LITOSFER
NAMA KELOMPOK
1. Agustinus W. (03)
2. Lalu Cahya R. (19)
3. M. Alif Fahruly (20)
4. M. Rifqi A. Z. (21)
5. M. Andi P. (23)
6. Probosuko Adji (30)
Lapisan Bumi
Bumi secara umum terdiri dari beberapa lapisan yaitu bagian paling atas disebut litosfer
atau crust, lapisan di bawahnya adalah astenosfer atau mantel dan yang paling bawah adalah inti
bumi. Bagian dalam dari bumi dapat diketahui dengan mempelajari sifat-sifat fisika bumi yaitu
dengan metode geofisika., terutama dari kecepatan rambatan getaran atau gelombang seismik,
sifat kemagnetannya dan gaya berat serta data panas bumi. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa bagian dalam bumi tersusun dari material yang berbeda-beda mulai dari permukaan bumi
sampai ke inti bumi. Dengan metode geofisika tersebut juga diketahui bahwa berat jenis bumi
keseluruhan adalah sekitar 5,52. Kerak bumi sendiri yang merupakan lapisan terluar dan disusun
oleh batu-batuan mempunyai berat jenis antara 2,5 sampai 3,0. Dari hal tersebut dapat diketahui
bahwa material yang menyusun bagian dalam bumi merupakan material yang lebih berat dengan
berat jenis yang lebih besar daripada batuan yang menyusun kerak bumi.
Kerak
Kerak Bumi adalah lapisan terluar bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudra
dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 510 km sedangkan kerak benua
mempunyai ketebalan sekitar 2070 km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan
basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang tidak sepadat
batuan basalt. Kerak Bumi dan sebagian mantel bumi membentuk lapisan litosfer dengan
ketebalan total kurang lebih 80 km. Temperatur kerak meningkat seiring kedalamannya. Pada
batas terbawahnya temperatur kerak menyentuh angka 200-400 C. Kerak dan bagian mantel
yang relatif padat membentuk lapisan litosfer. Karena konveksi pada mantel bagian atas dan
astenosfer, litosfer dipecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak. Temperatur meningkat 30
0C setiap km, namun gradien panas bumi akan semakin rendah pada lapisan kerak yang lebih
dalam. Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak bumi adalah: Oksigen (O) (46,6%), Silikon
(Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe) (5,0%), Kalsium (Ca) (3,6%), Natrium (Na)
(2,8%), Kalium (K) (2,6%), Magnesium (Mg) (2,1%).
Mantel
Selubung bumi atau yang biasa disebut mantel bumi ini merupakan lapisan yang
menyelubungi inti bumi dan merupakan bagian terbesar dari bagian bumi sekitar 83.2 persen dari
volume dan 67.8 persen dari keseluruhan masa bumi. Terdiri dari material yang berfasa cair
,sering pula selubung bumi disebut sebagai lapisan astenosfer. Pada lapisan ini tempat terjadinya
pergerakan-pergerakan lempeng-lempeng yang disebabkan oleh gaya konveksi atau energi dari
panas bumi. Pergerakan tersebut sangat mempengaruhi bentuk muka bumi. ketebalann selubung
ini berkisar 2.883 km. Densitasnya berkisar dari 5.7 gr/cc dekat dengan inti dan 3.3 gr/cc didekat
kerak bumi. Pada wilayah selubung bagian atas akan mulai terbentuk intrusi magma yang
diakibatkan oleh batuan yang menyusup dan meleleh.
Inti
Inti bumi terletak mulai kedalaman sekitar 2900 km dari dasar kerak bumi sampai ke pusat
bumi. Inti bumi dapat dipisahkan menjadi inti bumi bagian luar dan inti bumi bagian dalam.
Batas antara selubung bumi dan inti bumi ditandai dengan penurunan kecepatan gelombang P
secara drastis dan gelombang S yang tidak diteruskan. Keadaan ini disebabkan karena
meningkatnya berat jenis material penyusun inti bumi dan perubahan sifat meterialnya dari yang
bersifat padat menjadi bersifat cair. Meningkatnya berat jenis disebabkan karena perubahan dari
material silikat yang menusun selubung bumi menjadi material campuran logam yang kaya akan
besi (Fe) di inti bumi. Perubahan sifat material menjadi cairan disebabkan karena turunnya titik
lebur material yang mengandung besi dibandingkan material yang kaya silikat. Itulah sebabnya
material yang menyusun inti bumi bagian luar berupa cairan yang kaya logam Fe. Sebaliknya
semakin bertambahnya tekanan ke bagian yang semakin dalam akan mengakibatkankan naiknya
titik lebur material logsm. Hal ini menyebabkan material yang menyusun inti bumi bagian dalam
merupakan material logam yang bersifat padat. Komposisi material penyusun inti bumi diketahui
dengan perkiraan bahwa unsur besi merupakan unsur yang banyak dijumpai pada kerak batuan
penyusun kerak bumi. Dengan meningkatnya berat jenis pada batuan yang makin dalam
letaknya, maka kadar besi juga akan semakin meningkat, sehingga pada selubung bumi
mempunyai kemungkinan mengadung kadar besi yang lebih besar daripada kerak bumi. Berat
jenis inti bumi bagian luar yang disusun oleh material kaya besi yang cair sama dengan berat
jenis berat jenis besi dalam keadaan cair. Karena inti bumi bagian dalam disusun oleh material
kaya besi yang padat, maka batas antara inti bumi bagian luar dengan inti bumi bagian dalam
mempunyai temperatur sama dengan titik lebur besi pada tekanan ditempat tersebut. Selain itu,
komposisi penyusun inti bumi juga diketahui dengan mendasarkan pada komposisi meteorit yang
dijumpai mengandung logam besi dan nikel sebanyak sekitar 7% sampai 8%. Sehingga
diperkirakan material logam penyusun inti bumi adaalah unsur besi dan nikel.
Batuan Pembentuk Kulit Bumi
A. BATUAN BEKU
B. BATUAN SEDIMEN/ENDAPAN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena adanya proses pengendapan
(sedimentasi). Butir-bitir batuan sedimen berasal dari berbagai macam batuan melalui proses
pelapukan, baik pelapukan oleh angin maupun air. Butiran-butiran hasil pelapukan atau
pengikisan tersebut mengnedap secara berlapis yang makin lama makin tebal dan padat.
Padatnya lapisan itu disebabkan adanya tekanan atau beban yang terlalu berat. Tekanan
yang terlalu lama membentuk agregat batuan yang padat. Karena pemadatan dan sedimentasi
itulah endapan-endapan berangsur-angsur berubah menjadi batuan sedimen.
Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut Penamaan
tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batu lempung:
Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan
bentuk butitan yang bersudut
Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butiran yang membudar
Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai 1/16 mm
Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai
1/256 mm
Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm
Batuan sedimen dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu menurut tenaga yang
mengendapkan, tempat pengendapan, dan cara pengendapan.
A. Menurut Tenaga yang Mengendapkannya
1. Batuan Sedimen Akuatis, yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengendapan
butiran- butiran batuan oleh air sungai, danau, atau air hujan.
2. Batuan Sedimen Aerolis (Aeris), yaitu batuan sedimen yang berasal dari
pengendapan butir-butir batuan oleh angin.
3. Batuan Sedimen Glasial, yaitu batuan sedimen yang berasal dari pengendapan
butiran-butiran batuan oleh gletser.
2. Batuan Sedimen Organik, yaitu batuan sedimen yang diendapkan melalui kegiatan
organik. Contohnya terumbu karang.
3. Batuan Sedimen Piroklastik, yaitu batuan sedimen hasil erupsi gunung api berupa
abu/debu. Contohnya tufa
C. BATUAN METAMORF/MALIHAN
Batuan yang terbentuk dari proses perubahan batuan asal (batuan beku maupun sedimen),
baik perubahan bentuk/struktur maupun susunan mineralnya akibat pengaruh tekanan dan/atau
temperatur yang sangat tinggi, sehingga menjadi batuan yang baru.
1. Batuan Metamorf Kontak/Sentuh/Termal , yaitu batuan malihan akibat
bersinggungan dengan magma, contoh: marmer, kuarsit, batu tanduk.
2. Batuan Metamorf Tekan/Dinamo/Kataklastik = batuan malihan akibat tekanan yang
sangat tinggi, contoh: batusabak, sekis, filit
3. Batuan Metamorf Regional/Dinamo-Termal = batuan malihan akibat pengaruh tekanan
dan temperatur yang sangat tinggi, contoh: genes, amfibolit, grafit.
Teskstonisme
Gerak epirogenesa adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertikal
akibat pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang terjadi sangat lambat, berlangsung
sangat lama serta meliputi wilayah yang sangat luas. Ada dua macam gerak epirogenetik, yaitu
gerak epirogenetik positif dan gerak epirogenetik negatif.
Gerak epirogenetik positif adalah gerak turunnya daratan sehingga seolah olah
permukaan air naik. Hal ini dapat ditemukan di pantai, atau di sungai.
Contoh :
1. Turunnya pulau pulau di Indonesia bagian timur (Kepulauan Maluku dari pulau pulau
di barat daya Maluku sampai ke pulau Banda)
2. Turunnya muara sungai Hudson di Amerika yang dapat terlihat hingga kedalaman 1.700
meter.
Gerak epirogenetik negative adalah gerak naiknya daratan sehingga seolah olah
permukaan air mengalami penurunan.
Contoh :
1. Naiknya pulau Timor dan Pulau Button.
3. Naiknya pulau Simeulue di bagian utara saat gempa di Aceh 26 Desember 2004
2. Erogenesa
Kata orogenesa berasal dari bahasa latin, yaitu Oros yang berarti pegunungan, dan
Gennao yang berarti pembentuk. Jadi secara sederhana kita dapat mengartikan bahwa gerak
orogenesa ini adalah gerak pembentuk pegunungan. Gerak orogenesa sendiri merupakan gerak
pada permukaan bumi baik secara horizontal maupun secara vertical akibat dari pergerakkan
lempeng bumi yang berupa pangangkatan dan penurunan permukaan bumi yang terjadi secara
sangat cepat dan meliputi daerah yang sempit. Gerak orogenetik disebut juga dengan gerak
pembentu pegunungan. Geraka orogenesa ini dapat menimbulkan patahan dan lipatan.
B. Lipatan
Lipatan adalah gerak tekanan horizontal yang menyebabkan kulit bumi yang elastis
mengalami pengerutan, pelipatan dan menghasilkan relief muka baru berbentuk pegunungan.
Bagian lipatan yang terlipat ke atas disebut punggung lipatan (antiklinal) sedangkan yang
melipat ke bawah disebut dengan lembah lipatan (sinklinal). Sementara bidang yang dapat
ditarik lurus dari anticlinal dan sinklinal disebut dengan bidang aksial.
1. Lipatan tegak (symmetrical folds), terjadi karena pengaruh tenaga horizontal sama atau
tenaga radial sama dengan tenaga tangensial.
2. Lipatan miring (asymmetrical fold), terjadi karena arah tenaga horizontal tidak sama.
3. Lipatan menutup (recumbent folds), terjadi Karena tenaga tangensial saja yang bekerja.
4. Lipatan rebah (overturned folds), terjadi karena arah tenaga horizontal dari satu arah.
5. Sesar sungkup (overthrust), terjadi karena adanya pergerakan pada sepanjang kerak bumi.
C. Patahan
1) Tenaga endogen yang bergerak secara bersamaan baik horizontal maupun vertikal pada
lapisan batuan yang keras dan melampaui elasitas batuan, sehingga kulit bumi menjadi patah
atau retak.
2) Terdapat pengurangan isi lapisan dalamkerak bumi seperti akibat letusan vulkanisme.
Bidang tempat patah atau retaknya kulit bumi disebut bidang patahan. Bidang yang
mengalami pergeseran disebut Sesar / Fault.Daerah patahan merupakan daerah yang rawan
gempa karena rapuh.
Bentuk-bentuk Patahan
1. Graben / Slenk
Bagian dari patahan yang lebih rendah dari sekitarnya / bagian yang mengalami
pemerosotan atau penurunan.
2. Horst / sembul
Bagian kulit bumi yang terangkat atau bagian patahan yang lebih tinggi dari daerah
sekitarnya.
Patahan bisa terjadi baik karena gaya regang maupun gaya tekan (arah panah gaya tekan saling
berhadapan)
3. Patahan Normal
Kedua bagian terpatah, sehingga satu bagian batuan naik dan bagian lainnya turun.
5. Sesar Geser
Struktur patahan yang bergeser horizontal searah dengan garis poros.
Berbagai kenampakan Sesar
Pembentukan pegunungan oleh proses diastropisme tidak disertai dengan pembentukan
magma, sehingga pegunungan yang terbentuk bukanlah pegunungan berapi atau pegunungan
aktif. Pegunungan berapi terbentuk apabila diatas pegunungan patahan atau lipatan tersebut
terbentuk pegunungan baru akibat aktifitas vulkanisme.
Vulkanisme
Intrusi magma atau disebut juga plutonisme, merupakan pergerakan magma memasuki
celah-celah kulit bumi, namun tidak sampai naik ke permukaan. Intrusi magma dapat
menyebabkan terbentuknya bagian-bagian bumi sebagai berikut.
1) Keping intrusi atau sill yakni magma beku yang bentuknya lebar namun tipis, mendatar
berada di antara lapisan sedimen.
2) Batolit, yakni dapur magma beku yang tidak beralas.
3) Lakolit, yakni magma yang berada di antara dua lapisan batu dengan bentuk cembung dengan
alas mendatar.
4) Korok atau gang, yakni magma beku yang posisinya memotong lapisan sedimen secara
vertikal.
5) Apofisa, yakni cabang atau gumpalan dari korok.
2. Ekstrusi
Ekstrusi magma merupakan pergerakan magma dari dapur magma ke permukaan bumi.
Kita dapat menyaksikan peristiwa alam ini melalui letusan gunung berapi.
Ekstrusi magma berdasarkan materi yang dikeluarkan dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) erupsi eksplosif, yakni keluarnya magma dengan cara terlempar dengan materi relatif padat,
2) erupsi effusif, yakni magma keluar dengan cara meleleh dan bentuk materi cair, dan
3) erupsi campuran, yakni keluarnya materi padat dan materi cair secara bergantian.
Peristiwa vulkanisme dapat mengubah kulit bumi sehingga terdapat bentuk permukaan
bumi yang seperti cekungan.
Pada gunung berapi, cekungan ini akan berbentuk seperti mangkuk yang menampung
lava, kita menyebutnya kawah. Kawah yang tidak terdapat di puncak gunung dan berukuran
sangat luas disebut kaldera.
Berdasarkan tempat keluarnya magma ke permukaan bumi proses ekstrusi atau erupsinya
dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a. Erupsi sentral, yaitu magma keluar dengan cara memusat pada sebuah titik seperti kawah atau
kepundan gunung api.
b. Erupsi linear, yaitu magma keluar melewati jalur patahan tanah yang memanjang sehingga
tampak seperti garis yang memanjang.
c. Erupsi areal, yaitu magma keluar ke permukaan bumi di areal yang luas karena dapur
magmanya sangat dangkal.
Gunung api perisai berciri lerengnya agak landai berbentuk perisai. Gunung api
ini hanya terdiri dari lapisan-lapisan lava saja, karena lava yang keluar dari gunung api
hanya berupa lava yang cair sekali, sehingga dapat mengalir jauh menuruni lereng,
kemudian mengalami pembekuan. Gunung api perisai terdapat di Kepulauan Hawai yaitu
Gunung Mauna Loa dan Gunung Kilauea. Di Indonesia tidak ditemukan jenis gunung api
perisai.
Gunung api strato berciri bentuknya seperti kerucut. Strato artinya lapisan, oleh
karena badan gunung api ini terdiri dari lapisan lapisan lava yang bercampur dengan
hasil-hasil vulkanis lainnya seperti debu, pasir, kerikil, dan bom. Campuran yang
dikandungnya memungkinkan endapan pada lereng gunung berlapis-lapis sehingga
gunung api semakin tinggi menjulang keatas. Sebagian besar gunung api di Indonesia
tergolong bentuk gunung api strato.
Kata maar berasal dan bahasa Jerman yang artinya kawah. Maar terjadi karena
peletusan gunung api itu hanya terjadi satu kali saja. Setelah itu kegiatan vulkanis
berhenti sama sekali. Akibat peletusan yang terjadi, terbentuklah lubang besar berbentuk
corong, yang dikelilingi oleh tebing yang terombak ketik terjadi letusan. Apabila dasar
dan dinding maar tidak dapat ditembus air, mak terbentuklah danau yang disebut danau
maar. Namun, ada juga maar yang kering karena jenis tanah di dasarnya tidak dapat
menahan air. Contoh gunung api maar antara lain maar di Gunung Lamongan (Jawa
Timur), maar di daerah Pegunungan Eifel (Jerman), maar di Dataran Tinggi Auvergne
(Perancis).
C. Tipe letusan gunung api
Setiap gunung berapi memiliki karakteristik letusan (erupsi) tertentu yang dapat
dilihat dari material yang dikeluarkan, intensitas erupsi, bentukan alam hasil erupsi dan
kekuatan letusannya. Para ahli geologi membedakan letusan gunung api dalam 7 tipe
yaitu:
Ciri-ciri letusan tipe Hawai antara lain: (1) lava yang dikeluarkan dari lubang
kepundan bersifat cair (2) lava mengalir ke segala arah (3) Bentuk gunung yang
dihasilkan tipe hawaai menyerupai perisai atau tameng. (4) skala letusannya relative lebih
kecil namun intensitasnya cukup tinggi. Contoh gunung berapi dengan tipe letusan
Hawaii antara lain: Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawaii.
Tipe vulkano mempunyai ciri-ciri, yaitu (1) cairan magma yang kental dan dapur
magma yang bervariasi dari dangkal sampai dalam, sehingga memiliki tekanan yang
sedang sampai tinggi. Tipe ini merupakan tipe letusan gunung api pada umumnya.
Contoh, Gunung Semeru di Jawa Timur, (2) besar kecilnya letusan didasarkan atas
kekuatan tekanan dan kedalaman dapur magmanya.(3) daya rusak cukup besar. Contoh:
Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah.
Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan memecahkan sumbatan
lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan akhirnya terlempar keluar.
Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu, terjadi
pula awan panas (gloedwolk) atau sering disebut wedhus gembel. Letusan tipe merapi
sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.
Tipe perret termasuk tipe yang sangat merusak karena ledakannya sangat dahsyat.
Ciri utama tipe ini ialah letusan tiangan, gas yang sangat tinggi, dan dihiasi oleh awan
menyerupai bunga kol di ujungnya. Contoh, letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883
dan St. Helens yang meletus pada tanggal 18 Mei 1980 merupakan tipe perret yang
letusannya paling kuat dengan fase gas setinggi 50 km. Karena letusannya sangat hebat,
menyebabkan puncak gunung menjadi tenggelam dan merosotnya dinding kawah,
kemudian membentuk sebuah kaldera.
Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak gunung
api yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi
bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus.
Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama lava.
Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas
yang sangat berbahaya. Contoh: Gunung Kelud yang meletus pada tahun 1919 dan
Gunung Sint Vincent yang meletus pada tahun 1902.
Gempa Bumi
B. Klasifikasi Gempa