Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Unsur Intrinsik dan Sekema Aktan dalam Cerita yang


Berjudul karya Kailani

Disusun untuk:

Memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Metode Penelitian Sastra

Oleh:

Nama : Dedi Kusdinar

NIM : 180910110024

JURUSAN SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013/2014
Kata Pengantar

Bismillahirrahmannirrahim

Alhamdulillahirobbilalamin atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT penulis masih diberikan
nikmat sehat yang mana dengan nikmat ini penulis masih bisa berikhtiar untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan, solawat dan salamnya tak lupa kita curahkan kepada pemimpin umat islam yang telah memberikan
suri tauladan yang terbaik yakni nabi besar Muhammad saw, beserta para keluarga, sahabat, tabiin at tabiinnya
dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umat yang senantiasa setia kepadanya. Aamiin

Metode penelitian sastra merupakan alat penting dalam mewujudkan sebuah penelitian sastra yang
memadai. Selain itu, upaya mendeskripsikan masalah sastra yang bersifat unik dan universal sebagai objek
penelitian, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam makalah ini. Pertimbangan utamanya adalah untuk
memberikan pengetahuan secara memadai mengenai penelitian sastra yang menuntut sebuah metode
penelitian yang khusus di samping tetap berada dalam jangkauan asas-asas penelitian ilmiah secara
universal.
Karya sastra terdiri atas berbagai jenis; ada yang berupa puisi, novel, cerpen, dan sebagainya. Di
dalamnya karya sastra terdapat berbagai hal yang dapat dikaji, baik itu dari tokoh yang ada dalam cerita, gaya
bahasa pengarang, maupun amanat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui isi cerita atau
isi puisi yang dibuatnya.

Salah satu yang menjadi alasan penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan pada mata kuliah Metode Penelitian Sastra dan untuk memperluas kembali pemahaman ilmu
penelitian Sastra terutama pembahasan Unsur Intrinsik dan Sekema Aktan dengan judul Unsur Intrinsik dan
Sekema Aktan dalam Cerita yang Berjudul karya Kailani

Terimakasih kepada dosen mata kuliah Metode Penelitian Sastra yang telah menyampaikan ilmu-ilmu
baru kepada kami dan telah memberikan tugas ini, sehingga penulis bisa lebih memahami dengan tugas yang
diberikan.

Tentu dalam penulisan karya ilmiah ini memiliki banyak sekali kekurangan hal itu dikarenakan
keterbatasan kemampuan penulis sendiri, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangatlah
penulis harapkan.

Jatinangor, 25 Juni 2014

Penulis
Bab 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode penelitian sastra merupakan alat penting dalam mewujudkan sebuah penelitian sastra yang
memadai. Selain itu, upaya mendeskripsikan masalah sastra yang bersifat unik dan universal sebagai objek
penelitian, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam makalah ini. Pertimbangan utamanya adalah untuk
memberikan pengetahuan secara memadai mengenai penelitian sastra yang menuntut sebuah metode
penelitian yang khusus di samping tetap berada dalam jangkauan asas-asas penelitian ilmiah secara
universal.
Karya sastra terdiri atas berbagai jenis; ada yang berupa puisi, novel, cerpen, dan sebagainya. Di
dalamnya karya sastra terdapat berbagai hal yang dapat dikaji, baik itu dari tokoh yang ada dalam cerita,
gaya bahasa pengarang, maupun amanat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui isi
cerita atau isi puisi yang dibuatnya.
Untuk melakukan suatu penelitian di bidang sastra, tentunya seseorang harus menggunakan suatu teori,
metode ataupun teknik yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari karya sastra tersebut.
Teori berasal dari kata theoria (bahasa Latin). Secara etimologis teori berarti kontemplasi terhadap
kosmos dan realitas. Dalam hubungannya dengan dunia keilmuan teori berarti perangkat pengertian,
konsep, proposisi, yang mempunyai korelasi, dan telah diuji kebenarannya. Pada umumnya teori
dipertentangkan dengan praktik. Teori-teori yang tidak atau belum berhasil untuk diuji dalam prakti, dengan
sendirinya belum bisa disebut sebagai teori yang valid. Objek mlahirkan teori, sebaliknya, teori
memberikan berbagai kemudahan untuk memehami objek.dengan dibantu oleh metode dan teknik, teori
meungkinkan ilmu pengetahuan berkembang secara lebih cepat.dengan ditemukannya metode dan teori,
pengetahuan pada gilirannya berubah menjadi ilmu pengetahuan.menurut Fokkema dan Kunne-Ibsch
(1977:175), penelitian terhadap karya sastra pada umumnya memanfaatkan teori-teori yang sudah ada.
Secara genesis denngan demikian dalam proses penelitian teori diperoleh dengan dua cara, yaitu peneliti
memanfaatkan teori terdahulu dan peneliti memanfaatkan teori yang dikemukakannya sendiri.
Sebagai alat, teori tidak harus selalu baru secara keseluruhan.kebaruan diperlukan dalam bentuk proses,
sebagai modifikasi, cara-cara baru pada saat mempertemukan hakikat teori dengan objek.
Adakalanya pengertian-pengertian metodologi, metode, dan teknik sering tertukar atau bahkan
dicampuradukkan. Pengertian mendasar dari masing-masing istilah adalah:
1. Metodologi berasal dari methodos dan logos, yaitu filsafat ilmu mengenai metode. Metodologi
dengan demikian membahas prosedur intelektual dalam totalitas komunitas ilmiah.
2. Metode berasal dari kata methods yang akar katanya adalah meta yang berarti menuju, melalui,
mengikuti, sesudah; sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah. Dalam pengertian yang lebih luas,
metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas; langkah-langkah sistematis
untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya.
3. Teknik berasal dari kata teknikos, yang berarti alat, atau seni menggunakan alat. Perbedaan
mendasarnya antara metodologi dan metode adalah metodologi membahas konsep teoritik
berbagai metode sedangkan metode mengemukakan secara teknis tentang metode yang digunakan
dalam kegiatan penelitian. Upaya memilah dua pengetian tersebut berpangkal dari penyadaran
filsafat keilmuan yang kita anut yang berkorelasi dengan metodologi penelitian itu sendiri.
Adakalanya para penganut filsafat ilmu yang berbeda memberi cap bohong, munafik pada langkah-
langkah kerja penelitian yang memulai tulisannya dengan alasan pemilihan judul, perumusan masalah, dan
kerangka pemikiran penelitian.
Dalam perkembangan sastra kali sangat berkembang apalagi novel-novel yang semakin berkembang
baik dalam segi bahasa dan tata cara penyampaian, makalah ini mencoba memaparkan analisis dari cerita
yang berjudul " "karya Kailani karena ceritanya memiliki makna untuk kita ambil.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apa saja unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita yang berjudul " "karya Kailani ?
2. Bagaimana aplikasi teori aktan pada cerita yang berjudul " "karya Kailani ?

1.3 Tujuan

1. Menjabarkan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita yang berjudul " "karya Kailani ?
2. Mengaplikasikan teori aktan pada cerita yang berjudul " "karya Kailani ?
Bab 2
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Sastra

Teori berasal dari kata theoria (bahasa Latin). Secara etimologis teori berarti kontemplasi
terhadap kosmos dan realitas. Dalam hubungannya dengan dunia keilmuan teori berarti perangkat
pengertian, konsep, proposisi, yang mempunyai korelasi, dan telah diuji kebenarannya. Pada umumnya
teori dipertentangkan dengan praktik. Teori-teori yang tidak atau belum berhasil untuk diuji dalam
prakti, dengan sendirinya belum bisa disebut sebagai teori yang valid. Objek mlahirkan teori,
sebaliknya, teori memberikan berbagai kemudahan untuk memehami objek.dengan dibantu oleh
metode dan teknik, teori meungkinkan ilmu pengetahuan berkembang secara lebih cepat.dengan
ditemukannya metode dan teori, pengetahuan pada gilirannya berubah menjadi ilmu
pengetahuan.menurut Fokkema dan Kunne-Ibsch (1977:175), penelitian terhadap karya sastra pada
umumnya memanfaatkan teori-teori yang sudah ada. Secara genesis denngan demikian dalam proses
penelitian teori diperoleh dengan dua cara, yaitu peneliti memanfaatkan teori terdahulu dan peneliti
memanfaatkan teori yang dikemukakannya sendiri.
Sebagai alat, teori tidak harus selalu baru secara keseluruhan.kebaruan diperlukan dalam
bentuk proses, sebagai modifikasi, cara-cara baru pada saat mempertemukan hakikat teori dengan
objek. Srukturalisme adalah sebuah teori, yang secara genesis telah ada sejak zaman Aristoteles, tetapi
secara terus menerus diperbaharui sepanjang sejarahnya, dan memperoleh bentuknya yanglebih
sempurna. Teori-teori ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang sastra, diadopsi melalui pemikiran
para sarjana barat. Sifat-sifat teori sebagai berikut:
1. Mudah disesuaikan dengan cirri-ciri karya yang akan dianalisis.
2. Mudah disesuaikan dengan metode dan teori yang menyertainya.
3. dapat dimanfaatkan untuk menganalisis baik ilmu yang sejenis mapun berbeda.
4. Memilki formula-formula yang sederhana, tetapi mengimplikasikan jaringan analisis yang
kompleks.
5. Memiliki prediksi yang dapat menjangkau objek jauh ke masa depan.
Objek penelitian dalam hal ini karya sastra, memiliki banyak dimensi, aspek dan unsure. Dalam
satu penelitian dimungkinkan untuk menggunakan lebih dari satu teori, sebagai metode triangulasi.
Tujuannya jelas untuk memperoleh pemahamn yang lebih mendalam terhadap objek penelitian.
Perbedaan antara objek dan teori, objek karya sastra ditafsirkan secara estetika, sesuai dengan prinsip-
prinsip puitika sastra, sedangkan teori ditafsirkan secara logika, sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu
pengethuan yang bersangkutan.sebagai cara kerja teori dan metode terdiri atas konsep, proposisi, dan
kerangka kerja. Dengan memanfaatkan teori dan metode tertentu maka dalam pemikiran oeneliti akan
timbu kemampuan-kemampuan baru untuk memahami gejala yang sebelumnya sama sekali belum
nampak.
Sebagai alat, teori berfungsi untuk mengarahkan suatu penelitian, sedangkan analisis secara
langsung dilakukan melalui instrument yang lebih kongkret, yaitu metode dan teknik. Tujuan utama
teori, dengan metode dan teknik, adalah mempermudah pemahaman terhadap objek sekaligus
memberikan keluaran secara maksimal. Perkembangan ilmu pengetahuan tergantung dari
perkembanganteori dan metode. Penerapan teori dilakukan melalui dua tahapan, pertama, teori dalam
kaitannya dengan sastra sebagai produk social tertentu, kedua, teori dalam kaitannya dengan karya
sastra sebagai hakikat imajinasi dan kreativitas.
Sebagai objek, khazanah sastra Indonesia terdiri atas dua macam, yaitu sastra lama (sastra
Nusantara) dan satra modern (sastra nasional).berbeda dengan teori dan metode yang selalu dikaitkan
dengan aspek-aspek kebaruannya, kemutakhirannya, objek karya sastra sepanjang sejarahnya dianggap
memiliki kedudukan yang sama.aspek kebaruan dalam teori dan metode merupakan syarat pokok.
Intensitas terhadap kebaruan teori disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: teeori merupakan alat dan
cara penelitian, hasil penemuan dan iilmu pengetahuan. Karya sastra sebagai objek penelitian, metode
dan teori sebagai cara untuk meneliti, berkembang bersama-sama dalam kondisi yang saling
melengkapi.pesatnya perkembangan teori sastra selam satu abad sejak awal abad ke-20 hingga awal
abad ke-21 dipicu oleh beberapa indicator, sebagai berikut:
1. Medim utama sastra adalah bahasa.
2. Sastra memasukkan berbagai dimensi kebudayaan
3. Teori-teori utama dalam sastra sudah berkembang sejak zaman Plato dan Aristoteles.
4. Kesulitan dalam memahami gejala sastra memicu para ilmuwan untuk menemukan berbagai cara,
sebagai teori-teori yang baru.
5. ragam sastra yang banyak dan berkembang secara dinamis.
Dalam ilmu sastra yang dimaksudkan dengan penelitian adalah untuk mengumpulkan data,
menganalisis data, dan menyajikan hasil penelitian. Sebelum melakukan penelitian yang
sesungguhnya, perlu disusun proposal atau rancangan penelitian. Pada dasarnya, butir-butir yang
terkandung daam proposal hamper sama dengan penelitian yang sesungguhnya. Kualitas proposal,
baik kelengkapan data maupun kesempurnaan teori dan metodenya berpengaruh besar terhadap
penyelesain peneliti selanjutnya. Penelitian sastra mempertimbangkan cirri-ciri sebagai berikut:
1. Hipotesis dan asumsi tidak diperlukan sebab analisis bersifat deskripsi, bukan generalisasi.
2. Populasi dan sample tidak mutlak diperlukan, kecuali dalam penelitian tertentu.
3. Kerangka penelitian tidak bersifat tertutup, korpus data bersifat terbuka, deskripsi dan pemahaman
berkembang terus.
4. Tidak diperlukan objektivitas dalam pengertian yang umum sebab peneliti terlibat secara terus-
menerus.
5. Objek yang sesungguhnya bukanlah bahasa tetapi wacana, teks.
2.2 Paradigma Penelitian Sastra

Secara etimologis paradigma berasal dari bahasa latin (paradigma), berarti contoh, model,
pola. Prinsip-prinsip paradigma dikembangkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya yang berjudul The
Structure of Scientific Revolution,terbit pertamakali tahun 1962.
Menurut Ritzer (1980: 1-24), paradigma yaitu konsep-konsep dasar Kuhn itu sendiri,
dibicarakan secara luas dalam berbagai ilmu pengetahuan sejak tahun 1970-an, dengan sendirinya
dengan pokok permasalahan yang berbeda beda, sesuai dengan disiplin yang bersangkutan. Pada
dasarnya ilmu pengetahuan bersifat netral. Ilmuan mengadakan penelitian , yang kemudian disertai
dengan penemuan-penemuan, tujuannya adalah untuk kesejahteraan umat manusia.
Dikaitkan dengan keberadaan subjek sebagai konsumen ilmu pengetahuan, maka pada
umumnya yang lahir lebih dahulu adalah paradigma. Secara psikologis konsep-konsep yang
mendukung lahirnya paradigma tertentu dalam diri subjek pada dasarnya telah ditanamkan sejak usia
dini, yang kemudian memiliki pola-pola tertentu setelah subjek duduk di bangku sekolah. Sebagai
pandangan hidup ilmu pengetahuan, selain factor-faktor dari dalam, seperti minat dan bakat , factor
luar juga berpengaruh besar, seperti lingkungan dalam keluarga dan lingkungan di sekiternya.
Dengan adanya persamaan pandangan dalam hidup, khususnya dikalangan para ilmuan, maka
akan terbentuk komunitas ilmuan tertentu, yang pada giliranya akan melahirkan sub komunitas,
dengan pandanagan yang berbeda-beda, tetapi pada tingkat makro tetap menunjukan persamaan-
persamaan. Dengan penjelasan di atas, maka paling sedikit ada tiga hal yang mempengaruhi
perbedaan paradigma seorang ilmuan, sebagai berikut.

1. Unsur dalam diri sendiri.

2. Unsur luar berupa lingkungan fisik.

3. Unsur luar berupa penjelajahan metodologi dan teori.

Melihat luasnya penyebaran dan beragamnya konsep-konsep paradigma, baik dalam dunia ilmiah
maupun kehidupan praktis sehari-hari, maka pembicaraan ini hanya membatasi perkembanganya
dalam dunia ilmiah. Artinya paradigma dibicarakan dalam kaitanay dengan teori dan metode disatu
pihak, sifat-sifat dasar objek yaitu karya sastra itu sendiri dipihak yang lain. Kaitan paradigma dengan
teori dan metode tidak banyak menimbulkan masalah sebab komponen-komponen tersebut memiliki
ciri-ciri yang relatif sama, konsep-konsep dasar yang memungkinkan subjek untuk menganalisis
objek penelitian.

Dikaitkan dengan pentingnya peranan paradigma bagi seorang limuan dalam mengembangkan
suatu disiplin tertentu, maka masalah yang perlu dikemukakan adalah bagaimana cara menentukan
perbedaan paradigma seorang ilmuwan dengan ilmuan yang lain, demikian juga satu komunitas
keilmuwan dengan komunitas yang lain. Secera filosofis, menurut Ritzer (1980:2-24), khusuanya
dalam kaitanya dengan metode kualitatif paling sedikit ada empat faktor yang berpengaruh di
dalamnya, sebagai berikut.

1. Faktor ontologis, keberadaan objek, yang dengan sendirinya berbeda di antara masing-masing
ilmuwan.
2. Faktor epistomtlogis, bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan.

3. Faktor aksiologis, penelitian adalah penilaian, berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bebas
nilai.

4. Faktor metodologis, keseluruhan proses penelitian , termasuk metode, teori dan teknik.

Paradigma individual dengan sendirinya merupakan pengalaman yang paling singkat. Menurut
Jung (1949: 377-380), isi pengalaman individual adalah pengalaman kehidupan sekarang,
pengalaman individu selama hidup di dunia nyata, sebagai pengalan kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya paradigma kelompok diterima melalui kualitas spesies, termasuk kelas, ras, dan ciri
genetik lainya. Pengalaman sekarang disebut material antogenesis, pengalaman masa lampau disebut
material filogenesis.

Pengalaman paradigma menurut proposisi Kuhn dan pandangan dunia menurut proposisi
Goldman memiliki akarnya jauh ke masa lampau, melampaui generasi, bahkan menjangkau hingga
awal peradaban manusia.

Relevansi pengalaman paradigma terhadap sastra secara keseluruhan jalas berkaitan dengan
hakikat karya, gejala kultural sebagai kualitas imaginasi dan kreativitas. Para ilmawan sastra sejak
semula telah memahami bahwa karya sastrabukan kenyataan yang sesungguhnya.

Model pendekatan, seperti sosiologi sastra dan psikologi sastra, demikian juga pendektatan multi
disiplin lainya jelas memerlukan pengalaman pradigma yang lebih kompleks. Sosiologi sastra
misalnya, paling sedikit melibatkan dua bidang ilmu dengan hakikat yang berbeda, bahkan
bertentatangan secara diametral, yaitu sosiologi dan sastra.

Dalam hubungan inilah diperlukan keluasan cakrawalapeneliti sehingga keseluruhan


partikelbidang ilmu yang terlibat dapat ditarik sehingga terjadi kesatuan yang bermakna. Keterlibatan
berbagai disiplin dengan berbagai paradigma memeiliki segi positif, dengan pertimbangan sebagai
berikut

1. Multiparadigma membuka cakrawala yang lebih luas, cara pamahaman ternyata tidak beraifat
tunggal, melainkan plural.

2. Menghilangkan anggapan bahwa paradigma, seperti juga sebuah teori, dapat menjawab semua
permasalahan.

3. Menciptakan saling menghargai pendapat, kelebihan, dan kekurangan orang lain.

4. Keberagaman paradigma jalas mengevokasi kebergaman khsanah kultural.

5. Prulalitas paradigma sesuai dengan semangat postruturalisme, teori modern yang memberikan
perhatian pada hakikatmulti8kultural, dengan memberikan perhatian terhadap kearifan lokal.

Ilmu pemgetahuan dan aktivitas kreatif di indonesia, demikian juga negara-nagara yang sedang
berkembang, belum menyamai dunia Barat.Tradisi, mitos, dogma, dan sebagai kepercayaanmasa
lampau, khususnya masalah-masalah yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman , masih
berpangaruh besar terhadap perkembanagan paradigma ilmu pengetahuan.
Penjelasan terhadap konsep-konsepparadigma sama pentingnya dengan teori, tetapi dalam
penelitian konsep paradigma tidak muncul secara eksplisit. Demikian juga konsep-konsep yamg
berkaitan dengan metodologi yang tidak pernah dipertimbangkan sebagai butir-butir penelitian.

2.3 Unsur Intrinsik

Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam
yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan
pengaluran, latae dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang
menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain. Yang
kita akan bahas pada makalah ini adalah unsur-unsur intrinsiknya. Dibawah ini adalah pemahasan yang
menyusun unsur Intrinsik diantaranya:
a) Tema dan Amanat
Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema
mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang
tidak menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra.
Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan.
Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya.
Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.
b) Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa
tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat
penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar
(flash character) dan tokoh bulat (round character). Tokoh datar ialah tokoh yang hanya
menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita
tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi
baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh
ini. Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah
pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi
tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh
protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra
karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra
karena sifat-sifatnya.
Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada
beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung
melalui uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara
langsung. Cara dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui
gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu
cerita. Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh. Dualog ialah cakapan
antara dua tokoh saja. Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang
sedang terjadi. Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.
c) Alur dan Pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat
sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian :
(1) Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
(2) Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
(3) Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru.
(4) Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.
(5) Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai
terungkap.
(6) Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya,
pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak
memungkinkanadanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan
adanya pencabangan cerita.
Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur
tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari
satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan
tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal
sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai
akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik
(flashback), atau campauran keduanya.
d) Latar dan Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material
dan sosial. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh
tersebut berada. Latar sosial, ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup.
Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar.
e) Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan ialah dari mana suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di
sini adalah pribadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Paling tidak ada
dua pusat pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang
ketiga. Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya
sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat dalam cerita
tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.
2.4 Teori Aktan

Analisis struktur akan lebih mengeksplorasi eksistensi tokoh dan keterlibatannya dalam berbagai
peristiwa. Dengan demikian, perlu dianalisis hubungan antar tokoh dalam cerita. Oleh karena itu,
penulis menggunakan teori aktan dan model fungsional yang dikembangkan oleh Greimas.
Algirdas Julien Greimas (A.J. Greimas) adalah penganut aliran strukturalis dari Prancis. Ia
mengembangkan teori Propp menjadi dasar sebuah analisis naratif yang universal (Teeuw, 1988: 293).
Sebelumnya, Propp telah memperkenalkan unsur naratif terkecil yang sifatnya tetap dalam sebuah
karya sastra sebagai fungsi (Todorov, 1985: 48). Berdasarkan penelitiannya tentang dongeng Rusia,
Propp membatasi fungsi cerita sebanyak 31 fungsi. Semua fungsi tersebut sifatnya tetap serta
urutannya sama dalam setiap dongeng (Hutomo, 1991: 25). Berdasarkan teori Propp inilah Greimas
mengemukakan teori aktan.
Menurut Greimas (dalam Jabrohim, 1996: 13) aktan adalah sesuatu yang abstrak, seperti cinta,
kebebasan, atau sekelompok tokoh. Menurutnya juga, aktan adalah satuan naratif terkecil. Dikaitkan
dengan satuan sintaksis naratif, aktan berarti unsur sintaksis yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu.
Fungsi adalah satuan dasar cerita yang menerangkan tindakan logis dan bermakna yang membentuk
narasi. Dengan kata lain, skema aktan tetap mementingkan alur sebagai energi terpenting yang
menggerakkan cerita sehingga menjadi penceritaan, dengan episode terpenting yang terdiri atas
permulaan, komplikasi dan penyelesaian (Ratna, 2004: 139)
Adapun fungsi atau kedudukan masing-masing aktan adalah sebagai berikut.
a. Pengirim (sender) adalah seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide dan penggerak cerita.
Pengirim memberikan karsa kepada subjek untuk mencapai objek.
b. Objek adalah sesuatu yang dituju atau diinginkan oleh subjek.
c. Subjek adalah sesuatu atau seseorang yang ditugasi pengirim untuk mendapatkan objek.
d. Pembantu (helper) adalah sesuatau atau seseorang yang membantu atau mempermudah usaha
subjek untuk mendapatkan objek.
e. Penerima (receiver) adalah sesuatu atau seseorang yang menerima objek yang diusahakan oleh
subjek.
f. Penentang (opposant) adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi usaha subjek dalam
mencapai objek.

Dengan demikian, di antara subjek dan objek ada tujuan, di antara pengirim dan penerima ada
komunikasi, sedangkan di antara penolong dan penentang ada bantuan atau tentangan. Aktan jangan
dikacaukan dengan aktor. Aktan merupakan peran-peran abstrak yang dimainkan oleh seorang atau
sejumlah pelaku. Dengan kata lain, aktor merupakan manifestasi kongkret dari aktan (Ratna, 2004:
139).
Bab 3

PEMBAHASAN

3.1 Unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita yang berjudul " "karya Kailani

a. Tema: Kecerdikan kambing mumtazah


b. Tokoh utama:
Kambing Mumtazah Penokohannya Cerdas, penyayang, cerdik, bijaksana dan perhatian.
Tokoh pendukung:
Serigala penokohannya Tidak putus asa, dan cerdik (dalam hal negative.)
Kambing Fawazah, dan Kambing Maazah Penokohannya Penyayang, tekad yang kuat, dan tidak
berpikir panajang.
Pemahat batu, tukang kayu, dan pemilik jerami penokohannya Dermawan.
c. Alur: Alur maju
Situasi awal:
Tiga kambing bersodara yang ingin membangun tempat tinggal yang layak huni, sehingga
mereka membangun rumah masing-masing yaitu rumah yang terbuat dari jerami, kayu dan batu.
Pemicu masalah:
Kebencian serigala terhadap kambing.
Dinamika perubahan:
Ketika serigala datang untuk mengancam serta menghancurkan rumah-rumah kambing.
Dinamika tindakan:
Serigala ingin mengancam dan menghancurkan rumah kambing yang terbuat dari jerami, kayu
dan batu, yang berhasil dihancurkan hanya jerami dan kayu, tapi rumah batu tidak bisa, shingga
serigala terus mencari cara untuk membalas dendam dengan cara licik dan tipu muslihatnya
diantarnya mengajak kambing ke padang rumput, perkebunan kubis, dan pohon apel, tetapi cara-
cara itu tetap tidak berhasil.
Penyelesaian:
Kemarahan serigala yang memuncak sehingga ingin merebus kambing, tetapi kambing
memutar balik keadaan sehingga serigala yang terebus.
Situasi akhir:
Serigala mati dan ketiga sodara kambing hidup bahagia aman dan damai.
d. Latar atau seting:
Waktu: Malam hari, pagi hari, waktu fajar
Tempat: Kebun (perkebunan kubis), padang rumput, pohon apel dan stroberry, rumah kayu, rumah
jerami, rumah batu.
e. Sudut pandang: Orang ketiga, penulisnya tidak masuk kedalam cerita
f. Amanat:
Kambing:
- Kita harus berpikir panjang ketika ingin melakukan sesuatu
- Kita harus berpikir bijaksana dan tidak gegabah dalam menghadapi suatu masalah.

Serigala:

- Jangan putus asa dalam berusa mendapatkan sesuatu yang diinginkan


- Apa yang diperbuat pasti akan ada balasannya.

3.2 Aplikasi analisis Aktan

SEKEMA AKTAN

Pengirim: Objek: Penerima:


kebencian kekalahan kambing kepuasaan
serigala serigala

Subjek:
tipu daya
serigala
Penentang:
Penolong: rumah batu,
rumah kayu, rumput, kubis,
rumah jerami, apel, kaleng susu,
ketidakputusasa kecerdikan
an serigala, akal kambing,
serigala kebersamaan
kambing
bersaudara

Anda mungkin juga menyukai