Anda di halaman 1dari 5

4.

Sebutkan jenis-jenis gula yang ada di Indonesia dan jelaskan pengaruhnya terhadap
supply dan demand!
Jawab:
Gula terdiri dari beberapa jenis yang dilihat dari keputihannya melalui standar ICUMSA(
International Commission For Uniform Methods of Sugar Analysis). ICUMSA merupakan
lembaga yang dibentuk untuk menyusun metode analisis kualitas gula dengan anggota lebih dari
30 negara. Mengenai warna gula ICUMSA telah membuat rating atau grade kualitas warna gula.
Sistem rating berdasarkan warna gula yang menunjukkan kemurnian dan banyaknya kotoran
yang terdapat dalam gula tersebut.
Semakin putih gula maka semakin kecil nilai ICUMSA dalam skala international unit (IU)
seperti berikut ini. (KPPU, 2010) :
1) Raw Sugar
Raw Sugar adalah gula mentah berbentuk kristal berwarna kecoklatan dengan bahan baku
dari tebu. Raw Sugar ini memiliki nilai ICUMSA sekitar 600 1200 IU5. Gula tipe ini
adalah produksi gula setengah jadi dari pabrik-pabrik penggilingan tebu yang tidak
mempunyai unit pemutihan yang biasanya jenis gula inilah yang banyak diimpor untuk
kemudian diolah menjadi gula kristal putih maupun gula rafinasi.
2) Refined Sugar/Gula Rafinasi
Refined Sugar atau gula rafinasi merupakan hasil olahan lebih lanjut dari gula mentah
atau raw sugar melalui proses defikasi yang tidak dapat langsung dikonsumsi oleh manusia
sebelum diproses lebih lanjut. Yang membedakan dalam proses produksi gula rafinasi dan
gula kristal putih yaitu gula rafinasi menggunakan proses Carbonasi sedangkan gula kristal
putih menggunakan proses sulfitasi. Gula rafinasi memiliki standar mutu khusus yaitu mutu
1 yang memiliki nilai ICUMSA < 45 dan mutu 2 yang memiliki nilai ICUMSA 46-806. Gula
rafinasi inilah yang digunakan oleh industri makanan dan minuman sebagai bahan baku.
Peredaran gula rafinasi ini dilakukan secara khusus dimana distributor gula rafinasi ini tidak
bisa sembarangan beroperasi namun harus mendapat persetujuan serta penunjukan dari
pabrik gula rafinasi yang kemudian disahkan oleh Departemen Perindustrian. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi rembesan gula rafinasi ke rumah tangga.
3) White sugar/ Gula Kristal Putih
Gula kristal putih memiliki nilai ICUMSA antara 250-450 IU. Departemen Perindustrian
mengelompokkan gula kristal putih ini menjadi tiga bagian yaitu Gula kristal putih 1 (GKP
1) dengan nilai ICUMSA 250, Gula kristal putih 2 (GKP 2) dengan nilai ICUMSA 250-350
dan Gula kristal putih 3 (GKP 3) dengan nilai ICUMSA 350-4507. Semakin tinggi nilai
ICUMSA maka semakin coklat warna dari gula tersebut serta rasanya pun yang semakin
manis. Gula tipe ini umumnya digunakan untuk rumah tangga dan diproduksi oleh pabrik-
pabrik gula didekat perkebunan tebu dengan cara menggiling tebu dan melakukan proses
pemutihan, yaitu dengan teknik sulfitasi.
Gula Kristal Rafinasi dan Gula Kristal Putih dapat dibedakan dari warna dan dari besar
kecilnya butiran kristal. Hal tersebut dapat dibedakan bila kita sudah sering melihatnya, bila
jarang maka akan terlihat sama. Bahkan dari ICUMSA grade rafinasi tiga (R3) adalah sama
dengan gula kristal rafinasi, sehingga rafinasi hanya membuat dua grade saja yaitu R1 Dan R2,
karena bila mereka membuat grade R3 sama dengan membunuh industri guka kristal putih di
Indonesia. Pabrik Rafinasi pun sudah memiliki banyak keunggulan dari segi mesin karena lebih
efisien (bukan warisan Belanda). untuk mendinginkan mesin mereka memakai air dari laut
yang dialiri ke pabrik sehingga menghemat biaya untuk pendinginan mesin karena pabrik
adalah memasak gula sehingga semua mesinnya panas. Sedangkan pabrik gula kristal putih
belum menggunakan teknologi semacam itu.
Hingga tahun 2015, Indonesia masih mendatangkan gula dari luar negeri. Meski tahun
lalu mengalami penurunan jumlah impor, tetapi produksi gula di dalam negeri tetap belum bisa
memenuhi kebutuhan. Sedangkan tahun 2015 lalu, jumlah impor gula mencapai 2.588.811 ton.
Pada acara 7th Bilateral Consultative Meeting Between Indonesia and Thailand on Sugar Tariff
in ASEAN, Kasubdit Pemasaran Regional dan Multilateral Direktorat Pemasaran Internasional
Kementerian Pertanian, Octa Muchtar menjelaskan di Indonesia ada 63 pabrik gula. Dimana, 53
pabrik merupakan perusahaan milik negara atau BUMN. Sedangkan sepuluh pabrik gula lainnya,
swasta. Produksi gula dari 63 pabrik gula tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Pertanian, total produksi untuk gula kristal
putih tahun 2009 adalah 2.299.504 ton, sementara kebutuhannya sebesar 2.593.658 ton. Begitu
pula tahun 2010, jumlah produksi nasional sebesar 2.214.488 ton, sedangkan kebutuhannya
mencapai 2.663.003 ton. Angka konsumsi gula naik menjadi 2.692.833 ton di tahun 2011, tetapi
jumlah produksi hanya mencapai 2.228.259 ton. Namun kondisi kekurangan akan produksi gula
selama tiga tahun tersebut, berbeda dengan kondisi di tahun 2012. Dimana produksi nasional
lebih tinggi dari jumlah kebutuhan. Jumlah produksi tahun 2012 mencapai 2.662.127 dan jumlah
konsumsi sebesar 2.613.272 ton.
Sedangkan di tahun 2013, jumlah produksi gula nasional tidak mampu mencukupi
kebutuhan dalam negeri karena jumlah produksi sebesar 2.551.024 ton, sementara jumlah
kebutuhan mencapai 2.642.125 ton. Di tahun 2014, jumlah produksi nasional mencapai
2.579.173 ton, sedangkan jumlah kebutuhannya mencapai 2.841.897 ton.
Untuk data tahun 2015 ini, data produksi yang kami terima masih merupakan taksasi
produksi hingga pertengahan bulan Agustus 2015, yaitu sebesar 2.623.923 ton. Di sisi lain,
kebutuhannya mencapai 2.817.743 ton. Untuk memenuhi kebutuhan gula, Indonesia
mendatangkan gula dari luar negeri. Salah satunya adalah dari Thailand. Negeri Gajah Putih
tersebut menjadi salah satu produsen utama gula dunia dengan total produksi lebih dari 10,6 juta
ton per tahun dari 50 pabrik gula. Kebutuhan lokalnya hanya sekitar 2 juta ton per tahun. Sisa
produksi tersebut menjadikan Thailand sebagai salah satu eksportir gula terbesar dunia bersama
Brazil. Selama ini, sekitar 30 persen gula Thailand diekspor ke Indonesia. Berdasarkan data yang
diterima hingga 31 Oktober 2015, jumlah impor gula mencapai 2.588.811 ton raw sugar untuk
rafinasi dan 294.000 ton raw sugar untuk impor monosodium glutamate (MSG).
Pada dasarnya Indonesia merupakan negara yang masih sangat tergantung dengan gula
kristal mentah impor, bahkan dapat dikatakan Indonesia 100% mengimpor gula kristal mentah
yang dibutuhkan oleh industri gula dalam negeri sebagai bahan baku. Sehingga berapapun harga
dari gula kristal mentah dunia maka Indonesia akan tetap mengimpornya. Dalam hal ini setiap
kenaikan harga sebesar 1% akan meningkatkan juga jumlah gula kristal mentah yang diimpor,
karena pada dasarnya harga akan terus meningkat tiap waktunya, begitu juga dengan jumlah
konsumsi maka jadi hal yang wajar bila Indonesia justru meningkatkan jumlah impornya meski
mengalami kenaikan harga. Sebab, apabila Indonesia mengurangi jumlah impor sedangkan
konsumsi terus meningkat, dan produksi gula dalam masih belum bisa memenuhi maka yang
terjadi adalah defisit yang terus meningkat dan sebagian kebutuhan gula jadi tidak terpenuhi.
Indonesia pada periode 2011-2012 sebagai negara yang mengkonsumsi gula terbesar dengan
peringkat ketujuh di dunia, dan sebagai importir gula peringkat keempat, menunjukkan seberapa
besar ketergantungan Indonesia terhadap gula. Tingkat konsumsi yang terus meningkat tiap
tahunnya dengan tingkat kenaikan jumlah produksi gula dalam negeri yang tak setara
kenaikannya membuat Indonesia harus berfikir lebih cermat untuk dapat menutup semua defisit
gula yang terjadi. Salah satu langkah yang di ambil oleh pemerintah ialah dengan melakukan
impor bahan baku, dengan harapan bisa memenuhi kebutuhan gula juga sebagai nilai tambah
bagi produksi gula dalam negeri. Dengan mengimpor gula mentah sebagai bahan baku artinya
memberi kesempatan pada industri gula dalam negeri untuk bisa berproduksi dan memperoleh
keuntungan dibandingkan dengan mengimpor langsung gula konsumsi, baik konsumsi rumah
tangga (gula kristal putih) dan konsumsi industri (gula kristal rafinasi).

5). Solusi dari pemerintah mengenai permasalahan yang ada adalah pmerintah
menargetkan pembuatan 10 buah pabrik gula,dengan tujuan agar mampu mengurangi
impor gula rafinasi. Sayangnya, hingga saat ini, pembuatan pabrik gula tersebut
terkendala pada masalah lahan. Bagaimanakah solusi terhadap permasalahan tersebut?
Jawab:
Berdasarkan permasalahan diatas, pendapat saya adalah bahwa pembukaan areal lahan
pabrik gula yang baru sebenarnya tidak cukup mudah. Khususnya di Jawa sulit dilakukan
penambahan areal pembangunan pabrik karena hampir semua lahan yang potensial telah
dimanfaatkan. Akan lebih baik apabila pembangunan pabrik gula dilakukan di luar Pulau Jawa
misalnya, karena masih terdapat banyak lahan kosong yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan tersebut. Ini dapat didukung dengan program transmigrasi. Akan tetapi dalam proses
pembukaan lahan baru perlu dilakukan dengan seksama dan sedapat mungkin melibatkan
masyarakat setempat.
Permasalahan lain terletak di pabrik pemerintah itu sendiri, keberpihakan pemerintah
terhadap petani tebu sangat kurang. Banyaknya petani tebu yang beralih menanam komoditas
lainnya seperti padi, palawija, atau memilih menyewakan lahannya kepada pihak pabrik
merupakan cerminan kurangnya kepedulian pemerintah kepada petani tebu. Mereka memandang
menanam tebu tidak lagi menguntungkan, karena dengan teknologi serta sarana yang ada serta
keterbatasan lahan yang ada sangatlah sulit untuk meningkatkan produktivitas tanaman tebu.
Yang berujung pada rendahnya pendapatan petani tebu. Mayoritas saat ini pola pertanian tebu
terdiri atas sistem bapak angkat di mana pabrik menyediakan sarana dan prasarana sementara
petani menyediakan lahan dan tenaga kerja, serta sistem sewa lahan di mana petani menyewakan
penguasaan lahan secara penuh kepada pabrik. Jadi apabila hal ini dilakukan kemungkinan tidak
akan merugikan kedua belah pihak.
Selain pembuatan pabrik baru, saya berpendapat bahwa merenovasi pabrik gula yang
sudah tidak aktif saya rasa juga bisa dilakukan, menambah mesin-mesin baru pada pabrik gula
yang bersangkutan, dan lain sebagainya. Hal ini bisa saja dilakukan jika biaya perenovasian tidak
semahal biaya pembukaan pabrik gula yang baru.

Anda mungkin juga menyukai