Laprak 1
Laprak 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penanganan pascapanen Bahan Hasil Pertanian (BHP) harus dilakukandengan
baik dan benar agar BHP dapat sampai kepada tangan konsumen dengan kualitas yang baik
pula. Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan, kemudian menyebar ke
Amerika Utara, Afrika, dan Asia. Di Indonesia, kakao dikenal sejak tahun 1560,
namun menjadi komoditi penting sejak tahun 1951. Komoditas kakao memegang
peran penting dalam perekonomian nasional dan merupakan komoditas andalan
nasional. Sebagai komoditas terpenting ketiga setelah karet dan kelapa sawit,
kakao merupakan salah satu sumber utama pendapatan petani di 31propinsi
dengan keterlibatan petani sejumlah 1.539.401 Kepala Keluarga (Ditjen
Perkebunan, 2011). Peningkatan produksi kakao di Indonesia berlangsung sangat
pesat. Pada tahun 1967 produksi baru sebesar 1.233 ton, pada tahun 2003 telah
mencapai 698.816 ton dan pada tahun 2010 mencapai 837.918 Ton yang
diusahakan oleh perkebunan rakyat (94,19%) dengan luas tanaman kakao
mencapai 1.650.621Ha (Ditjen Perkebunan, 2011). Upaya pengelolaan kakao
secara berkelanjutan dihadapkan berbagai kendala antara lain:(1) produktivitas
tanaman dibawah potensi normal karena banyaknya tanaman tua dan banyak
tanaman tidak dirawat dengan baik; (2) adanya berbagai serangan hama atau
penyakit yang sulit dikendalikan oleh petani secara individual; (3) mutu biji
rendah; (4) industri hilir dalam negeri belum berkembang sehingga masih dalam
bentuk produk primer; (5) sulitnya petani mendapatkan pendanaan khusus untuk
pengembangan kakao.maka perlu disiapkan panduan bagi petugas
lapangan,petani/ kelompok tani dan pelaku usaha dalam menerapkan penanganan
pascapanen yang baik dan benar dalam bentuk Pedoman Teknis Penanganan
Pascapanen Kakao yang mengacu pada prinsip prinsip Good Agricultural
Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP) untuk menghasilkan biji
kakao yang bermutu juga produk yang dipasarkan diperoleh dari hasil serangkaian
proses yang efisien, produktif dan ramah lingkungan. Dengan demikian petani
akan mendapatkan nilai tambah berupa insentif peningkatan
harga dan jaminan pasar yang memadai.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Tujuan Instruksional Khusus
Mempelajari proses sortasi dan grading bahan hasil pertanian
Melakukan pengamatan kualitas/ standar mutu biji kakao
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kakao
Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditas yang penting di
Indonesia yang perannya sangat penting bagi perekonomian Indonesia khususnya
sbg penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, devisa negara, dan
pengembangan agroindustri.
Analisis mutu biji kakao meliputi persyaratan fisik menurut SNI 01-2323-2008
dan analisis mutu dilakukan berdasarkan SNI (2008). Mutu yang dianalisis
meliputi serangga hidup , kadar air, biji berbau asap dan abnormal dan atau berbau
asing, presentase biji pecah, kadar kotoran, kadar benda asing, kadar lemak kakao
dan jumlah biji per 100g. Aspek mutu terbagi menjadi dua macam kategori yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya kemasakan biji kakao oleh pabrik
yaitu faktor yang meliputi aroma (flavor), kemurnian (purity) dan tingkatan
(grade) yang kaitannya dengan standar grading dan karakterisik biji kakao
Aroma yang berasal dari kakao sangat beragam, keberagaman tersebut
dipengaruhi oleh varietas kakao serta tahapan penanganan pasca panen biji kakao.
Kehilangan aroma (off flavor) pada biji kakao disebabkan oleh terjadinya rasa
asap (smoke), fermentasi tidak sempurna dan karena mengandung asam. Beberapa
karakteristik fisik biji kakao dalam standar mutu meliputi:
1. Kadar air
Kadar air berpengaruh terhadap daya tahan biji kakao terhadap kerusakan
terutama saat penggudangan dan pengangkutan. Karena semakin tinggi kadar
air akan mengakibatkan mudahnya pertumbuhan jamur dan serangga.
2. Kadar lemak
Karakteristik fisik biji kakao setelah fermentasi dan pengeringan, seperti
kadar air, tingkat fermentasi dan kadar kulit, berpengaruh pada rendemen
lemak biji kakao. Kisaran kadar lemak biji kakao Indonesia adalah antara 49-
52%.
Standar Nasional Indonesia SNI 01-2323-2008 ini meliputi definisi,
klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan
(labelling), cara pengemasan dan rekomendasi. Standar mutu terbagi atas dua
syarat mutu, yaitu syarat mutu umum dan syarat khusus.
a. Syarat Mutu Umum
Tabel 1. Syarat Mutu Umum Biji Kakao
No Parameter Uji Persyaratan
1 Serangga hidup Tidak ada
2 Kadar air (bb) Maksimal 7,5%
Biji berbau asap atau abnormal dan atau
3 Tidak ada
berbau asing
4 Kadar benda-benda asing Tidak ada
5 Kadar Biji Pecah Maksimal 2%
Syarat khusus berikutnya adalah kadar biji kakao cacat. Untuk mengetahui biji
kakao kering tersebut termasuk biji kakao yang baik maka biji kakao kering
tersebut dilakukan uji belah.
Tabel 3. Kadar Biji Kakao Cacat
Pesyaratan
No Karakteristik (%)
Mutu I (%) Mutu II (%) Mutu III (%)
1 Kadar biji berjamur 2 4 4
2 Kadar biji slaty 3 8 20
3 Kadar biji berserangga 1 2 2
4 Kadar kotoran/ waste 1,5 2 3
5 Kadar berkecambah 2 3 3
Biji slaty (biji kakao yang tidak terfermentasi) adalah pada kakao lindak
yang menunjukkan separuh atau lebih permukaan irisan keping biji
berwarna keabu-abuan seperti sabak atau biru keabu-abuan, bertekstur
padat dan pejal, dan pada kakao mulia permukaannya berwarna putih
kotor.
Biji berserangga adalah biji kakao yang didalamnya terdapat serangga atau
menunjukkan tanda kerusakan oleh serangga.
Biji berkecambah adalah biji kakao yang kulit bijinya tertembus oleh
pertumbuhan kecambah.
Biji pipih adalah biji kakao yang kotiledonnya amat tipis.
Biji kalster yaitu biji kakao yang bijinya dempet lebih dari 2.
2.1.1 Morfologi Tanaman Kakao
1). Batang dan Cabang
Tinggi tanaman kakao jika dibudidayakan di kebun maka tinggi tanaman
kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 3 meter dan pada umur 12 tahun dapat
mencapai 4,5 7 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam , dipengaruhi oleh
intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao
bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang
arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas
air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke
samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan).
Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 1,5 meter akan berhenti
tumbuh dan membentuk jorket(jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari
pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao.
2). Akar
Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar akar
lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman
tanah (jeluk) 0 30 cm. Menurut Himme (cit. Smyth, 1960), 56% akar lateral
tumbuh pada jeluk 11 20 cm, 14% pada jeluk 21 30 cm, dan hanya 4% tumbuh
pada jeluk di atas 30 cm dari permukaan tanah. Jangkauan jelajah akar lateral
dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk. Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil
yang susunannya ruwet (intricate).
3). Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.
Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada
tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm Tangkai daun
bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya.
Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation)
yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daunyang membuat daun mapu
membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari.
Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing
(acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip
dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging
daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung
pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan
daun licin dan mengkilap.
4). Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang
dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut
semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut denganbantalan
bunga (cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5) artinya, bunga
disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10
tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5
tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu.
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat
pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar.
Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8
mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang
(claw) dan bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran
tipis, fleksibel, dan berwarna putih.
BAB III
HASIL
Dengan Ragi.
Syarat Mutu Umum Biji Kakao Kering dengan Ragi T = 55 C
No Persyaratan Uji persyarata
n
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan Rata -
3 rata
1 Serangga Hidup Tidak ada 0 0 0 0
Keterangan :
Kadar kotoran meliputi :
a. Biji pipih
b. Biji yang saling melekat ( Biji klaster)
c. Plasenta
Syarat Mutu Umum Biji Kakao Kering dengan Ragi T = 60C
No Persyaratan Uji persyaratan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata
rata
1 Serangga Tidak ada 0 0 0 0
Hidup
2 Kadar Air Maksimal 7,00% 6,71% 6,29% 6,67%
7,5%
3 Biji berbau Tidak ada 0 0 0 0
asap atau
abnormal dan
atau berbau
asing
4 Kadar benda - Tidak ada 0 0 0 0
benda asing
Keterangan :
Kadar kotoran meliputi :
a. Plasenta
b. Biji pipih
c. Biji yang saling melekat ( Biji klaster)
Syarat Mutu Umum Biji Kakao Kering dengan Ragi T = 65C
No Persyaratan persyaratan
Ulangan Ulangan Ulangan Rata -
Uji
1 2 3 rata
1 Serangga Tidak ada 0 0 0 0
Hidup
2 Kadar Air Maksimal 6,06% 6,63% 6,62% 6,44%
7,5%
3 Biji berbau Tidak ada 0 0 0 0
asap atau
abnormal dan
atau berbau
asing
4 Kadar benda - Tidak ada 0 0 0 0
benda asing
5 Kadar biji Maksimal 0 0 0 0
pecah 2%
DAFTAR PUSTAKA
Agung.2012. Deskripsi Tanaman Kakao. Terdapat pada:
https://agungdm.wordpress.com/2012/08/06/deskripsi-tanaman-kakao/
(Diakses pada Hari Sabtu 12 maret 2016 pukul 17.30 WIB)