Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Fashion umunya selalu dikaitkan dengan mode, cara berpakaian yang lebih baru,
uptodate dan mengikuti jaman. Fashion atau mode merupakan gaya hidup seseorang yang
diaplikasikan dalam cara seseorang dalam mengenakan pakian, aksesoris, atau bahkan dalam
bentuk model rambut hingga make up. Industry fashion merupakan salah satu penyumbang
terbesar dari 14 industri kreatif di Indonesia. Saat ini perkembangan Fashion di Indonesia sudah
sangat pesat, yang diikuti dengan tren yang silih berganti. Dampak perkembangan Fashion
tersebut tentu saja membuat masyarakat modern saat ini untuk tampil trendy dan stylish.
Industry fashion di Indonesia pada saat ini berkembang dengan sangat pesat. Kondisi
tersebut sejalan dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat akan fashion yang sudah
mengarah pada pemenuhan life-style dalam berbusana, sehingga dapat dikatakan bahwa
kebutuhan berbusana pada jaman sekarang tidak hanya untuk menutupi tubuh, tetapi juga
sebagai sarana berkomunikasi yang dapat memperlihatkan gaya hidup dan identitas pada
pemakainya.
Dengan perkembangan media baik cetak, elektronik hingga internet yang berperan
sebagai pemberi informasi kepada masyarakat turut mempengaruhi masyarakat dalam mengikuti
tren, selain dari factor permintaan masyarakat yang telah menjadikan fashion sebagai suatu
kebutuhan. Toko menjual ratusan bahkan ribuan produk sehari-hari dan konsumen mengonsumsi
produk tersebut dengan biaya dari pendapat mereka.
Berapa banyak dan berapa kali kunjungan untuk membeli produk tergantung atas
pendapatan mereka. Biasanya terlihat bahwa pembeli membeli produk yang tidak mereka
merencanakan dan fenomena pembelian tidak direncanakan disebut dengan impulse buying
(Tirmizi,2009).
Seiring dengan alur perkembangan jaman, kota Karawang yang dulunya terkenal khas
dengan sebutan kota Lumbung padi. Dengan area lahan persawahan yang luas kini telah habis
Karawang pun berubah menjadi kota industry. Selain itu pula terjadi perubahan mayoritas gaya
hidup masyarakat, dapat terlihat dari fashion yang digunakan sehari-hari oleh setiap individu
masyarakat dan tumbuhnya persaingan-persaingan dikarawang seperti berdirinya perusahaan-
perusahaan ritel dikarawang.
Perubahan dalam dunia usaha yang semakin cepat mengharuskan perusahaan untuk
merespon perubahan yang terjadi, masalah yang dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini adalah
bagaimana perusahaan tersebut menarik pelanggan dan memeprtahankan agar perusahaan
tersebut dapat bertahan dan berkembang, tujuan tersebut akan tercapai jika perusahaan
melakukan proses pemasaran.
Usaha atau bisnis retail di Indonesia telah mengalmi perkembangan yang cukup pesat
pada beberapa tahun terakhir ini. Hal ini sebagai akibat dan adanya perkembangan usaha
manufaktur dan peluang pasar yang cukup terbuka, lajunya kondisi social ekonomi masyarakat,
serta adanya perubahan system nilai yang terjadi. Perkembangan ini terjadi pada didaerah
masyarakat karawang dimana masyarakat mulai tertarik untuk memenuhi kebutuhan gaya
hidupnya dengan berbelanja di Mall atau Department Store yang kini banyak dibangun. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh kami di matahri festive walk karawang pelayanan pramuniaga
termasuk salah satu factor penting dalam mempengaruhi sikap konsumen untuk berbelanja
disuatu toko.
Data Pengunjung
Weekend = 5.500
Rata-rata 5.500
Lantai 1 1 jam 50
Lantai 2 1 jam 40
Total 90
Data diatas merupakan hasil pengamatan kelompok kami di Matahari Departement Store
Festive Walk, dimulai dari jam 12:30 s/d 13:30.
Fashion Impus
Involevment Buying
Fashion involvement mengacu pada keterlibatan seseorang terhadap suatu produk fashion
yang di dorong oleh kebutuhan dan ketertarikan terhadap produk tersebut, OCass (2004)
menentukan bahwa kerelibatan pada mode fashion (seperti pakaian) berkaitan sangat erat dengan
karakteristik pribadi (yaitu perempuan dan kaum muda) dan pengetahuan fashion, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi kepercayaan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian
(park,2006).dengan berbagai factor internal yang dimiliki konsumen akan berhubungan pula
dengan suasana hati dan kebiasaan mereka berbelanja apakah didorong sifat hidionis yang biasa
di sebut dengan hedonic shopping vakue atau tidak. Sejak pengalaman berbelanja bertujuan
untuk mencukupi kebutuhan hedonis, produk yang akan dibeli Nampak seperti terpilih tanpa
perencanaan dan konsumen menghadirkan suatu peristiwa impulse buying (Rachmawati,2009).
Adanya prilaku implusif memberikan dampak positif bagi para prilaku ritel. Dampak
positifnya adalah prilaku ritel akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pada toko pada setiap
bulannya. Oleh karena itu penting bagi pelaku ritel untuk mendapatkan informasi dalam
menentukan strategi bersaing yang lurus dilakukan terhadap prilaku impulse buying. Mengingat
impulse buying sangat memberiksn mafaat bagi prilaku ritel, penelitian ini berusaha untuk
mengkaji factor-faktor yang ada dalam diri konsumen meliputi fashion involvement terhadap
impulse buying behavior pelanggan MAtahari Departement Store.
Kedua jenis variable itilah yang menjadoi objek peneliti dalam melakukan penelitian.
Pertimbangan pemilihan Matahari Departement Store Karawang adalah karena hingga saaat ini
Matahari merupakan salah satu usaha dari ritel terkenal denganbanyak pilihan produk fashion
berkualitas dengan harga terjangkau. Berdasarkan argumentasi yang disajikan diatas maka judul
penelitian ini adalah pengaruh fashion involvement terhadap impulse buying yang pada
Matahari Depatement Store Karawang.
bagaimana menerapkan impulse buying yang efekti agar penjualan produk matahari dept
store dapat maximal
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai yaitu: untuk mengetahui pengaruh fashion
invelovement terhadap impulse buying konsumen fashion di matahari dept store .
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.
Mengenai penjelasannya akan dijabarkan seperti tertera dibawah ini, Antara lain:
1. Manfaat teoritis
a. Bagi manajer/pemasar
b. Bagi Konsumen
c. Bagi penulis/umum
LANDASAN TEORI
Menurut AMA (asosiasi pemasaran Amerika) yang dikutip oleh Kotler dan Keller
(2012:5) definisi pemasaran adalah sebagai berikut:
marketing is the activity,set of institutions, and processes for
creating,communicating,delivering, and exchangingofferings that have value for
customers, clients, partners,and society large.
Definisi diatas menjelaskan bahwa pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan
serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberi nilai
kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan
caramenguntungkan organisasi dan memangkul keuntungan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemasaran adalah fungsi organisasi dan suatu proses untuk menciptakan,
menentukan harga, promosi, mendistribusikan barang, menciptakan,
mengomunikasikan, membangun hubungan dengan pelanggan dan mengelola
hubungan pelanggan untuk mendapatkan nilai dari pelanggan dengan cara
menguntungkan organisasi dan pemangku keuntungan.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manjemen pemasaran adalah
suatu seni dan ilmu yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam memilih pasar sasaran dan meraih,
mempertahankan serta menumbuhkan nilai pelanggan dengan
menciptakan,menghantarkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan.
Bauran pemasaran memiliki peranan penting dalam kegiatan bisnis yang dijalankan
perusahaan, karena bauran pemasaran seperangkat alat pemasaran yang
didalamnya terdapat variable-variabel yang dapat membantu mensukseskan
penjualan produk seperti product, promotion, price, place, people, process, dan
physical evidence. Variable-variabel tersebut saling mendukung satu dengan yang
lainnya dan peruahaan akan menggabungkan variable tersebut untuk mendapatkan
nilai dan tanggapan dari pelanggan.
Menurut Kotler dan Keller (2009:18) adalah Bauran pemasaran (marketing mix)
adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus
menerus mencapai tujuan pemasarannya dipasar sasaran.
Kotler dan Amstrong (2012:52) menjelaskan ada empat komponen yang tercakup
dalam kegiatan bauran pemasaran (marketing mix) yang terkenal dengan sebutan
4P diantaranya sebagai berikut:
1. Product
Produk merupakan kombinasi penawaran barang dan jasa perusahaan
kepada pasar yang mencakup antara lain: kualitas, rancangan, bentuk,
merek, dan kemasan produk.
2. Harga
Harga adalah sejumlah harga yang harus dibayar untuk produk atau jasa
tertentu.
3. Distribution
Aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk agar dapat
diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran.
4. Promosi
Aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan keunggulan
produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.
Sedangkan menurut Tjipto (2008:145) didalam perusahaan jasa bauran
pemasaran ditambah menjadi 7P, adapun 3P itu adalah:
5. Orang
Perusahaan dapat membedakan dirinya dengan cara merekrut dan melatih
karyawan yang lebih mampu dan lebih dapat diandalkan dalam berhubungan
dengan pelanggan, dari karyawan pesaingnya.
6. Lingkungan Fisik
Perusahaan jasa dapat mengembangkan lingkungan fisik yang lebih atraktif.
7. Proses
Perusahaan jasa dapat merancang proses penyampaian jasa yang superior,
misalnya home banking yang dibentuk oleh bank tertentu.
2.3 Saluran Pemasaran
Saluran Pemasaran merupakan salah satu hal yang berperan penting bagi
perusahaan karena marketing chanel adalah penghubung dalam proses penyaluran,
pengalihan, dan penyampaian suatu produk dari produsen kepada konsumen. Tanpa
adanya saluran ini maka tidak ada penghubung antara produsen kepada konsumen
akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan.
1. Pedagang Besar
Pedagang yang membeli atau ,endapatakan produk barang dagangan dari
tangan pertama atau produsen secara langsung. Pedagang besar biasanya
diberikan hak wewenang wilayah atau daerah tertentu dari produsen.
2. Pengecer
Retailer adalah usaha bisnis yang menjual barang-barang atau jasa kepada
konsumen akhir untuk keperluan pribadi, bukan untuk keperluan bisnis.
3. Agen
Agen adalah perantara yang mewakili penjual atau pembeli dalam transaksi
dan dalam hal ini hubungan kerja dengan kliennya bersifat permanen.
Marketing Mix
Pada suatu pusat perbelanjaan akan banyak dijumpai ritel-ritel yang menjual
produk-produkbaik yang homogen maupun heterogen. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan olehVitorino, Assistant Professor, University of
Pennsylvania dengan judul Empirical Entry Games with Complementaries:
An Application To The Shopping Center Industry, menyatakan bahwa lokasi
ritel pada pusat perbelanjaan membantu konsumen untuk melakukan
pembelian terhadap produk yang mereka cari (Vitorino, Journal of Marketing
Research, 2011).
Walaupun satu, dua, atau tiga dan bahkan semua retail marketing mix dapat
diaplikasikan dan hasilnya dapat mempengaruhi keputusan pembelian tidak
terencana konsumen, hal tersebut pasti memiliki perbedaan antara ritel pada
pusat perbelanjaan pada daerah yang satu dengan daerah lain karena setiap
konsumen pada
suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya.
Retail marketing mix dapat menarik minat pembelian konsumen yang pada
awalnya tidak berniat melakukan pembelian pada suatu ritel karena adanya
retail marketing mix maka konsumen akan tertarik dan pada akhirnya
melakukan keputusan pembelian.
Menurut Utami (2006:4) usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami
sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa
secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan
bukan penggunaan bisnis. Retail marketing mix merupakan salah satu
strategi pemasaran yang biasa digunakan pada suatu retail pada pusat
perbelanjaan. Maruf (2005:113-215), mengemukakan bahwa suatu
keputusan pembelian konsumen pada sebuah ritel akan dipengaruhi oleh
lokasi, merchandise, pricing, periklanan dan promosi, atmosfer dalam gerai,
dan retail service.
Lokasi
Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibanding gerai
lainnya yang
berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama,
oleh pramuniaga yang sama banyak dan terampilnya, dan sama-sama punya
setting atau ambience yang bagus.
Beberapa jenis gerai yang berbeda seperti supermarket, variety
store/department store, toko
asesori rumah, toko fashion, dapat berkumpul di suatu area perdagangan
ritel seperti mal atau pusat bisnis.
Merchandise
Pricing
Menurut Kotler (2009:67) harga adalah salah satu eleman bauran pemasaran
yang menghasilkan pendapatan; elemen lain menghasilkan biaya. Penetapan
harga berkaitan dengan aspek-aspek lain, yaitu: (1) berkaitan dengan pasar
dan persaingan, peritel yang ingin memperluas pangsa pasar akan
menetapkan harga yang rendah strategi ini disebut dengan harga penetrasi,
(2) berkaitan dengan citra kualitas, sebagian besar masyarakat mempunyai
anggapan bahwa terdapat korelasi erat antara harga dengan kualitas, (3)
Atmosfer Gerai
Retail Service
Pembelian Impulsif
costumer behavoiur
Fashion involvement
Fashion berasal dari kata inggris yang berarti mode,gaya, model, dan kebiasaan.
Sebenarnya pengertian fashion itu sendiri pendapat dari beberapa orang. Ada yang
berpendapat fashion adalah busana yang menentukan penampilan seseorang
dalam suatu acara tertentu, sehingga terlihat berbeda dari yang sebelumnya. Lalu
ada juga yang berpendapat fashion adalah suatu bentuk dari komunikasi dan lain-
lain.
Fashion adalah proses penyebara social dimana sebuah gaya baru diadopsi oleh
stimulus tertentu atau situasi, ditampilkan melalui property.
Menurut Rook & Fisher (dalam Kharis , 2011) pembelian impulsif (impulsive
buying ) memiliki beberapa aspek , yaitu sebagai berikut
a. Spontanitas
Desakan untuk membeli barang menjadi sulit untuk ditolak sehingga akibat
negative sering diabaikan.
Menurut Stren (dalam Utami , 2012 : 68) menyatakan bahwa ada empat tipe
pembelian impulsif, yaitu :
a. Pure impulse (pembelian impuls murni)
Loundon dan Bitta (dalam Anin , 2012) mengungkapkan faktor faktor yang
mempengaruhi pembelian impulsif (impulsive buying) , yaitu :
a. Faktor internal
2. Kondisi psikologis
3. Evaluasi normatif
Teori penghubung
Dalam Kim (2005) mengemukakan bahwa untuk mengetahui hubungan fashion
involvement terhadap impulse buying behavior adalah dengan
menggunakan indicator:
Mempunyai satu atau lebih pakaian dengan model yang terbaru (trend)
Fashion adalah satu hal penting yang mendukung aktifitas
Lebih suka apabila model pakaian yang digunakan berbeda dengan yang lain
Pakaian menunjukkan karakteristik
Dapat mengetahui banyak tentang seseorang dengan pakaian yang
digunakan
Ketika memakai pakaian favorit, membuat orang lain tertarik melihatnya
Mencoba produk fashion terlebih dahulu sebelum membelinya
Mengetahui adanya fashion terbaru dibandingkan dengan orang lain
Amiri Et Al (2012
Penelitian tersebut didukung oleh sembiring (2013) yang mengatakan terdapat
berpengaruh antara fashion involvement terhadap implus buying (survey pada
konsumen di toko TOP MAN, TOP SHOP di paris van java Bandung).
Penelitian yang dilakukan oleh Anjani (2012) juga menyatakan bahwa fashion
involvement berpengaruh positif terhadap pembelian implusif produk fashion di
departement store.
Gambar paradigma
Fashion
Implus buying
involevment
Fashion involvement
Mempunyai satu atau Implus buying
o Pure
lebih pakaian dengan
impulse(pembel
model yang terbaru ian impuls
(trend) murni)
Fashion adalah satu hal o Reminder
penting yang impulse (impuls
mendukung aktifitas pengingat)
Lebih suka apabila o Suggestion
model pakaian yang impulse (impuls
digunakan berbeda saran)
dengan yang lain o Planned
Pakaian menunjukkan impulse (impuls
karakteristik
Kerangka pikiran
Display Fashion
Retail inolevme
marketin nt
g mix
Implus
buying
Marketing
managem
ent Consumer
behavior