawat B-773, yaitu 32,5 cm. Oleh karene
itu nilai ini diambil sebagai hasil akhir dari metode LCN. A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta
C. Evaluasi Kekuatan Perkerasan Apron Terhadap Beban mengacu pada tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan :
Pesawat Tahun 2022 1. Desain tebal struktur perkerasan kaku yang telah
Evaluasi pada tugas akhir ini dilakukan dengan cara dilakukan melalui metode FAA, PCA, dan LCN
membandingkan kondisi ketebalan eksisting dengan memberikan hasil 44 cm untuk metode FAA, 33,5 cm
ketebalan perkerasan yang didapat dengan cara menghitung untuk metode PCA dan 32,5 untuk metode LCN. Tebal
ketebalan dengan menggunakan ketiga metode. Semua data perkerasan yang dihasilkan oleh ketiga metode ini
perkerasan dan ketentuan teknis desain disesuaikan dengan menunjukan hasil yang berbeda dengan kondisi riil di
data yang didapat sebelumnya, tetapi untuk data kedatangan Bandara Juanda yang saat ini sebesar 45 cm.
pesawat menggunakan data pergerakan hasil forecasting 2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada perkerasan
yang telah dilakukan. Langkah-langkah perhitungan sama kaku yang dihasilkan oleh metode FAA dibandingkan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, oleh karena itu dengan dua metode yang lain, sementara hasil dari
tidak dijelaskan lagi pada subbab ini. Berikut ini rekapitulasi metode PCA dan LCN hanya berbeda tipis, yaitu 1 cm.
hasil perhitungan dengan ketiga metode. Perbedaan signifikan ini disebabkan oleh perbedaan
Hasil yang diperoleh dari ketiga metode ini asumsi yang digunakan. Metode PCA dan LCN
menunjukkan tebal yang dibutuhkan < 45 cm, oleh karena itu mengasumsikan adanya pergeseran jalur lintasan sumbu
tebal perkerasan eksisting masih mampu melayani lalu lintas roda rata-rata dari setiap jenis pesawat udara yang
pesawat pada tahun 2022. beroperasi sesuai dengan konfigurasi sumbu rodanya
masing-masing. Sehingga, tegangan lentur maksimum
D. Diskusi Perbedaan Hasil Perhitungan Perkerasan di dalam struktur perkerasan yang diakibatkan oleh
Dengan Tugas Akhir Terdahulu masing-masing jenis pesawat udara secara umum tidak
Dari Tugas Akhir sebelumnya diperoleh ketebalan slab selalu terjadi pada jalur yang sama. Sedangkan metode
beton 43 cm (Arisandi, 2012). Hasil ini diperoleh dari FAA, asumsi yang digunakan adalah bahwa setiap jenis
perhitungan ketebalan apron pada 42,5 cm. Nilai ini pesawat udara yang beroperasi dianggap melintasi jalur
diperoleh dari memperkirakan jenis pesawat yang beroperasi lintasan sumbu roda rata-rata yang sama.
yaitu jenis B-747 pada tahun 2022. Ketebalan yang diperoleh 3. Berdasarkan hasil desain tebal perkerasan kaku melalui
juga dipengaruhi oleh nilai flexural strength beton sebesar 45 metode FAA, PCA, dan LCN dengan data pergerakan
kg/cm2 640,05 psi. pesawat tahun 2022 dan 2026, tebal perkerasan kaku
Dalam tugas akhir ini ketebalan yang diperoleh (45 cm) eksisting sebesar 45 cm masih mampu menerima beban
berbeda dari Tugas Akhir Arisandi karena nilai flexural lalu lintas pesawat hingga tahun 2026.
strength yang berbeda dan jenis pesawat yang digunakan
juga berbeda. Perbedaan penggunaan jenis pesawat ini DAFTAR PUSTAKA
dikarenakan adanya pemisahan terminal domestik dan
internasional. Ketebalan yang diperoleh ini masih mampu [1] Angkasa Pura I (2014). Laporan Bulanan Pergerakan
mendukung B-747 dengan ditunjukkann nilai kapasitas Pesawat. Surabaya.
struktural yang menunjukkan nilai 0,0756 yang artinya [2] Arisandi, Rifdia (2012). Perencanaan Pengembangan
perkerasan tidak mengalami kerusakan ketika melayani Apron Di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya.
Surabaya.
beban lalu lintas pesawat dengan tipe tersebut. [3] Basuki, Heru (1986). Merancang dan Merencana
Lapangan Terbang. Penerbit Alumni. Bandung.
E. Evaluasi Kekuatan Perkerasan Apron Terhadap Beban [5] FAA, Advisory Circular AC 150/5320-6D (2010). Airport
Pesawat Tahun 2026 Pavement Design and Evaluation. United States of America.
Evaluasi pada subbab ini dilakukan dengan cara [6] Gopalakrishnan, Kasthurirangan dan Thompson, Marshall R.
membandingkan kondisi ketebalan eksisting dengan (2006). Effect of Dynamic Aircraft Gear Load on Asphalt
ketebalan perkerasan yang didapat dengan menghitung Concrete Strain Responses. ASTM International. West
ketebalan menggunakan ketiga metode. Semua data Conshocken.
perkerasan dan ketentuan teknis desain disesuaikan dengan [7] Horonjeff R. dan McKelvey F.X. (1993). Perencanaan dan
Perancangan Bandar Udara. Edisi Ketiga-Terjemahan,
data yang didapat sebelumnya, tetapi untuk data kedatangan Erlangga. Jakarta.
pesawat menggunakan data pergerakan hasil forecasting [8] Kosasih, Djunaedi (2005). Perbandingan antara
yang telah dilakukan. Langkah-langkah perhitungan sama Pendekatan Desain Struktur Perkerasan Kaku
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. berdasarkan Lalu Lintas Pesawat Udara Campuran dan
Hasil yang diperoleh dari ketiga metode ini Pesawat Udara Desain Kritis. Bandung.
menunjukkan tebal yang dibutuhkan < 45 cm, oleh karena itu [9] Layla, Fatachiyah (2014). Evaluasi Variasi Metode
tebal perkerasan eksisting masih mampu melayani lalu lintas Peramalan Terhadap Perencanaan Fasilitas Terminal
pesawat pada tahun 2026. Penumpang Domestik Bandara Internasional Juanda
(Metode : ARIMA dan Regresi Dummy). Surabaya.
[10] Packard, Robert G. (1973). Design of Concrete Airport
Pavement. Portland Cement Association. Illinois.

Anda mungkin juga menyukai