PENDAHULUAN
tersebut diharapkan dapat meningkatkan cakupan sesuai dengan target yang telah
ditetapkan minimalnya, bahkan diharapkan sekali mencapai di atas target.
Wilayah kerja Puskesmas Plered yang sebagian besar adalah perkotaan
dan masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai pedagang dan buruh,
berpengaruh terhadap perilaku masyarakatnya. Banyaknya ibu-ibu yang bekerja
menyebabkan perhatian ibu-ibu terhadap kebersihan lingkungan rumahnya sangat
kurang, ditambah kepadatan penduduk dan padatanya jumlah rumah dan
lingkungan yang kumuh tersebut mempengaruhi tingginya kasus DBD.
Dilihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya di mana jumlah kelompok
penduduk tamat SD yang cukup banyak menyebabkan tingkat kesadaran
masyarakat akan kebersihan yang mempengaruhi angka ABJ dan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang DBD sangat kurang. Ini semua terlihat dari Angka
Bebas Jentik yang masih di bawah 95% dan tingginya angka kejadian kasus DBD
yang masih banyak.
Maka disusunlah laporan kegiatan manajemen puskesmas ini sebagai
tindak lanjut dari masalah yang terdapat di puskesmas Plered.
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan
pelaksanaan manajemen program dan pelayanan di puskesmas plered tahun
2016 serta memberikan alternatif pemecahan masalah dalam rangka upaya
perbaikan kinerja puskesmas.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya masalah dan prioritas penyebab masalah yang ada mengenai
pencapaian target yang masih kurang di puskesmas Plered.
b. Diketahuinya alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan
berdasarkan prioritas masalah terpilih.
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai sarana untuk kerjasama yang saling menguntungkan untuk
dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan
5
Visi :
Terwujudnya Masyarakat Sehat Yang Mandiri Melalui Pelayanan Prima
dan Bermartabat Di Puskesmas Plered
Misi :
1. Meningkatkan kemampuan, kualitas dan profesionalisme petugas
kesehatan
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
3. Meningkatkan akses pelayanan kepada masyarakat
4. Meningkatkan dan memberdayakan guna mendorong kemandirian
masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan dengan
mengupayakan perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kebutuhan
masyarakat
5. Meningkatkan penerapan etika dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat
Gambaran lebih detil dan riil peta wilayah kerja dan sebaran
pemukiman serta penggunaan lahan lainnya di Kecamatan Plered dapat disajikan
pada peta satelit produksi Google Earth tahun 2010 sebagai berikut:
WotgaliY
Y
Kaliwulu Y Trusmi
Kulon
Tegalsari
Y Y
Trusmi
Wetan
Panembahan
Y
SITUASI DEMOGRAFI
Tabel 1.1
Data Wilayah Kerja UPT Puskesmas plered Tahun 2016
Tabel 1.2
Data Fasilitas Pelayanaan Kesehatan di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas plered Tahun 2016
Bidan Desa/kel
Toko obat
Polindes
BP Desa
Apotek
BPS
Puskesmas
NO Desa
Pembantu
Keliling
Umum
1 Panembahan - - 1 - - 1 1 1 1 - - 1
2 T.Wetan - - 1 1 - 1 1 1 1 - - 1
3 T.Kulon - - 1 - - 1 1 - - - - -
4 Wotgali - - 1 1 - 1 1 - 1 - - -
5 Kalliwulu - 1 1 1 - - 1 3 - - - -
6 Tegal sari 1 - 1 1 - 1 1 2 - - - -
Jumlah 1 1 6 4 - 5 6 7 3 - - 2
Sumber data : Data Inventarisasi Fasiltas Pelayanan Kesehatan Puskesmas plered 2016
9
Puskesmas Plered terdiri dari 6 desa yang seluruhnya termasuk desa swakarsa.
Luas wilayah keseluruhan 5,80 Ha. Jarak tempuh ke Puskesmas berkisar antara 0 hingga
menit. Semua desa mudah dijangkau baik menggunakan kendaraan roda dua, roda
Tabel 1.3
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas plered 2016
LUAS JUMLAH JUMLAH PENDUDUK
N NAMA
WILAYAH RW RT KK L P TOTAL
O DESA
( Ha)
1 Panembahan 60 Ha 5 16 1165 2187 2310 4497
2 T.Wetan 54,6 Ha 5 16 752 1302 1215 2517
3 T.Kulon 58 Ha 4 16 922 1472 1450 2992
4 Wotgali 123,1 Ha 5 15 1811 2970 2846 5816
5 Kaliwulu 141 Ha 5 28 2324 4264 4058 8322
6 Tegal sari 147 Ha 7 21 2515 4295 4118 8413
Jumlah 525,7 Ha 31 112 9489 16490 15997 32557
Sumber: Pendataan Penduduk Wilayah Kerja UPT Puskesmas plered tahun 2016
Tabel 1.4
Jumlah Penduduk Miskin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Plered Tahun 2016
Tabel 1.5
Jumlah Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Plered Tahun 2016
N Blm Tdk SLT SLT
Desa SD DI DII DIII S1 S2 S3
o Sklh Tamat P A
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk belum sekolah
karena usianya masih belum memasuki usia sekolah. Pendidikan yang tertinggi adalah
pendidikan S3.
Tabel 1.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Di Wilayah Kerja Puskesmas Plered Tahun 2016
Buruh
Pengusaha
Pedagang
Pengrajin
Peternak
Pensiun
N
Petani
ABRI
Angkutan
PNS
Industri
Desa
Tani
hTerlati
Ukgmd
Jumlah
Jumlah
Dilatih
Aktif
Aktif
u % % % %
Tabel 1.8
Peran Serta Masyarakat UPT Puskesmas plered Tahun 2016
POSYANDU Jumlah
NO Desa
Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Panembahan 0 1 3 3 7
12
2 Trusmi wetan 0 1 3 0 4
3 Trusmi kulon 0 0 5 0 5
4 Wotgali 0 3 3 1 7
5 Kaliwulu 0 5 2 2 9
6 Tegal sari 0 3 4 2 9
Jumlah 0 13 20 8 41
Sumber: Laporan Tahunan Program Promkes UPT Puskesmas plered tahun 2016
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
GEDUNG
1 Cakupan
Komunikasi
Interpersonal 68,138 3,156 4.63 5.00 92.64
dan Konseling
(KIP/K)
2 Cakupan
Penyuluhan
kelompok oleh
96 113 117.71 100.00 117.71
petugas di
dalam gedung
Puskesmas
3 Cakupan
Institusi
3 3 100.00 100.00 100.00
Kesehatan ber-
PHBS
PROMOSI
KESEHATAN
LUAR
GEDUNG
4 Cakupan
Pengkajian
dan
Pembinaan
1,983 504 25.42 65.00 39.10
PHBS di
Tatanan
Rumah
Tangga
5 Cakupan
Pemberdayaan
Masyarakat
melalui
492 461 93.60 100.00 93.60
Penyuluhan
Kelompok
oleh Petugas
di Masyarakat
6 Cakupan
Pembinaan
UKBM dilihat
melalui
41 28 68.29 65.00 105.07
persentase (%)
Posyandu
Purnama &
Mandiri
7 Cakupan 6 6 100.00 60.00 166.67
Pembinaan
Pemberdayaan
Masyarakat
dilihat melalui
Persentase (%)
Desa Siaga
Aktif (untuk
Kabupaten)/
RW Siaga
16
Aktif (untuk
kota)
8 Cakupan
Pemberdayaan
Individu/
Keluarga 3,156 1,082 34.28 50.00 68.57
melalui
Kunjungan
Rumah
CA
KU
PAN
VA 67.99 97.92
RIA
BEL
1.A.
CAKUPA
KINERJA
JENIS SASARA PENCAPAIA N TARGE
No.
KEGIATAN N N (4/3 X T (5/6 X
100%) 100%)
1 2 3 4 5 6 7.0
B. UPAYA
KESEHATAN
LINGKUNGA
N
1 Cakupan
Pengawasan 7,408 4,191 56.57 75.00 75.43
Rumah Sehat
2 Cakupan
Pengawasan
7,062 4,792 67.86 80.00 84.82
Sarana Air
Bersih
3 Cakupan
Pengawasan 6,355 4,792 75.41 75.00 100.54
Jamban
4 Cakupan
pengawasan 7,062 4,792 67.86 75.00 90.47
SPAL
5 Cakupan
Pengawasan
136 107 78.68 75.00 104.90
Tempat-Tempat
Umum (TTU)
6 Cakupan
Pengawasan
Tempat
48 37 77.08 75.00 102.78
Pengolahan
Makanan
(TPM)
17
7 Cakupan
Pengawasan 114 93 81.58 75.00 108.77
Industri
8 Cakupan
Kegiatan Klinik 3,122 725 23.22 25.00 92.89
Sanitasi
CAKUPA
N
66.03 95.08
VARIABE
L 1.B.
CAKUPAN KINERJA
JENIS SASARA PENCAPAIA TARGE
No. (4/3 X (5/6 X
KEGIATAN N N T
100%) 100%)
1 2 3 4 5 6 7.0
C. UPAYA KIA
& KB
KESEHATA
N IBU
1 Cakupan
Kunjungan Ibu 777 755 97.00 95.00 102.11
Hamil K4
2 Cakupan
Pertolongan
Persalinan 741 709 95.68 90.00 106.31
oleh Tenaga
Kesehatan
3 Cakupan
Komplikasi
156 231 148.08 80.00 185.10
Kebidanan
yang ditangani
4 Cakupan
Pelayanan 741 702 94.74 90.00 105.26
Nifas
KESEHATA
-
N ANAK
5 Cakupan
Kunjungan
706 708 100.28 90.00 111.43
Neonatus 1
(KN1)
6 Cakupan
Kunjungan
Neonatus 706 705 99.86 90.00 110.95
Lengkap (KN
Lengkap)
7 Cakupan
deteksi resiko 156 266 170.51 100.00 170.51
Ibu hamil
8 Cakupan 106 129 121.70 100.00 121.70
Neonatus
18
dengan
Komplikasi
yang ditangani
9 Cakupan
Kunjungan 706 693 98.16 90.00 109.07
Bayi
10 Cakupan
Pelayanan 2,055 1,996 97.13 90.00 107.92
Anak Balita
11 KELUARGA
BERENCAN
A
12 Cakupan
Peserta KB 7,194 5,508 76.56 75.00 102.09
Aktif
CAKUPAN
VARIABE 102.92 116.19
L 1.C.
CAKUPA
KINERJA
JENIS SASARA PENCAPAIA N TARGE
No.
KEGIATAN N N (4/3 X T (5/6 X
100%) 100%)
1 2 3 4 5 6 7.0
D. UPAYA
PERBAIKAN
GIZI
MASYARAKA
T
1 Cakupan
Keluarga Sadar 96 108 112.50 80.00 140.63
Gizi
2 Cakupan Balita
2,347 2,691 114.66 85.00 134.89
Ditimbang (D/S)
3 Cakupan
Distribusi
Kapsul Vitamin 636 680 106.92 90.00 118.80
A bagi Bayi (6-
11 bulan)
4 Cakupan
Distribusi
Kapsul Vitamin
1,850 2,194 118.59 90.00 131.77
A Bagi Anak
Balita (12-59
bulan)
5 Cakupan
Distribusi
667 743 111.39 90.00 123.77
Kapsul Vitamin
A bagi Ibu Nifas
19
6 Cakupan
Distribusi Tablet
699 755 108.01 90.00 120.01
Fe 90 tablet
pada ibu hamil
7 Cakupan
Distribusi MP-
247 71 28.74 100.00 28.74
ASI Baduta
Gakin
8 Cakupan balita
gizi buruk
4 4 100.00 100.00 100.00
mendapat
perawatan
9 Cakupan ASI
658 312 47.42 80.00 59.27
Eksklusif
CAKUPAN
VARIABE 94.25 106.43
L 1.D.
11 Cakupan Sistem
52 52 100.00 90.00 111.11
Kewaspadaan Dini
12 Cakupan Surveilans Terpadu
12 12 100.00 100.00 100.00
Penyakit
13 Cakupan Pengendalian KLB
3 3 100.00 100.00 100.00
PENEMUAN DAN
PENANGANAN
PENDERITA PENYAKIT
14 Cakupan Penderita
325 227 69.85 86.00 81.22
Peneumonia Balita
15 Cakupan Penemuan Pasien
40 16 40.00 80.00 50.00
baru TB BTA Positif
16 Cakupan Kesembuhan
52 24 46.15 85.00 54.30
Pasien TB BTA Positif
17 Cakupan Penderita DBD
2,875 2,368 82.37 95.00 86.70
yang ditangani
18 Cakupan Penemuan
8,901 1,192 13.39 75.00 17.86
Penderita Diare
CAKUPAN
VARIABE 85.36 91.63
L 1.E.
CAKUPA KINERJ
TARGET
JENIS PENCAPAIA N TARGE A
No. SASARA
KEGIATAN N (4/3 X T (5/6 X
N
100%) 100%)
1 2 3 4 5 6 7
B. UPAYA
KESEHATAN
OLAH RAGA
1 Cakupan
Pembinaan
30 30 100.00 100.00 100.00
Kelompok
Olahraga
CAKUPA
N
100.00 100.00
VARIABE
L 2.B.
CAKUPA KINERJ
TARGET
JENIS PENCAPAIA N TARGE A
No. SASARA
KEGIATAN N (4/3 X T (5/6 X
N
100%) 100%)
1 2 3 4 5 6 7
C. UPAYA
PERAWATAN
KES. MASY.
1 Cakupan Keluarga
Dibina (Keluarga 3,764 104 2.76 2.60 106.27
Rawan)
2 Cakupan Keluarga
Rawan Selesai 87 84 96.55 88.00 109.72
Dibina
3 Cakupan Keluarga
87 88 101.15 88.00 114.94
Mandiri III
CAKUPA
N
66.82 110.31
VARIABE
L 2.C.
KINERJ
CAKUPAN
TARGET PENCAPAIA TARGE A
No. JENIS KEGIATAN
SASARAN N (4/3 X T (5/6 X
100%) 100%)
1 2 3 4 5 6 7
D. UPAYA
KESEHATAN
KERJA
1 Cakupan Pembinaan
1 1 100.00 100.00 100.00
Pos UKK
2 Cakupan Penanganan
Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Panyakit 296 296 100.00 100.00 100.00
Akibat Hubungan
Kerja (AHK)
CAKUPAN
VARIABE 100.00 100.00
L 2.D.
CAKUPA
TARGET KINERJA
JENIS PENCAPAIA N TARGE
No. SASARA
KEGIATAN N (4/3 X T (5/6 X
N
100%) 100%)
1 2 3 4 5 6 7
E. UPAYA KES.
GIGI &
23
MULUT
1 Cakupan
Pembinaan
24 33 137.50 60.00 229.17
Kesehatan Gigi
di Masyaakat
2 Cakupan
Pembinaan
8 8 100.00 80.00 125.00
Kesehatan Gigi
di TK
3 Cakupan
Pembinaan
Kesehatan Gigi 11 14 127.27 80.00 159.09
dan Mulut di SD/
MI
4 Cakupan
Pemeriksaan
Kesehatan Gigi 476 490 102.94 80.00 128.68
dan Mulut Siswa
TK
5 Cakupan
Pemeriksaan
Kesehatan Gigi 1,654 1,574 95.16 80.00 118.95
dan Mulut Siswa
SD
6 Cakupan
Penanganan
Siswa TK yang
195 18.46 18.46
Membutuhkan 36 100.00
Perawatan
Kesehatan Gigi
7 Cakupan
Penanganan
Siswa SD yang
741 47.50 47.50
Membutuhkan 352 100.00
Perawatan
Kesehatan Gigi
CAKUPA
N
89.83 118.12
VARIABE
L 2.E.
CAKUPAN KINERJA
JENIS TARGET
No. PENCAPAIAN (4/3 X TARGET (5/6 X
KEGIATAN SASARAN
100%) 100%)
F. UPAYA
KESEHATAN
JIWA
1 Cakupan Deteksi
Dini Gangguan 17,613 7,657 43.47 100.00 43.47
Kesehatan Jiwa
24
2 Cakupan
Penanganan
Pasien Terdeteksi 600 600 100.00 100.00 100.00
Gangguan
Kesehatan Jiwa
CAKU
PAN
VARIA 71.74 71.74
BEL
2.F.
CAKUPAN KINERJA
JENIS TARGET
No. PENCAPAIAN (4/3 X TARGET (5/6 X
KEGIATAN SASARAN
100%) 100%)
G. UPAYA
KESEHATA
N INDRA
KESEHATA
N MATA
1 Cakupan
Skrining
Kelainan/
3,161 1,981 62.67 80.00 78.34
gangguan
refraksi pada
anak sekolah
2 Cakupan
Penanganan
kasus 22 100.00 100.00
22 100.00
kelaianan
refraksi
3 Cakupan
skrining 9,662 2,377 24.60 100.00 24.60
katarak
4 Cakupan
Penanganan
175 2 1.14 100.00 1.14
Penyakit
Katarak
5 Cakupan
rujukan
gangguan
penglihatan 17 17 100.00 100.00 100.00
pada kasus
Diabetes
Militus ke RS
6 Cakupan 643 620 96.42 80.00 120.53
Kegiatan
Penjaringan
Penemuan
Kasus
Gangguan
Pendengaran
25
di SD/MI
7 Cakupan
Kasus
Gangguan
69 69 100.00 100.00 100.00
Pendengaran
di SD/MI
yang ditangani
CAKU
PAN
VARIA 69.26 74.94
BEL
2.G.
CAKUPA
TARGET KINERJA
JENIS PENCAPAIA N TARGE
No. SASARA
KEGIATAN N (4/3 X T (5/6 X
N
100%) 100%)
1 2 3 4 5 6 7
H. UPAYA
KESEHATAN
USIA LANJUT
1 Cakupan
Pelayanan
8,719 1,201 13.77 70.00 19.68
Kesehatan Usia
Lanjut
2 Cakupan
Pembinaan Usia
Lanjut pada 6 8 133.33 100.00 133.33
Kelompok Usia
lanjut
CAKUPA
N
73.55 76.51
VARIABE
L 2.H.
CAKUPA
TARGET KINERJA
JENIS PENCAPAIA N TARGE
No. SASARA
KEGIATAN N (4/3 X T (5/6 X
N
100%) 100%)
1 2 3 4 5 6 7
I. UPAYA
KESEHATAN
TRADISIONAL
1 Cakupan 100 100
Pembinaan 68 68 .00 100.00 .00
Upaya Kesehatan
26
Tradisional
(Kestrad)
2 Cakupan
Pengobat
0 0 0 0 0
Tradisional
Terdaftar/ berijin
3 Cakupan
Pembinaaan
100 100
Kelompok Taman
2 2 .00 100.00 .00
Obat Keluarga
(TOGA)
CAKUPAN
66. 66.
VARIABE
67 67
L 2.I.
CAKUPAN
VARIABE 81.99 90.92
L 2.
Tabel 2.16
Sepuluh Penyakit Tertinggi di Puskesmas Plered
Tahun 2016
27
10 Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan UPT Puskesmas Plered Tahun 2016
Kode
No Nama Penyakit Jumlah
Penyakit
1 Myalgia M79.1 15896
2 Other dermatitis L98 14228
3 Gastritis K29 12438
4 Infeksi saluran nafas non spesifik J06 12209
5 Gigi K04 3914
6 Demam R50 3802
7 Hipertensi I10 3572
8 DM E11 2014
9 Diare A09 1493
10 Faringitis K30 592
Sumber: Laporan LB 1 UPT Puskesmas Plered Tahun 2016
Pola tersebut sering berubah setiap bulannya tergantung kondisi cuaca dan
iklim. Tetapi untuk kurun waktu satu tahun pola penyakit relatif tidak berubah yang
menunjukkan bahwa belum ada perubahan yang nyata dari perilaku hidup
masyarakat. Karena penyakit-penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dan determinannya seperti perilaku dan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup
bersih sehat.
1. Program Imunisasi
Grafik 1
Cakupan program Imunisasi Puskesmas Plered tahun 2016
28
IMUNISASI
Campak 95%
Polio 4 102%
DPT-Hb 3 98%
BCG 99%
2. Program P2 TB Paru
Penemuan kasus TB Paru BTA (+) pada tahun 2016 mencapai 24 kasus dari
perkiraan 35 kasus, sedangkan penemuan suspek TB Paru belum mencapai target
100% dengan Succes Rate (SR) sebesar 200 dan CDR sebesar 138,24.
Grafik 2
Penanganan kasus TB Paru
Puskesmas Plered tahun 2016
29
TB PARU
Pengobatan Lengkap 35
Kesembuhan 13
TB BTA (+) 24
TB Paru Klinis 17
Perkiraan Kasus 35
0 5 10 15 20 25 30 35
3. Program P2 Kusta
Penemuan kasus Kusta baru tahun 2016 sebanyak 3 pasien, yang seluruhnya
merupakan kasus kusta MB.
Grafik 3
Penemuan kasus kusta baru
30
KUSTA
Cacat
Tipe MB
Tipe PB
Kasus Baru
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P
uskesmas Plered tahun 2016
4. Program P2 ISPA
5. Program P2 Diare
Coverage kasus Diare Tahun 2016 berdasarkan penataan dari kunjungan kasus
ke Puskesmas dalam wilayah kerja mencapai 10,1% (1357 kasus). Gambaran
coverage per desa dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 4
Cakupan Kasus Diare di Puskesmas Plered tahun 2016
4000
3466 3432
3500
3000
2500 2386
2000 1726
1500 1306 Perkiraan Kasus
1065
1000 Kasus Diare ditangani
304 427
500 198 136 172
123
0
6. Program P2 DBD
Angka kejadian penyakit DBD di pukesmas Plered dari tahun ketahun masih
tinggi. Dan peran masyarakat dalam mencegah kejadian-kejadian kasus DBD
seperti PSN masih kurang ditunjang dengan angka ABJ masih dibawah 95%, dan
kebersihan lingkungan masih kurang.
Berdasarkan besaran masalah DBD tersebut di atas, maka diperlukan
intervensi program untuk mengatasi masalah-masalah terebut. Kegiatan intervensi
tersebut diharapkan dapat meningkatkan cakupan sesuai dengan target yang telah
ditetapkan minimalnya, bahkan diharapkan sekali mencapai di atas target.
32
P2 DBD
Tegalsari; 3
Panembahan; 5
Kaliwulu; 1
Trusmi Kulon; 2
Grafik 6
Angka Bebas Jentik tiap desa tahun 2016
33
Tabel 2.18
Stratifikasi DBD Th, 2016
Berdasarkan Kasus DBD
N Stratifikas
Desa 2013 2014 2015 Hi
o i
Panembaha
1 3 7 2 7 Endemis
n
Trusmi
2 0 0 0 6 Bebas
Wetan
Trusmi
3 3 32 2 7 Endemis
Kulon
4 Wotgali 4 43 2 11 Endemis
5 Kaliwulu 4 47 8 4 Endemis
6 Tegalsari 1 14 9 19 Endemis
Puskesmas 15 23 23 9 Endemis
34
Dilihat dari table 2.18 tersebut menunjukan status DBD di wiliyah kerja
Puskesmas masih endemis, dilihat kejadian DBD dari tahun ketahun masih tinggi.
Berdasarkan dari 3 tahun ke belakang.
Tabel 2.19
Hasil Pemeriksaan Jentik Berkala Tahun 2016 Berdasarkan Desa
RUMAH YG JENTIK
NO DESA ABJ% HI%
DIPERIKSA POSITIF
1 PANEMBAHAN 475 56 88,21 11,78
2 TRUSMI WETAN 450 72 84 16
3 TRUSMI KULON 475 81 82,94 17,05
4 WOTGALI 500 94 81,2 18,8
5 KALI WULU 450 104 76,88 23,11
6 TEGAL SARI 525 100 80,95 19,05
PUSKESMAS 2875 507 82,36 17,63
Dilihat dari table 4.1 di atas ternyata hasil ABJ di setiap desa belum tercapai
Tabel 2.20
Penderita DBD Tahun 2016 Berdasarkan Desa
Dilihat dari tabel 2.20 di atas ternyata ada peningkatan kasus DBD pada Th. 2015,
dan hampir semua desa ditemukan kasus DBD hanya desa Trusmi Wetan yang tidak
ditemukan kasus DBD.
8. Program P2 Malaria
9. Flu Burung
Belum ditemukan adanya kasus Flu Burung dari kunjungan ke Puskesmas dalam
wilayah kerja.
Grafik 7
Cakupan K1 dan K4
Puskesmas Plered Tahun 2016
36
104%
104.00%
102.00% 100%
100.00% 98% 99% 99%
98%
98.00% 95.70%
94.50% 94.60% 94.70% 94.90%
96.00% K1 93.60% K4
94.00%
92.00%
90.00%
88.00%
Panembahan Trusmi Wetan Trusmi Kulon Wotgali Kaliwulu Tegalsari
Kekurangan asupan zat besi pada ibu hamil bisa berakibat buruk bagi ibu
dan janin. Penanganan defisiensi zat besi dengan pemberian suplemen tablet besi
dan efektif untuk meningkatkan kadar Fe/besi dalam jangka waktu pendek.
Cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil di Puskesmas Plered pada tahun
2012 adalah Fe1 mencapai 99,74% atau 772 orang. Sedangkan pemberian Fe3
mencapai 94,70% atau sebanyak 733 orang.
Berikut ini grafik cakupan pemberian Fe1 dan Fe3 pada ibu hamil di
Puskesmas Plered tahun 2016.
Grafik 8
Cakupan Pemberian Fe1 dan Fe3
Puskesmas Plered Tahun 2016
104%
104.00%
102.00% 100%
99% 99%
100.00% 98% 98%
98.00% 95.65%
94.59% 94.71% 94.71% 94.90%
96.00% 93.64% Fe1 Fe3
94.00%
92.00%
90.00%
88.00%
Panembahan Trusmi Wetan Trusmi Kulon Wotgali Kaliwulu Tegalsari
37
Grafik 9
Cakupan Linakes
Puskesmas Plered Tahun 2016
100%
100% 97%
98% 96% 95%
96%
94% 92%
92% 89%
90%
88%
86%
84%
82%
Panembahan Trusmi Wetan Trusmi Kulon Wotgali Kaliwulu Tegalsari
100% 100%
100.00% 100%
100.00% 100%99.20% 100%98.90% 99.40%
95.90%
100%
90%
80%
70%
60%
50% KN1 KN3
40%
30%
20%
10%
0%
Panembahan Trusmi Wetan Trusmi Kulon Wotgali Kaliwulu 0%
Tegalsari
Grafik 12
Jenis Kontrasepsi Peserta KB Puskesmas Plered Tahun 2016
1% 3% 1% 4%
4%
26%
cenderung ada peningkatan dari tahun 2016, yaitu pembinaan pada kelompok
usia lanjut mencapai 49,04% ( 3265 orang ) dari sasaran sebanyak 6658 orang.
Grafik 13
Program Lansia Puskesmas Plered tahun 2016
1800
1600
1400
1200
1000
800 Jumlah Usila
600 Mendapat pelayanan
400 kesehatan
200
0
Kaliwulu 121 93
Wotgali 19 25
Perempuan
Trusmi Kulon 1512
Laki-laki
Trusmi Wetan 74 70
Panembahan 77 83
800
700
600
500
400
Jml.Balita
300
D/S
200 N/D
100
0
Tabel 2.21
Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Di Puskesmas Plered
Tahun 2016
Jumlah
No Desa Penyuluhan
Kelompok
1 Panembahan 84
2 Trusmi Wetan 48
3 Trusmi Kulon 60
4 Wotgali 84
42
5 Kaliwulu 85
6 Tegalksari 72
Total 433
Grafik 15
2500
2000
1500
1000
500 Jumlah Rumah Tangga Dipantau Ber-PHBS
0
Grafik 16
Rumah Sehat Tahun 2016
2500
2084
2000 1805
1500
989 1082
1000 854
817 906
829
579 602 668
Jumlah Rumah
449 Rumah
393 diperiksa 478
377 Rumah Sehat 484
500 307
220
0
43
Grafik 17
Kepemilikan Sarsandas Tahun 2016
Tegalsari 1554
1336
2261
1897
Kaliwulu 1780
1810
2142
1049
Wotgali 892
990
1598
554
Trusmi Kulon 548
485
874
437
Trusmi Wetan 409
346
713
905
Panembahan 937
850
1073
Rujukan
Penangan Neonatus
Persalinan Resiko
Persalinan Normal
0 100200300400500
BAB III
45
Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari
genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab
Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock
Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod virus Arbovirosis
yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4
(Depkes RI, 2010).
Di Indonesia pengamatan virus dengue yang di lakukan sejak tahun
1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan ke empat serotipe di temukan
46
Gambaran Klinis
Menurut Sudjana (2010), gambaran klinis penderita dengue terdiri
atas 3 fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase pemulihan.
a. Pada fase febris
Fase febris biasanya demam mendadak tinggi terus menerus
berlangsung selama 2-7 hari (380C-400C), naik turun (demam bifosik) dan
tidak mempan obat antipirektik. Kadang-kadang suhu tubuh sangat tinggi
sampai 400C disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh,
mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri
tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah
dapat terjadi kejang demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada
demam berdarah dengue. Pada saat fase tersebut sebagai awal kejadian
syok, biasanya pada hari ke 3, 4, 5 adalah fase kritis yang harus dicermati
pada hari ke 6 dapat terjadi syok kemungkinan dapat terjadi perdarahan dan
kadar trombosit sangat rendah (<20.000/ul). Pada fase ini dapat pula
ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun
jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan perdarahan
gastrointestinal (Sudoyo, 2013).
b. Fase kritis
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala kliniks
menghilang, setelah demam turun sertai keluarnya keringat, perubahan pada
denyut nadi dan tekanan darah, akan teraba dingin di sertai dengan kongesti
kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai
akibat dari perembasan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara.
Pada kasus berat, keadaan umum pada saat atau beberapa saat setelah suhu
turun antara 3-7 terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung jari kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien
menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba dan ditandai
dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan
timbulnya kebocoran plasma yang biasanya berlangsung selama 2448 jam.
Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni progresif disertai
48
Penatalaksanaan DBD
Penatalaksanaan DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif
yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
1. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi ( Soedoyo, 2013 ) :
a. Istirahat total di tempat tidur.
b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air
ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena
tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka cairan
inravena harus diberikan.
c. Berikan makanan lunak
d. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat
diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin,
50
Virus Dengue
Virus tersebut menyebabkan demam dengue yang bersifat
asimptomatik. Infeksi oleh salah satu jenis virus akan menghasilkan imunitas
atau kekebalan yang bersifat seumur hidup terhadap jenis virus dengue yang
sama, namun tidak memiliki perlindungan silang (cross protection) yang
bersifat jangka panjang untuk melawan ketiga jenis virus dengue lainnya.
Perlindungan silang bersifat sementara yaitu hanya bertahan selama 2
bulan. Infeksi oleh jenis serotip lainnya akan meningkatkan risiko
berkembangnya dengue yang lebih berat (World Health Organization-
Dengue and Severe Dengue Fact Sheet, 2012).
Genotip yang berbeda telah di Identifikasi dari masingmasing serotip,
menyorotin luas variabilitas genetik dari serotip virus dengue. Diantara
56
semua genotip tersebut, genotip dari virus DEN-2, DEN-3 adalah yang
paling sering berhubungan dengan dengue berat mengiringi infeksi dengue
skunder. (World Health Organization-The Virus, 2012).
Pada negara lain di Asia Tenggara yang curah hujannya melebihi 200 cm per
tahun, populasi Aedes aegypti ternyata lebih stabil dan ditemukan di daerah
perkotaan, pinggiran kota dan daerah pedesaan. Karena kebiasaan
penyimpanan air secara tradisional di Indonesia, Myanmar dan Thailand,
kepadatan nyamuk mungkin lebih tinggi di daerah pinggiran kota dari pada
di daerah perkotaan.
Ketinggian merupakam faktor yang penting untuk membatasi
penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Di India, Aedes aegypti dapat ditemukan
pada ketinggian yang berkisar dari nol meter sampai 1000 meter di atas
permukaan laut. Ketinggian yang rendah (kurang dari 500 meter) memiliki
tingkat kepadatan populasi nyamuk sedang sampai berat. Sementara daerah
pegunungan (dia atas 500 meter) memiliki populasi nyamuk yang rendah. Di
negara-negara Asia Tenggara, ketinggian 1000-1500 meter di atas
permukaan laut tampaknya merupakan batas bagi penyebaran Aedes aegypti.
Di bagian lain dunia, nyamuk spesies ini dapat ditemukan di wilayah yang
jauh lebih tinggi, misalnya di Kolombia sampai mencapai 2200 meter.
tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu
-2C sampai 42C, dan bila tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air
atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.
b. Jentik (Larva)
Menurut Depkes RI (2010b), ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan
pertumbuhan larva tersebut, yaitu :
a Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
b Instar II : 2,5-3,8 mm
c Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
d Instar IV : berukuran paling besar 5 mm
Lamanya perkembangan larva akan bergantung pada suhu,
ketersediaan makanan, kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi optimum
waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk
dewasa akan berlangsung sedikitnya selama tujuh hari termasuk dua hari
untuk masa menjadi kepompong. Akan tetapi pada suhu rendah mungkin
akan membutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan nyamuk dewasa.
c. Survei Jentik (Pemeriksaan Jentik)
Survei Jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat
perkembangbiakan Nyamuk Aedes Aegypti (dengan mata telanjang)
untuk mengetahui adanya tidaknya jentik Jika memeriksa tempat
penampungan air yang berukuran besar seperti bak mandi,
tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya, jika pandangan
pertama tidak menemukan jentik maka harus ditunggu selama 1/2 -1
menit untuk memastikan bahwa benar jentik tidak ada.
2. Jika memeriksa tempat penampungan air yang berukuran kecil
seperti vas bunga, pot tanaman, dan botol yang airnya keruh, maka
airnya perlu di pindahkan ketempat lain.
3. Ketika memeriksa jentik di tempat yang agak gelap atau airnya
keruh, maka di gunakan senter (Merdawati, 2010).
d. Kepompong (Pupa)
Fase Pupa merupakan fase istirahat, dimana tidak ada pemberian
makanan, tetapi pupa sering berpindah-pindah tempat merespon perubahan
cahaya dan bergerak dengan memutar ekornya ke arah bawah atau area
yang terlindungi. Pupa bergerak dengan menggerakkan abdomen dan sirip
kaudal yang mirip dayung.
60
bervariasi menurut lokasi dan musim. Tidak seperti nyamuk lain Aedes
aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple
bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya
dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai
penular penyakit (Depkes RI, 2010).
2 Perilaku Istirahat
Setelah mengisap darah, nyamuk Aedes aegypti ini akan hinggap
dan (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan
dengan tempatperkembangbiakannya. Lebih dari 90% populasi nyamuk
Aedes aegypti beristirahat biasanya di tempat-tempat yang agak gelap dan
lembab, tempat yang terpencil di dalam rumah atau bangunan, termasuk
kamar, toilet, kamar mandi dan dapur. Tempat di dalam rumah yang sering
di jadikan tempat istirahat yaitu di bawah kursi, tempat-tempat yang
menggantung seperti : pakaian dan gorden, serta di dinding. Sebagaian
kecil sering pula di temukan di luar rumah seperti : pada tanaman, atau
ditempat terlindungi. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses
pematangan telurnya (World Health Organization, South East Asia Region,
2010).
Nyamuk Aedes aegypti memiliki jarak terbang rata-rata 400 meter,
dan dapat terbang lebih jauh misalnya karena angin atau terbawa
kendaraan (World Health Organization, 2012). Nyamuk Aedes aegypti
dewasa memiliki masa hidup selama 3-4 minggu. Selama musim hujan,
dimana kelangsungan hidup lebih lama, risiko transmisi virus lebih besar
(World Health Organization, South East Asia Region, 2010; Central for
Disease Control and Prevention, 2012).
3 Tempat Perkembangbiakan
Depkes RI (2010), menyatakan tempat perkembangbiakan utama
aedes aegypti ialah tempat-tempat penampungan air berupa genangan air
yang tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah
atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari
rumah.
62
Predator
Predator larva di alam cukup banyak, namun yang bisa digunakan
untuk pengendalian larva vektor DBD tidak banyak jenisnya, dan yang
paling mudah didapat dan dikembangkan masyarakat serta murah adalah
ikan pemakan jentik. Di Indonesia ada beberapa ikan yang berkembang biak
secara alami dan bisa digunakan adalah ikan kepala timah dan ikan cetul.
Namun ikan pemakan jentik yang terbukti efektif dan telah digunakan di
kota Palembang untuk pengendalian larva DBD adalah ikan cupang.
Jenis predator lainnya yang dalam penelitian terbukti mampu
mengendalikan larva DBD adalah dari kelompok Copepoda atau cyclops,
Jenis ini sebenarnya jenis Crustacea dengan ukuran mikro. Namun jenis ini
mampu makan larva vektor DBD. Beberapa spesies sudah diuji coba dan
efektif, antara lain Mesocyclops aspericornis diuji coba di Vietnam, Tahiti
dan juga di Balai Besar Penelitian Vektor dan Reservoir, Salatiga.
64
Bakteri
Agen biologis yang sudah dibuat secara komersial dan digunakan
untuk larvasidasi dan efektif untuk pengendalian larva vector adalah
kelompok bakteri. Dua spesies bakteri yang sporanya mengandung
endotoksin dan mampu membunuh larva adalah Bacillus thuringiensis
serotype H-14 (Bt. H-14) dan B. spaericus (BS). Endotoksin merupakan
racun perut bagi larva, sehingga spora harus masuk ke dalam saluran
pencernaan larva. Keunggulan agent biologis ini tidak mempunyai pengaruh
negatif terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran. Kelemahan cara
ini harus dilakukan secara berulang dan sampai sekarang masih harus
disediakan oleh pemerintah melalui sektor kesehatan. Karena endotoksin
berada di dalam spora bakteri, bilamana spora telah berkecambah maka
agent tersebut tidak efektif lagi.
Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi masih paling populer baik bagi
program pengendalian DBD dan masyarakat. Penggunaan insektisida dalam
pengendalian vektor DBD bagaikan pisau bermata dua, artinya bisa
menguntungkan sekaligus merugikan. Insektisida kalau digunakan secara
tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu dan cakupan akan mampu
mengendalikan vektor dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan
dan organisme yang bukan sasaran. Penggunaan insektisida dalam jangka
tertentu secara akan menimbulkan resistensi vektor.
Perlindungan Individu
Untuk melindungi pribadi dari risiko penularan virus DBD dapat
dilakukan secara individu dengan menggunakan repellent, menggunakan
pakaian yang mengurangi gigitan nyamuk. Baju lengan panjang dan celana
panjang bisa mengurangi kontak dengan nyamuk meskipun sementara.
Untuk mengurangi kontak dengan nyamuk di dalam keluarga bisa memasang
kelambu pada waktu tidur dan kasa anti nyamuk. Insektisida rumah tangga
seperti semprotan aerosol dan repellent: obat nyamuk bakar, vaporize mats
(VP), dan repellent oles anti nyamuk bisa digunakan oleh individu. Pada 10
65
Peraturan Perundangan
Peraturan perundangan diperlukan untk memberikan payung hukum
dan melindungi masyarakat dari risiko penulan DB/DBD. Seperi telah
penulis paparkan diatas bahwa DBD termasuk salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan, sehingga pengendaliannya tidak mungkin hanya
dilakukan oleh sektor kesehatan. Seluruh negara mempunyai undang-
undang tentang pengawasan pe nyakit yang berpotensi wabah seperti DBD
dengan memberikan kewenangan kepada petugas kesehatan untuk
mengambil tindakan atau kebijakan untuk mengendalikannya. Dengan
adanya peraturan perundangan baik undang-undang, peraturan pemerintah
dan peraturan daerah, maka pemerintah, dunia usaha dan masyarakat wajib
memelihara dan patuh. Salah satu Negara yang mempunyai undang-undang
dan peraturan tentang vektor DBD adalah Singapura, yang mengharuskan
masyarakat untuk menjaga lingkungannya untuk bebas dari investasi larva
Aedesaegypti.
b Manajemen
Secara klasik, manajemen adalah ilmu atau seni tentang penggunaan
sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen merupakan ilmu
terapan yang penerapannya disesuaikan dengan ruang lingkup fungsi
organisasi, bentuk kerja sama manusia di dalam organisasi, dan ruang
lingkup masalah yang dihadapi. Di bidang kesehatan, manajemen diterapkan
untuk mengatur perilaku staf yang bekerja di dalam organisasi (institusi
pelayanan) kesehatan untuk menjaga dan mengatasi gangguan kesehatan
67
Manajemen Puskesmas
Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat,
disebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dari data yang didapat dari Laporan Tahunan Puskesmas Kepuh tahun
2015 yang telah diambil, dapat dilakukan penentuan prioritas masalah dengan
metode USG sebagai berikut:
Diambil 5 masalah besar sebagai berikut yang disajikan dalam tabel di bawah :
Tabel 3.2
Daftar Program Pokok Puskesmas Plered tahun 2016 dengan pencapaian kurang
dari target
73
UPAYA KESEHATAN
2 LINGKUNGAN
KESEHATAN IBU - - - -
KESEHATAN ANAK - - - -
- - - -
KELUARGA BERENCANA
7
682 96,60 98,00
Cakupan DPTHB 1 06
PELAYANAN IMUNISASI
- - - -
LANJUTAN
7 UPAYA PENGOBATAN
KRITERIA
NILAI SERIOUSNES
URGENCY GROWTH
S
NO USG
PRIORITAS MASALAH TOTAL RANKING
. U S G
4. Cakupan DPTHB 1 4 5 4 13 II
5. Cakupan DPTHB 3 4 5 4 13 II
DAMPAK
Kesakitan
Kematian
LINGKUNGAN
Tabel 3.5
Identifikasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Tahap Analisis Pendekatan Sistem
Pelaporan pencapaian
program PJB
81
P3 dilaksanakan secara
reguler
FISH BONE
MAN METHODE
Belum terlaksanya
PSN secara rutim
Sosialisasi petugas
Kepedulian masy. Terhadap
sebelum PJB
gerakan 3M masih kurang
kurang
Petugas belum Belum adanya
memahami TUPOKSI jadwal baku PJB
dbd
Kurangnya Belum terpenuhinya
jumlah petugas sarana dan prasarana
pelaksana desa siaga Partisipasi
masyarakat dalam
PJB kurang
Petugas kesehatan blm
Kurangnya pengetahuan, maksimal melakukan
deteksi dini dan tatalaksana
DBD masyarakat dan
promosi kesehatan Kurangnya kerjasama lintas
sektoral & pemberdayaan masy.
Angka Bebas Jentik
petugas kesehatan
yang rendah
Sarana penyuluhan
poster, brosur, dan lembar Tingkat sosek Kepadatan
balik kurang masy. rendah penduduk yang Tempat pembuangan
tinggi sampah tidak terurus
MONEY
82
MATERIAL ENVIRONMENT
nyamuk
Penyediaan stiker Agar Masyara 1 kali Mandiri Coass
DBD masyarakat kat
mengetahui
tentang
pentingnya
kegiatan 3M
dan agar
masyarakat
mengetahui
tanda &
gejala DBD
Penyuluhan Menambah Masyara 1 kali Mandiri A Coass
pengetahuan kat T
masyarakat K
tentang
DBD & agar
masyarakat
semakin
waspada
II PELAKSANAAN
gejala DBD
Penyuluhan Peny. Memberikan Masyara Setiap A Coass masyarakat
DBD dan edukasi Pengetahuan kat melaku T mengerti dan
tentang kan K tahu ttg
peny. DBD kunjun peny. DBD
dan cara gan
penanggulan rumah
gannya untuk
PJB
Pencatatan dan Menginventa Prog. 1 kali A Tim Adanya
pelaporan risasi dari DBD T PJB catatan dan
kegiatan K laporan yang
yang telah adekuat
dilaksanakan
III EVALUASI
Coass
Penilaian terhadap Menilai hasil Prog. Akhir A
semua kegiatan yang kegiatan DBD kegiata T Prog.
telah dilakukan n K DBD
Pelaksanaan PSN
Dilaksanakan pada hari Kamis, 02 Maret 2017 di RT 12 dan RT 15 desa Wotgali
Evaluasi Jentik II
Dilaksanakan pada hari Jumat, 3 maret 2017 di RT 12 dan RT 15 desa Wotgali
Kesling, Promkes, bidan desa, aparat desa, kader dan ketua RT 12 dan RT 15.
Setelah dilakukan PSN sebanyak 1 kali dan evaluasi PJB sebanyak 2 kali
didapatkan hasil angka bebas jentik yang meningkat, dengan nilai ABJ sebagai
berikut:
RT 12 RT 15
PJB 77,35 % 70,37 %
Evaluasi Jentik 92,45 % 95,06 %
1
Evaluasi Jentik 96,22 % 98,76 %
2
Desa : Wotgali
RW/RT : 05/ 12
1 Tn.
Mahripah
2 Tn.
Maharto
3 Tn.
Abdullah
4 Tn.
Prayitno
5 Tn.
Maulana
6 Tn. Sodri
7 Tn.
Bisriati
8 Tn.
Karneni
9 Tn.
Sugeng
Basuki
10 Tn.
Endang
11 Tn. Akyas
12 Tn.
Roharjo
13 Tn.
Rokijal
14 Tn.
Asmuri
15 Ny. Iin
16 Tn. Ivan
17 Tn.
Muana
18 Tn.
Faozan
19 Tn.
Herifin
20 Tn. Aan
21 Tn.
Wiriah
22 Tn. Tumi
23 Tn.
Adnan
24 Ny.
Sunengsi
h
25 Tn.
92
Kando
26 Tn.
Bisriyadi
27 Tn. H.
Salih
28 Tn.
Karnedi
29 Tn.
Ahmad
30 Tn.
Sudarso
31 Tn. Cak
Mo
32 Tn.
Samin
33 Ny. Jahuri
34 Tn.
Sugiarto
35 Tn.
Sutono
36 Tn. Arifin
Amin
37 Tn.
Enang
38 Tn.
Nanang
Tarsila
39 Tn. Sama
40 Tn.
Ahmadi
41 Tn.
Tanyumi
42 Tn.
Darminto
43 Tn.Sona
Masona
44 Tn.
Iswandi
45 Ny.
Sopiah
46 Tn.
Kadori
47 Tn.
Sukarto
48 Tn.
93
Junaedi
49 Ny.
Rostini
50 Tn. Namo
51 Tn.
Sapanha
di
52 Tn.
Miskadi
53 Tn. Jayadi
Angka bebas jentik PJB = rumah jentik x 100%
41
= x 100%
53
= 77,35%
Angka bebas jentik evaluasi I = rumah jentik x 100%
49
= x 100%
53
= 92,45%
Angka bebas jentik evaluasi II = rumah jentik x 100%
51
= x 100%
53
= 96,22%
Desa : Wotgali
94
RW/RT : 05/ 15
21 Tn.
Isnami
22 Tn.
Sariman
23 Tn.
Masduki
24 Tn.
Safrudin
25 Ny. Suni
26 Tn. Dede
Sukardi
27 Tn. Dikin
28 Tn.
Suganda
29 Tn.
Sandiwar
sa
30 Tn.
Suryama
n
31 Tn. Onoh
32 Tn.
Suherlan
33 Ny.
Rohaeti
34 Tn. Mugi
35 Tn. Susilo
36 Tn. Farjari
37 Tn.
Lukman
38 Tn. Arnuji
39 Tn.
Mulyono
40 Ny.
Yuyani
41 Tn.
Mulyani
42 Tn.
Kasdun
43 Tn.
Nawija
44 Tn. Iis
Sugiarta
45 Tn.
Masaid
96
46 Tn. Kasito
47 Ny. Ikah
48 Tn.
Kharuji
49 Muhalla
Al Wasiat
50 Tn.
Sobari
51 Tn.
Junaedi
52 Tn.
Sorbadi
53 Tn. Jawiko
54 Tn.
Sarkani
55 Ny. Imya
56 Tn. Jali
57 Tn.
Suseno
58 Tn.
Janasih
59 Ny. Umi
60 Tn.
Ameni
61 Tn. Saini
62 Tn.
Ganda
63 Tn.
Awang
64 Tn. Fedri
65 Tn.
Bambang
66 Tn. Heru
67 Tn.
Sudaman
to
68 Tn.
Ridwan
69 Tn. Ali
70 Tn.
Misnan
71 Ny. Juli
72 Tn.
Sarkawi
97
73 Ny.
Surheni
74 Tn. Yahya
75 Tn.
Hakimi
76 Ny. Misni
77 Tn.
Suharton
o
78 Tn.
Sumino
79 Tn. Arki
Rahadi
80 Tn.
Muskidah
81 Tn. Toto
Rahmito
Angka bebas jentik PJB = rumah jentik x 100%
57
= x 100%
81
= 70,37%
Angka bebas jentik evaluasi I = rumah jentik x 100%
77
= x 100%
81
= 95,06%
Angka bebas jentik evaluasi II = rumah jentik x 100%
80
= x 100%
81
= 98,76 %
98
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Prioritas masalah terpilih pada puskesmas Plered adalah
Cakupan penderita DBD yang ditangani di wilayah kerja
puskesmas Plered karena masyarakat masih kurang peduli
memeriksakan anggota keluarganya apabila ada yang terkena
demam, masih kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap
obat-obatan tradisional, masih banyak masyarakat yang
memilih untuk berobat di luar wilayah kerja puskesmas Plered.
Penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan juga sudah
sering dilakukan namun karena kurangnya kepedulian
masyarakat terhadap penyakit DBD dapat mempengaruhi
penemuan penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Plered
sehingga cakupan penemuan penderita DBD menjadi rendah,
sehingga didapatkan alternatif pemecahan masalah yang dapat
kami lakukan berdasarkan prioritas pemecahan masalah terpilih
dengan melakukan pembentukan dan pengukuhan tim
pemberantasan jentik berkala (PJB), melakukan pemberantasan
jentik berkala, penyuluhan berupa promosi dan edukasi tentang
DBD, melakukan abatesasi selektif, memasang stiker di tiap
rumah warga, melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk)
dan evaluasi jentik sehingga dapat meningkatkan cakupan
penderita DBD yang ditangani, baik dilakukan di dalam dan di
luar gedung.
99
4.2 Saran
Berdasarkan tinjauan kami di wilayah kerja Puskesmas
Plered didapatkan cakupan penderita DBD yang ditangani yang
rendah di wilayah kerja puskesmas Plered khususnya di desa
Wotgali. Saran kami untuk meningkatkan cakupan penderita
DBD yang ditangani di puskesmas plered dengan cara:
Membuat rapat koordinasi dan sosialisasi dengan para kader dan petugas
kesehatan tentang cakupan penemuan penderita dengan gejala demam
berdarah secara berkala.
Melakukan edukasi secara berkala dengan menambahkan
alat peraga sebagai media untuk penyuluhan.
Mengusulkan untuk dilakukan follow-up kunjungan rumah
semua pasien yang terkena DBD dan menilai tingkat
kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat
pasien tersebut.
Pasien DBD setelah didiagnosa menderita DBD dirujuk ke
klinik sanitasi
Melakukan rapat kordinasi lintas sektor & lintas program
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2003. Prinsip Dan Metode Riset Efidemiologi Edisi II Jilid I. Jakarta. Bisma
Murti.
Arikunto, suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta.
PT. Rineka Cipta.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta. Bina Rupa Aksara.
Balitbang Kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDNAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Tahun
2004. Jakarta. Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Manajemen Puskesmas. Jakarta. Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Penyelenggaraan Puskesmas Unit Swadana Buku I.
Jakarta. Depkes RI.
Depkes RI.2011. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Depkes RI.2011.Tatalaksana Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta
Depkes RI.2011. Kajian Masalah Kesehatan Demam Berdarah Dengue, Badan
Penelitian Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Jakarta
Nasir, muhamad. 2005. Manajemen Puskesmas (Berbasis Paradigma Sehat). Jakarta.
CV. Serpong Seto.
101
LAMPIRAN
Jumat, 17 Pemberantasan
Februari Jentik Berkala
2017 sekaligus
pemasangan stiker
DBD, pemberian
bubuk abate dan
edukasi
103
104
Kamis, 2 Pelaksanaan
Maret Pemberantasan
2017 Sarang Nyamuk
(PSN)
106
107