Anda di halaman 1dari 3

Saatnya Pemuda Bertindak untuk Keberhasilan Pembangunan Aceh yang Gemilang

Saat n y a P emu d a Bert i n d ak u n t u k

K eb erh asi l an P emb an gu n an Aceh y an g Gemi l an g

O l eh Yel l i Su st ari n a

Keberhasilan dalam membangun sebuah negara atau daerah sangat tergantung oleh strategi pembangunannya. Jika strategi yang digunakan tidak dirumuskan
dan tidak dijalankan dengan baik, maka pembangunan tidak akan berjalan atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tentunya dalam menentukan strategi
pembangunan bukanlah suatu perkara yang gampang. Meskipun daerah tersebut mempunyai sumberdaya yang berlimpah, bukan menjadi sebuah jaminan
bahwa daerah itu akan maju, rakyatnya sejahtera dan pembangunan akan berjalan dengan lancar.

Sebuah daerah yang mempunyai kekayaaan alam berlimpah, sember daya manusia yang banyak,kebudayaan yang beragam dan mempunyai letak daerah yang
strategis, namun kehidupan sejahtera masih dinikmati oleh segelintir orang yang mempunyai kekuasaan dan jabatan. Daerah itu adalah Aceh atau yang biasa
disebut Nanggroe Serambi Mekah yang terkenal dengan syariat Islamnya.

Daerah yang mempunyai sejarah yang gemilang pada masa lalu yaitu pada masa Kesultanan Iskandar Muda, namun tidak untuk sekarang. Meskipun pasca
tsunami, Aceh dialiri dana otonomi khusus (otsus), namun Pemerintah Aceh belum berhasil mensejahterakan rakyatnya dan membangun daerahnya. Kalau
ditinjau dari sumber daya yang ada di Aceh, sangatlah mendukung terhadap keberhasilan pembangunan di Aceh.

Aceh mempunyai luas wilayah sekitar 5.677.081 ha, dengan sumber daya alamnya yang terdiri dari minyak bumi, gas alam, endapan batu bara, hutan, dan bahan
tambang lainnya. Sedangkan luas perairannya sekitar 295,370 km2 yang terdiri dari perairan (teritorial dan kepulauan) seluas 56.563 km2 , ditambah dengan Zona
Ekonomi Eklusif (ZEE) seluas 238.807 km2 (Pemerintah Aceh, 2016).

Banyaknya sumber daya alam yang ada di Aceh, tentunya akan mempermudah jalannya pembangunan di Aceh, namun kenyataannya masih jauh panggang dari
api. Pembangunan di Aceh sangat jauh berbeda dibandingkan dengan negara tetangga kita seperti, Singapura dan Malaysia, atau yang masih dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia seperti, kota-kota di Pulau Jawa. Hal ini bisa dilihat dan dirasakan dari fasilitas publik yang tersedia di Aceh. Saat daerah lain sudah
mempunyai jalan layang yang mulus, kita masih menggunakan jalan raya yang ditambal, bahkan lebih parahnya lagi masih ada daerah yang belum diaspal.
Meskipun sekarang sedang dibangun jalan layang di Ibukota Propinsi Aceh.

Lain lagi ditinjau dari fasilitas umum seperti toilet, parkiran, terminal, dan pasar tradisional. Semua masih jauh berbeda dan kurang nyaman digunakan bila
dibandingkan saat kita berkunjung ke luar Aceh. Kalau pun dibangun, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pembangunan alakadarnya untuk memenuhi
proyek abal-abalan yang diajukan pemerintah yang berkepentingan. Akibatnya setelah dibangun tidak bisa digunakan, atau baru sebentar digunakan sudah
rusak karena bangunannya tidak sesuai dengan standarisasi.

Pembangunan ekonomi rakyat juga masih jalan di tempat. Walaupun Aceh memiliki sumber daya publik per kapita terbesar ketiga di Indonesia, tapi di sisi lain
Aceh merupakan daerah dengan jumlah orang miskin terbesar keempat di Indonesia. Sumber daya alamnya melimpah, namun 47,8 persen dari total populasinya
adalah penduduk miskin dengan pendapatan kurang dari Rp 130.000,00 per kapita per bulan,dan jumlah pengangguran di Aceh hingga Agustus 2015 mencapai
216.806 jiwa (Badan Pusat Statistik Aceh, 2015).

Aceh bagaikan negeri paradoks, kaya sumber alam tetapi rakyatnya miskin. Kalaupun ada pihak-pihak yang menikmati pembangunan, itu baru segelintir orang
yang merupakan kelompok elit di Aceh. Sedangkan rakyat hanya menjadi penonton dan hanya bisa menerima keadaan ini, yang penting negeri ini aman dari
konik dan tidak ada lagi pertumpahan darah. Mungkin perdamaian ini dapat menenangkan hati rakyat, tapi apakah rakyat juga tenang saat keadaan ekonomi
menghimpit dan melilit mereka?

Dulu disebutkan bahwa kemiskinan rakyat disebabkan oleh keadaan konik yang berkepanjangan, namun saat perdamaian datang dan otonomi telah diberikan,
lantas apa penyebab kemiskinan ini? padahal sejak 2008 hingga akhir tahun 2013, Aceh telah menerima lebih dari Rp100 triliun, yang menempatkan daerah ini
sebagai salah satu daerah terkaya dengan tingkat penerimaan perkapita ke lima tertinggi di Indonesia (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2014).

Lantas kenapa Aceh belum menunjukkan keberhasilan dalam pembangunan? siapakah yang patut disalahkan?

K en al i P o t en si

Saat Pemerintah Aceh gagal dalam memainkan perannya untuk mensejahterkan rakyat dan membangun Aceh, maka mulailah dilakukan pemberontakan.
Biasanya Pemudalah yang bertindak dan berani menantang keadaan ini, hanya saja cara yang dilakukan masih menggunakan cara lama apalagi kalau bukan
Demo. Mungkin cara ini efektif dilakukan pada masa orde baru, namun tidak untuk sekarang. Cara lama seperti demo hanya membuang-buang waktu dan
tenaga saja, bahkan terkesan anarkis dan kurang intelektual.

Cara seperti itu hendaknya diubah secara perlahan dengan cara yang lebih kreatif dan inovatif. Hal yang perlu dilakukan yaitu dengan mengenali potensi diri, dan
potensi sumber daya yang ada disekitarnya. Dengan mengenal potensi, pemuda bisa membangun dan mengembangkan potensi tersebut sehingga bisa
menghasilkan keuntungan bagi masyarakat Aceh. Sebelum mereka mengambil langkah dalam melakukan pembangunan, haruslah dibarengi dengan ilmu
pengetahuan, agar langkah yang mereka ambil tidak salah arah. Salah satunya dengan belajar dan menguasai spesik keilmuannya.

1 of 3 23/01/2017 15:39
Ketika pemuda telah mengetahui potensi yang ada, maka mereka akan menggunakan pengetahunnya untuk mengolah sumber daya alam yang ada dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kemajuan Daerah Aceh. Bayangkan saja jika semua sumber daya yang ada di Aceh bisa diolah sendiri dan
dimanfaatkan, maka masyarakat Aceh tidak ada lagi yang kelaparan dan tentunya akan memudahkan pembangunan dan menggerakkan perekonomian rakyat
Aceh.

P emu d a Haru s K reat i f

Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan di Aceh, perlu adanya kreativitas dari pemuda. Saat pemerintah tidak dapat dihadalkan lagi untuk membangun
Aceh, maka pemudalah yang akan bertindak. Pemuda Aceh harus kreatif dan mampu membaca peluang di setiap kesempatan. Tidak perlu harus datang ke kantor
gubernur dengan membawa massa yang banyak untuk meminta dilakukannya pembangunan. Tapi yang terpenting ialah bagaimana pemuda tersebut
membangun dan mengenali potensi dirinya sehingga dapat digunakan untuk kemajuan pembangunan di Aceh.

Seperti yang dilakukan oleh Edi Fadhil yang membangun rumah warga lewat status facebooknya. Pemuda yang yang berusia 32 tahun ini berhasil
mengumpulkan dana lewat facebook, untuk membangun rumah bagi kaum dhuafa di Aceh. Selain itu beliau juga menyediakan beasiswa pendidikan bagi Anak
kaum dhuafa. Aksi sosial yang dilakukannya sejak Juni 2015 lalu, telah berhasil membangun 13 buah rumah warga dan memberikan beasiswa kepada 127 orang
anak (Warta Unsyiah edisi Maret, 2016).

Cara yang dilakukan Edi Fadhil ini merupakan salah satu contoh Pemuda kreatif untuk membangun Aceh yang lebih gemilang. Media sosial dapat dijadikan
sebagai tempat untuk membantu orang lain. Jangan hanya berkir bahwa pembangunan Aceh hanya sepenuhnya tanggung jawab pemerintah, tapi sebagai
pemuda Aceh yang mempunyai potensi dan kreatitas tentunya, dapat melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat untuk membentuk generasi Aceh yang lebih
gemilang.

Saat ini sudah banyak komunitas anak muda yang sudah mulai peduli terhadap lingkungan sosial. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya wajah baru generasi
muda Aceh, yang tampil sebagai sosok inspiratif baik dalam skala lokal maupun nasional. Salah satu prestasi pemuda Aceh yang sangat membanggakan ialah
keberhasilannya dalam menjadi nalis Program Unggulan Millenium Development Goals (MDGs) Award 2014 untuk kategori pendidikan, yang kemudian
diundang ke Istana Negara dalam rangka audiensi bersama Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono kala itu (Serambi Indonesia, 12/03/2014).

Komunitas yang terdiri dari 10 orang pemuda Aceh ini, menamai dirinya sebagai The Leader. Program yang diusung bernama Dream maker, tujuannya untuk
memotivasi para pemuda dalam meningkatkan minat dan bakat serta kreatitas mereka. Dengan program ini mereka telah melahirkan banyak pemuda yang
kreatif dan inspiratif, sehingga kedepannya para pemuda inilah yang akan menentukan nasib kemajuan pembangunan di Aceh, sehingga wajah Aceh kedepan
menjadi semakin gemilang berkat para generasi muda.

Kemajuan suatu daerah sangat tergantung pada sumber daya manusianya. Kekayaan alam yang melimpah ruah, tiada arti tanpa dibarengi dengan sumber daya
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu partisipasi pemuda dalam mengembangkan potensi yang dimilki sangatlah penting, agar kreatitasnya dapat
tersalurkan dalam bentuk wujud nyata membangun Aceh dari kerterpurukan pendidikan. Inilah sebuah tindakan perubahan yang dapat dilakukan oleh para
pemuda Aceh untuk menjadikan Aceh yang lebih Gemilang.

Seperti yang dikatakan Soekarno Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut semerudari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia
Begitulah ungkapan beliau dalam menggambarkan betapa hebatnya kemampuan pemuda dalam mengubah dunia.

R ef eren si

Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. Jumlah Angkatan Kerja Aceh 2013-2015. Diakses dari http://aceh.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/41. Pada tanggal 16
November 2016.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. (2014). Kunjungan Kerja Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelengaraan Keuangan Daerah. Diakses
dari http://www.bpkp.go.id/aceh/berita/read/12028/25/Kunjungan-Kerja-Deputi-Kepala-BPKP-Bidang-Pengawasan-Penyelenggaraan-Keuangan-Daerah.bpkp.
Pada tanggal 16 November 2016.

Pemerintah Aceh. (2016). Geogras Aceh. Diakses dari http://acehprov.go.id/prol/read/2014/01/30/11/geogras-aceh.html. Pada tanggal 16 November 2016.

Serambi Indonesia. (2014). 10 Pemuda Aceh Diundang ke Istana Negara. Diakses dari http://aceh.tribunnews.com/2014/03/12/10-pemuda-aceh-diundang-
ke-istana-negara. Pada tanggal 16 November 2016.

Warta Unsyiah Edisi Maret. (2016). Edi Fadhil Membangun Rumah Lewat Status Facebook. Banda Aceh: Unsyiah.

2 of 3 23/01/2017 15:39
3 of 3 23/01/2017 15:39

Anda mungkin juga menyukai