DIABETIK NEUROPATI
Disusun Oleh :
153112620120024
FAKULTAS BIOLOGI
PENDAHULUAN
Neuropati diabetik (ND) merupakan salah satu komplikasi kronik yang paling sering
ditemukan dalam Diabetes Mellitus (DM), risiko yang dihadapi pasien diabetes mellitus
dengan neuropati diabetik antara lain adalah: infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh dan
amputasi jari kaki. Kondisi inilah yang menyebabkan bertambahnya angka kesakitan dan
kematian yang berakibat pada meningkatnya biaya pengobatan pasien diabetes mellitus
dengan neuropati diabetik.
Hingga saat ini patogenesis neuropati diabetik belum seluruhnya diketahui dengan
jelas. Namun demikian dianggap bahwa hiperglikemia presisten merupakan faktor primer.
Faktor metabolik ini bukan satu-satunya yang bertanggung jawab terhadap terjadinya
neuropati diabetik, tetapi beberapa teori lain, yang diterima adalah teori vaskular, autoimun,
dan nerve growth factor. Studi prospektif oleh Solomon dkk menyebutkan bahwa, selain
peran kendali glikemi, kejadian neuropati juga berhubungan dengan risiko kardiovaskular
yang potensial masih dapat dimodifikasi.
Manifestasi neuropati diabetik sangat bervariasi mulai dari tanpa keluhan dan hanya
bisa terdeteksi dengan pemeriksaan elektrofisiologis, hingga keluhan nyeri yang hebat. Gejala
nyeri merupakan keluhan yang umum dijumpai pada pasien dengan neuropati diabetik.
Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa nyeri dijumpai pada 7%-13% kasus
neuropati diabetik. Kebanyakan 40% dari para penderita dengan neuropati diabetik datang
dengan keluhan nyeri dan parestesia pada satu atau beberapa anggota tubuhnya. Mengingat
terjadinya neuropati diabetik merupakan rangkaian proses yang dinamis dan bergantung pada
banyak faktor, maka pengelolaan dan pencegahan neuropati diabetik, pada dasarnya
merupakan bagian dari pengelolaan diabetes secara keseluruhan. Untuk mencegah neuropati
diabetik tidak berkembang menjadi ulkus pada kaki, diperlukan berbagai upaya, khususnya,
pentingnya perawatan kaki. Bila neuropati disertai nyeri diberikan berbagai jenis obat sesuai
dengan nyeri dengan harapan untuk menghilangkan keluhan, hingga kualitas hidup dapat
diperbaiki. Umumnya neuropati diabetik terjadi setelah adanya intoleransi glukosa yang
cukup lama.
BAB II
PEMBAHASAN
I. DEFINISI
Neuropati diabetik adalah munculnya gejala dan tanda-tanda disfungsi saraf tepi pada
penderita DM, setelah penyebab lain disingkirkan. Manifestasi ND dapat subklinik
maupun klinik dan sangat bervariasi. Tidak ada ND tunggal.
Oleh karena menyangkut saraf tepi, maka gangguannya dapat melibatkan saraf aferen
(sensorik) dan sistem eferen. Sistem saraf eferen termasuk sistem somatik dan otonomik.
Neuron sistem somatik menyampaikan informasi dari susunan saraf pusat (SSP) kepada
otot-oto skeletal, sistem otonomik (SO) menyampaikan informasi dari SSP kepada otot
polos, otot jantung, dan kelenjar. Dalam SO banyak organ tubuh mendapat inervasi
kembar. Serabut saraf parasimpatis mengatur fungsi tubuh untuk lebih istirahat (contoh:
mengosongkan vesica urinaria), sedang serabut simpatis mempersiapkan tubuh untuk
aktivitas fisik.
II. PREVALENSI
III. ETIOLOGI
Kejadian neuropati diabetik berawal dari hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi,
di atas nilai normal) berkepanjangan. Keadaan ini akan mengaktifkan jalur metabolisme
abnormal yang menghasilkan timbunan produk-produk akhir glukosa (sorbitol dan
advance glycosilation end products/AGEs). Bahan-bahan tersebut mengganggu transmisi
sinyal sel-sel saraf, menurunkan kemampuan saraf membuang radikal bebas, dan juga
merusak sel saraf secara langsung. Selain itu keadaan hiperglikemia juga mengganggu
peredaran darah ke sistem saraf.
Gejala sensorik, dapat dalam bentuk negatif atau positif, difus atau fokal.
Gejala negatif digambarkan seperti memakai sarung tangan atau kaos kaki,
gangguan keseimbangan atau rasa kebal atau mati rasa, terutama saat
mengalami trauma. Gejala positif digambarkan sebagai rasa terbakar, seperti
tersengat listrik (electric shock like), perasaan geli (tingling), nyeri tertusuk
(prickling pain), rasa sakit (aching), ketetatan (tightness) atau hipersensitif
terhadap rabaan (allodynia).
3. Neuropati otonom
4. Neuropati kakeksia
Lebih sering pada laki-laki yang lebih tua dan sering terjadi impotensi.
Pada N III,IV, VI: nyeri periorbita akut atau subakut diikuti nyeri
kepala dan diplopia, kelemahan otot orbita tergantung saraf masing-
masing. Pada umumnya terjadi pemulihan spontan dalam 3-6 bulan.
Pada N VII terjadi paresis fasial akut atau subakut tanpa gangguan
pengecap, dapat kambuh atau bilateral.
2. Mononeuropati somatik
3. Poliradikulopati
Paling banyak diderita pasien umur lebih dari 50 tahun pada DM tipe 2
dan penurunan berat badan yang nyata.
4. Radikulopleksopatia
Lebih banyak pada pasien laki-laki, lebih dari 50 tahun yang kurang
terkontrol.
Mulai nyeri unilateral pada pangkal paha belakang , bahu atau leher
yang mendadak dan berat.
C. Pada CIPD pasien diabetes
Perjalanan gejala lebih kronis (lebih 180 bulan) berat badan tidak berubah,
lebih banyak terjadi neuropati distal lengan.
D. Neuropatia otonomik
1. Teori metabolik
2. Teori vaskuler
4. Teori laminin
4. Ada retinopati dan nefropati yang kurang lebih sama berat dengan
polineuropati.
Respon tekanan darah untuk berdiri, ditujukan terutama untuk menilai fungsi
simpatis. Pada hipotensi ortostatik selama berdiri 2 menit terjadi penurunan
tekanan darah sistolik > 20-30 mmHg dan tekanan darah diastolik > 10 mmHg.
Hanya dua obat yang disetujui oleh FDA untuk neuropati perifer diabetik
adalah duloxetine antidepresi dan pregabalin anticonvulsant. Sebelum mencoba
obat sistemik, orang dengan neuropati diabetes mungkin periperal lokal
meringankan gejala mereka dengan patch lidokain.
Antidepresan trisiklik
Obat antiepilepsi
Lain perawatan
KESIMPULAN