Disusun olehKelompok 7
Tutor pendamping :
dr. Rasfayanah Fakhruddin M.
Skenario2
B. Kata Kunci
1. Laki-laki berusia 45 tahun
2. Keluhan utama, BAB warna hitam dan encer
3. Riwayat nyeri ulu hati sejak beberapa minggu terakhir.
4. Riwayat sering mengkonsumsi obat-obatan rematik.
C. Pertanyaan penting
1. Jelaskan anatomi, fisiologi, histologi dan biokimia organ terlibat !
2. Jelaskan patomekanisme nyeri ulu hati pada pasien!
3. A. Jelaskan macam-macam berak darah!
B. Jelaskan etiologi dan mekanisme dari Melena!
4. Apa pengaruh dari factor usia dan factor jenis kelamin ?
5. Apa pengaruh obat remtik dengan gejala pasien ?
6. Apa saja langkah-langkah diagnose pasien ?
7. Apa Differensial Diagnosis dari pasien ?
JAWAB :
- Biokimia
ENZIM AKTIVATOR SUBSTRAT FUNGSI ATAU
PRODUK
KATALITIK
Referensi :
Eroschenko P. Victor. 2011. Atlas Histologi diFiore. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Ganong F. William. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Price A. Sylvia dan Wilson M. Lorraine. 2006. Patofisiologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Referensi :
Siti Setiati, dkk. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta.
Penerbit Interna Publishing.
Respository.usu.ac.id
2. Tukak Peptik
Konsep pathogenesis tukak peptic dapat dikaitkan dengan
infeksi Helicobacter pylori, hipersekresi asam lambung,
keadaan iskemia mucosal dan akhir-akhir ini kekerapannya
meningkat pada pemakaian aspirin dan obat NSAID.
Peran endoskopis diagnostic pada perdarahan tukak peptic
mempunyai nilai prognostic. Lesi endoskopis yang
memperlihatkan adanya perdarahan arteriel aktif mempunyai
prediksi kemungkinan perdarahan berulang sebesar 55-90%,
dibandingkan temuan ulkus dengan dasar ulkusnya ditemukan
bekuan darah yang mempunyai prediksi perdarahan ulang
sebesar 20-35%, tampaknya pembuluh darah di dasar ulkus
(visible vessel) sebesar 40-50%. Sedangkan bia temuan
endoskopis berupa ulkus dengan dasar yang bersih, resiko
perdarahan berulang <5% dengan angka mortalitas 2%.
Perdarahan yang berasal dari ulkus besar di duodenum (terutaa
di dinding posterior-inferior bulbus) membutuhkan tindakan
surgical untuk mengatasinya karena berdekatan dengan
pembuluh darah yang besar. Juga ulkus dengan diameter >2cm
mempunyai prediksi tinggi untuk perdarahan berulang, bahkan
setelah terapi endoskopi hemostatic.
3.Mallory Weiss Tears
Mallory Weiss tears adalah laserasi mukosa (biasanya tidak
penetrasi) gaster atau esophagus dekat esofago-gastric junctionI. hal ini
sering terjadi akibat proses muntah atau retching. Klinis biasanya
hematemesis terjadi setelah episode muntah-muntah yang hebat.
Endoskkopi merupakan sarana yang baku untuk menegakkan diagnosis
ini. Dan biasanya perdarahan berhenti spontan.
4.Lain-lain
Sumber perdarahan non-variseal lainnya lebih jarang berupa adany
angiodisplasia/ malformasi vascular, tumor SCBA, LESI dieulafoy,
esophagitis, stress ulcers akibat iskem mucosal pada keadaan umum yang
buruk
- PERDARAHAN VARISEAL
1. Perdaragan Varises Esofagus Kardia/ Fundus
Pada umumnya varises esophagus disebabkan oleh adanya
hipertensi portal. Hipertensi portal dapat didesinikan sebagai
tekanan di atas normal (>10mmHg). Berdasarkan penyebabnya,
dapat diklasifikasikan dalam prahepatik (misalnya disebabkan oleh
thrombosis vena splenika atau vena porta), intrahepatic (sirosis
hati,dll), dan post hepatic (misalnya obstruksi vena hepatica dan
atau vena cava). Dari ketiga golongan ini, sirosis hati merupakan
penyebab tersering terjadnya varises. Dan di Indonesia, lebih
kurang 70% penyebab perdarahan adalah pecahnya varises
esophagus dan juga termasuk di dalamnya ada perdarahan
gastropati hipertensi portal. Biasanya varises pecah bila hepatic
venous [ressure gradient lebih dari 12 mmHg atau tekanan varises
lebih dari 15 mmHg. Meningkatnya tekanan ini disebabkan oleh
perubahan pola system vascular intra hepatic akibat adanya fibrosis
dan regenerasi nodul pada sirosis hati, di samping juga adanya
kontraksi myoblast dan otot polos pembuluh darah. Ditambah lagi
dengan adanya peningkatan pembuuh darah vena porta akibat
vasodilatasi arteriolar splenikus yang terjadi bersamaan dengan
terbentuknya kolateral. Terjadinya varises oesophagus dapat
dihubungkan dengan beratnya sirosis hati. Terbentuknya varises
tergantung pada tekanan portal, tapi bila sudah terbentuk maka
pecahnya varises dipengaruhi oleh besarnya varises, ada tidaknya
red whale sign/red color sign dan tingkat derajat penyakit hati.
Pada dasarnya red color sign tersebut adalah merupakan mirip
suatu aneurisa dinding varises yang menyebabkan timbulnya titik
lemah pada pembuluh darah tersebut. .
Referensi
Rani, Azis,dkk. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta.
Penerbit Interna Publishing.
Referensi :
http://www.repository.usu.ac.id
INSPEKSI
1. Baringkan pasien degan posisi supine dengan sumber cahaya meliputikaki
sampai kepala atau meliputi abdomen.
2. Berdiri di sisi kanan pasien, usahakan pemeriksa dapat melihat abdomen
pasien dengan jelas dan tanpa halangan
3. Periksa rambut, konjungtiva dan sclera dan kulit
4. Inspeksi kontur abdomen normal atau abnormal
5. Bila tampak distensi abdomen, evaluasi apakah karena obesitas,
timpanitis(adanya udara atau gas yang berlebih) asites, kehamilan, feses,
dan neopalasma
6. Lihat penampakan abnormal di permukaan abdomen : jaringan parut(skar)
kongesti vena(hipertensi vena porta),penampakan peristaltic (obstruksi
usushalus-kolon)atau ada massa abdomen
AUSKULTASI
1. Penderita diminta reflex bernafas normal
2. Letakkan membrane atau bel stetoskop (bila kurang jelas) di atas mid-
abdomen (umbilikius) atau dibawah umbiikus dan diatas suprapubik
3. Dengarkan peristaltic/bising usus pada empat kuadran abdomen dengan
benar
4. Lakukan evaluasi bisisng usus pada empat kuadran dengan benar
5. Bising pembuluh darah abnormal :
- Hepatic rub : diatas dan dikanan umbilicus seperti bunyi
bergemuruh/gesekan telpak tangan yang kuat
- Bruit dari karsinoma pancreas di kiri region epigastrium dan splenik
friction rub di lateral kiri bdomen, seperti aliran yang melewati celah
sempit, periodic sesuai kontraksi sistolik
6. Catat hasil auskulatas
PALPASI
1. Sebelum palpasi, tangan diusahakan hangat sesuai suhu ruangan atau
tubuh.
2. Pasien diminta menekuk kedua lutut dan bernafas dengan mulut
terbuka(bila pasien tampak tegang dan abdomen mengeras agar terjadi
relaksasi abdomen)
3. Lakukan percakapan dengan pasien sambil melakukan palpasi.
4. Lakukan palpasi ringan dengan tempatkan telapak tangan di abdomen
pelan-pelan, adduksikan jari-jari sambil menekan lembut masuk ke
dinding abdomen kira-kira 1 cm (kukujari jangan sampai menusuk
dinding abdomen)
5. Nilai nyeri tekan atau tidak dengan memperhatikan wajah atau ekspresi
pasien
6. Lakukan palpasi deng cara bimanual, menilai hepar dan limpa(normal
tidak teraba), dengan langkah yang sama palpasi ringan namun menekan
lebih dalam (4-5 cm) naik turun.
7. Palpasi lmpa (metode Schuffner dan metode Hacket). Ujung limpa yang
teraba di bawah arkus aorta kiri menandakan splenomegaly.
-Tangan kanan diasukkan di belakang margin kosta kiri pada garis
midaksillaris. Tangan kiri ditempatkan di bawah toraks dengn jari-jari
adduksi dibawah tulang iga.
-pasien duminta inspirasi dalam, tangan kanan masuk lebih dalam d
belakang margin kosta dan dinaikkan, sementra tangan kiri menaikkan
costavertebra belakang
-lakukan beberapa kali sesuai irama inspirasi sambil mene,patkan tangan
kanan bergan ti tempat atau arah.
8. Palpasi hepar : nilai permukaan, tepi, ujung, dan nyeri tekan hepar
- Tanga kanan dengan ari-jari adduksi dimasukkan mulai region kuadran
kanan bawah dengan permukaan volar tanpa menyentuh permukaan
abdomen. Tangan kiri ditempatkan dibawah toraks dengan posisi
supinasi.
- Saat inspirasi dalam, tangan kanan digerakkan kea rah superior dan
profunda, saat inspirasi akhir tercapai, bersamaan dengan tangan kiri
menaikkan area costovertebra kanan. Langkah ini dilakukan sampa
dibawah margin tulang rusuk kanan.
9. Abnormal palpasi :
- Blumberg sign (+) : terasa sakit jika abdomen ditekan ujung jari
perlahan-lahan ke dinding abdomen di area kiri bawah, kemudan
secara tiba-tiba menarik kembali jari-jari
- Rovsing sign(+): teraasa sakit jika ditekan diarea kiri bawah
- Psoas sign (+) terasa sakit jika tungkai bawah difleksikan kea rah perut
- Obrurator sign (+) terasa sakit jika tngkai diangkat ke atas dengan lutut
ekstensi
10. Jika massa abdomen ditemukan, nilai : lokasi, ukuran, besar, kekeknyalan,
mobilitas, dan pulsasi.
PERKUSI
1. Lakukan perkusi pada keempat kuadran abdomen
2. Lakukan perkusi batas paru-hepar di gais midklavikula kanan, dimulai dari
intercostal II ke bawah
3. Bunyi resonan dada menjadi redup ketika mencapai hepar, bila dilanjutkan
kebawah menjadi timpani bila dilanjutkan ke atas kolon
4. Tentukan lokasi dan ukuran hepar
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat sekitar 4 juta orang menderita ulkus peptikum dan
sekitar 350.000 kasus baru terdiagnosa setiap tahunnya. Di Amerika Serikat
sekitar 3000 orang meninggal dunia akibat ulkus duodenum dan 3000 akibat ulkus
lambung. Pasien yang di rawat akibat ulkus duodenum berkurang sekitar 50% dari
tahun 1970 -1978 tapi untuk ulkus lambung tidak ada penurunan. Ada bukti
bahwa merokok, penggunaan rutin aspirin, dan penggunaan steroid yang lama
menyebabkan ulkus peptikum. Faktor genetik memainkan peranan penyebab
ulkus peptikum. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kopi dan pengganti aspirin
mungkin mempengaruhi ulkus, tapi banyak penelitian menunjukkan alkohol tidak
merupakan penyebab ulkus (Kurata JH, 1984). Prevalensi kemunculan ulkus
peptikumberpindah dari yang predominan pada pria ke frekuensi yang sama pada
kedua jenis kelamin. Prevalensi berkisar 11-14 % pada pria dan 8-11 % pada
wanita. Sedangkan kaitan dengan usia, jumlah kemunculan ulkusmengalami
penurunan pada pria usia muda, khususnya untuk ulkus duodenum, dan jumlah
meningkat pada wanita usia tua.
ETIOLOGI
1 Penurunan Produksi Mukus sebagai Penyebab Ulkus
Kebanyakan ulkus terjadi jika sel-sel mukosa usus tidak menghasilkan
produksi mukus yang adekuat sebagai perlindungan terhadap asam lambung.
Penyebab penurunan produksi mukus dapat termasuk segala hal yang
menurunkan aliran darah ke usus, menyebabkan hipoksia lapisan mukosa dan
cedera atau kematian sel-sel penghasil mukus. Ulkus jenis ini disebut ulkus
iskemik. Penurunan aliran darah terjadi pada semua jenis syok. Jenis khusus
ulkus iskemik yang timbul setelah luka bakar yang parah disebut ulkus Curling
(Curling Ulcer). Penurunan produksi mukus di duodenum juga dapat terjadi
akibat penghambatan kelenjar penghasil mukus di duodenum, yang disebut
kelenjar Brunner. Aktivitas kelenjar Brunner dihambat oleh stimulasi simpatis.
Stimulasi simpatis meningkat pada keadaan stres kronis sehingga terdapat
hubungan antara stres kronis dan pembentukan ulkus.
Penyebab utama penurunan produksi mukus berhubungan dengan infeksi
bakterium H.pylori membuat koloni pada sel-sel penghasil mukus di lambung
dan duodenum, sehingga menurunkan kemampuan sel memproduksi mukus.
Sekitar 90% pasien ulkus duodenum dan 70% ulkus gaster memperlihatkan
infeksi H.pylori. Infeksi H.pylori endemik di beberapa negara berkembang.
Infeksi terjadi dengan cara ingesti mikroorganisme. Penggunaan beberapa obat,
terutama obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), juga dihubungkan dengan
peningkatan risiko berkembangnya ulkus. Aspirin menyebabkan iritasi dinding
mukosa, demikian juga dengan NSAID lain dan glukokortikosteroid. Obat-obat
ini menyebabkan ulkus dengan menghambat perlindungan prostaglandin secara
sistemik atau di dinding usus. Sekitar 10% pasien pengguna NSAID
mengalami ulkus aktif dengan persentase yang tinggi untuk mengalami erosi
yang kurang serius. Perdarahan lambung atau usus dapat terjadi akibat NSAID.
Lansia terutama rentan terhadap cedera GI akibat NSAID. Obat lain atau
makanan dihubungkan dengan perkembangan ulkus termasuk kafein, alkohol,
dan nikotin. Obat-obat ini tampaknya juga mencederai perlindungan lapisan
mukosa.
PATOFISIOLOGI
Epitel gaster terdiri dari rugae yang mengandung gastric pits atau lekukan yang
berukuran mikroskopis. Setiap rugae bercabang menjadi empat atau lima kelenjar
gaster dari sel -sel epitel khusus. Susunan kelenjar tergantung letak anatominya.
Kelenjar di daerah cardia terdiri < 5%kelenjar gaster yang mengandung mukus
dan sel-sel endokrin. Sebagian terbesar kelenjar gaster (75%) terletak didalam
mukosa oksintik mengandung sel-sel leher mukosa, parietal, chief, endokrin dan
sel enterokromafin. Kelenjar pilorik mengandung mukus dan sel -sel
endokrin(termasuk sel-sel gastrin) dan didapati di daerah antrum. Sel parietal juga
dikenal sebagai sel oksintik biasanya didapati didaerah leher atau isthmus atau
kelenjar oksintik. Sel parietal yang tidak terangsang, mempunyai sitoplasma dan
kanalikuli intraseluler yang berisi mikrovili ukuran pendek sepanjang permukaan
atas. Enzim H+, K+ - ATPase didapati didaerah membran tubulovesikel. Bila sel
dirangsang, membran ini dan membran atas/apikal lainnya diubah menjadi
jaringan padat dari kanalikuli intraseluler apikal yang mengandung mikrovili
ukuran panjang .Permukaan epitelium dari lambung atau usus rusak dan berulkus,
hasil dari inflamasi menyebar sampai ke dasar mukosa dan submukosa. Asam
lambung dan enzim pencernaan memasuki jaringan menyebabkan kerusakan lebih
lanjut pada pembuluh darah dan jaringan disekitarnya.
Ulkus peptikum disebabkan oleh sekresi asam dan pepsin yang berlebih
olehmukosa lambung atau berkurangnya kemampuan sawar mukosa
gastroduodenalis untuk berlindung dari sifat pencernaan dari kompleks
asampepsin (Guyton dan Hall, 2007). Asam pepsin penting dalam patogenesis
ulkus peptikum. Akan tetapi berlawanan dengan ulkus duodeni, pasien umumnya
mempunyai laju sekresi asam yang normal atau berkurang dibandingkan dengan
individu tanpa ulkus. Sepuluh sampai dua puluh persen pasien dengan ulkus
peptikum juga mempunyai ulkus duodeni (Mc.Guigan, 2001). Telah diduga bahwa
obat-obatan tertentu seperti aspirin, alkohol, indometasin, fenilbutazon dan
kotikostreroid mempunyai efek langsung terhadap mukosa lambung dan
menimbulkan ulkus. Obat-obatan lain seperti kafein, akan meningkatkan
pembentukanasam. Stress emosi dapat juga memegang peranan dalam patogenesis
ulkus peptikum, agaknya dengan meningkatkan pembentukan asam sebagai akibat
perangsangan vagus. Sejumlah penyakit tampaknya disertai pembentukan ulkus
peptikum yaitu sirosis hati akibatalkohol, pankreatitis kronik, penyakit paru
kronik, hiperparatirioidisme dan sindrom Zollinger-Ellison. Peningkatan sekresi
asam-cairan peptik dapat turut berperan terhadap ulserasi. Pada kebanyakan orang
yang menderita ulkus peptikum dibagian awal duodenum, jumlah sekresi asam
lambung lebih besar dari normal, sering sebanyak dua kali normal. Walaupun
setengah dari peningkatan asam ini mungkin disebabkan infeksi bakteri,
percobaan pada hewan ditambah bukti adanya perangsangan berlebihan sekresi
asam lambung oleh saraf pada manusia yang menderita ulkus peptikum mengarah
kepada sekresi cairan lambung yang berlebihan untuk alasan apa saja (sebagai
contoh, pada gangguan fisik) yang sering merupakan penyebab utama ulkus
peptikum (Guyton dan Hall, 2007).
MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis
- Nyeri abdomen seperti terbakar (dispepsia) sering terjadi di malam
hari. Nyeri biasanya terletak di area tengah epigastrium, dan sering
bersifat ritmik
- Nyeri yang terjadi ketika lambung kosong (sebagai contoh di
malam hari) sering menjadi tanda ulkus duodenum, dan kondisi ini
adalah yang paling sering terjadi
- Nyeri yang terjadi segera setelah atau selama malam adalah ulkus
gaster. Kadang, nyeri dapat menyebar ke punggung atau bahu.
- Nyeri sering hilang-timbul: nyeri sering terjadi setiap hari selama
beberapa minggu kemudian menghilang sampai periode perburukan
selanjutnya
- Penurunan berat badan juga biasanya menyertai ulkus gaster.
Penambahan berat badan dapat terjadi bersamaan dengan ulkus
duodenum akibat makan dapat meredakan rasa tidak nyaman
Pemeriksaan Fisis
Jarang diitemukan kelainan yang berarti pada pemeriksaan fisis kecuali
bila telah terjadi komplikasi. Nyeri tekan pada epigastrium atau sebelah
kiri pada garis tengah ditemukan pada ulkus gaster, sementara nyeri
disebelah kanan garis tengah dapat ditemukan pada ulkus duodenum.
Hanya saja lokalisasi nyeri ini tidak dapat dijadikan patokan karena
seringkali yang ditemukan tidak seperti demikian.
Komplikasi peritonitis menyebabkan adanya muscular defense , nyeri
tekan yang difus dan bising usus negative. Stenosis atau obstruksi
pylorus ditandai dengan adanya guncangan prut yang terjadi beberapa
jam setelah makan diikuti muntah. Pasien usia lanjut sering mengalami
syok hipovolemik akibat perdarahan ulkus peptikum.
DIAGNOSIS
Endoskopi
Endoskopi merupakan referensi standar untuk diagnosis dari ulkus
peptikum. Salah satu kekurangan utamanya adalah biaya yang tinggi di
beberapa negara seperti Amerika Serik at. Keputusan untuk melakukan
endoskopi pada pasien yang diduga menderita ulkus peptikum didasarkan
pada beberapa faktor. Pasien dengan komplikasi ulkus peptikum seperti
pendarahan memerlukan evaluasi endoskopi untuk mendapatkan diagnosis
yang akurat agar pengobatannya berhasil.
Radiografi
Pemeriksaanradiografi pada saluran gastrointestinal bagian atas juga bisa
menunjukkan ulkus peptikum. Salah satu kekurangannya adalah paparan
radiasi. Keuntungan endoskopi bisa melakukan biopsi mukosa untuk
mendiagnosa Helicobacterpylori, sedangkan radiografi terbatas dalam
praktik dunia kedokteran modern.
PENATALAKSANAAN
Beberapa faktor mempengaruhi penyembuhan ulkus dan kemungkinan
untuk kambuh. Faktor yang reversibel harus diidentifikasi seperti infeksi
Helicobacterpylori, penggunaan NSAID dan merokok. Waktu penyembuhan ulkus
tergantung pada ukuran ulkus. Ulkus lambung yang besar dan kecil bisa sembuh
dalam waktu yang relatif sama jika terapinya efektif. Ulkus yang besar
memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (Soll, 2009). Secara garis besar
pengelolaan penderita dengan ulkus peptikum adalah sebagai berikut:
Non farmakologi:
1 Istirahat Secara umum pasien ulkus dianjurkan pengobatan rawat jalan,
bila kurangberhasil atau ada komplikasi baru dianjurkan rawat inap.
Penyembuhan akan lebih cepatdengan rawat inap walaupun
mekanismenya belum jelas, kemungkinan oleh bertambahnya jam
istirahat, berkurangnya refluks empedu, stress dan penggunaan analgesik.
Stress dan kecemasan memegang peran dalam peningkatan asam lambung
dan penyakit ulkus.
Farmakologi:
1 Antagonis Reseptor H2 Antagonis Reseptor H2 mengurangi sekresi asam
lambung dengan cara berkompetisi dengan histamin untuk berikatan
dengan reseptor H2 pada sel parietal lambung. Bila histamin berikatan
dengan H2 maka akan dihasilkan asam. Dengan diblokirnya tempat ikatan
antara histamin dan reseptor digantikan dengan obat-obat ini, maka asam
tidak akan dihasilkan. Efek samping obat golongan ini yaitu diare, sakit
kepala, kantuk, lesu, sakit pada otot dan konstipasi (Berardy and Lynda,
2005).Contoh obat seperti Simetidin, Ranitidine, Famotidin, Nizatidin
(Lacy et al, 2008). Kemampuan antagonis reseptor H2 menurunkan asam
lambung disamping dengan toksisitas rendah merupakan kemajuan dalam
pengobatan penyakit. Hasil dari beberapa uji klinik menunjukkan obatobat
ini dapat menjaga gejala dengan efektif selama episode akut dan
mempercepat penyembuhan ulkus duodenal.
2 PPI (Proton Pump Inhibitor) Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja
enzim KH ATPase yang akan memecah KH ATP akan menghasilkan
energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam dari kanalikuli serta
parietal ke dalam lumen lambung. Pemakaian jangka panjang dapat
menimbulkan kenaikan gastrin darah dan dapat menimbulkan tumor
karsinoid pada tikus percobaan. Pada manusia belum terbukti gangguan
keamanannya pada pemakaian jangka panjang (Tarigan, 2009).
Penghambat pompa proton dimetabolisme dihati dan dieliminasi di ginjal.
Dengan pengecualian penderita disfungsi hati berat, tanpa penyesuaian
dosis pada penyakit liverdan penyakit ginjal. Dosis Omeprazol 20-40
mg/hr, Lansoprazol 15-30 mg/hr, Rabeprazol 20 mg/hr, Pantoprazol 40
mg/hr dan Esomeprazol 20-40 mg/hr (Lacyet al, 2008). Inhibitor pompa
proton memiliki efek yang sangat besar terhadap produksi asam.
Omeprazol juga secara selektif menghambat karbonat anhidrase mukosa
lambung, yang kemungkinan turut berkontribusi terhadap sifat suspensi
asamnya (Parischa danHoogerwefh, 2008). Efek samping obat golongan
ini jarang, meliputi sakit kepala, diare, konstipasi, muntah, dan ruam
merah pada kulit. Ibu hamil dan menyusui sebaiknya menghindari
penggunaan PPI.
TINDAKAN OPERASI
Tujuan utama dari terapi pembedahan pada ulkus peptikum perforasi adalah
untuk menekan faktor agresif terutama sekresi asam lambung dan pepsin terhadap
patogenesis ulkus peptikum dan untuk mengeluarkan tempat yang paling resisten
di antrum dan mengoreksi statis di lambung.Indikasi operasi ulkus peptikum:
1 Gagal pengobatan
2 Adanya komplikasi perforasi, pendarahan dan stenosis pilori.
3 Ulkus peptikum dengan sangkaan keganasan.
Tindakan pembedahan ada dua macam yaitu reseksi bagian distal lambung
atau gastrektomi sebagian (partial gastrectomy) dan Vagotomi yang bermanfaat
untuk mengurangi sekresi asam lambung terutama pada ulkus duodenum.
KOMPLIKASI
- Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering ditemui
- Obstruksi outlet gaster
- Perforasi dan penetrasi, menyebabkan peritonitis umum,
pancreatitis, bahkan hepatitis.
- Meningkatnya risiko karsinoma gaster
Referensi:
Diandra, M. 2014. Ulkus Peptikum. Chapter II. Universitas Sumatera Utara.
Fakultas Kedokteran
Wisuda. 2013. Ulkus Peptikum. BAB II. Univeristas Udayana. Fakultas
Kedokteran.
Ramakrishnan K, Salinas RC. Peptic Ulcer Disease. Am Fam Physician. 2007.
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). 2009. Konsensus Nasional
Penatalaksanaan OAINS gastrophy di Indonesia. Jakarta: PGI.
b. Gastropati Obat
Gastropati didefenisikan sebagai setiap kelainan yang
terdapat pada mukosa lambung. Gastropati menunjukkan suatu
kondisi dimana terjadi kerusakan epitel atau endotel tanpa
inflamasi pada mukosa lambung. Istilah gastropati dibedakan
dengan gastritis, dimana gastritis menunjukkan suatu keadaan
inflamasi yang berhubungan dengan lesi pada mukosa lambung.
Gastropati NSAID adalah gejala gastropati yang mengacu kepada
spektrum komplikasi saluran cerna bagian atas yang
dihubungkan oleh penggunaan obat anti inflamasi non steroid
dengan durasi waktu tertentu, dan biasanya disebabkan oleh
penggunaan jangka panjang NSAID. Disebut gastropati NSAID
bila terdapat kumpulan gejala-gejala gastropati yang bervariasi
seperti dispepsia, nyeri abdominal, sampai komplikasi yang fatal
seperti perforasi, ulserasi, dan perdarahan dimana gejala-gejala
tersebut tidak ditemukan sebelum menggunakan NSAID.
Epidemiologi
Patofisiologi
Faktor Resiko
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bervariasi dari tanpa gejala, gejala ringan
dengan manifestasi tersering dispepsia, heartburn, abdominal
discomfort, dan nausea; hingga gejala berat seperti tukak peptik,
perdarahan dan perforasi. Keluhan lain yang biasa dirasakan
pasien adalah mengalami gangguan pada saluran pencernaan
atas, berupa nafsu makan menurun, perut kembung dan
perasaan penuh di perut, mual, muntah dan bersendawa. Jika
telah terjadi pendarahan aktif dapat bermanifestasi hematemesis
dan melena.
Diagnosis
Klinis Rekomendasi
Ulkus aktif
Misoprostol
Terapi profilaksis
Proton Pump Inhibitor
Obat Gastroprotektif
Misoprostol
Antagonis Reseptor H2
Komplikasi
Jika tidak tertangani dengan baik, komplikasi gastropati OAINS
dapat muncul pada penderita. Komplikasi tersebut meliputi
perdarahan gastrointestinal (hematemesis, melena),ulkus
peptikum, perforasi, striktura, syok hipovolemik, dan kematian.
Referensi :
c. Gastritis
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung.
Menurut Hirlan dalam, gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis merupakan inflamasi dari
mukosa lambung klinis berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema
mukosa, kerapuhan bila trauma yang ringan saja sudah terjadi perdarahan.
Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat sehingga telat
makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung berlebih. Faktor
lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus), pengaruh obat-obatan,
konsumsi alkohol berlebih. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel. Sedangkan, menurut Lindseth dalam Prince (2005), gastritis
adalah suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronis, difus, atau lokal. Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa
lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan
terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau
terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau
terapi radiasi.
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan
pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas, distribusi anatomi, dan
kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis
dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat, bahwa walaupun dilakukan
pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan.
Gastritis kronik merupakan kelanjutan dari gastritis akut.
Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai nyeri pada saluran
pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati, lambung merasa
penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan dan sering
kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini bisa menjadi akut,
berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari satu
bulan terus-menerus dan gstritis ini dapat ditangani sejak awal yaitu:
mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi
makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika
memang diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan
atau sewaktu makan.
Lambung sering disebut sebagai maag yang berfungsi untuk menampung
makanan. Sakit maag sering dihubungkan dengan faktor stress dan makan yang
tidak teratur. Keadaan stress memang bikin makan tidak teratur. Orang masih
percaya bahwa penyakit maag disebabkan oleh stress. Keadaan stress
menyebabkan produksi cairan asam lambung meningkat sehingga tegang oleh
cairan asam lambung. Cairan asam lambung ini bisa mengikis dinding lambung
sehingga luka dan terasa perih bila terkena bahan asam. Bila luka lambung
semakin meluas, berisiko melukai pembuluh darah dan terjadi perdarahan yang
dimuntahkan sebagai muntah darah. Hati-hatilah jangan stress berkepanjangan,
tidak ada gunanya dan makanlah secara teratur. Makanan dari lambung akan
disalurkan ke usus untuk dicerna kemudian diserap dan masuk dalam aliran darah
menuju hati.
Gangguan pencernaan diakibatkan oleh kebiasaan pola makan yang buruk dan
stress sehari-hari. Banyak kasus gangguan pencernaan tidak ditemukan
penyebabnya secara organik dengan adanya luka atau kerusakan pada organ.
Masalah pencernaan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang
membahayakan fungsi sistem pencernaan seperti stress, kebiasaan makan yang
kurang sehat, tidak teratur, diet yang salah, pengobatan yang menyebabkan iritasi,
infeksi kronis dan hadirnya bakteri dalam saluran pencernaan. Banyak gangguan
pencernaan yang dapat teratasi dengan mengubah gaya hidup dengan mengurangi
stress, berhenti merokok, berolahraga secara rutin dan menjalankan diet yang
tepat.
Epidemiologi
Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap delapan negara
dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian gastritis di
dunia, dimulai dari negara yang angka kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu
Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan
persentase 43%, lalu beberapa negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%,
Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5% dan Indonesia 40,8%. Penelitian
dan pengamatan yang dilakukan oleh Depertemen Kesehatan RI angka kejadian
gastritis di beberapa kota di Indonesia yang tertinggi mencapai 91,6% yaitu di
kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar
46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan
Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat
(Karwati, 2013). Berdasarkan laporan SP2TP tahun 2012 dengan kelengkapan
laporan sebesar 50% atau tujuh kabupaten kota yang melaporkan gastritis berada
pada urutan kedua dengan jumlah kasus 134.989 jiwa (20,92% kasus) (Piero,
2014). Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan kota Bandarlampung,
gastritis merupakan salah satu dari sepuluh besar penyakit terbanyak pada tahun
2013 maupun tahun 2014 (Dinkes kota Bandarlampung, 2014). Lanjut usia
meningkatkan resiko gastritis disebabkan karena dinding mukosa lambung
semakin menipis akibat usia tua dan pada usia tua lebih mudah untuk terinfeksi
Helicobacter pylori atau penyakit autoimun daripada usia muda. Diperkirakan
lebih dari 85% dewasa tua mempunyai sedikitnya satu masalah kesehatan kronis
yang dapat menyebabkan nyeri (Jackson, 2006). Prevalensi gastritis pada wanita
lebih tinggi dibandingkan pria, hal ini berkaitan dengan tingkat stres. Secara teori
psikologis juga disebutkan bahwa perempuan lebih banyak menggunakan
perasaan dan emosi sehingga mudah atau rentan untuk mengalami stres psikologis
(Gupta, 2008).
Gastritis
A. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar pada zat
iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Gastritis akut suatu penyakit
yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna.
Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit
yang ringan. Penyebab terberat dari gastritis akut adalah makanan yang bersifat
asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau
perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat obstruksi pylorus.
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk
penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut
gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada
mukosa lambung tersebut,
B. Gastritis Kronik
Gastritis Kronik merupakan peradangan bagian mukosa lambung yang
menahun. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma
lambung tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum diketahui. Penyakit
gastritis kronik menimpa kepada orang yang mempunyai penyakit gastritis yang
tidak disembuhkan. Awalnya sudah mempunyai penyakit gastritis dan tidak
disembuhkan, maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah untuk
disembuhkan. Gastritis kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria
dan daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik, yaitu limfosit
dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai
peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat ringan
pada gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian sub
epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai
kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan
dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal.
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe, yaitu:
tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya antibody terhadap sel parietal
yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukasa lambung, 95% pasien
dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropik kronik.
Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya Ca Lambung pada fundus
atau korpus dan tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat helicobacter pylory
terdapat inflamasi yang difusi pada lapisan mukosa sampai muskularis, sehingga
sering menyebabkan perdarahan dan erosi.
Patofisiologi Gastritis
0bat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa
lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi
lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka
terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa. Kehadiran HCl di
mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin
merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan
peningkatan pemeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel
ke ekstrasel dan meyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul
perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh
karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya.
Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi
terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga
lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung.
Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau
hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus halus.
Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel
darah merah. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi
lambung dan perdarahan.
Penatalaksanaan
Non Farmakologi
Penyembuhan penyakit gastiritis harus dilakukan dengan memperhatikan diet
makanan yang sesuai. Diet pada penyakit gastritis bertujuan untuk memberikan
makanan dengan jumlah gizi yang cukup, tidak merangsang, dan dapat
mengurangi laju pengeluaran getah lambung, serta menetralkan kelebihan asam
lambung.
Secara umum ada pedoman yang harus diperhatikan yaitu :
a. Makan secara teratur. Mulailah makan pagi pada pukul 07.00 Wib. Aturlah tiga
kali makan makanan lengkap dan tiga kali makan makanan ringan.
b. Makan dengan tenang jangan terburu-buru. Kunyah makanan hingga hancur
menjadi butiran lembut untuk meringankan kerja lambung.
c. Makan secukupnya, jangan biarkan perut kosong tetapi jangan makan
berlebihan sehingga perut terasa sangat kenyang.
d. Pilihlah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan cara direbus,
disemur atau ditim. Sebaiknya hindari makanan yang digoreng karena biasanya
menjadi keras dan sulit untuk dicerna.
e. Jangan makan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin karena akan
menimbulkan rangsangan termis. Pilih makanan yang hangat (sesuai temperatur
tubuh).
f. Hindari makanan yang pedas atau asam, jangan menggunakan bumbu yang
merangsang misalnya cabe, merica dan cuka.
g. Jangan minum minuman beralkohol atau minuman keras, kopi atau teh kental.
h. Hindari rokok
i. Hindari konsumsi obat yang dapat menimbulkan iritasi lambung, misalnya
aspirin, vitamin C dan sebagaianya.
j. Hindari makanan yang berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi
lambung (coklat, keju dan lain-lain).
k. Kelola stres psikologi seefisien mungki.
Farmakologi
A. Antasida
Antasida adalah basa lemah yang bereaksi dengan asam hidroklorik,
membentuk garam dan air untuk mengurangi keasaman lambung. Enzim pepsin
tidak aktif pada pH lebih tinggi dari empat, maka penggunaan antasida juga dapat
mengurangkan aktivitas pepsin. Obat ini juga memiliki efek pengurangan
kolonisasi H. pylori dan merangsang sintesis prostaglandin. Ada tiga cara antasida
mengurangi keasaman cairan lambung, yaitu pertama secara langsung
menetralkan cairan lambung, kedua dengan berlaku sebagai buffer terhadap
hydrochloric acid lambung yang pada keadaan normal mempunyai pH 12 dan
ketiga dengan kombinasi kedua cara tersebut diatas. Antasida akan mengurangi
rangsangan asam lambung terhadap saraf sensoris dan melindungi mukosa
lambung terhadap perusakan oleh pepsin.
Zat antasida sangat bervariasi dalam komposisi kimia, kemampuan
menetralkan asam, kandungan natrium, rasa dan harganya. Kemampuan untuk
menetralkan asam suatu antasida tergantung pada kapasitasnya untuk menetralkan
HCl lambung dan apakah lambung dalam keadaan penuh atau kosong (makanan
memperlambat pengosongan lambung, memungkinkan antasida bekerja untuk
waktu yang lebih lama). Oleh karena hal tersebut efek antasida lebih baik
jika dikonsumsi setelah makan. Antasida yang biasa digunakan adalah garam
alumunium dan magnesium. Contoh seperti alumunium hidroksida (biasanya
campuran Al(OH)3 dan alumunium oksidahidrat) atau magnesium hidroksida
(MgOH2) baik tunggal ataupun dalam bentuk kombinasi. Garam kalsium yang
dapat merangsang pelepasan gastrin maka penggunanaan antasida yang
mengandung kalsium seperti pada Kalsium bikarbonat (CaCO3) dapat
menyebabkan produksi tambahan. Absorbsi natrium bikarbonat (NaHCO3) secara
sistemik dapat menyebabkan alkalosis metabolik sementara. Oleh karena hal
tersebut, antasida tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.
Dosis antasida yang diberikan sebanyak 3x500-1000 mg/hr (Kementrian
Kesehatan RI, 2014). Antasida dapat diminum saatmenjelang tidur, pagi hari dan
diantara waktu makan (Depkes, 2007). Obat ini memiliki 2 bentuk sediaan yaitu
antasida DOEN I dan DOEN II. Antasida DOEN I terdiri dari kombinasi
alumunium hidroksida 200 mg dan magnesium hidroksida 200 mg adalah tablet
kunyah, sedangkan antasida DOEN II kombinasi dari alumunium hidroksida 200
mg/5 ml dan magnesium hidroksida 200 mg/5 ml adalah suspense (Depkes,
2008).Golongan obat ini dalam pengkonsumsiannya memang harus dikunyah
terlebih dahulu, hal ini untuk meningkatkan kerja obat dalam menurunkan asam
lambung.
Efek samping dari obat antasida bervariasi tergantung zat komposisinya.
Alumunium hidroksida dapat menyebabkan konstipasi, sedangkan magnesium
hidroksida dapat menyebabkan diare. Kombinasi keduanya dapat membantu
menormalkan fungsi usus. Selain menyebabkan alkalosis sistemik, natrium
bikarbonat melepaskan CO2 yang dapat menimbulkan sendawa dan kembung.
B. H2 Bloker
Meskipun antagonis histamin reseptor H2 menghambat histamin pada semua
reseptor H2 namun penggunaan klinis utamanya ialah sebagai penghambat sekresi
asam lambung. Penggunaan obat antagonis reseptor H2 digunakan untuk
menghambat sekresi asam lambung yang dikatakan efektif bagi menghambat
sekresi asam nokturnal. Strukturnya homolog dengan histamin. Mekanisme
kerjanya secara kompetitif memblokir perlekatan histamin pada reseptornya
sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung.
Inhibisi bersifat reversible. Empat macam obat yang digunakan yaitu simetidin,
ranitidin, famotidin dan nizatidin. Simetidin dan antagonis H2 lainya diberikan
secara per-oral, didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh dan diekskresikan
dalam urin dengan waktu paruh yang singkat. Ranitidin memiliki masa kerja yang
panjang dan lima sampai sepuluh kali lebih kuat. Efek farmakologi famotidin
sama dengan ranitidin, hanya 2050 kali lebih kuat dibandingkan dengan
simetidin dan 320 kali lebih kuat dibandingkan ranitidin. Efek farmakologi
nizatidin sama seperti ranitidin, nizatidin dieliminasi melalui ginjal dan sedikit
yang terjadi metabolism.
Dosis terapeutik yang digunakan adalah Simetidin 2x400 mg/800 mg malam
hari, dosis maintenance 400 mg. Ranitidin 300 mg malam hari, dosis maintenance
150 mg. Nizatidin 1x300 mg malam hari, dosis maintenance 150 mg. Famotidin
1x40 mg malam hari, Roksatidin 2x75 mg atau 1x150 mg malam hari, dosis
maintenance 75 mg malam hari (Finkel, 2009). Konsumsi obat antagonis reseptor
H2 pada malam hari dikarenakan lambung relatif kosong dan peningkatan pH
akan mempercepat penyembuhan penyakit tukak lambung.
Efek samping simetidin biasanya ringan dan hanya terjadi pada sebagian kecil
pasien saja sehingga tidak memerlukan penghentian pengobatan. Efek samping
yang sering terjadi adalah sakit kepala, pusing, diare dan nyeri otot. Efek samping
saraf pusat seperti bingung dan halusinasi terjadi pada lanjut usia. Simetidin
memiliki efek endokrin karena obat ini bekerja sebagai antiandrogen nonsteroid.
Efek ini berupa ginekomastia, galaktorea dan penurunan jumlah sperma.
Referensi
Jurnal Kesehatan. 2015. Gastritis. Medan: Universitas Sumatera Utara
Harton, Hadi. 2012. Gastritis. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang
d.Ca Gaster
a. definisi
c. Klasifikasi
Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini). Berdasarkan hasil pemeriksaan
radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan histopatologis dapat dibagi atas :
1. Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa yang
berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan dengan
atau tanpa ulserasi.
2. Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
a. Tipe II.a. (Elevated type)
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I, terdapat
sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
b. Tipe II.b. (Flat type)
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat perubahan pada
warna mukosa.
c. Tipe II.c. (Depressed type)
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular) hiperemik /
perdarahan.
3. Tipe III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti
tipe II c dan tipe III atau tipe III dan tipe II c, dan tipe II a dan tipe II c.
Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut). Menurut klasifikasi Bormann dapat
dibagi atas :
1. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai fungating
dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
2. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa
sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan
warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus tampak
sangat hiperemik.
3. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan
infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan
infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak nyata karena kebanyakan
tumor ini dikurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ggn fungsi lambung.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yg hilang
dgn antasida dapat menyerupai gejala pd pasien ulkus benigna. Gejala penyakit
progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dyspepsia, penurunan BB,
nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah.
a. Bercak darah dalam tinja merupakan salah satu tanda-tanda menderita kanker
perut Adanya darah saat membagikan feses juga disebabkan oleh kondisi lain,.
Tapi untuk kanker perut itu adalah salah satu gejala yang paling indikatif. Juga, itu
adalah gejala yang dihubungkan ke beberapa jenis kanker. Ketika ada tumor hadir
di perut, mungkin menyebabkan darah mengalir keluar melalui tinja.
b. Penderitaan dari rasa sakit konstan dalam perut merupakan gejala dari kanker
lambung. Hal ini bisa apa saja dari rasa sakit ringan sampai nyeri kram parah.
Jenis rasa sakit biasanya ada di daerah atas perut.
c. Konstan dengan mual muntah, terutama setelah Anda makan adalah tanda
kanker lambung. mual mungkin gigih dan hadir untuk jangka waktu yang
panjang. Hal ini pernah berhubungan dengan demam atau sakit kepala. Jenis mual
sering menunjukkan masalah kesehatan serius.
d. Kehilangan nafsu makan tanpa alasan adalah tanda lain yang cukup sering
terlihat pada orang yang menderita dari kanker terdiagnosis dalam lambung.
Beberapa orang mungkin mengalami kembung di daerah perut bahkan jika
mereka tidak makan apa-apa. Kebiasaan usus dapat berubah drastis.
Pada stadium awal kanker lambung, gejalanya tidak jelas dan sering tidak
dihiraukan. Jika gejalanya berkembang, bisa membantu menentukan dimana
lokasi kanker lambung tersebut. Sebagai contoh, perasaan penuh atau tidak
nyaman setelah makan bisa menunjukkan adanya kanker pada bagian bawah
lambung.
Penurunan berat badan atau kelelahan biasanya disebabkan oleh kesulitan makan
atau ketidakmampuan menyerap beberapa vitamin dan mineral. Anemia bisa
diakibatkan oleh perdarahan bertahap yang tidak menyebabkan gejala lainnya.
Kadang penderita juga bisa mengalami muntah darah yang banyak (hematemesis)
atau mengeluarkan tinja kehitaman (melena).
Bila kanker lambung bertambah besar, mungkin akan teraba adanya massa pada
dinding perut. Pada stadium awal, tumor lambung yang kecil bisa menyebar
(metastasis) ke tempat yang jauh.
Penyebaran tumor bisa menyebabkan pembesaran hati, sakit kuning (jaundice),
pengumpulan cairan di perut (asites) dan nodul kulit yang bersifat ganas.
Penyebaran kanker juga bisa menyebabkan pengeroposan tulang, sehingga terjadi
patah tulang
E. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Kanker lambung dapat dicegah dengan cara-cara di bawah ini, untuk mengurangi
risiko kanker perut dengan membuat perubahan kecil kehidupan sehari-hari Anda.
Sebagai contoh, cobalah untuk:
a. Makan lebih banyak buah dan sayuran. Cobalah untuk memasukkan lebih
banyak buah dan sayuran ke dalam makanan setiap hari. Memilih berbagai jenis
buah-buahan dan sayuran berwarna.
b. Mengurangi jumlah makanan diasap dan asin yang anda makan. Lindungi perut
Anda dengan membatasi makanan ini. Coba dengan bumbu dan cara lain untuk
penyedap makanan yang tidak menambahkan natrium.
c. Berhenti merokok. Jika Anda merokok, berhenti. Jika Anda tidak merokok,
jangan mulai. Merokok meningkatkan risiko kanker perut, dan juga banyak jenis
kanker lainnya. Berhenti merokok bisa sangat sulit, sehingga mintalah bantuan
dokter.
d. Tanyakan kepada dokter Anda tentang risiko kanker perut. Beberapa kondisi
medis yang meningkatkan risiko kanker perut, seperti anemia, maag dan perut
polip. Jika Anda telah didiagnosa dengan salah satu kondisi tersebut, tanyakan
kepada dokter bagaimana ini mempengaruhi risiko kanker perut. Bersama Anda
dapat mempertimbangkan periodik endoskopi untuk mencari tanda-tanda kanker
perut. Tidak ada pedoman untuk menentukan siapa yang harus menjalani skrining
untuk kanker lambung di Amerika Serikat. Tetapi dalam beberapa kasus, Anda
dan dokter Anda dapat memutuskan risiko Anda cukup tinggi bahwa manfaat dari
skrining lebih besar daripada potensi resiko.
2. Pengobatan
a. Kemoterapi dan terapi radiasi
Bila karsinoma telah menyebar ke luar dari lambung, tujuan pengobatannya
adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup. Kemoterapi
dan terapi penyinaran bisa meringankan gejala.
Hasil kemoterapi dan terapi penyinaran pada limfoma lebih baik daripada
karsinoma. Mungkin penderita akan bertahan hidup lebih lama bahkan bisa
sembuh total.
b. Reseksi bedah.
Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah
pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahab sudah dapat
dilakukan sebagai tindakan paliatif. Reaksi kuratif akan berhsil bila tidak ada
tanda metastasis di tempat lain, tidak ada sisa Ca pada irisan lambung, reseksi
cairan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar limfa secukupnya.
c. Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, fluorosil, mitomisin C,
doksorubisin, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan hasil 18 30 %.
d. Hiperalimentasi (nutrisi intravena).
Nutrisi intravena yag disuntikan melalui intravena yang berfunsi untuk
menggantikan nutrisi karena kanker lambung ini. Karena kanker lmbung ini
proses penyerapan nutrisi yang terjadi di lambung terganggu dan mengakibatkan
kekurangan nutrisi dari kebutuhan yang diperlukan. Maka diberikan
hiperalimentasi ini.
3. Perawatan
a. Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien
harus tetap berbaring sampai beberapa hari setelah tanda dan gejala terjadi, dan 7
hari setelah dilakukan operasi untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan
usus atau perforasi usus.
b. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan2 posisi berbaring
untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
4. Diet
a. Pada mulanya klien diberikan makanan diet cair atau bubur saring kemudian
bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus.
Referensi : www.repository.usu.ac.id