Anda di halaman 1dari 20

FENOMENA DAN PENGUKURAN DASAR

MESIN

NAMA DOSEN : WIRAWAN PISENO, ST., MT.


NAMA MAHASISWA : KURNIA CHANDRA
NIM : 2112162006
KELAS : EKSTENSI S1 A 2016

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2017
Cara kerja dan gambar dari alat-alat ukur dibawah ini:
1. Jangka Sorong
A.1 Pengertian
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya hingga seperseratus milimeter. Terbagi
menjadi dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat
bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Beberapa produk keluaran terbaru
telah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah
0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.

A.2 Fungsi
Jangka sorong berfungsi mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian sampai 0,1 mm.
(rahang tetap dan rahang geser bawah)
Rahang tetap dan rahang geser atas bisa digunakan untuk mengukur diameter benda yang
cukup kecil seperti cincin, pipa, dll.
Tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur kedalaman seperti kedalaman
tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil.

A.3 Bagian Bagian

1) Penjepit bagian rahang bawah


Bagian ini berfungsi untuk mengukur bagian suatu benda dengan cara diapit.
2) Penjepit bagian rahang atas
Bagian ini berfungsi untuk mengukur sisi dalam suatu benda dengan cara diulur (misalnya :
lubang pipa)
3) Pengukur kedalaman
Bagian ini berfungsi untuk mengukur suatu lubang / celah suatu benda dengan cara
menancapkan bagian pengukur. Bagian ini terletak didalam pemegang.
4) Skala utama (cm)
Bagian ini berfungsi untuk membaca hasil pengukuran dalam satuan cm untuk versi yang
analog.
5) Skala utama (inch)
Sama dengan ukuran utama tetapi dengan satuan inch.
6) Skala nonius (cm)
Berfungsi sebagai patokan pembacaan skala dengan satuan cm.
7) Skala nonius (inch)
Berfungsi sebagai patokan pembacaan skala dengan satuan inch.
8) Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.

A.4 Cara Menggunakan


Sebelum pengukuran :
Bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukurnya.
Pastikan skala nonius dapat bergeser dengan bebas.
Pastikan angka 0 pada kedua skala bertemu dengan tepat.
Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan skala utama.
Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan pengukuran yang kurang akurat.

Tempatkan jangka sorong tegak lurus dengan benda yang diukur.


Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat, karena akan menyebabkan terjadinya
pembengkokan pada rahang ukur maupun pada lidah pengukur kedalaman. Jika sudah pas,
kencangkan baut pengunci agar rahang tidak bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena akan
merusak ulir dari baut pengunci.

Mengukur diameter dalam :


Geser rahang jangka sorong sedikit kekanan.
Letakkan benda yang akan diukur sehingga kedua rahang jangka sorong dapat masuk ke
dalam benda/gelas tersebut.
Geser rahang kekanan hingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam
benda/gelas yang diukur.
Membaca dan mencatat hasil pengukuran

Mengukur diameter luar :


Geser rahang jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua
rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).
Taruh benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
Geser rahang kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang.

Membaca dan mencatat hasil pengukuran

Mengukur kedalaman :
Taruh benda yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak. Contoh gelas.
Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung
yang akan diukur dalamnya.
Geser rahang jangka kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar
gelas.
Membaca dan mencatat hasil pengukuran

Setelah Pengukuran :
Dalam membaca skala nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong diangkat keluar
dengan hati-hati dari benda ukur, jika terdapat baut pengunci pada jangka sorong
Untuk mencegah salah baca, miringkan skala nonius dampai hampir sejajar dengan bidang
pandangan, sehingga akan memudahkan dalam melihat dan menentukan garis skala nonius
yang segaris dengan skala utama.
Untuk mencegah karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi oleh oli setelah
dipakai.

A.5 Cara Membaca Skala


Besarnya setiap skala dalam skala nonius juga menyatakan ketelitian jangka sorong tersebut.yaitu:
Apabila panjang skala nonius 10 mm yang dibagi menjadi 10 bagian yang sama maka
mengakibatkan beda satu bagian skala nonius dengan satu bagian skala utama sebesar 1/10
bagian atau 0,1 mm, sehingga ketelitian jangka sorong ini sebesar 0,1 mm atau 0,01cm.

Apabila panjang skala nonius 10 mm yang dibagi menjadi 20 bagian yang sama maka
mengakibatkan beda satu bagian skala nonius dengan skala utama sebesar 1/20 bagian atau
0,05 mm, sehingga ketelitiannya sebesar 0,05 mm.
Apabila panjang skala nonius sebesar 10 mm yang dibagi menjadi 50 bagian yang sama
mengakibatkan beda skala nonius dengan satu bagian skala utama 1/50 bagian atau 0,02mm,
dengan demikian ketelitian jangka sorong menjadi 0,02mm.

Cara membaca hasil pengukuran :


1) Tentukan angka yang ditunjukkan skala utama yang tepat terbaca sebelum angka nol skala
nonius pada jangka sorong.
2) Tentukan jumlah garis dari skala nonius yang berimpit/segaris dengan skala utama, kemudian
kalikan dengan angka ketelitian alatnya.
3) Jumlahkan angka yang diperoleh dari skala utama dan skala nonius.
2. Dial Indicator (Jam Ukur)
Jam ukur merupakan alat pembanding yang banyak digunakan di industri pemesinan maupun
pada bagian pengukuran. Penggunaan jam ukur adalah antara lain untuk mengetes penyimpangan-
penyimpangan yang kecil pada bidang datar, bulat atau permukaan lengkung. Misalnya untuk
memeriksa kesejajaran permukaan-permukaan, menyetel kesentrisan benda kerja pada pencekam
mesin bubut, memeriksa penyimpangan eksentris, memeriksa kebulatan diameter poros, menyetel
plat siku, memeriksa penyimpangan putaran beberapa bantalan seperti pada poros engkol mesin
mobil, memeriksa penyimpangan aksial dari drum roda mobil, dan lain-lain.

Gambar 2.1 Dial Indicator

Prinsip kerja jam ukur secara mekanis, dimana gerak linier sensor diubah menjadi gerak rotasi
oleh jarum penunjuk pada piringan dengan perantaraan batang bergigi dan susunan roda gigi.

Gambar 2.2. Mekanisme jam ukur dan bagian bagiannya

Pegas koil berfungsi sebagai penekan batang bergigi hingga sensor selalu menekan ke bawah.
Sedangkan pegas spiral berfungsi sebagai penekan sistem transmisi roda gigi sehingga permukaan
gigi yang berpasangan selalu menekan pada sisi yang sama untuk kedua arah putaran (untuk
menghindari backlash) yang mungkin terjadi karena profil gigi yang tidak sempurna atau sudah aus.
Jam ukur juga dilengkapi dengan jewel untuk mengurangi gesekan pada dudukan poros roda gigi.
Ketelitian dan kecermatan jam ukur berbeda beda ada yang kecermatannya 0,01 ; 0,02 ; 0,005 dan
kapasitas ukurnya juga berbeda beda , misalnya : 20, 10, 5, 2, 1 mm . Untuk jam ukur dengan
kapasitas besar, terdapat jam kecil dalam piringan yang besar dimana satu putaran jarum besar sama
dengan tanda satu angka jam kecil. Pada piringan terdapat skala yang dilengkapi dengan tandabatas
atas dan tanda batas bawah. Piringan skala dapat diputar untuk kalibrasi posisi nol.
Jam ukur (dial indicator) merupakan alat ukur berskala yang banyak digunakan dalam industri
pemesinan untuk mengetes penyimpangan-penyimpangan yang cukup kecil pada bidang datar, bulat
atau permukaan lengkung. Jam ukur mempunyai ketelitian mencapai 0,01 mm bahkan ada pula yang
sampai 0,005 mm dengan kapasitas yang berbeda-beda.
Daftar Pustaka :
- UNY, Fakultas Teknik. 2014. Mengukur Dengan Menggunakan Alat Ukur, Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

3. Load cell (Mekanik)


Load Cell merupakan komponen utama pada sistem timbangan digital. Bahkan tingkat ke-
akurasian suatu timbangan digital tergantung dari jenis dan tipe Load Cell yang dipakai.

Gambar 3.1 Load Cell


Setiap timbangan harus lulus legalisasi oleh badan Direktorat Metrologi, yaitu suatu badan
yang berwenang untuk melegalisasikan atau men-sahkan timbangan melalui sistem TERA. Setiap
timbangan diharuskan melakukan TERA maksimal satu tahun sekali, karena semua timbangan dalam
proses pemakaiannya pada jangka waktu tertentu akan mengalami deformasi mekanis pada frame
timbangan, ini akan berpengaruh terhadap tingkat ke-akurasian dari loadcell pada timbangan.
Load Cell merupakan sensor berat, apabila Load cell diberi beban pada inti besinya maka nilai
resitansi di strain gauge akan berubah. Umumnya Load cell terdiri dari 4 buah kabel, dimana dua
kabel sebagai eksitasi dan dua kabel lainnya sebagai sinyal keluaran.
Load Cell adalah alat electromekanik yang biasa disebut Transducer, yaitu gaya yang bekerja
berdasarkan prinsip deformasi sebuah material akibat adanya tegangan mekanis yang bekerja,
kemudian merubah gaya mekanik menjadi sinyal listrik. Untuk menentukan tegangan mekanis
didasarkan pada hasil penemuan Robert Hooke, bahwa hubungan antara tegangan mekanis dan
deformasi yang diakibatkan disebut regangan. Regangan ini terjadi pada lapisan kulit dari material
sehingga menungkinkan untuk diukur menggaunakan sensor regangan atau Strain Gauge.
Load cell terdiri dari beberapa tipe, diantaranya adalah Load Cell Double Ended Beam, Load
Cell Single Ended Beam, Load Cell S Beam, Load Cell single Point, Load Cell type Canister, dan
sebagainya.
Load Cell yang paling sederhana adalah load cell yang terdiri dari Bending beam dan strain
gauge. Load Cell Bendig Beam adalah tipe load cell yang paling banyak digunakan dalam timbangan.
Selama proses penimbangan, beban yang diberikan mengakibatkan reaksi terhadap elemen
logam pada load cell yang mengakibatkan perubahan bentuk secara elastis. Gaya yang ditimbulkan
oleh regangan ini (positif dan negatif) di conversikan kedalam sinyal listrik oleh strain gauge
(pengukur regangan) yang terpasang pada spring element. Load cell yang paling sederhana adalah
load cell yang terdiri dari bending beam dan strain gauge. Sering kali komponen tersebut dilengkapi
dengan elemen tambahan (housing, sealing, dll) untuk melindungi elemen strain gauge.
Strain gauge merupakan konduktor yang diatur dalam pola zigzag pada permukaan sebuah
membrane. Ketika membrane tersebut meregang, maka resistansinya akan meningkat.

Gambar 3.2. Strain Gauge

Strain Gauge merupakan sensor yang digunakan untuk mengukur berat atau beban dari suatu
benda dalam ukuran besar. Sensor strain gauge ini banyak diaplikasikan pada jembatan timbang
mobil/truk atau alat ukur berat dalam skala besar. Sensor strain gauge adalah grid metal foil tipis yang
dilekatkan pada permukaan dari Load Cell. Apabila Load cell di beri beban, maka terjadi strain dan
kemudian ditransmisikan ke foil grid. Tahanan foil grid berubah sebanding dengan strain induksi
beban.
Sensor strain gauge pada umumnya adalah tipe metal foil, dimana konfigurasi grid dibentuk
oleh proses photoeching. Karena prosesnya sederhana, maka dapat dibuat bermacam-macam ukuran
gauge dan bentuk grid. Untuk macam gauge terpendek yang tersedia adalah 0.20mm, dan yang
terpanjang 102 mm. Tahanan gauge standar adalah 120 mm dan 350, bahkan untuk keperluan
khusus gauge ada juga yang tersedia dengan tahanan 500, 1000 dan 10k.
strain-gauge.jpg
Load Cell memiliki bermacam-macam karakteristik yang bisa diukur, tergantung pada jenis
logam yang dipakai, bentuk load cell, dan ketahanan dari lingkungan sekitar.
Untuk memilih Load Cell yang sesuai dengan kebutuhan anda, penting untuk mengetahui definisi
dari parameter berikut :

Calibration : membandingkan output (signal) Load Cell dengan standard


Combined Error : Penyimpangan maksimum, jika ditarik garis lurus diukur pada saat tanpa beban
sampai ketika diberikan beban maksimal dan sebaliknya saat beban maksimal sampai pada keadaan
tanpa beban. Pengkuran dinyatakan dalam persen terhadap kapasitas maksimal. Biasa disebut juga
Non-linearity dan hysteresis.
CREEP : Perubahan sinyal keluaran Load Cell selama pembebanan tidak berubah, dan tidak ada
perubahan lingkungan sekitar.
CREEP RECOVERY : Perubahan pengukuran kondisi tanpa beban, setelah beberapa waktu diberikan
beban dan kemudian beban dihilangkan.
DRIFT : Perubahan nilai pengukuran saat diberikan beban konstan
ECCENTRIC LOAD : Pembebanan pada area timbangan tapi tidak tepat di titik antar load cell
ERROR : Perbedaan pengukuran dengan beban yang sesungguhnya.
EXCITATION : Tegangan input yang diberikan agar Load Cell bekerja. Pada umumnya Load Cell
membutuhkan tegangan excitation 10VDC, tetapi ada juga yang memerlukan 15VDC, 20VDC, dan
25VDC dan ada yang bisa bekerja pada arus AC dan DC.
HYSTERESIS : Penyimpangan maksimum hasil pengukuran dengan beban yang sama. Satu
pengukuran dari nol sampai maksimum, pengukuran yang lain dari maksimum sampai nol.
Pengukuran histerisis dinyatakan dalam persen terhadap kapasitas maksimum (%FS). Biasanya
Histerisis selalu bernilai 0.02%FS, 0.03%FS dan 0.05%FS

INPUT BRIDGE RESISTANCE : Resistansi Input daripada Load Cell. Diukur dengan Ohm meter
antara dua titik input atau Excitasi. Biasanya selalu lebih besar dari resistansi Output/sinyal karena
adanya resistor kompensasi pada jalur Excitasi.
INSULATION RESISTANCE : Pengukuran resistansi antara sirkuit Load Cell dengan strukturnya.
Pengukuran dilakukan dengan tegangan DC.
NON-LINEARITY : Penyimpangan maksimum pada grafik hasil kalibrasi terhadap garis lurus
(Ideal) antara tanpa beban dan beban penuh. Dinyatakan dengan persentase terhadap pengukuran pada
kapasitas maksimum, hanya diukur dari nol sampai maksimum. Umumnya Non-linearity sebesar
0.025FS dan 0.035FS.
OUTPUT : Sinyal yang dihasilkan oleh load cell dimana output berbanding lurus dengan eksitasi dan
beban yang diterapkan. Sinyal output load cell dalam satuan mV/V atau V/A
OUTPUT BRIDGE RESISTANCE : Hambatan keluaran dari Cell. Output Bridge Resistance adalah
350O, 480O, 700O, 750O dan 1000O.
OUTPUT RATE : Tngkat perbandingan antara output tanpa beban dengan output saat ada beban
REAPITIBILITY : Selisih bacaan output maksimum Load Cell untuk beban yang sama dan waktu
yang identik.
RESOLUTION : Perubahan terkecil di input mekanis yang menghasilkan perubahan yang terdeteksi
dalam sinyal output
SAFE OVERLOAD RATING : Beban maksimum (%) kapasitas beban, yang dapat diterapkan tanpa
menghasilkan pergeseran permanen dalam karakteristik kinerja luar yang spesifik.
Daftar Pustaka :
- http://www.kitomaindonesia.com/article/23/load-cell-dan-timbangan

4. Manometer
A. Pengertian
Manometer adalah alat ukur tekanan dan manometer tertua adalah manometer kolom cairan.
Alat ukur ini sangat sederhana, pengamatan dapat dilakukan langsung dan cukup teliti pada
beberapa daerah pengukuran. Manometer kolom cairan biasanya digunakan untuk pengukuran
tekanan yang tidak terlalu tinggi (mendekati tekanan atmosfir).

B. Fungsi manometer
Manometer adalah alat yang digunakan secara luas pada audit energi untuk mengukur
perbedaan tekanan di dua titik yang berlawanan. Jenis manometer tertua adalah manometer kolom
cairan. Versi manometer sederhana kolom cairan adalah bentuk pipa U (lihat Gambar 4-4) yang
diisi cairan setengahnya (biasanya berisi minyak, air atau air raksa) dimana pengukuran dilakukan
pada satu sisi pipa, sementara tekanan (yang mungkin terjadi karena atmosfir) diterapkan pada
tabung yang lainnya. Perbedaan ketinggian cairan memperlihatkan tekanan yang diterapkan.

C. Prinsip kerja manometer


Gambar 4.1. Ilustrasi skema manometer kolom cairan

Gambar a.
Merupakan gambaran sederhana manometer tabung U yang diisi cairan setengahnya, dengan
kedua ujung tabung terbuka berisi cairan sama tinggi.
Gambar b.
Bila tekanan positif diterapkan pada salah satu sisi kaki tabung, cairan ditekan kebawah pada kaki
tabung tersebut dan naik pada sisi tabung yang lainnya. Perbedaan pada ketinggian,
h, merupakan penjumlahan hasil pembacaan diatas dan dibawah angka nol yang menunjukkan
adanya tekanan.
Gambar c.
Bila keadaan vakum diterapkan pada satu sisi kaki tabung, cairan akan meningkat pada sisi tersebut
dan cairan akan turun pada sisi lainnya. Perbedaan ketinggian h merupakan hasil penjumlahan
pembacaan diatas dan dibawah nol yang menunjukkan jumlah tekanan vakum.

D. Penggunaan manometer
Selama pelaksanaan audit energi, manometer digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan
diantara dua titik di saluran pembuangan gas atau udara. Perbedaan tekanan kemudian digunakan
untuk menghitung kecepatan aliran di saluran dengan menggunakan persamaan Bernoulli
(Perbedaan tekanan = v2/2g).
Rincian lebih lanjutpenggunaan manometer diberikan pada bagian tentang bagaiman a
mengoperasikan manometer. Manometer harus sesuai untuk aliran cairan.Kecepatan aliran cairan
diberikan oleh perbedaan tekanan = f LV2/2gD dimana f adalah factor gesekan dari bahan pipa, L
adalah jarak antara dua titik berlawanan 183 dimana perbedaan tekanan diambil, D adalah diameter
pipa dan g adalah konstanta gravitasi.
Manometer tersebut digunakan untuk mengukur tekanan tera yang terdiri dari sebuah tabung
yang berbentuk U yang berisi cairan, umumnya mercury (air raksa) atau air. Tekanan p yang
terukur adalah berhubungan dengan perbedaan tinggi permukaan air antara dua sisi tabung
merupakan penjumlahan hasil pembacaan diatas dan dibawah angka nol yang menunjukkan
adanya tekanan.

E. Penggunaan manometer
Selama pelaksanaan audit energi, manometer digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan
diantara dua titik di saluran pembuangan gas atau udara. Perbedaan tekanan kemudian digunakan
untuk menghitung kecepatan aliran di saluran dengan menggunakan persamaan Bernoulli
(Perbedaan tekanan = v2/2g).
Rincian lebih lanjutpenggunaan manometer diberikan pada bagian tentang bagaimana
mengoperasikan manometer. Manometer harus sesuai untuk aliran cairan.Kecepatan aliran cairan
diberikan oleh perbedaan tekanan = f LV2/2gD dimana f adalah factor gesekan dari bahan pipa, L
adalah jarak antara dua titik berlawanan 183 dimana perbedaan tekanan diambil, D adalah diameter
pipa dan g adalah konstanta gravitasi.
Manometer tersebut digunakan untuk mengukur tekanan tera yang terdiri dari sebuah tabung
yang berbentuk U yang berisi cairan, umumnya mercury (air raksa) atau air. Tekanan p yang
terukur adalah berhubungan dengan perbedaan tinggi permukaan air antara dua sisi tabung.
Gambar 4.2 Monometer Tabung terbuka Gambar 4.3 Monometer air raksa

Tekanan atmosfir dapat diukur dengan alat jenis monometer air raksa dengan salah satu
ujung tabung tertutup, seperti pada gambar 5. Ruang di atas kolom air raksa hanya mengandung
uap air raksa, yang tekanannya begitu kecil pada temperature biasa sehingga tekanan tersebut dapat
daiabaikan besarnya. Dengan demikian dari persamaan diperoleh tekanan atmosfir adalah P 0=gh
Tekanan atmosfir disuatu titik secara numerik adalah sama dengan berat kolom udara
sebanyak satu satuan luas penampang yang membentang dari titik tersebut ke puncak atmosfir.
Maka tekanan atmosfir di suatu titik akan berkurang dengan ketinggian. Dari hari ke hari akan ada
variasi-variasi tekanan atmosfir karena atmosfir tersebut tidaklah static.
Kolom air raksa di dalam barometer akan mempunyai tinggi sebesar kia-kira 76 cm di
permukaaan laut yang berubah dengan tekanan atmosfir. Suatu tekanan yang ekuivalen dengan
tekanan yang dikeluarkan oleh persis 76 cm air raksa pada suhu 0oC di bawah grafitasi standar, g
= 980 cm2, dinamakan satu atmosfir (1 atm). Massa jenis air raksa pada temperature ini adalah 13,595
gram/cm3, maka satu atm adalah ekuivalen dengan :
1 atm = (13,595 gram/cm3)(980 cm/s2 (76 cm) = 1,013 x 105) N/m2)= 1,013 x 105 Pa.
Seringkali tekanan dispesifikasikan dengan memberikan tinggi kolom air raksa pada suhu 0 0)C,
sehinggga tekanan sering dinyatakan dalam sentimeter air raksa (cm-Hg).

Sumber Tekanan
Tekanan Statis
Dalam keadaan atmosfer titik tertentu, tekanan statis diberikan sama ke segala arah. Tekanan
statis adalah hasil dari berat semua molekul udara di atas titik jenuh.
Tekanan statis tidak melibatkan gerakan relatif udara.

Gambar 4.4 Tekanan statis


Tekanan Dinamis
Cukup sederhana, jika Anda memegang tangan Anda di angin yang kuat atau ke luar dari
jendela pada mobil yang berjalan, maka tekanan angin kuat dirasakan karena udara mempengaruhi
tangan Anda.tekanan kuat tersebut melebihi dan diatas (selalu dihasilkan) tekanan statis, dan
disebut tekanan dinamis. Tekanan dinamis dikarenakan gerakan relatif. Tekanan Dinamis terjadi
jika sebuah benda bergerak melalui udara, atau udara mengalir ke dalam tubuh.
Tekanan Dinamis tergantung pada dua faktor:
1. Kecepatan tubuh relatif terhadap arus tersebut. Semakin cepat mobil bergerak atau semakin
kuat angin bertiup, maka tekanan dinamis makin kuat yang dirasakan pada tangan Anda. Hal ini
karena jumlah molekul udara yang lebih besar tiap detiknya.

Gambar 4.5. Tekanan dinamis bertambah sesuai kecepatan udara/angin

2. Kerapatan udara. Tekanan dinamis bergantung juga padakerapatan udara. Jika mengikuti arus
udara, maka kerapatannya kecil, sehingga gayanya kecil dan maka tekanan dinamisnya akan kecil.

Gambar 4.6. Tekanan dinamik bergantung pada kerapatan udara

Tekanan Total
Di Atmosfir, beberapa tekanan statis selalu diberikan, tapi untuk tekanan dinamis akan
diberikan jika ada gerakan tubuh relatif terhadap udara. Tekanan Total adalah jumlah dari tekanan
statis dan tekanan dinamis.
Tekanan Total juga dikenal dan disebut sebagai dampak tekanan, tekanan pitot atau bahkan
tekanan ram.

Gambar 4.7. Tekanan total yang diukur oleh tabung pitot

Contoh alat pengukur tekanan


a. Tabung C-Bourdon
Tabung Bourdon bekerja pada prinsip sederhana bahwa tabung bengkok akan berubah bentuknya
saat terkena variasi tekanan internal dan eksternal. Sepertisaat diberikan tekanan internal, tabung
menjadi lurus dan kembali ke bentuk aslinya ketika tekanan dilepaskan Ujung tabung bergerak
dengan perubahan tekanan internal dan mudah dikonversi dengan pointer ke skala. Link konektor
digunakan untuk mentransfer gerakan ujung ke pergerakan sektor yang diarahkan. pointer ini
diputar melalui pinion bergigi oleh sektor diarahkan.
Jenis gauge ini mungkin memerlukan pemasangan vertikal (orientasi tergantung) untuk
memberikan hasil yang benar. Unsur ini rentan goncangan dan getaran, yang juga dikarenakan
massa tabung. Karena hal tersebut dan jumlah gerakan dengan jenis penginderaan,jenis ini rentan
terhadap kerusakan, terutama di dasar tabung.
Keuntungan utama dengan tabung Bourdon adalah ia memiliki operasional yang luas
(tergantung pada bahan tabung). Jenis pengukuran tekanan dapat digunakan untuk rentang tekanan
positif atau negatif, walaupun akurasi terganggu ketika dalam ruang hampa.

Gambar 4.8. C-Bourdon unsur tekanan


Jika aplikasi untuk penggunaan oksigen, maka perangkat tidak dapat dikalibrasi dengan
menggunakan minyak,rentang yang lebih rendah biasanya dikalibrasi di udara. rentang yang lebih
tinggi, biasanya 1000kPa, yang dikalibrasi dengan tester bobot mati (minyak hidrolik).

Keuntungan
Murah
Rentang operasi lebar
Pengukuran tekanan langsung
Sensitifitasnya baik

Kekurangan
Hanya dimaksudkan untuk indikasi utama
Non transduser linier, dilinierkan oleh mekanisme gear
Histeresis pada peredaran
Sensitif terhadap variasi suhu
Terbatas ketika subjek terkena goncangan dan getaran

b. Spiral dan Tabung Spiral

Gambar 4.9 Elemen Spiral Bourdon


Keuntungan
Meningkatkan akurasi dan sensitivitas
Tinggi overrange perlindungan

Kekurangan
Sangat mahal

c. Pegas dan Bellows


Sebuah bellow merupakan unsur diperluas dan terdiri dari serangkaian lipatan yang
memungkinkan ekspansi. Salah satu ujung Bellows adalah tetap dan bergerak lainnya dalam
menanggapi tekanan diterapkan.Sebuah pegas digunakan untuk melawan gaya diterapkan dan
hubungan yang menghubungkan ujung bellow ke sebuah penunjuk untuk indikasi. Bellow tipe
sensor juga tersedia yang memiliki tekanan penginderaan di bagian luar dan kondisi atmosfer
dalam.Pegas ini ditambahkan ke bellow untuk pengukuran yang lebih akurat. Tindakan elastis dari
bellow sendiri tidak cukup untuk secara tepat mengukur kekuatan tekanan diterapkan.
Jenis pengukuran tekanan terutama digunakan untuk kontrol ON / OFF menyediakan
kontak bersih untuk membuka dan menutup sirkuit listrik.
Bentuk penginderaan menanggapi perubahan tekanan pneumatik atau hidrolik.

Gambar 4.10. Dasar struktur mekanis

Daftar Pustaka :
- http://teknikmesinzone.blogspot.co.id/2016/02/manometer-dan-pengukuran-tekanan.html

5. Anemometer
5.1 Pengertian Umum
Anemometer adalah sebuah perangkat untuk mengukur kecepatan angina dan untuk
mengukur arah angin. Anemometer merupakan salah satu instrument yang sering digunakan oleh
Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Kata anemometer ber asal dari Bahasa
Yunani anemos yang berarti angin, angin merupakan udara yang bergerak ke segala arah, angin
bergerak dari suatu tempat menuju ke tempat yang lain. Anemometer ini pertama kali
diperkenalkan oleh Leon Batista Alberti dari italia pada tahun 1450. Anemometer harus ditempatkan
di daerah terbuka. Pada saat tertiup angin, mangkok yang terdapat pada anemometer akan bergerak
sesuai arah angina. Makin besar kecepatan angin meniup mangkok tersebut, makin cepat pula
kecepatan berputarnya piringan mangkok tersebut, makin cepat pula kecepatan berputarnya
piringan mangkok. Dari jumlah putaran dalam satu detik maka dapat diketahui kecepatan anginnya.
Didalam anemometer terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin.

5.2 Fungsi Anemometer :


- Mengukur kecepatan angin.
- Memperikirakan cuaca.
- Memperkirakan kecepatan dan arah angin.

5.3 Klasifikasi Anemometer


Ada beberapa tipe Anemometer ,yaitu :
a. Anemometer mangkok

(sumber :Armagh Observa tory, College Hil , 2011)


Gambar 5.1 Anemometer mangkok
Sensornya terdiri dari tiga atau empat buah mangkok yang dipasang pada jari-jari yang berpusat
pada suatu sumbu vertical atau semua mangkok tersebut terpasang pada poros vertikal. Seluruh
mangkok menghadap kesatu arah melingkar sehingga bila angin bertiup maka rotor berputar pada
arah tetap. Kecepatan putar dari rotor tergantung kepada kecepatan tiupan angin. Melalui suatu
system mekanik roda gigi, perputaran rotor mengatur system akumulasi angka penunjuk jarak tiupan
angin. Anemometer tipe cup counter hanya dapat mengukur rata - rata kecepatan angin selama
suatu periode pengamatan. Dengan alat ini penambahan nilai yang dapat dibaca dari satu pengamatan
ke pengamatan berikutnya, menyatakan akumulasi jarak tempuh angin selama waktu dari kedua
pengamatan tersebut, sehingga kecepatan anginnya adalah sama dengan akumulasi jarak tempuh
tersebut dibagi lama selang waktu pengamatannya.
Jenis anemometer menurut kecepatan terdiri dari :
Anemometer piala
Sebuah anemometer sederhana yang diciptakan pada tahun 1846 oleh Dr John Thomas
Romney Robinson dari Armagh Observatory. Anemometer ini terdiri atas tiga cup setengah
lingkaran dan terpasang pada tiap ujung gagang horizontal. Aliran udara melewati masing-masing
cup dan memutar masing-masing tiap gagang horizontal berdasarkan angina yang datang. Oleh
karena itu, menghitung putaran poros selama periode waktu yang ditetapkan akan menghasilkan
kecepatan angin rata-rata. Alat ini biasa digunakan untuk standar industry dalam penilaian studi
sumber daya angin.
Anemometer kincir angin

(sumber: http ://www.inteltronics.co.za)


Gambar 5.2 Anemometer KincirAngin
Bentuk lain dari anemometer adalah bentuk kincir angin. Dimana anemometer ini akan
terdorong oleh angin sehingga anemometer tersebut menghadap arah angin dan memutarkan baling-
baling.
Anemometer laser Doppler

(sumber: wikimedia.org)
Gambar 5.3 Anemometer laser Doppler
Pada anemometer ini menggunakan sinar cahaya dari laser yang terbagi menjadi dua
balok, dengan satu disebarkan dari anemometer. Partikulat yang mengalir bersama dengan molekul
udara dekat tempat keluar balok mencerminkan, atau backscatter, lampu kembali ke detektor, di
mana ia diukur relatif terhadap sinar laser asli. Ketika partikel-partikel berada dalam gerakan yang
besar, mereka menghasilkan pergeseran Doppler untuk mengukur kecepatan angin di sinar laser,
yang digunakan untuk menghitung kecepatan partikel udara di sekitar anemometer.
Anemometer sonic

(sumber: www.rap.ucar.edu)
Gambar 5.4 Anemometer sonic
Pertama kali dikembangkan pada tahun 1950, menggunakan gelombang suara ultrasonik
untuk mengukur kecepatan angin. Mengukur kecepatan angin berdasarkan jam terbang sonic
pulses antara pasangan transduser .
Anemometer bola pingpong
Dibuat berdasarkan bola ping-pong yang melekat pada string. Ketika angin bertiup, ia
menekan dan menggerakan bola, karena bola ping- pong yang sangat ringan, dapat bergerak
dengan mudah dengan angina yang kecil.
Anemometer hot-wire

(sumber: wikipedia.org )
Gambar 5.5 Anemometer hot-wire
Anemometers kawat panas menggunakan kawat yang sangat halus yang dipanaskan. Udara
mengalir melewati kawat memiliki efek pendinginan pada kawat. Hot-wire Anemometer sangat
halus, memiliki frekuensi-respon yang sangat tinggi dan resolusi spasial baik dibandingkan dengan
metode pengukuran lainnya, dan dengan demikian hampir secara universal digunakan untuk studi
rinci arus turbulen.
5.4 Prinsip Kerja Anemometer
Gambar 5.6 Komponen anemometer

Cara kerja anemometer dari sudut pandang lain yaitu dengan memanfaatkan rotasi yang
terjadi saat angin menggerakan mangkok pada perangkat ini. Seperti yang sudah diketahui bahwa
anemometer mangkok adalah jenis yang paling banyak digunakan. Initer diri dari beberapa mangkok
yang menempel pada ujung lengan horizontal terpasang pada poros vertikal. Penangkapan dalam
mangkok angin menyebabkan mangkok berputar. poros yang
terhubung keperangkat yang memberikan kecepatan angin dalam mil per jam, kilometer per jam,
atau knot. Poros dihubungkan ke generator listrik, jumlah arus yang dihasilkan oleh generator
bervariasi dengan kecepatan angin.
Cara kerja anemometer pada jenis terbaru dapat diketahui melalui anemometer modern yaitu
anemometer kincir. Anemometer kincir angin, dalam hal ini harus sejajar dengan arah angin agar
berfungsi dengan benar. Sebuah baling-baling angin, melekat pada ekor anemometer, didorong
sampai baling-baling menghadap ke angin. Selain itu ada pula anemometer Hot-wire . Sebuah
anemometer Hot-wire menggunakan kawat sangat tipis yang dipanaskan sampai suhu yang lebih
tinggi dari suhu udara di sekitarnya. Elektronik dalam tubuh instrument menghitung kecepatan angin
berdasar kan hambatan listrik dari kawat. Anemometer jenis ini cuku pakurat untuk menentukan
kecepatan angin.
Daftar Pustaka :
- http://eprints.undip.ac.id/45586/3/BAB_II.pdf

Anda mungkin juga menyukai