KARAKTERISTIK TERAPIS
Fleksibel, toleran, demokratis
Kerjasama dalam membuat keputusan
Jujur
Toleran terhadap cemas, konflik, konfrontasi
Berbagai informasi dalam waktu yang tepat dan orang yang tepat
Yakin bahwa semua orang dapat berubah, tumbuh dan berfungsi secara lebih efektif
(Fotokopi Beck and Rawlins, 1993, hal.510)
PROSES KEPERAWATAN
1. Dimensi Fisik
Meliputi semua gambaran konkrit bagian eksternal kehidupan RS.
Settingy meliputi:
Bentuk dan struktur bangunan
Pola interaksi masyarakat dan keluarga
Aspek yg mpengaruhi twujudy lingkungan fisik terapeutik:
Lingkungan fisik yang tetap
Mencakup:
Bentuk Bangunan Eksternal:
Struktur luar RS, yaitu lokasi dan letak gedung yang sesuai; di tengah-tengah pemukiman
penduduk serta tidak diberi pagar tinggi. Diharapkan dapat membantu memelihara
hubungan terapeutik pasien dengan masyarakat, memberikan kesempatan keluarga untuk
tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.
Bagian Internal
Meliputi:
o Penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal yg dilengkapi ruang tamu, kamar tidur,
kamar mandi, WC, dan ruang makan.
o Masing-masing diberi nama U/ mberikan stimulasi pd Px khususy yg malami gangguan
mental, merangsang memori dan mcegah disorientasi ruangan.
o Ruangan dilengkapi jadwal kegiatan harian, jadwal terapi aktivitas kelompok, jadwal
kunjungan keluarga, dan jadwal khusus misaly rapat ruangan.
2. Dimensi Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien
berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap
tekanan eksternal.
Klien: tanggung jawab terhadap perilaku sehat-sakitnya.
Terapis: semua anggota tim mempunyai tujuan untuk peningkatan kesehatan Kx.
Prinsip yg perlu diyakini petugas saat binteraksi dg Px:
1. Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah tingkah
laku pasien.
2. Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku partisipasi
petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.
3. Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota
kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.
4. Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
5. Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan adanya
papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.
3. Dimensi Intelektual
Warna, lampu/cahaya, suara, temperatur, bau, rasa.
o Penataan ruang: tidak komplek (tidak rumit)
o Contoh warna:
Biru, hijau : Tenang, teduh U/ Kx gaduh
Merah : Merangsang Kx yang menarik diri
4. Dimensi Emosional
Semua faktor fisik intelektual sosial/ psikososial menghasilkan suasana
emosi.
Misal: saya tenang disini
U/ ini terapis berperan:
Tulus
Empati
Mciptakan suasana: hangat, aman, percaya
Mendukung
5. Dimensi Spiritual
Tersedia tempat beribadah, buku suci
Narasumber
PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN
1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman
2. Penyelenggaraan proses sosialisasi
3. Sebagai teknis perawatan
4. Sebagai leader atau pengelola
JENIS-JENIS KEGIATAN TERAPI LINGKUNGAN
a. Terapi rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat
melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial.
b. Terapi kreasi seni
Dance therapy/menari
Terapi musik
Terapi dengan menggambar/melukis
Literatur/biblio therapy/terapi membaca
c. Pet therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan
hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri.
Diberikan terapi dengan merawat binatang binatang.
d. Plant therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu/mahluk hidup,
dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya. Diberikan
terapi dengan merawat tumbuh-tumbuhan.
Lingkungan sosial:
1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering
mungkin.
2. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan.
3. Menerima pasien apa adanya.
4. Meningkatkan harga diri pasien.
5. Menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap.
6. Membantu pasien berinteraksi dengan keluarganya.
7. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu
lama di ruangannya.