Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM INDIVIDUAL

GD3103 FOTOGRAMETRI I
TAHUN 2016/2017

MODUL 2 STEREOSKOP CERMIN:


INTERPRETASI FOTO UDARA

Disusun oleh :

Fajar Adi Ramdhani 15114004

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum, fotogrametri merupakan suatu metode pemetaan objek-objek di


permukaan bumi yang menggunakan foto udara sebagai media, dimana dilakukan
penafsiran objek dan pengukuran geometri untuk selanjutnya dihasilkan peta garis, peta
digital maupun peta foto (Wolf, 1974). Tujuan mendasar dari fotogrametri adalah
membangun secara sunguh-sungguh hubungan geometrik antara suatu objek dan sebuah
citra dan menurunkan informasi tentang objek secara teliti dari citra.
Untuk dapat menurunkan informasi tentang objek secara teliti dari suatu citra yang
dihasilkan, maka diperlukan suatu proses yang dinamakan Interpretasi. Interpretasi
merupakan bagian dari inderaja (remote sensing) yang mendefinisikan sebagai
pengukuran (measurement) atau akuisisi (acquisition) informasi dari suatu obyek atau
fenomena, menggunakan alat perekam tanpa adanya kontak secara fisik dengan obyek
atau fenomena yang sedang dipelajari (Cowell, 1983).
Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan.
Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto
udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan
dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang
digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam
memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat
diberbagai bidang untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial yang dilakukan dengan
teknik interpretasi foto/citra, sedangkan referensi geografinya diperoleh dengan cara
fotogrametri. Interpretasi foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau
dengan bantuan komputer. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi
konvensional adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni paralaks bar.
Proses interpretasi foto udara secara khusus meliputi pengamatan stereoskopik
untuk menampilkan pandangan tiga dimensi dari suatu medan. Efek pengamatan ini
timbul karena dua mata secara terus menerus memerhatikan ketampakan permukaan
bumi dari dua arah pandangan. Apabila terdapat dua buah objek yang berbeda jaraknya,
mata kita akan mengamati objek tersebut dengan cara yang berbeda. Perbedaaan
pandangan tersebut, kemudian disatukan oleh otak sehingga menghasilkan kesan
kedalaman dan memberikan kesan tiga dimensi.
Pada praktikum kali ini kami, menggunakan alat stereoskop cermin untuk melakukan
interpretasi foto terhadap citra yang sudah disediakan. Dalam hal ini, terdapat 4 pasang
citra berbeda yang kami interpretasi.

1.2. Tujuan Praktikum

1. Menginterpretasi citra / foto udara dengan menggunakan alat stereoskop cermin.


2. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip atau kunci dasar interpretasi foto.
1.3. Waktu dan Tempat Praktikum

Waktu : Selasa, 1 November 2016 jam 13.00-14.00 (Modul 2a)


Selasa, 8 November 2016 jam 13.00-16.00 (Modul 2b)
Tempat : Ruang Rapat KK InSIG lantai 3, tut Labtek IX-C Gedung Teknik
Geodesi dan Geomatika, Institut Teknologi Bandung.

1.4. Peralatan yang Digunakan

1. Stereoskop Cermin
2. Empat buah pasang foto / citra
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1. Dasar Teori

2.1.1. Interpretasi Foto


Interpretasi citra / foto adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra
dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek
tersebut. (Estes dan Simonett dalam Sutanto, 1994). Interpretasi foto udara merupakan
suatu kegiatan menganalisa citra foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi
dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi.
Interpretasi foto juga merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri yang
ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengenalan
dan identifikasi suatu objek. Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan
yang mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan identifikasi atau
penafsiran objek.

Gambar 2.1. Citra / Foto

2.1.2. Tahapan Interpretasi Foto


Pelaksanaan interpretasi foto udara dapat dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu:

A. Peninjauan Umum (General Examination)


Tahap ini secara umum menetapkan sifat-sifat atau karakteristik dari daerah yang
diamati. Sifat-sifat daerah secara umum, meliputi : susunan relief, jenis tanaman,
kebudayaan, dan keadaan bentang alam.
B. Identifikasi (Identification)
Pada tahap ini semua detail topografi atau situasi yang ada pada foto udara harus
diidentifikasi berdasarkan kunci interpretasi foto udara. Pada tahap identifikasi ini
dilakukan pemeriksaan secara detail, misalnya mempelajari susunan jalan, distribusi
dan tipe bangunan, bentuk-bentuk khusus bangunan ibadah seperti masjid, gereja,
daerah terbuka antara lain lapangan olahraga, taman dan kuburan.

C. Klasifikasi (Clasification)
Tahap klasifikasi ini merupakan tahapan yang tidak dapat dipisahkan dari tahap
sebelumnya. Melalui tahap klasifikasi ini semua obyek yang sudah diidentifikasi pada
tahap sebelumnya diklasifikasi lebih mendetail. Misalnya untuk jalan harus dibedakan
jalan utama, jalan kelas dua, dan jalan penghubung. Untuk bangunan dapat
diklasifikasi lebih mendetail menjadi : bangunan rumah tinggal, bangunan
perkantoran, bangunan pertokoan, bangunan pasar tradisional, bangunan ibadah
maupun klasifikasi lain, seperti bangunan satu lantai, bangunan bertingkat dua, dan
bangunan bertingkat banyak. Dari hasil interpretasi foto udara akan diperoleh
informasi yang mendetail dan sudah diklasifikasi sedemikian rupa sehingga dapat
dipergunakan untuk keperluan tertentu. Misalnya untuk melengkapi peta dengan
membuat simbol sesuai obyek yang akan digambar. Beberapa unsur interpretasi tidak
selalu digunakan dalam identifikasi setiap obyek, untuk pengenalan obyek pada foto
udara dilakukan melalui pendekatan bentang lahan yaitu berupa kenampakan bentang
budaya, dimana fungsi dari obyek dilacak berdasarkan ciri-ciri bentang budaya
tersebut.

2.1.3. Kunci Dasar Interpretasi Foto


Dalam melakukan interpretasi foto udara digunakan sejumlah kunci dasar.
Suatu obyek atau fenomena dapat dikenali dengan menggunakan salah satu atau
kombinasi dari beberapa kunci dasar yang ada. Beberapa kunci dasar yang digunakan
diantaranya:

Size (ukuran)
Ukuran merupakan bagian informasi konstektual selain bentuk dan letak. Ukuran
merupakan atribut obyek yang berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume (Sutanto,
1986). Ukuran merupakan cerminan penyajian suatu luasan. Ukuran dapat digunakan
sebagai patokan dalam interpretasi foto udara karena setiap benda mempunyai ukuran
yang berbeda. Setiap interpreter harus mengetahui dengan pasti skala foto udara yang
digunakan sehingga dapat diketahui hubungan ukuran foto udara dengan ukuran
sebenarnya di lapangan.

Shape (bentuk).
Bentuk menunjukkan kerangka atau konfigurasi umum suatu obyek baik bentuk
umum (shape) maupun bentuk rinci (form) untuk mempermudah interpretasi. Jalur
kereta api misalnya, dapat dibedakan jelas dengan jalan raya karena bentuknya terdiri
atas garis lurus panjang yang membentuk lengkung lemah dan berbeda dengan bentuk
lengkung jalan raya.

Shadow (bayangan)
Bayangan dapat terjadi apabila ada obyek dengan ketinggian tertentu mendapatkan
cahaya matahari. Dengan memperhatikan bayangan, seorang interpreter dapat
membedakan tinggi rendahnya atau profil suatu obyek.

Site (lokasi/situs)
Lokasi topografi atau situasi dapat membantu interpreter dalam mengidentifikasi
obyek pada foto udara. Merupakan tempat kedudukan suatu obyek terhadap obyek
lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan
dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, suatu bangunan di
pinggir jalur kereta api sesuai dengan ukurannya dapat kita identifikasikan sebagai
stasiun kereta api atau pos penjagaan pintu kereta api.

Rona/Tone (derajat kehitaman)


Rona mencerminkan warna atau tingkat kualitas kecerahan/kegelapan gambar obyek
pada foto udara. Derajat kehitaman terdiri dari tingkatan warna dari putih menuju ke
hitam, yang dibagi dalam satuan derajat kehitaman. Derajat kehitaman masing-masing
obyek dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang datang dan yang dipantulkan oleh
obyek tersebut. Semakin banyak cahaya yang dipantulkan, semakin gelap derajat
kehitamannya.
Beberapa aturan umum yang dapat dijadikan sebagai patokan, antara lain :
1. Permukaan air pada umumnya memiliki tone yang hampir gelap karena
banyak memantulkan cahaya yang datang.
2. Tanah gundul, rumput muda, tanaman, permukaan jalan, pasir, dan daerah
berpohon berdaun lebar pada umumnya memiliki tone yang terang.
3. Daerah dengan pohon berdaun kecil pada umumnya memiliki tone gelap.

Texture (kekasaran citra foto)


Texture adalah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Texture dihasilkan oleh
susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara
individual dengan jelas pada foto. Texture merupakan hasil bentuk, ukuran, pola,
bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka texture suatu obyek
menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.

Pattern (pola)
Di dalam interpretasi kita dapat memperhatikan pola-pola tertentu dari suatu obyek.
Suatu obyek memiliki pola yang biasanya berbeda seperti keteraturan dan coraknya.
Dari sini kita dapat melihat bahwa unsur-unsur alam biasanya memiliki pola yang
lebih tidak teratur daripada unsur-unsur buatan manusia.
Asosiasi (korelasi )
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek
lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan
petunjuk bagi adanya obyek lain.

Gambar 2.2. Diagram Kunci Dasar Interpretasi Foto

2.1.4. Stereoskop
Stereoskop ialah suatu alat yang digunakan untuk dapat melihat sepasang
gambar/foto secara stereoskopis. Menurut Paine (1993) Stereoskopi adalah ilmu
pengetahuan tentang stereoskop yang menguraikan penggunaan penglihatan binocular
untuk mendapatkan efek tiga dimensi (3D). Stereoskop biasanya digunakan untuk
melihat bentuk tiga dimensi pasangan foto udara. Fungsinya adalah mengatur agar
mata kiri hanya melihat pasangn foto sebelah kiri dan mata kanan hanya melihat
pasangan foto sebelah kanan.

Stereoskop memiliki berbagai jenis, diantaranya:

Salah satu jenis stereoskop yang paling sederhana adalah steroskop saku. Ukuran
foto yang dapat dilihat bentuk tiga dimensinya terbatas sekitar 6 cm x 10 cm
stereoskop saku mempunyai lensa positif. Lensa-lensanya biasanya mempunyai
perbesaran 2,5 kali. Stereoskop ini memiliki kelemahan yang sama seperti
pemakaian mata telanjang, yaitu jarak antar titik yang berpasangan tak boleh
melebihi panjang basis mata (basis mata rata rata = 64 mm).
Selain stereoskop saku, terdapat pula jenis stereoskop lainnya, antara lain
steroskop cermin . Memiliki ukuran yang lebih besar daripada stereoskop saku
otomatis bisa melihat foto udara dengan ukuran yang lebih besar pula. Daerah
yang dapat dilihat secara stereoskop lebih luas jika dibandingkan dengan
menggunakan stereoskop lensa. Namun, karena bentuknya agak besar maka agak
lebih sukar dibawa ke lapangan .
Stereoskop kembar, memiliki dua lensa di sisi kanan kirinya sehingga
pengamatan dapat dilakukan oleh dua orang. Bagian bagian dari stereoskop ini
adalah dua set lensa pada bagian kanan dan kirinya, tiang penyangga. Kelebihan
dari stereoskop ini adalah pengamatan dapat dilakukan oleh dua orang secara
bersamaan, daerah pengamatan besar. Sedangkan kekurangan dari stereoskop ini
adalah tidak praktis, perbesarannya tidak cukup besar karena hanya 1,5 kali
hingga 3 kali.
Stereoskop prisma tunggal, hanya dilengkapi oleh lensa prisma tunggal. Bagian
bagian dari stereoskop ini adalah tiang penyangga, lembaran penyangga, lensa
cembung dan prisma. Kelebihan dari stereoskop ini adalah dapat melihat gambar
yang perpisahannya besar dari jarak interocular. Sedangkan kekurangannya adalah
perbesarannya kurang.
Stereoskop mikroskopik, mempunyai perbesaran yang sangat besar dan hampir
sama dengan mikroskop. Stereoskop ini dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Stereoskop zoom, lensanya dapat diganti ganti untuk perbesaran yang
berbeda beda. Bagian bagian stereoskop ini adalah sepasang
cermin/prisma, sepasang lensa, cermin pada tiap kaki. Kelebihan stereoskop
ini adalah perbesaran sangat besar, pasangan foto stereonya dapat diputar
sejauh 360, dan bila terkena cahaya akan lebih memperjelas gambar.
Sedangkan kekurangan dari stereoskop ini adalah bila tidak terkena cahaya
gambar yang dihasilkan akan tidak kelihatan.
2. Interpretoskop, yaitu stereoskop modern yang sudah menggunakan
komputer. Kelebihan dari interpretoskop adalah hasil lebih akurat karena
terkomputerisasi. Kekurangan pada interpretoskop adalah ukurannya yang
besar dan membutuhkan listrik disaat pemakaiannya.

2.1.5. Stereoskop Cermin


Stereoskop cermin adalah stereoskop yang digunakan untuk melihat
foto udarabertampalan (berukuran lebih besar daripada stereoskop saku). Bagian-
bagian dari stereoskop cermin ini meliputi lensa cembung, sepasang prisma/cermin,
cermin perak, tiang penyangga, dan lensa binokuler. Kelebihan dari
stereoskop cerminini adalah dapat melakukan perbesaran dengan penambahan lensa
binokuler, daerah yang diamati lebih luas daripada stereoskop saku, dan dapat
menampakkan satu lembar foto udara secara penuh. Kekurangan stereoskop ini adalah
ukurannya yang besar sehingga tidak praktis (lebih sukar jika dibawa ke lapangan),
harga relatif mahal, dan jika ditambahkan dengan binokuler maka akan memperkecil
daerah yang diamati.
Stereoskop cermin menggunakan paduan prisma dan cermin untuk
memisahkan garis pengliatan dai tiap mata pengamat. Setereoskop cermin mempunyai
jarak antara dua sayap cermin yang jauh lebih besar dari pada jarak pengamatan,
sehingga pasangan foto udara yang berukuran 240 mm dapat diletakan untuk di amati
tanpa saling menutupi. Untuk menghasilkan penbesaran hingga empat kali, dapat di
gunakan binokuler pada lensa pengamatan tetapi cakupan daerah yang di amati
menjadi berkurang. Dengan menggunakan stereoskop cermin yang tanpa atau dengan
pembesaran kecil, penafsir dapat mengamati semua atau hampir semua bagian yang
stereoskopik dari pasangan foto udara 24 mm, tanpa memindah foto udara atau
stereoskopik. Stereoskop cermin pada umumnya dilengkapi dengan paralaks meter
untuk pengukuran paralaks.

Gambar 2.3. Stereoskop Cermin

2.2. Langkah Pengerjaan


Langkah pengerjaan untuk praktikum modul ini adalah :
1. Melakukan persiapan alat Stereoskop Cermin dengan membuka kedua pasang
kaki penyangga yang berada disebelah kanan dan kiri stereoskop cermin.
2. Memasang lensa binokuler pada bagian atas stereoskop cermin dengan benar.
Dalam hal ini, dapat pula dilakukan pengamatan stereoskopik tanpa lensa
binokuler atau langsung menggunakan lensa pada bagian bawah stereoskop
cermin.
3. Meletakkan foto yang akan diinterpretasikan di bawah cermin kiri dan cermin
kanan pada stereoskop cermin tersebut. Foto diletakkan sesuai dengan keterangan
yang ada pada bagian kanan bawah foto, yaitu L yang menyatakan foto kiri dan
R yang menyatakan foto kanan.
4. Menunjuk titik yang akan diinterpretasikan di foto kanan (dengan tangan kanan)
terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan foto kiri (dengan tangan kiri).
5. Melihat titik tersebut dengan teropong pada alat, kemudian memposisikan dan
mengatur sedemikian rupa sehingga kedua titik tersebut bertemu. Cara
memposisikan titik tersebut adalah dengan menggerakkan foto kanan, sementara
foto kiri tetap diam.
6. Setelah seolah-olah kedua jari bertemu menjadi menunjuk satu titik, foto tersebut
akan terlihat tiga dimensi atau memiliki ketinggian oleh mata melalui teropong.
7. Melakukan interpretasi foto dari setiap titik yang tersedia dengan menerapkan
prinsip atau kunci dasar interpretasi foto.

2.3. Pengolahan Data

Berikut adalah hasil interpretasi foto udara Latihan 3 no. 1


Daerah: Akaike, Kyusu Japan
Skala 1 : 5.000

Identifikasi detail / objek pada:


A = Jalan
B = Sungai
C = Jalan
D = Air Bendungan / waduk
E = Bendungan
F = Terasering
G = Lembah
H = Jalan layang
I = Komplek Bangunan Pertambangan
J = Jalan Kecil
K = Jalan Menuju Gunung
L = Jembatan
M = Jalan
P = Ladang
O = Hutan
S = Pohon

Hal khusus yang terdapat pada A: warna yang lebih gelap dan bentuk yang
memanjang
Objek yang melintas di bawah jembatan L: Jalan
Perbedaan utama persilangan pada M dan N: M berada di sebelaha atas N

Berikut adalah hasil interpretasi foto udara Latihan 3 no. 2


Daerah: Netherlands
Skala 1 : 10.000

Identifikasi detail / objek pada:


A = Sungai
B = Rel kereta api
C = Jalan
D = Jembatan Jalan
E = Rel kereta api
F = Jalan
G = Atap Bangunan
H = Ladang
J = Aliran air / irigasi
K = Kebun
L = Bangunan
M = Stasiun
N = Pepohonan
O = Pepohonan
P = Taman
R = Kolam / genangan air

Kesulitan dalam menentukan batas kota: patok-patok yang digunakan dalam


menentukan batas kota tidak terlihat dari foto udara.
Kunci yang dapat membantu dalam mengidentifikasi objek pada A dan J: Bentuk
(sungai memiliki bentuk yang lebih tidak teratur dibanding aliran air), Ukuran
(Sungai memiliki ukuran lebih besar dibanding aliran air), Rona (rona sungai
lebih gelap dibanding aliran air), Bayangan (Sungai dan aliran air dapat
dibedakan melalui bayangan yang dibentuknya)
Bayangan berguna dalam melakukan interpretasi dengan cara: membantu
memprediksi bentuk, tinggi, dan keterkaitan objek tersebut.

Berikut adalah hasil interpretasi foto udara Latihan 3 no. 3


Daerah: Suriname
Skala 1 : 20.000

Identifikasi detail / objek pada:


A = Sungai
B = Jalan
C = Pohon
D = Hutan
E = Perkebunan
F = Sawah
G = Lahan Kosong
H = Pepohonan
J = Lahan Kosong
K = Jalan Setapak

Letak Daerah Pemukiman: Jalan diatas F


Daerah hutan memperlihatkan karakteristik: hutan rimba. Lebih terlihat tidak
teratur dan penuh dengan pepohonan.
Berikut adalah hasil interpretasi foto udara Latihan 3 no. 4
Daerah: Pasifik
Skala 1 : 20.000

Identifikasi detail / objek pada:


A = Jalan
B = Rumah
C = Pantai
D = Jalan
E = Lahan kosong seperti landasan pesawat
F = Bibir Pantai
G = Hutan
H = Lahan Kosong
J = Lereng Bukit
K = Jalan Setapak

Untuk skala 1:100.000 (skala kecil, tinggi terbang tinggi): Hutan, pantai, bibir
pantai
Untuk skala 1:10.000 (skala besar, tinggi terbang rendah): Rumah, Jalan, Sungai,
Rawa, Lahan Kosong
Gambaran di sekitar J: Memiliki ketinggian lebih rendah dibanding dengan
daerah di sekitarnya. Objek J merupakan lahan terbuka dengan sedikit pohon.

2.4. Analisis
Dari hasil interpretasi keempat foto / citra, didapat beberapa objek diantaranya:

Jalan
Bentuknya lurus dan memanjang. Ronanya terang karena jalan bersifat solid dan
menyerap cahaya. Selain itu, terdapat ukuran objek jalan yang lebar (biasanya
jalan utama) dan kecil (bukan jalan utama). Dari Bayangan pada objek jalan
dapat dibedakan objek jalan layang dan objek jalan biasa. Hal tersebut dapat
dilakukan karena bayangan dapat menentukan ketinggian objek.
Sungai
Memiliki Bentuk yang melengkung dan tidak teratur. Ronanya lebih gelap karena
cahaya dipantulkan oleh air di sungai. Selain itu, bayangan dapat menentukan
ketinggian sungai yang lebih rendah dari jalan dan objek lain.
Bendungan
Dalam hal ini, objek bendungan terlihat lebih tinggi dari objek lain di sekitarnya.
Apabila dilihat dari lokasinya, objek bendungan ini berada bersebelahan dengan
air bendungan. Objek bendungan juga memiliki bayangan yang menunjukkan
ketinggiannya.
Air Bendungan
Memiliki rona yang gelap karena air akan memantulkan cahaya. Dapat dikatakan
air bendungan karena letaknya yang bersebelahan langsung dengan bendungan.
Dalam hal ini, air bendungan dapat pula diinterpretasi sebagai waduk atau danau
buatan.
Terasering
Pola yang terlihat pada objek terasering berupa kotak-kotak panjang yang cukup
teratur. Rona pada terasering lebih terang karena bersifat solid atau padat.
Lembah
Memiliki kadalaman dibandingkan objek objek di sekitarnya. Dapat terlihat
bahwa objek di sekitarnya adalah tebing tebing terjal karena memiliki ketinggian
tertentu.
Jembatan
Dalam hal ini, objek jembatan terlihat memiliki ketinggian berdasarkan bayangan
yang terbentuk pada foto atau citra. Bentuk objek jembatan ialah lurus
memanjang. Selain itu, terlihat juga terlihat adanya jalan raya yang melintas di
bawahnnya
Ladang
Objek ladang memiliki pola yang teratur pada citra atau foto. Rona pada ladang
terlihat cukup terang dibanding dengan air atau sungai yang ada pada citra.
Bentuknya berupa kotak
Hutan
Memiliki rona yang gelap dan jelas sekali terdiri dari banyak pohon di wilayah
objek tersebut. Teksturnya juga terbentuk cukup kasar.
Pohon
Objek pohon memiliki rona yang gelap. Dalam citra atau foto terlihat ketinggian
masing-masing pohon karena adanya bayangan yang terbentuk
Rel Kereta Api
Dalam hal ini, rel kereta api memiliki bentuk kotak-kotak memanjang. Ukurannya
cukup kecil. Rona yang ada pada objek ini juga cukup gelap.
Atap Bangunan
Memiliki pola kotak-kotak yang teratur. Dari kunci interpretasi bayangan dapat
diketahui ketinggian atap bangunan yang lebih tinggi dibanding dengan objek
yang lain.
Aliran air/irigasi
Memiliki bentuk yang memanjang dan teratur. Dapat diketahui bahwa objek
aliran air atau irigasi ini terlihat lebih rendah dibanding objek lainnya karena
bayangan yang ada.
Perkebunan
Dalam objek perkebunan, rona yang terbentuk cukup gelap. Tekstur yang
terbentuk cukup kasar. Selain itu terdapat pula pepohonan yang berada di sekitar
objek perkebunan
Kolam
Pada objek kolam, terlihat rona yang gelap. Selain itu,ukuran objek kolam
tidaklah besar dan lokasinya dekat dengan jalan raya.
Lahan kosong
Dalam hal ini, rona yang terbentuk cukup terang. Tekstur yang terbentuk juga
kasar. Selain itu, terlihat pula pada citra atau foto bahwa objek lahan kosong ini
berada di sekitar hutan / pepohonan yang cukup rindang. Dapat diinterpretasi
bahwa lahan kosong ini erupakan suatu lapangan
Pantai
Memiliki rona yang lebih gelap akibat adanya pantulan cahaya dari permukaan a
Bibir Pantai
Melintang di sepanjang pesisir pantai pulau tersebut. Garis tersebut membantasi
bagian yang memiliki rona yang terang dan gelap menandakan perbatasan antara
daratan dan air.
Landasan Pesawat
Memiliki topografi dengan relief sangat halus. Berona sangat terang di wilayah
tersebut. Ukurannya lebih besar dibandingkan dengan jalan pada umumnya.
Bangunan
Bentuknya seperti huruf U serta memiliki sudut dan memiliki sedikit bayangan di
sekitarnya menandakan objek tersebut memiliki ketinggian beberapa meter di atas
permukaan tanah. Panjang bangunannya sekitar 200 m menandakan objek
tersebut merupakan bangunan yang cukup besar.
Lereng Bukit
Memiliki ketinggian yang lebih rendah dibandingkan daerah di
sekitarnya. Merupakan perbatasan antara tebing tebing yang cukup tinggi
dengan daerah penduduk.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Pada praktikum modul 2 ini, dilakukan pengamatan interpretasi foto dengan
menggunakan alat stereoskop cermin. Dalam interpretasi foto secara manual dengan
stereoskop cermin dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan 9 kunci inerpretasi
menurut Estes da Simonet, yaitu: Rona dan warna, Bentuk, Ukuran, Tekstur, Pola,
Bayangan, Situs, Tinggi, dan Keterkaitan. Dengan karakteristik dasar citra foto, dapat
membantu serta membedakan penafsiran objek objek yang tampak pada foto udara.
Agar objek yang diinterpretasi sesuai dengan objek sebenarnya di lapangan maka
diperlukan konsentrasi, latihan dan pengalaman interpretasi yang tinggi.

3.2. Saran
Pada praktikum modul interpretasi foto kali ini sebaiknya diberi penjelasan
mengenai kunci interpretasi apa saja yang bisa digunakan pada suatu objek agar lebih
mudah dalam proses penginterpretasiannya. Selain itu, pemberian warna pada foto /
citra juga akan lebih memudahkan praktikan dalam membedakan objek satu, dengan
yang lainnya.
Daftar Pustaka

Wolf, Paul R dan Dewwit, Bon A. 2004. Elements of Photogrammetry with


Applications in GIS 3rd edition. The McGraw-Hill Companies.
Ligterink, G.H., 1987. Dasar - Dasar Fotogrammetri Interpretasi Foto Udara. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia
Santoso., B, 2001. Pengantar Fotogrammetri. Bandung : Institut Teknologi Bandung
Haniah., 2006. Diktat. Pemetaan Fotogrametri. Semarang: Teknik Geodesi
Universitas Diponegoro
http://www.guntara.com/2012/11/pengertian-dan-spesifikasi-stereoskop.html
Lampiran

Latihan 3 no.1
Latihan 3 no.2
Latihan 3 no.3
Latihan 3 no.4

Anda mungkin juga menyukai