Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sadza Yanuar Akbar

Nim : 15.04.068

Prodi : BTP D-III (B)

TUGAS ANALISA USAHA TANI

1. Derajat komersialisasi dari produksi usaha tani

Perubahan usahatani dari menanam satu komoditas (monokultur) ke banyak komoditas


(multiple cropping) di lingkungan petani membutuhkan banyak proses dan waktu, sehingga
petani mampu memahami dan memaknai dari aspek ekonomis dari perubahan itu ke arah yang
lebih menguntungkan dan bermanfaat kepada petani, namun kelangsungan usahatani yang
berupaya menanam banyak komoditas seperti tumpangsari dengan berbagai komoditas tanaman
pangan, tanaman pangan dengan tanaman tahunan, atau dengan campur sari tanaman pangan,
hortikultura, perikanan dan peternakan yang dikombinasikan dalam bentuk usahatani ke arah
komersialisasi, sehingga dari aspek produksi dan produktivitas petani mampu memberikan hasil
yang optimal dalam pengelolaan usahataninya.

Aspek produksi ini terhenti dalam batas diperolehnya produktivitas petani yang optimal
dalam menghasilkan produk yang bersifat (on-farm) dan petani kurang mampu dalam mengelola
derivasi (turunan) produk hulu (on-farm) ini ke produk aneka macam produk hilir (off-farm)
serta petani kurang mampunyai akses pemasaran dan pasar untuk berorientasi bagaimana
perubahan yang terjadi dari pergeseran perubahan permintaan dan penawaran ke pengguna dan
konsumen. Terhentinya pengetahuan petani dibatas ini, maka petani digerayangi pedagang-
pedagang perentara, rentener, pengijon dan tengkulak, yang menikmati margin pemasaran dan
keuntungan yang jauh lebih besar dari yang dinikmati petani.
2. Derajat komersialisasi dari input usaha tani

Ketidaktahuan petani di lingkungan eksternal (aspek pasar dan pemasaran) dan ekonomi
kelembagaan (KUD) diduga merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi
kesejahteraan petani serta solusi apa yang harus dilakukan untuk merubah pengelolaan usahatani
petani dari yang berorientasi produksi ke lebih berorientasi ke pasar dan pemasaran, jika
Departemen Pertanian dan instansi yang terkait tanggap terhadap penyelamatan faktor eksternal
dan ekonomi kelembagaan ini, maka sudah harus dirumuskan bagaimanakah sesungguhnya
langkah-langkah yang harus dilakukan, agar petani dapat dibantu, terutama kasus di desa
Namukur-Binjei, Kabupaten Langkat di atas dan umumnya petani-petani kecil di Indonesia.

3. Proporsi penggunaan factor-factor produksi dan tingkat keuntungan

Pemahaman tentang pengelolaan produksi dirasa cukup petani telah mampu, Sebaliknya
pemahaman tentang pemasaran dan tingkah laku pasar diperlukan dan sangat kurang diketahui
petani, oleh karena petani yang fokus dibidang produksi, jika diberi pengetahuan tentang
pemasaran dan pasar, mereka sangat sukar menerimanya, kondisi ini dimungkinkan bahwa
tingkat pendidikan formal mereka sangat rendah. Posisi petani yang berorientasi produksi
dikonversi menjadi pedagang perantara, sangat sukar diubah dikarenakan keterbatasan modal,
sebaliknya semula petani yang bertindak sebagai pedagang perantara, jika dikonversi menjadi
petani sangat sukar dikarenakan mereka merasa enak sebagai posisi pedagang perantara,
dikarenakan pemanfaatan keuntungan yang lebih besar.

4. Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat

Pembentukan KUD dengan struktur kepengurusan, maka dapat diharapkan KUD yang
dibentuk dapat mengayomi pasar dan sekaligus sebagai lembaga ekonomi yang melakukan kerja
sama dengan para pengecer (retailor) dan grosir yang terdapat di perkotaan. Kondisi seperti ini
secara lambat laun akan merubah kebiasaan petani yang tidak berorientasi kepada produksi saja,
akan tetapi lebih peka terhadap perubahan permintaan pasar, sesuai dengan informasi yang
disampaikan oleh KUD yang dibentuk tentang komoditas apa yang bakal dibudidayakan petani.
5. Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usaha tani

Penataan tanaman secara tunggal (monokultur), di atas tanah tertentu dan dalam waktu
tertentu (sepanjang umur tanaman) hanya ditanami satu jenis tanaman. Setelah dilakukan
pemanenan atas tanaman itu, maka tanah yang bersangkutan itu kemudian ditanami lagi dengan
jenis tanaman yang sama dan atau dengan jenis-jenis tanaman lain. Atau dengan kata lain : di
atas tanah itu dilakukan penataan pertanaman secara bergiliran urutan/rotasi

6. Tingkat-tingkat keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya adalah petani.
Oleh karena itu sektor pertanian merupakan sektor yang menyumbang setengah dari
perekonomian Indonesia melalui sumbangan devisa dalam orientasi pasar ekspor produk karet,
kopi, kakao, teh dan minyak sawit. Perkebunan merupakan penyedia lapangan pekerjaan di
pedesaan dan daerah terpencil, dan merupakan penyerap tenaga kerja yang cukup signifikan.

Demikian juga peran agroindustri dalam memoles hasil pertanian melalui teknologi
tertentu menjadi barang yang sangat bermanfaat dan bernilai tinggi, baik untuk konsumsi lokal
maupun manca negara. Namun pengolahan hasil industri pertanian tersebut menghadapi
hambatan mana kala teknologi yang digunakan tidak tepat guna, dan akhirnya akan menurunkan
nilai produk tersebut yang akhirnya memangkas keuntungan yang seharusnya didapat. Hal ini
perlu dicermati sehingga dilakukan antisipasi dan upaya lain yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai